Anda di halaman 1dari 3

Konsumsi Baso

Sate

Daging Merah

di Bakar

Mengandung Haem
HCAs dan PAHs
Mengiritasi Sel di usus

Stimulasi Bakteri

Arang
Karbon

Nitrosomonas Componds

Karsinogenik

Mutasi Sel
Polip
Inflamasi sistemik
Sitokin

Obstruksi Saluran Cerna


Feses tertahan dan menumpuk di kolon

Hipotalamus

Feses kering

TNF-, IL-1

Perut membuncit

Proses defekasi sulit dilakukan

Serotonin

Mengejan terlalu keras

Menekan rasa lapar

Terjadi perlukaan

Kaheksia

Hb rendah

Iritasi oleh bakteri usus


Inflamasi

Kanker stage III

Leukosit

Proliferasi cepat dan tidak terkendali


Pembuluh darah sekitar tertekan
Hemolisis
Hb rendah
Pembentukan bilirubin
Albumin
Bilirubin menyebar di peredaran darah

Mata dan Kulit Kuning (Jaundice)

Penyebab kanker kolon pada kasus ini adalah konsumsi makanan tinggi
lemak seperti daging merah dan konsumsi rendah serat. Bakso merupakan jenis
makanan yang berasal dari daging merah dan mengandung haem. Makanan yang
mengandung haem jika dikonsumsi terlalu banyak dapat mengiritasi sel-sel di
usus. Selain itu, haem dapat menstimulasi bakteri Nitroso Compounds yang
merupakan zat karsinogenik. Jenis karsinogenik yang lainnya dapat di temukan
pada jenis makanan yang di olah melalui proses pembakaran. Bahan yang
digunakan dalam proses pembakaran biasanya adalah arang. Arang yang di bakar
mengandung zat karbon yang merupakan zat karsinogenik. Pada proses
pembakaran dengan suhu tinggi dapat memicu terbentuknya HCAs dan PAHs.
HCAs terbentuk ketika asam amino, gula, dan kreatin yang terdapat dalam daging
bereaksi dengan suhu yang tinggi. Sedangkan PAHs merupakan hasil reaksi antara
lemak dan api. Api yang bereaksi dengan lemak menimbulka PAHs. PAHs akan
menempel pada permukaan daging selama proses pembakaran.
Faktor karsinogenik tersebut menyebabkan terjadinya mutasi sel. Mutasi
sel dapat menyebabkan terjadi polip. Polip adalah pertumbuhan tumor pada
dinding sebelah dalam usus. Polip ini dapat menimbulkan obstruksi saluran cerna
yang menyebabkan feses tertahan dan menumpuk di area kolon menyebabkan
feses sulit di keluarkan sehingga terlihat perut membuncit. Konsumsi rendah serat
dapat memperburuk kondisi ini karena feses mengandung sedikit air
menyebabkan feses kering dan keras sehingga proses defekasi sulit dilakukan
yang mengharuskan mengejan lebih kuat. Akibatnya terjadi perlukaan pada
rektum, akan di temukan darah pada feses. Hal ini dapat menyebabkan Hb turun.
Perlukaan pada rektum juga dapat menyebabkan iritasi oleh bakteri di usus yang
menimbulkan reaksi inflamasi yang terlihat pada hasil lab leukosit tinggi.
Adanya peradangan sistemik dan peningkatan aktifitas sitokin proinflamasi selama perkembangan kanker. Sitokin berinteraksi dengan permukaan
sel endotel otak. Kemudian merangsang hipotalamus untuk melepaskan zat yang
mempengaruhi nafsu makan seperti

TNF-, IL-1, IL-6, IF-. TNF- dapat

meningkatkan glukoneogenesis, lipolisis, proteolisis. Serta menurunkan sintesis


protein, lipid, glikogen juga menginduksi IL-1. IL-1 menyebabkan meningkatnya
konsentrasi plasma triptofan dan serotonin yang menekan rasa lapar dan cepat

kenyang. Akhirnya timbul kaheksia. Sehingga asupan nutrisi tidak adekuat.


Kebutuhan protein tidak terpenuhi sehingga albumin tidak dapat dibentuk.
Pada kasus ini, kanker kolon sudah memasuki stadium 3 diawali dengan
polip yang berproliferasi. Pembuluh darah disekitar akan tertekan dan akhirnya
merusak pembuluh darah. Terjadilah hemolisis yang ditandai dengan penurunan
Hb. Karena Hb turun, pembentukkan bilirubin pun menurun. Bilirubin yang
dihasilkan harusnya berikatan dengan albumin Namun, karena albumin dalam
darah juga rendah, mengakibatkan bilirubin tidak di proses di hati, melainkan
bilirubin beredar di peredaran darah menyebakan kondisi mata dan kulit kuning.

Anda mungkin juga menyukai