Laporan Biorek
Laporan Biorek
Laporan Biorek
Nama
NIM
Kelompok
Kelas
Asisten
: Mulik Kholifa
: 121810301012
: V (Lima)
:B
: Putri Zakiah
BAB 1. PENDAHULUAN
fisikanya dapat diketahui berdasarkan titik beku, titik didih, tekanan uap, dan
takanan osmosis. Praktikum kali ini khusus membahas tentang sifat fisik suatu
larutan. Salah satunya adalah penurunan titik beku (T f) larutan.Penurunan titik
beku ini terjadi sebagai akibat dari kenaikan tekanan cairan. Larutan akan
membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Tekanan yang tetap,
penurunan titik bekunya berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
1.2 Tujuan
1. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut.
2. Menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui.
asam asetat pada suhu 20oC adalah 11 mmHg, sedangkan pada suhu 30 oC tekanan
uapnya yaitu 30 mmHg. Bahan ini sangat korosif dan menyebabkan luka bakar
yang serius. Berbahaya dalam kasus kontak mata, kontak kulit, menelan dan
inhalasi. Tindakan pertolongan pertama untuk kontak mata yaitu periksa dan
lepaskan lensa kontak segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya
15 menit. Kasus kontak kulit yaitu segera siram kulit dengan banyak air sekurangkurangnya 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu.
Jangan dimuntahkan ketika tertelan kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh
tenaga medis. Segera berikan air atau susu sebanyak 2 gelas. Ketika terhirup,
lepaskan ke udara segar. Berikan pernapasan buatan atau oksigen jika tidak
bernapas (Anonim, 2014).
2.1.3 Naftalen
Naftalen memiliki sifat fisik dan kimia dengan keadaan fisik dan
penampilan padat atau berbentuk kristal, berbau aromatik, berat molekul 128,19
g/mol, berwarna putih, titik didih 218 oC, titik lebur 80,2 oC. Sebagian tersebar
dalam air panas, metanol, n-oktanol. Sangat sedikit terdispersi dalam air dingin.
Identifikasi bahaya untuk naftalen yaitu sangat berbahaya dalam kasus menelan,
berbahaya dalam kasus kontak mata (iritan), sedikit berbahaya dalam kasus
kontak kulit. Tindakan pertolongan pertama untuk kontak mata yaitu periksa dan
lepaskan lensa kontak, segera basuh mata dengan banyak air mengalir selama
minimal 15 menit. Apabila kontak dengan kulit segera cuci dengan air yang
banyak. Biarkan korban untuk beristirahat di tempat yang berventilasi baik jika
terjadi penghirupan dan jangan dimuntahkan jika tertelan, kecuali diarahkan oleh
tenanga medis untuk melakukannya (Anonim, 2014).
2.1.4 Air
Air tidak bahaya dan tidak menyebabkan iritasi untuk kulit, mata, ataupun
jika ditelan. Air memiliki sifat fisik dan sifat kimia yaitu berpenampilan cairan
tidak berwarna, berbau odourless, PH 7.0, titik didih 100 o C, titik peleburan 0o C,
tidak mudah terbakar, uap tekanan 17,5 mm hg pada 20o C, kepadatan 1.00, berat
molekul 18,02 g/mol dan rumus molekulnya H2O (Anonim, 2014)
larutan dengan titik beku larutan murninya disebut penurunan titik beku (Tf).
Zat terlarutnya apabila merupakan zat non elektrolit, maka penurunan titik
bekunya sebanding dengan molalitas larutan (m). Penambahan zat terlarut tertentu
pada suatu pelarut akan mempengaruhi dari sifat koligatif lainnya karena keempat
sifat koligatif tersebut saling berkaitan (Soekardjo, 1989).
Penentuan Tf dan Tb harus dilakukan pada suhu yang mengalami
perubahan (suhu tidak konstan) sehingga dipakai satuan konsentrasi molal yang
tidak bergantung pada suhu. Satuan konsentrasi molar tidak cocok dipakai karena
perubahan suhu akan mempengaruhi keadaan volume. Harga Kf dan Kb
merupakan tetapan yang hanya bergantung pada jenis pelarut, setiap pelarut
memiliki harga Kf dan Kb masing-masing diperoleh dari hasil suatu
eksperimen yaitu dengan cara mengukur Tf dan Tb dari larutan (Achmad, 1996).
Hukum Roult menyatakan bahwa tekanan uap suatu komponen dalam
suatu larutan senilai dengan tekanan uap suatu larutan dikali dengan fraksi mol
komponen yang menguap dalam larutan. Meurut Roult untuk menentukan titik
beku larutan yang sangat encer berlaku :
Tf = m. Kf..................... (6)
dimana,
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik
m = kemolalan
Dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada tekanan tetap, penurunan titik beku suatu larutan encer berbanding lurus
dengan konsentrasi massa.
2. Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama,
dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik beku yang sama, pada
tekanan yang sama (Achmad,1996).
Suatu zat pelarut jika kedalamnya dimasukkan zat lain yang tidak mudah
menguap (non volatil), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan
tenaga bebas ini mengikuti persamaan Nernst.
G1 G = RT ln x .. (1)
G1 G = Penurunan tenaga bebas pelarut
Dimana : R = Tetapan gas murni umum
T = suhu mutlak
x = Fraksi mol pelarut dalam larutan
Penurunan energi bebas ini akan menurunkan kemampuan zat pelarut untuk
berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan
lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam
keadaan murni. Pengaruh penurunan tekanan uap terhadap titik beku larutan
mudah difahami dengan bantuan diagram fasa. Misalnya, titik beku larutan T f
lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni Tof. Dari uraian diatas
jelas bahwa penurunan titik beku larutan
Tf = Tof Tf .(2)
Besarnya tergantung pada fraksi mol pelarut. Karena fraksi mol zat terlarut X 1 :
menurut persamaan X = 1- X1 maka Tf dapat dinyatakan sebagai X1 berikut:
Tf = (R(Tof )2/Hf) X1 ..(3)
Dimana Hf adalah panas pencairan pelarut. Jika m ml zat terlarut ke dalam 1000
gram zat terlarut, maka di dapat larutan dengan molarutas m. Sehingga larutan
tersebut mempunyai fraksi mol zat terlarut sebesar
X1 = m / (1000/M)+ m) ..(4)
Dimana adalah berat molekul zat pelarut. Untuk larutan encer m mendekati 0
(nol), maka X1 = mM/1000, sehingga penurunan titik beku larutan dapat di tulis :
Tf = (R(Tof )2 M.m)/1000Hf (5)
Bila di substitusikan Kf = (R(Tof )2 M)/1000Hf kedalam persamaan (5), maka
akan diperoleh persamaan yang sederhana, yaitu persamaan (6) diatas.
Dari X1 = m.M/1000 di atas didapat (persamaan 4) didapat
m = 1000 X1/M
Sedangkan X1= m1 / (m1 + m) = (W1/M1) / {(W1/M1 + W/M)}
W1 = berat zat terlarut
M1 = BM zat terlarut
W = berat pelarut
Oleh karena larutan encer, maka (W1/M1) >>(W/M), sehingga didapat :
X1 = (W1.M) / (W.M1) dan Tf = (1000/kf) / M1 x (W1/W)
Rumus untuk menghitung harga kf adalah :
kf = (W.M1.Tf) / (1000 W1)
Sedangkan runus untuk menghitung BM zat terlarurt :
M1 = (1000.kf ) / Tf x (W1/W)
(Tim kimia fisik, 2014).
3.1
3.1.1 Alat
3.1.2
Termometer alkohol
Tabung gelas
Pengaduk
Stopwatch
Gelas beker 100 cc
Erlenmeyer
Gelas ukur 100 cc
Bahan
-
air
Es
Garam
Asam cuka
Asam cuka glasial
Naphtalen
3.2
Skema Alat
A
B
C
menit
Diamati pelarut (membekku atau
belum) jika suhu sudah tetap
Diulangi percobaan diatas sekali
lagi
Ditentukan Tf
Dimasukkan naftalen
Diulangi percobaan,dicatat Tf
Didapat Tf
Di hitung Kf
Hasil
Diamati Tf
Dihitung Tf
Dihitung BM zat x
Hasil
4.1 Hasil
Bahan dan perlakuan
Asam asetat glasial
Didinginkan
Ditambah naftalen
Didinginkan
Ditambahkan garam
Waktu
0 menit
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
0 menit
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
6 menit
0 menit
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
6 menit
7 menit
Suhu
26 oC
23 oC
18 oC
16 oC
14 oC
14 oC
27 oC
19 oC
14 oC
12 oC
11 oC
11 oC
11 oC
30 oC
22 oC
15 oC
12 oC
11 oC
10 oC
10 oC
10 oC
4.2 Pembahasan
Percobaan penentuan titik beku larutan ini dilakukan dengan tujuan
menentukan
tetapan
penurunan
titik
beku
molal
pelarut
dan
menentukan Berat Molekul zat non volatil yang tidak diketahui. Larutan
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat
penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Penurunan titik
beku merupakan salah satu dari sifat koligatif larutan, yaitu suatu sifat
larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah zat dan tidak dipengaruhi
oleh jenisnya. Sifat koligatif larutan memiliki ciri-ciri yaitu zat terlarut
tidak mudah menguap (non volatil) sehingga tidak memberi kontribusi
pada uapnya dan zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat. Suatu
larutan akan mencapai titik bekunya apabila larutan tersebut berada
pada temperatur yang lebih rendah dari pelarutnya. Bahan yang
dipakai pada percobaan ini adalah asam cuka glasial, naftalena dan zat
X yang akan dicari berat molekulnya.
