BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................
Profil Perusahaan...................................................................
2.2
2.3
Keadaan Topografi.................................................................
2.4
2.5
Keadaan Geologi....................................................................
13
2.6
13
15
15
17
17
18
3.2
18
3.3
20
21
22
3.4
23
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
4.2
4.3
Kegiatan Pertambangan.........................................................
28
29
33
Pengolahan............................................................................
35
35
36
4.2.3 Flotasi.........................................................................
37
39
4.2.5 Konsentrat..................................................................
40
4.2.6 Tailing.........................................................................
40
Lingkungan............................................................................
40
42
4.3.2 Benete........................................................................
43
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kegiatan penambangan merupakan proses pengambilan bahan galian baik bijih
maupun batubara sehingga dapat diproses secara layak menurut ekonomi dan teknis.
Sistem penambangan dibedakan menjadi :
1.
Sistem Tambang Terbuka
2.
Sistem Tambang Bawah Tanah
3.
Sistem Tambang Bawah Air
PT Newmont Nusa Tenggara adalah sebuah perusahaan tambang emas dan
tembaga yang besar di Indonesia tepatnya di Kompleks Batu Hijau, Kabupaten
Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sistem penambangan yang diterapkan
adalah sistem tambang tebuka (surface mining) dan metode open pit. Tampilan dari
metode open pit yaitu berupa kawah. Semua aktifitas penambangan seperti drilling,
blasting, hauling, loading, surveying dan berbagai aktifitas lainnya dilakukan didalam
pit. Tambang ini mulai berproduksi sejak tahun 2000 dan diperkirakan umur tambang
sapai 2023.
Pulau Sumbawa, dimana lokasi tambang PT. NNT merupakan bagian dari
rangkaian pulau-pulau di sisi selatan kepulauan indonesia dan terletak di sebelah
timur pulau lombok dengan samudra hindia di sebelah selatan. Tepat di sebelah
selatan Sumbawa, dasar lauat memilki kemiringan yang tajam dan menurun hingga
ke palung lombok ( >4000 m dibawah permukaan laut), sekitar 70 km dari pantai.
Seperti di pulau-pulau sekitarnya, Sumbawa dicirikan oleh perbukitan, aktifitas
seismik dan ikli tropis. Tambang batu hijau terletak di daerah pedalaman sekitar 450
m di atas permukaan laut, 15 km dari pelabuhan PT.NNT di Teluk Benete, dan sekitar
10 km dari Pantai Selatan Sumbawa.
Kegiatan umum pada tambang terbuka diawali dengan pengupasan lapisan tanah
penutup, yang dilanjutkan dengan pembongkaran bijih ( dengan pemboran dan
peledakan ), bongkah-bongkah dari bijih hasil pembongkaran tersebut akan dilakukan
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
Profil Perusahaan
PT. Newmont Nusa Tenggara merupakan perusahaan tambang yang beroperasi di
Pulau Sumbawa tepatnya di Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan
merupakan perusahaan modal asing yang didirikan pada tahun 1986. Saham perusahaan ini
dimiliki oleh tiga perusahaan yakni Newmont Indonesia Limited (AS, 45%), Nusa Tenggara
Mining Coorporation (perusahaan patungan antara Sumitomo Coorporation, Sumitomo Metal
Mining dan Mitsubishi Material Coorporation, 35%), dan PT. Pukuafu Indah (Indonesia,
20%). Struktur kepemilikan PT. Newmont Nusa Tenggara dapat dilihat pada gambar 2.1.
PT. Newmont Nusa Tenggara telah mengadakan suatu kontrak karya (KK) untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan cebakan mineral yang layak secara komersial seluas
1.127,134 Ha yang ditandatangani pada tahun 1986, yang mencakup wilayah sekotong Pulau
Lombok, Batu Hijau dan Rinti di Pulau Sumbawa. Berdasarkan data eksplorasi PT. Newmont
Nusa Tenggara melakukan beberapa kali penciutan wilayah, daerah-daerah yang tidak layak
untuk ditambang akan dikembalikan kepada pemerintah sehingga wilayah kontrak karya saat
ini sekitar 116.900 Ha.
