Anda di halaman 1dari 90

Arsitektur Indonesia

Kontemporer

Kontemporer
English: contemporary (adj)

of the present time

Latar Belakang AMI

AMI, Arsitek Muda Indonesia, adalah


sebuah forum tempat diskursus
arsitektur.
Bermula dari satu Kegiatan pameran
arsitektur di tahun 1989, kelompok
arsitek muda ini bergulat menjelajah
dunia desain arsitektur
Mulai jenjang detail konstruksi sampai
kota.

JIWA AMI

1. Semangat
2. Kritis
3. Keterbukaan

Semangat!

Semangatlah yang mengikat sesama anggota AMI untuk


terus menerus menggali dan menyumbangkan idealisme
dan perkembangan Arsitektur di Indonesia. Semangat ini
dimanifestasikan dalam wujud "penjelajahan desain".

Salah satu kalimat tepenting dari manifesto AMI adalah:


"Bagi kami Arsitek Muda Indonesia, arsitektur adalah
wujud dari penjelajahan disain" jadi kata kuncinya adalah
'Penjelajahan'".
Kita tidak peduli sebuah proses desain harus melalui
bentuk kotak yang, kemudian berkembang menjadi
bundar, segitiga, tidak beraturan dan akhirnya kembali
ke kotak lagi, hal itu tidak penting, yang utama adalah
"Proses" dari penjelajahan itu sendiri.

Kritis!

Beberapa rekan-rekan AMI adalah figur-figur yang sangat kritis,


hal ini bisa dilihat dari awal, pada mulanya mereka menjalani
pendidikan Arsitektur di bangku kuliah.

Mereka sering mempertanyakan dan tidak terima begitu saja apa


yang di anjurkan, bahkan sering kali dari mereka harus menjadi
korban akibat keyakinan mereka sendiri.

Pada saat ini pun mereka juga tetap kritis, kritis terhadap karya
sendiri, maupun kritis terhadap karya orang lain. dan inilah salah
satu kekuatan AMI yaitu budaya kritis, untuk saling kritik diantara
teman-teman sendiri. Dan pada akhirnya kita menjadi sadar betul
bahwa forum seperti debat / kritik sangat di gemari dan
bermanfaat.

Kita tidak peduli hasil akhir dari debat / kritik tersebut, yang
penting prosesnya yang telah memperkaya kita, dari berbagai
sudut pandang yang lain. (sehingga lahirlah istilah "Sepakat untuk
tidak sepakat".)

Keterbukaan!

Kekritisan harus ditunjang keterbukaan. Keterbukaan


melontarkan pendapat, dan keterbukaan mendengarkan
pendapat.
Hal ini menjadi ciri khas rekan-rekan AMI untuk saling
mempublikasikan / mengexpose karyanya untuk
"dibantai" dalam forum-forum AMI.

Tanpa harus tersinggung atau "takut dicontek idenya",


karena akhirnya yang beruntung adalah kita juga, yang
mendapat masukan-masukan yang beraneka ragam dan
membantu "percepatan" dengan belajar diantara sesama
teman sendiri.

Pendiri

Yori Antar, Irianto P.H., Andra Matin,


Sonny Sutanto, Bambang Eryudhawan,
Sarjono Sani dan Marco Kusumawijaya.
Mereka berdiri di antara para arsitek
terkemuka di dunia arsitektur Indonesia
kontemporer.

Yori Antar

Karya-karya

Karya-karya

Marco Kusumawijaya

Andra Matin

Arsitektur itu modern dengan menerima dan


memanfaatkan masukan dari manapun.
Arsitektur Indonesia masa lalu sangat kaya
karena bisa berakulturasi dengan masukan dari
luar. Tengok saja Masjid Kudus, Jawa Tengah,
yang menyerap pengaruh arsitektur Hindu.

Isandra Matin
Nama
: Ir. Isandra Matin Ahmad
Lahir
: Bandung 1962
Pendidikan dan karir :
1988
Lulus dari Universitas Parahyangan, Bandung
1990-1998
Bekerja di PT. Grahacipta Hadiprana, Jakarta
1998
Mendirikan Andra Matin Architect (AMA), Jakarta
Telah mengajar di Universitas Indonesia, Universitas Parahyangan,
Institut Teknologi Bandung dan Universitas Tarumanagara.
1998
Proyek Le Bo Ye Graphic Design Office, Jakarta Selatan
1999
Proyek Paper Gallery, Bandung
1999
Gedung Dua8 Ethnology Museum, Kemang, Jakarta Selatan
1999
Penghargaan IAI untuk proyek Gedung kantor Le Bo Ye Graphic Design
dan Gedung Dua8 Kemang, Jakarta Selatan
2001
Proyek Aksara Bookstore, Kemang, Jakarta Selatan
2002
Proyek Ramzy Gallery, Bangka, Jakarta Selatan
2002
Penghargaan IAI untuk proyek Gedung kantor Le Bo Ye Graphic Design
dan Gedung Dua8 Kemang, Jakarta Selatan
2005
Pameran Bienalle
2006
Penghargaan IAI DKI Jakarta untuk proyek Conrad Chapel di Bali yang
dirancangnya bersama Antony Liu dan Ferry Ridwan
2006
Penghargaan IAI DKI Jakarta untuk proyek rumah tinggal di Kuningan,
Jakarta Selatan
2006
Penghargaan IAI DKI Jakarta untuk proyek kantor Javaplant di
Tawangmangu, Jawa Tengah
2007
terpilih sebagai salah satu arsitek dari 101 arsitek baru dunia paling
berkiprah di tahun 2007 versi' walpaper* architecture directory.

Sardjono Sani

Baskoro Tedjo

Budi Pradono

Eko Prawoto

Eko Prawoto
banyak
berhubungan
dengan Romo
Mangun.
Banyak orang
menyebut
sebagai murid
nya.

Eko Agus Prawoto

Lahir di Yogyakarta, 1959


S1 Arsitektur UGM, Yogyakarta tahun 1982
Master of Architecture dari Berlage Institute, Belanda tahun 1993
Kerja di PT Prima Design di Yogyakarta dari tahun 1980 - 1985
Dekan Fakultas Teknik Sipil di Univesitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Proyek :
Gereja Kristen Indonesia Sokaraja (1994-1995)
Mella Jaarsma & Nindityo House, Yogyakarta (1995)
Cemeti Art House, Yogyakarta (1997-1999)
Butet Ketarajasa House, Yogyakarta (2001-2002)
House for Ning, Yogyakarta (2002)
House for Jeanie dan Lantip (2003-2004)
Dst .

Eko bersinggungan dengan Romo Mangun


lebih dari 20 tahun. Pada beberapa proyek, dia
juga membantu Romo Mangun.
Yang didapat Eko dari Romo Mangun adalah
aspek tektonika:
kepekaan bagaimana teknik
menyambung, mempertemukan
bahan, dan mengartikan sambungan,
bagaimana memahami kodrat dan
bakat dari bahan, kreativitasnya, juga
pada keberanian untuk berbeda, dan
mencari dari dalam.

Tidak tentang kulit


tapi dari spirit.
Menurut dia, pada
akhirnya arsitektur
harus
memerdekakan
manusia.

Eko terpengaruh pemikiran Romo Mangun


soal pemakaian material bekas. Menurut
Romo Mangun, arsitektur harus
konstektual.
Sekarang ini banyak orang
membutuhkan pekerjaan. Oleh
karena itu, dalam satu proses
pembangunan rumah, misalnya,
sebanyak banyaknya budget
digunakan untuk upah.

Penting!
Bahan boleh murah, tetapi tenaga kerja harus dihargai
mahal. