Terdapat tiga komponen yang harus disatukan untuk membentuk fasa stasioner pada
kolom kromatografi afinitas, yaitu permukaan atau resin (matriks), pengikat (spacer), dan
ligan.
Salah satu faktor yang memengaruhi pengikatan ligan pada matriks adalah keberadaan
gugus fungsional pada ligan. Gugus fungsi yang umum terdapat pada ligan adalah gugus
amin primer, karboksil, dan thiol. Selain itu, ligan juga dapat dimodifikasi untuk
mendapatkan gugus yang reaktif pada ligan. Modifikasi tersebut dapat berupa oksidasi
karbohidrat atau penyematan secara kovalen gugus reaktif ortogonal.
Afinitas dari ligan dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu multi-site attachment, streric
hindrance, dan orientasi dari ligan. Multisite attachment terjadi saat satu molekul ligan
berikatan dengan matriks melalui lebih dari satu gugus fungsi (lebih dari satu ikatan).
Seringkali ikatan yang lebih dari satu ini menghasilkan tambatan ligan pada matriks yang
lebih kuat dan stabil. Namun, ikatan yang banyak ini juga berpotensi menimbulkan
deteriorasi atau denaturasi pada ligan yang berujung pada rendahnya afinitas ligan [9].
Salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan terjadinya multi-site attchment adalah
dengan menggunakan matriks yang memiliki reactive site terbatas. Gambar 3
Gambar 6. Perbandingan sistem kromatografi afinitas a) tanpa spacer arm dan b) dengan
spacer arm
Tabel 5. Pemilihan panjang spacer arm [8]
Ligan
Komponen
Panjang
Kecil
Kecil
Besar
Besar
Target
Kecil
Besar
Kecil
Besar
Spacer Arm
Pendek
Panjang
-
Terdapat beberapa teknik untuk menyematkan ligan pada matriks, antara lain dengan
ikatan kovalen, adorpsi pada permukaan dengan interakasi biospesifik dan nonspesifik,
diperangkap dalam pori (entrapment), dan berkoordinasi dengan ion logam.
Imobilisasi menggunakan ikatan kovalen merupakan teknik yang paling umum
digunakan. Imobilisasi dengan ikatan kovalen lebih selektif dibanding metode imobilisasi
lainnya. Namun, imobilisasi secara kovalen membutuhkan tahapan dan reagen kimia yang
lebih banyak. Oleh karena itu, biaya produksinya juga lebih besar. Namun, karena ligan hasil
imobilisasi secara kovalen lebih tahan lama dibanding imobilisasi dengan teknik lainnya,
imobilisasi secara kovalen lebih ekonomis untuk digunakan dalam waktu yang lama.
Imobilisasi dengan adsorpsi nonspesifik adalah dengan membuat ligan teradsorp pada
matriks melalui interaksi coulombic, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Imobilisasi
dengan adsoprsi nonspesifik dapat dilakukan dengan menggunakan aminereactive methods.
Teknik lain untuk mengimobilisasi ligan pada matriks adalah dengan entrapment,yaitu
memerangkap ligan dengan capping agent. Salah satu contoh metode ini adalah entrapment
albumin dari serum manusia (Human Serum Albumin) menggunakan matriks berupa
hydrazide-activated supports dan capping agent berupa glikogen teroksidasi. Pada
imobilisasi dengan teknik ini, tidak ada ikatan yang terbentuk antara ligan dan matriks
sehingga masalah yang dapat ditimbulkan seperti pada gambar 5 tidak akan terjadi.
Ka adalah konstanta kesetimbangan asosiasi, ka adalah konstanta laju reaksi asosiasi, dan kd
adalah konstanta laju reaksi disosiasi. Ka = ka/kd.
Ka = [LT]/[L].[T] dengan [LT] adalah kosentrasi produk interakasi antara ligan dan
komponen target, [L] adalah konsentrasi ligan dan [T] adalah konsentrasi komponen target.
Setelah
pengikatan
dengan
(binding)
menambahkan
reagen
sebagai
wash
3. Elusi
Elusi adalah proses yang berkebalikan dengan proses binding. Pada proses ini, nilai
Ka dibuat menjadi sekecil mungkin agar reaksi disosiasi terjadi. Terdapat dua metode elusi,
yaitu elusi spesifik dan elusi nonspesifik. Pada elusi spesifik, reagen baru ditambahkan untuk
berkompetisi dengan salah satu antara ligan dan komponen target sehingga kompleks antara
ligan dan komponen target dapat terlepas. Pada jenis elusi ini, jumlah dan afinitas dari reagen
pengganggu sangat penting.
Elusi jenis lain, yaitu elusi nonspesifik menggunakan manipulasi pada kondisi solven
agar nilai Ka bernilai sangat kecil bahkan sampai mencapai nol. Kondisi elusi dapat
dioptimasi sesuai dengan mekanisme interaksi antara ligan dan komponen target seperti
meningkatkan
mengubah
konsentrasi
pH
untu
mengubah
elusi dengan mengubah pH adalah elusi antibodi dari protein A atau protein G.
metal ion
dan histidin akan membentuk kompleks. Untuk mengelusi histidin, dapat dilakukan dengan
menambahkan imidazol, yaitu gugus fungsi pada histidin yang dapat bersaing dengan histidin
yang sedang membentuk kompleks dengan IMCC. Cara lain adalah dengan menurunkan
pHmenjadi kurang dari 6,5 yang mencegah histidin
chromatography
adalah
keomatogrfafi
afinitas
yang
menggunakan ligan biologis atau sering dikenal sebagai biospecific adsoption. Terdapat
beberapa jenis ligan biologis yang sering digunakna, yaitu protein pengikat immunoglobulin,
enzim, lektin, karbohidrat, protein serum, dan sistem avidin/biotin.
c. Immunoaffinity chromatography
Immunoaffinity chromatography adalah teknik yang sangat ampuh untuk memurnikan
protein.
Kromatografi
afinitas
jenis
ini
memurnikan
protein
khusunya
antibodi
lektin yang paling umum digunakan pada kromatografi afinitas adalah canavalin A dan wheat
germ agglutinin. Pada tabel 6 disajikan jenis-jenis lektin.
Tabel 6. Jenis-jenis lektin
Residu
Lektin
Karbohidrat
D-N-Asetil
Soybean lectin
galaktosamin Lektin 60
dari
Ricinus
communis
Fitohemagglutinin
E4
dan L4
-D-Galaktosa Jacalin
Peanut
and
soybean
lectin
-D-Galaktosa Lekton 60 dan 120 dari
-D-Glukosa
Ricinus communis
Pea and leentil lectin
-D-Manosa
Konkanavalin A
Pea lectin
Lentil lectin
Konkanavalin A