Pada tahun 1990 PT. Newmont Nusa Tenggara menemukan cebakan Batu Hijau
dan pada bulan April 1996 selesai melakukan studi kelayakannya. Kegiatan konstruksi mulai
pada September 1999 dan produksi ditargetkan mengahsilkan 533 juta pounds tembaga dan
618.000 ounces emas per tahun. Pada saat ini PT. Newmont Nusa Tenggara merupakan
perusahaan pertambangan besar di Indonesia dengan menanamkan modalnya lebih kuran
US$ 1,9 milyar dan memperkerjakan karyawan sekitar 3800 orang. Umur tambang untuk
proyek batu hijau sekitar 32 tahun, dan sudah beroperasi selama kurang lebih 11 tahun.
20%
80%
56,25%
PT Pukuafu
43,75%
PT NEWMONT NUSA
Owned by :
Nusa Tenggara
owned by :
Sumitomo Corp 74,3%
Nusa Tenggara
Mining
Newmont
Indonesia Ltd
terletak di sebelah barat daya Pulau Sumbawa berjarak sekitar 15 km dari pantai barat dan 10
km dari pantai selatan, tepatnya di Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB), di antar 116240S 11700S dan 8500E(Gambar 2.2)
Lokasi penambangan dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari kota mataram
selama dua jam menuju Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Kemudian dilanjutkan dengan
penyeberangan laut menggunakan boat menuju Pelabuhan Benete yang merupakan
pelabuhan PT. Newmont Nusa Tenggara. Dari Pelabuhan Benete yang berjarak 25 km dari
lokasi tambang, perjalanan dapat dilanjutkan melalui perjalanan darat selama 1,5 jam atau
menggunakn helikopter selama tujuh menit. Sedangkan bila menggunakan sea plane dari
kota Mataram dapat ditempuh selama 45 menit.
Keadaan Topografi
Daerah penambangan
Batu Hijau terdiri atas perbukitan dengan elevasi antara 300 600 meter dari permukaan laut
dan sebagian besar daerah sekitar lokasi tambang masih berupa hutan. Seperti terlihat pada
Gambar 2.3.
2.4
dari pulau Sumbawa yang mempunyai iklim tropis dengan temperatur udara antara 28 C 37 C. Curah hujan pada mei 2011 yaitu sebesar 77,8 mm dengan jumlah hari hujan 16 hari.
Total curah hujan perbulan selama beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tahun
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
2.5
2008
CH
(mm)
440.4
694.6
518.8
166.8
57.6
13.3
6.0
1.6
51.0
150.0
686.6
2786.7
Tabel 2.1
Curah Hujan 5 Tahun Terakhir
2009
2010
2011
2012
CH
CH
CH
CH
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
655.2
348.4
348.4
902,8
604.6
293.2
293.2
394
255.0
276.2
242.2
518
216.2
588.6
336.2
177,3
169.4
499.6
77.8
283,2
32.8
148.0
12.0
11,8
114.0
70.4
26
16.4
51.2
1,6
285.2
328.0
54,2
120.6
157.6
316,6
79.8
240.2
166,2
113.8
552.6
481
2663.0 3554.0 1045,6 2287,1
Keadaan Geologi
Cebakan porifiri Batu Hijau terletak di Tenggara Sumbawa di jalur Kepulauan
Sunda Banda. Cebakan ini merupakan cebakan primer yang terbentuk pada tahap
hydrothermal khususnya pada sub tahap epythermal. Porifiri adalah tekstur batuan beku yang
tersusun dari kristal-kristal halus bercampur kasar karena batuan ini mengalami proses
pembekuan yang agak cepat berlangsung sehingga kristal-kristalnya juga halus sedang
kristal-kristal yang kasar merupakan kristal-kristal batuan plutonis yang terbawa ketika
magma menyusup ke atas.
9
Pembekuan terjadi di celah atau rekahan kerak bumi ataupun dalam pipa-pipa
gunung api sehingga disebut juga sebagai batuan beku korok atau batuan beku sela.
Pembekuan yang terjadi di celah ini menyebabkan batuan ini memiliki komposisi kimia yang
biasa disebut sebagai batuan beku intermediet(komposisi antara asam dan basa).