Percobaan ini diawali dengan menyusun alat yang terdiri dari
termometer untuk mengukur suhu larutan, beaker gelas I diisi dengan
pelarut (asam cuka glasial) sebanyak 20 mL untuk ditentukan titik beku
murninya, kemudian dimasukan dalam beaker gelas II, dimana beaker
gelas II berisi air dan berfungsi untuk mencegah pendinginan yang
terlalu cepat. Beaker gelas I dan II kemudian dimasukan kedalam
tabung pendingin yaitu beaker gelas III yang berisi dengan campuran
air, es, dan garam serta juga pengaduk sehingga pendinginan berjalan
merata. Fungsi penambahan garam pada beaker gelas III ini untuk
menurunkan titik beku larutan. Selama proses pendinginan, suhu pada
termometer dicatat setiap menit sehingga diperoleh suhu yang konstan
dan larutan sudah mulai membeku. Titik beku pelarut murni (asam
cuka glasial) adalah sebesar 16C, sedangkan menurut literatur titik
beku pelarut murni asam cuka glasial sebesar 17C. Maka terjadi
kesalahan dalam percobaan ini, hal ini mungkin dikarenakan kurang
telitinya praktikan atau proses pendinginan yang terlalu cepat dan
mungkin juga disebabkan karena termometer menyentuh beaker gelas
saat pengukuran. Adapun grafik dari asam cuka glasial yaitu:
15
pH 10
Linear ()
5
0
0.5
1.5
2 2.5
3.5
4.5
5.5
volume
Setelah diketahui titik beku pelarut murni (asam cuka glasial) dan
asam cuka glasial sudah mulai membeku maka dilakukan proses
pendinginan sampai asam cuka glasial mencair kembali. Kemudian
ditambahkan
gram
naftalen
sebagai
zat
pelarut,
dilakukan
pendinginan juga dan suhu diamati setiap menit sampai diperoleh suhu
yang konstan dan
diperoleh sebesar 14oC, hal ini menunjukkan titik beku larutan lebih
rendah
dibandingkan
titik
beku
pelarut
murni
sehingga
terjadi
Kf
asam asetat glasial yang diperoleh sebesar 2,68 K g/mol, hal ini
berbeda dengan literatur karena menurut literatur nilai
Kf
asam
asetat glasial yaitu 3,9 K g/mol. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang kurang baik, baik dari wadah tempat zat dimasukkan
dan alat yang digunakan untuk mengaduknya. Adapun grafik dari asam
cuka glasial yang ditambahkan naftalen yaitu:
f(x) = - 1.43x + 18
R = 0.71
10
Linear ()
5
0
0
volume
pH 10
Linear ()
5
0
0
volume
1.1
Kesimpulan
1.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2014.Aquades.
http://www.sciencelab.com/msds.php?
LAMPIRAN
1. Penentuan nilai Kf
Tf asam cuka = 14C = 287K
Tf naphtalen = 11C = 284K
Tf 1 = Tf asam cuka - Tf naphtalen
= 287K 284K = 3K
asam cuka=
W asam cuka
W asamcuka =asam cuka x V asam cuka
V asamcuka
W asam cuka=1,049
Kf =
g
3
x 20 cm =20,98 g
3
cm
W asamcuka x Mr naphtalen x T f
1000 x W naphtalen
g
x 2K
mol
g
=2,68
K
1000 x 2 g
mol
20,98 g x 128
Kf =
2. Penentuan Mr zat X
Tf asam cuka = 14C = 287K
Tf zat X = 10C = 283K
Tf 2 = Tf asam cuka - Tf zat X
= 287K 283K = 4K
Tf total = Tf 2 - Tf 1
= 4K - 3K = 1K
T f total=
1K=
1000 x K f
W asamcuka
){(
W zat X
W naphtalen
+
Mr zat X
Mr naphtalen
g
K
mol
20,98 g
1000 x 2,68
1 K = 127.74
( Mr2
zat X
)(
){(
2g
Mr zat X
2
128
)}
2g
g
128
mol
)}
1K=
255,48
( 255,48
Mr
128 )
1K=
255,48
Mr zat X
3X
zat X
Mr zat X
Mr zat X
2,00
= 255,48
= 85,16 gr/mol
3. Grafik
15
pH 10
Linear ()
5
0
0.5
1.5
2 2.5
3.5
4.5
5.5
volume
f(x) = - 1.43x + 18
R = 0.71
10
Linear ()
5
0
0
3
volume
15
pH 10
Linear ()
5
0
0
volume