MAKALAH
disusun guna melengkapi tugas matakuliah Akuntansi Sektor Publik
Oleh :
Intan Permata Devi
110810301116
Iftakhul Jannah
120810301135
Yuninggar Galuh
130810301112
Adinda Intan D.
130810301133
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah istilah
yang senantiasa digunakan oleh masyarakat luas untuk menyebut
organisasi yang bergerak di bidang sosial (tidak berorientasi profit) dan
secara institusi tidak terikat dan/atau tidak berada di bawah organ-organ
negara. Pengertian LSM ini sama dengan yang pada umumnya disebut
sebagai Non-Government Organization (NGO).
Tumbuh pesatnya LSM di Indonesia pasca reformasi 1998 tidak
diiringi dengan perharian yang memadai akan akuntabilitas LSM dari
kalangan aktivis LSM sendiri. Akuntabilitas terkait dengan tindakan atau
perilaku yang didasarkan pada standar etik, kinerja yang optimal,
mekanisme control (governance), konsistensi terhadap visi dan mandate
organisasi, penghargaan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, HAM, dan
hak asasi perempuan.
Amerika serikat mengalami dan telah mendefinisikan krisis
akuntabilitas LSM dan organisasi social mereka yang meliputi penyalah
gunaan amanah dan hak istimewa, dan krisis governance. Upaya yang
dilakukan adalah perbaikan governance LSM, pengaturan mandiri oleh
LSM, dan pengaturan pemerintah yang afektif terutama untuk LSM yang
terbukti menyalah gunakan amanah public dan menggunakan LSM demi
kepentingan pribadi.
Jadi akuntabilitas LSM menjadi tuntutan public dengan salah satu
bentuk implementasi akuntabilitas adalah dengan menyusun laporan
keuangan LSM. Untuk menghasilkan laporan keuangan diperlukan
sistem akuntansi untuk LSM.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan akuntansi pada LSM?
2. Bagaimana sistem akuntansi LSM?
3. Apa sajakah laporan yang dihasilkan LSM?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan akuntansi pada LSM
2. Untuk mengetahui sistem akuntansi LSM
3. Untuk mengetahui laporan yang dihasilkan LSM
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti
Transaksi
Jurnal
Buku
Besar
Buku
Nerac
Laporan
Keuanga
Lajur
Tambaha
n
Tahap
Pencatatan
Tahap
1.Tahap
Tahap
pencatatan,terdiri dari
kegiatan pengidentifikasian
dan
Pengikhtisaran
Pelaporan
pengukuran dalam bentuk transaksi dan buku pencatatan,kegiatan
2.3.2
2.4.3
Penyajian
Suatu transaksi tunggal dapat meliputi beberapa arus kas yang
diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Misalnya, jika
pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka
unsur bunga dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan unsur
pokok pinjaman diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan
Aktivitas Operasi
Arus kas aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil
utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada
umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba rugi.
Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
adalah penting karena arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang
terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Hanya pengeluaran yang menghasilkan
pengakuan atas aset dalam laporan posisi keuangan yang memenuhi syarat
untuk diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi.
Aktivitas Pendanaan
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk
hukum. Misalnya, suatu organisasi mungkin menjual suatu aktiva kepada
pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi
dimaksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak
tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuaan yang
memastikan bahwa organisasi dapat terus menikmati manfaat ekonomi
masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti
itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang
dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi).
Azas Netralitas.
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak
boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Azas Pertimbangan Sehat.
Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang
diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan
atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan
menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak
dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian penggunaan pertimbangan sehat tidak
memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau
penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau
penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang
lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu,
tidak memiliki kualitas andal.
Azas Kelengkapan.
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
organisasi antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend)
posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar organisasi untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan
secara konsisten untuk organisasi tersebut, antar periode organisasi yang
sama dan untuk organisasi yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat
diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai
harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan
akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang
sama dalam sebuah organisasi dari satu periode ke periode dan dalam
organisasi yang berbeda.
Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan olehorganisasi,
membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding
jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya
menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan
yang lebih baik. organisasi tidak perlu meneruskankebijakan akuntansi
yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansidan
keandalan. Organisasi juga tidak perlu mempertahankan suatu
kebijakanakuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Dasar tuntutan akuntabilitas, yang dalam hal ini
pertanggungjawaban keuangan terhadap segala aktivitas pada semua
organisasi LSM adalah PSAK No.45 mengenai pelaporan keuangan
organisasi nirlaba. Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah
menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan,
disamping untuk menunjukan akuntabilitas suatu organisasi terhadap
sumber daya terpecaya. Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi
laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas,
serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan. Tujuan laporan
posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenaiaktiva,
kewajiban dan aktiva bersih, serta informasi mengenai hubungan diantara
unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Siklus akuntansi adalah suatu
proses penyedia laporan keuangan organisasi selama suatu periode
tertentu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra., 2007, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Erlangga,
Halim, Abdul., 2012, Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Slemba Empat.
http://keuanganlsm.com//
PSAK 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba
17
18