Bagian utara Pulau Sumbawa terdiri dari batuan vulkanik kuarter, sedangkan di
bagian selatandidominasi oleh batuan tersier awal yang berupa satuan batuan vulkanik, aliran
lava, sisipan batugamping dan beberpa batuan intrusi. Di daerah pntai ditutupi oleh batuan
sedimen epiklastik dan aluvial. Struktur regional berarah barat-barat laut dan utara yang
ditunjukkan oleh kelurusan citra satelit, foto udara, survey udara magnet.
Deskripsi detil daerah cebakan berupa batuan andesitik vulkanik yang diintrusi
oleh batuan intrusi. Batuan vulkanik berupa andesit kristal, vulkanik breksi, vulkanik
konglomerat, dan vulkanik butiran halus. Pre mineral intrusi berupa intrusi diorite, yaitu
porphyritik quartz diorite dan equigranular quartz diorite. Intrusite selanjutnya adalah intrusi
pembawa mineralisasi, yaitu tonalite. Paling tidak ada tiga intrusi tonalite uang menerobos
batuan sekitarnya, yaitu old tonalite, intermediate tonalite dan young tonalite (lihat Gambar
2.4). Intrusi tersebut terjadi pada masa tersier. Adalima tahap maineralisasi dan alterasi di
daerah penelitian (Steve Garwin, 2000) yaitu :
1. Tahap Awal
Alterasi terdiri dari biotite, magnetit, kuarsa, dan mineralisasi terdiri digenite, bornite
dan chalcosite.
2. Tahap Transisi
Alterasi terdiri dari chlorite, sericite, calcite, albit, dan mineralisasi terdiri dari
chalcopyrite
3. Tahap Lanjut
Alterasi terdiri dari cericite, smectite, chlorite, mineralisasi terdiri dari chalcopyrite
4. Tahap Sangat Lanjut
Alterasi sama dengan tahap lanjut, sedangkan mineralisasi terdiri dari sphalerite,
galena, pyrite, chalcopyrite.
5. Tahap Akhir
Alterasi terdiri atas mineral zeolite dan atau calcite, sedangkan mineralisasi berupa
pyrite.
Struktur geologi utama di wilayah Batu Hijau berupa sesar dengan trend umum UtaraSelatan, Timur-Barat, Utara-Timur, radial dan Utara-Barat.
10
2.6
Cu 0.4 %, Au 0.27 gram/ton (Tabel 2.2). Data ini diperoleh berdasarkan Laporan Cadangan
dan Sumberdaya PT Newmont Nusa Tenggara pada bulan Desember 2008. Model cebakan
tembaga dan emas dapat dilihat pada gambar 2.5 dan 2.
Tabel 2.2 Cadangan Batu Hijau
Cadangan
Jumlah (juta ton)
Sumber Daya
Cu (%)
0,46
0,45
Au (g/ton)
0,33
0,32
Ag (g/ton
1,099
1,01
11,8
13,7
13,6
15,4
40,9
47,0
11
12
1. Acid waste, merupakan material yang dapat menyebabkan air asam tambang dengan
nilai revenue dibawah US $ 3,3/ton. Material ini ditimbun di Tongoloka Waste Dump
2. Neutral Waste (NW) , material yang memiliki nilai revenue dibawah US $ 3,3/ton.
Material ini ditimbun di Tongoloka Waste Dump
3. Low Grade (LG), material yang memiliki nilai revenue antara US $ 3,3/ton sampai
US $ 4,0/ton. Material ini disimpan di Sejorong Stockpile
4. Medium Grade (MG), Material yang mempunyai nilai revenue antara US $ 4,0/ton
sampai US $ 5.3/ton. Material ini di simpan di Sejorong Stockpile.
5. High Grade (HG), Material yang mempunyai nilai revenue > US $ 5.3/ton. Biasanya
antara US $ 5.3/ton sampai US $ 10,9/ton. Material ini di simpan di High Grade
Stockpile atau langsung ke crusher tergantung jumlah ketersediannya yang sesuai
dengan kebutuhan troughput mill.
6. Topsoil / Subsoil, tanah lapisan atas yang akan digunakan untuk kegiatan reklamasi
dan penutupan tambang yang di timbun di Topsoil dan Subsoil Stockpile.
BAB III
DESKRIPSI TEORI
13
yang
telah
ditentukan
sebelumnya,
guna
meningkatkan
suatu benda
baru sehingga
lebih
14
waktu edar alat angkut ( haul truck) yang dimulai dengan truk
berjalan kosong menuju ke tempat pemuatan (travelling). Setelah masuk
ke tempat pemuatan, jika ada truk lain didepannya maka tryk tersebut
menunggu terlebih dahulu ( queuning). Setelah selesai menunggu,
kemudian truk memposisikan diri selanjutnya truk akan dimuati material
oleh alat muat (loading).
Setelah bak truk penuh, truk akan mendapat perintah untuk
membawa material ke tempat penimbunan yang sesuai dengan jenis
material yang diangkut,kemudian truk berjalan bermuatan ke tempat
penimbunan tersebut (hauling). Setelah masuk ke tempat penimbunan,
jika ada truk lain di didepannya maka truk tersebut akan menunggu
terlebih dahulu (queued). Setelah selesai menunggu kemudian truk
bermanuver untuk mundur dan memposisikan diri (backing).
Setelah truk dalam posisi siap menumpahkan material, maka truk
tersebut mengangkat bucketnya ( tipping) untuk menumpahkan semua
muatannya. Pada saat bucket bucket truk telah kembali pada posisi
semula dan keluar dari tempat penimbunan, truk akan mendapat
perintah untuk melakukan pemuatan di alat muat tertentu (misal : SH002
atau loading di shovel 2) lalu truk akan berjalan kosong menuju ke tempat
pemuatan tersebut (travelling).
3.1
time)
dan
waktu
angkut
bermuatan
(haul
time)
maka
15
dianggap
selesai
ketika
truk
selesai
manuver
dan
operator
selesai
ketika
truk
telah
selesai
menumpahkan
semua
16
ini
merupakan
hal
yang
paling
penting
dalam
operasi
Pasir (sand)
17
Konglomerat ( conglomerate)
Breksi (breccia)
Semakin keras material yang akan digali, maka akan semakin lama waktu
pemuatannya.
2. Pola Pemuatan
Pola pemuatan terdiri dari dua metode, yaitu double side loading dan
single side loading. Metode yang kebanyakan digunakan pada saat ini
adalah double side loading dikarenakan untuk mengoptimalkan kerja dari
power
shovel
yang
mempunyai
biaya
operasional
lebih
besar
Truk datang, memutar dan mundur kesalah satu sisi shovel selagi
shovel memuat truk yang pertama. Saat truk pertama selesai dimuati dan
siap berangkat menuju tempat penimbunan material, shovel siap memuat
truk yang kedua. Saat shovel memuat truk yang kedua, datang truk ketiga
dan memposisikan diri untuk dimuat disalah satu sisi shovel. Demikian
seterusnya sehingga shovel tidak mengalami waktu tunggu.
3. Kondisi Loading Point
Kondisi loading point yang rata dan lebar akan mempercepat tryk
melakukan manuver atau menempatkan diri pada posisi siap untuk
dimuati shovel. Sedamgkan untuk shovel sendiri dapat bergerak
dengan leluasa, sehingga akan mempercepat waktu pemuatan.
4. Besar sudut putar shovel
Semakin besar sudut putar (swing angle) pada shovel, maka akan
semakin memperlambat waktu pemuatan karena semakin jauh jarak
yang dicapai dan waktuyang dibutuhkan pada saat swing pun akan
semakin lama. Sehingga mempertinggi waktu pemuatan.
5. Lock pada dipper Shovel
Pada dipper Shovel terdapat system lock yang berfungsi untuk
menumpahkan material yang telah digali kedalam alat angkut dan
menutupnya kembali. Apabila system lock pada dipper terlalu dalam,
akan mengakibatkan mangkuk akan sulit dibuka, sehingga operator hatus
berkali-kali menggerakkan stik untuk membuka mangkuk dan loading
timenya menjadi lama. Begitupun sebaliknya, apabila lock mangkuknya
tidak dalam (longgar), ketika melakukan swing untukl mengisi alat angkut
, dipper shovel hatus menggali lagi dan loading time menjadi lama.
6. Skill atau kemampuan operator
Kemampuan operator sangat berpengaruh dalam perhitungan waktu
tetap,
sebagai
contoh
yaitu
apabila
operator
alat
angkut
telah
19
termasuk jenis
dengan
kabel
yang
panjangnya
mencapai
300
meter.
dalam
melakukan
pekerjaan
dengan
memperhatikan
kehilangan waktu selama waktu kerja dari alat yang tersedia yang terdiri
atas jam perbaikan dan standby hours. Ketersediaan alat dapat dibagi
menjadi :
1. Ketersediaan Mekanis ( mechanical Availability/MA)
Ketersediaan mekanis adalah faktor yang menunjukkan kesediaan alat
untuk melakukan perkerjaan dengan memperhitungkan waktu yang hilang
karena perbaikan mesin, perawatan mesin, dan alasan mekanis lainnya.
Kesediaan mekanis merupakan perbandingan antara jam kerja dengan
jumlah jam kerja dan perawatan. Jika kesediaan mekanis kecil maka
kondisi mekanis alat kurang baik, jam perbaikan tinggi sehingga hanya
digunakan sebagai cadangan.
h oursworked
x 100
h oursworked +repair h ours
MA(%) =
working hours atau jumlah jam kerja termasuk delay time yang
meliputi :
o Moving time
o Pengisian bahan bakar
o Penempatan kabel shovel
o Waktu menunggu untuk peledakan
o Bench clean up
o Waktu tunggu dicrusher/dumping point
21
PA (%) =
x 100%
Standby hours adalah waktu dimana setiap alat siap dipakai tetapi
karena ada masalah ketika operasi penambangan sedang berlangsung
yang
meliputi
hujan
lebat,kabut,
ataupun
kerusakan
pada
unit
pengolahan.
Schedule hours adalah jumlah seluruh jam kerja dimana tambang
dikerjakan yang meliputi hours worked,repair hoyrs,dan standby hours.
3. Pemakaian kesediaan (use of availability)
Pemakaian kesediaan alat menunjukkan berapa persen dari waktu
yang digunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat rusak. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa efektif alat yang tidak rusak
dapat dimanfaatkan dan menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan
perawatan yang digunakan. Pemakaian kesediaan menunjukkan berapa
22
persen dari waktu yang digunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat
alat rusak. Rumus perhitungan persentase pemakaian ketersediaan (UA) :
UA (%) =
hoursworked
hoursworked +standby hours
x 100%
h oursworked
sc h eduled hours
x 100%
sebagai alat muat, dan juga untuk mengatur alat drill sehingga
pemakaian alat-alat mekanis tersebut dapat se-efektif mungkin. Selain
tugas utama dispacth untuk meningkatkan produktivitas alat, dispacth
juga dilengkapi dengan sistem kontrol yang berfungsi untuk mengetahui
dan
mengontrol
operasional
pengambialn
material
termasuk
juga
25
26
6. Delay toilet
Delay yang terjadi karen aktivitas dari operator pada saat operator
melakukan pemberhentian operasi selama ke toilet.
Pembersihan
membersihkan
lahan
bench
yang
tempat
dilakukan
shovel
bertujuan
beroperasi
untuk
sehingga
9. Delay ac problem
27
10.
masih
dalam
bench
yang
sama
dengan
jarak
menjangkau
melakukan
soil
perpindahan
yang
ada,
mendekati
sehingga
soil
yang
shovel
akan
harus
dikeruk.
11.
dengan jarak
menjangkau
melakukan
soil
perpindahan
yang
ada,
mendekati
sehingga
soil
yang
shovel
akan
harus
dikeruk.
12.
Delay praying
28
13.
14.
Delay meal
15.
16.
29
17.
Delay truck
30
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Kegiatan Penambangan
Sistem Penambangan Open Pit Batu Hijau dilakukan dengan membuat sumuran
dimana pit berada pada puncak 610 m dari permukaan laut dan direncanakan dasar akhir pit
berada pada elevasi -225 m dibawah permukaan laut pada bulan juni. Jadi total kedalaman pit
adalah 385 m dengan diameter pit sekitar 2 km (1,2 mil) dengan tinggi jenjang 15 m dan
kemiringan jenjang (Bench Face Angle) sekitar 70 dan IRA (Inter Ramp Angle) bervariasi
dari 37 sampai 64. Hal ini tergantung pada kondisi atau karakteristik massa batuan.
Bench Width
Crest
H : Bench Height BFA
(BFA)
IRA
Crest
Bank Width
Toe
Gambar 4.1 Bench Face Angle (BFA) dan Inter Ramp Angle (IRA)
(loading) dan pengangkutan (hauling) material serta pengolahan bijih tembaga. Tahapan
Kegiatan Penambangannya sebagai berikut :
4.1.1
kondisi batuan di tambang Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara sebagian besar
diklasifikasikan kedalam very hard ripping excavation class (material yang sulit untuk
dibongkar) dengan skala mohs sekitar 7 mohs. Tujuan dari pemberaian material ini adalah
untuk dapat melepaskan material dari batuan induknya. Sehingga dalam proses pemuatan dan
pengangkutan dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pemberaian material ini
dimaksudkan agar ukuran batuan hasil peledakan yang dimasukkan ke crusher tidak berupa
bongkah tetpai ukuran yang disesuaikan dengan mouth crusher.
Kegiatan pemboran dilakukan untuk menyediakan lubang tembak pada proses
peledakan produksi serta pembuatan pre-split pada batas-batas jenjang tambang. Selain itu
pemboran juga dilakukan untuk membuat lubang drain hole atau lubang bor untuk saluran air
pada dinding serta digunakan untuk pengambilan sampel guna perhitungan kadar dari
endapan atau ore control sehingga dapat diketahui antara material yang tergolong bijih dan
non bijih (waste). PT. Newmont Nusa Tenggara menggunakan alat bor dengan jenis sebagai
berikut :
a. Alat bor besar, 5 (lima) unit PV 351 Atlas Copco dengan diameter 311,15 mm (12
inch), digunakan untuk pemboran lubang tembak produksi.
b. Alat bor medium, 2 unit PV 235 Atlas Copco dengan diameter 251,1 mm (9 7/8 inch)
dan 1 unit DML ingersoll Rand, digunakan untuk pemboran lubang tembak pada
overburden yang relatif lunak.
c. Alat bor kecil, 2 unit Rock L8 digunakan untuk lubang presplit. Serta satu buah alat
bor horizontal
32
Hasil Cutting dari proses pemboran diambil oleh bagian sample untuk dikirim ke
bagian Laboratorium dan selanjutnya dianalisa untuk menentukan kadar serta kandungan
mineralnya (Ore Control). Pemboran dilakukan oleh bagian Drill Operation dengan
33
mengikuti panduan berupa titik kontrol yang ditentukan oleh bagian survey berdasarkan pola
pemboran yang dibuat oleh Drill dan Blast Engineer. Operasional pemboran dilapangan
dikontrol dan akan tercatat pada dispatch.
Pola pemboran produksi yang dipakai adalah pola selang-seling (staggered)
dengan ukuran spasi bervariasi 5m 6m, 9m 8m hingga 12,5m 13,5m (Gambar 2.11)
Bidang Bebas
B=8
S=9
Emulsion 100%
Fortan Eclipse 11
Fortan Eclipse 12
Fortan Eclipse 13
Fortan Eclipse (70:30)
Fortan Eclipse (60:40)
34
4.1.2
Electric Shovel P&H 4100A dengan kapasitas bucket 47,4 m (80 ton)
35
Electric shovel P&H 4100A (Gambar 2.14), 15 unit loader, serta 10 unit excavator.
dari jenis material yang dibawa oleh Haul Truck, yakni untuk material bijih High Grade
diangkut ke crusher, bijih Medium Grade dan Low Grade diangkut ke stockpile, sedangkan
material sampah (waste) diangkut ke waste dump di East Dump atau Tongoloka. Sistem
penggalian, pemuatan dan pengangkutan diatur oleh Dispatcher yang menggunakan
DISPATCH dan GPS secara otomatis, sehingga semua kegiatan dapat diawasi dari ruang
kontrol DISPATCH.
36
Pada PT. Newmont Nusa Tenggara alat gali-muat dan alat angkut yang paling
dominan bekerja dalam pelaksanaan kegiatan operasional pemuatan dan pengangkutan adalah
electric shovel P&H 4100A dan haul truck Cat 793C (Gambar 2.15 dan 2.16)
4.2
Pengolahan
Pengolahan bijih pada PT. Newmont Nusa Tenggara dirancang untuk mengolah
antara 12.000-180.000 ton bijih per hari. Tahapanpengolahan bijih di PT. Newmont Nusa
Tenggara adalah sebagai berikut :
37
4.2.1
Penghancuran/Peremukan (Crushing)
Fasilitas Primary Crushing dirancang untuk mengolah material dengan kapasitas
6.000-9.000 ton per jam pada kondisi keseiaan alat ( availability) 80%. Jenis crusher yang
digunakan gyratory crusher yang berjumlah dua buah. Crusher meneria material dari
tambang yang berukuran sekitar 95 cm dihancurkan menjadi material berukuran 17,5 cm.
Selanjutnya bijih yang telah dihancurkan diangkut dengan belt conveyor selebar 1,8 m sejauh
enam kilometern ke konsentrator.
4.2.2
Penggerusan (Grinding)
38
4.2.3
Flotasi
Tahapan Cleaning
Tahapan ini merupakan tahan kelanjutan dari tahapan sebelumnya dimana tahapan ini
merupakan upaya untuk meningkatkan kadar atau grade konsentrator setinngi
mungkin. Tahapan ini dilakukan
dan
3rd
1st
2nd
cleaner
40
Dalam cell flotasi, slurry dicampur dengan sejumlah reagen untuk membantu
memisahkan mineral berharga dari batuan dasar.
Ada tiga jenis reagen yang digunakan pada proses flotasi :
Primary Collector (Hidrocarbon C314)
Secondary Collector (Potassium Amyl Xanthate)
Conditioning (Hydrated Lime dan Quick Lime)
Frother(F583Hidrocarbon)
Pencucian Konsentrat
Pencucian konsentrat atau thickening dilakukan dengan cara mengalirkan
konsentrat berlawanan arah dengan aliran air pencuci yang merupakan air tawar. Proses ini
dilakukan dalam tangki CCD yang berdiameter 25 m sebanyak 3 tangki. Dalam tangki CCD
konsentrat dicuci dari air laut yang digunakan dalam proses flotasi.
41
Konsentrat
Konsentrat yang dihasilkan dalam bentuk slurry berupa campuran air dan
konsentrat yang sudah dihaluskan, mengandung uap air yang berlebihan dan harus
dihilangkan dengan melakukan penebalan konsentrat dan filtrasi tekanan. Hasil akhir berupa
konsentrat yang mengandung campuran logam-logam emas, tembaga, dan perak.
4.2.6
Tailing
Tailing yang dihasilkan dalam bentuk 24% sampai 40% padatan. Air biasanya
ditambahkan untuk mengurangi slurry tailing sampai kurang lebih 30% padatan. Larutan
kapur dapat juga ditambahkan untuk mengendapkan tembaga atau logam lainnya yang
mungkin larut di dalam slurry. Dari konsentrator tailing diproses terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan udara pada tailing, sehingga ketika ditempatkan dilaut dalam,
tidak terjadi pergerakan tailing ke atas akibat dorongan udara tersebut. Setelah itu tauling
ditempatkan di palung laut dengan kedalaman 3-4 km dari lepas pantai sejorong. Cara ini
disebut penempatan tailing laut dalam (Deep Sea Tailing Placement). Sistem DSTP
menggunakan pipa berdiameter 1,12m (44 inch) untuk pipa di darat dan pipa di laut. Panjang
pipa tailing di darat sekitar enam kilometer, terbuat dari baja yang dilapisi karet setebal
19mm untuk mengurangi abrasi dan korosi.
42
4.3
Lingkungan
PT. Newmont Nusa Tenggara bertekad untuk memenuhi bahkan melebihi standar
setempat yang mandiri, yang pada akhirnya nanti akan memiliki struktur dan keragaman yang
sama dengan masa sebelum kegiatan penambangan berlangsung. Nursery (tempat pembibitan
dan persemaian) telah didirikan untuk membudidayakan dan mengembangbiakkan spesies
pohon dan tanaman setempat yang digunakan pada proses ini.
Instalasi pengolahan limbah yang didirikan di lembah Tongoloka dan Sejorong
dapat menghapus potensi degradasi air permukaan oleh limbah asam dari batuan limbah
tambang. Limbah air rumah tangga dari township dan kantor-kantor administrasi akan diolah
sesuai dengan standar internasional yang paling canggih di instalasi pengolahan sebelum
dilepas ke tempat lain.
43
44
4.4
Batubara sulfur rendah (0,2 %), abu rendah (0,1 %) dipasok dari
kalimantan dengan kontrak 30 tahun dengan Adaro (80 % dari kebutuhan)
45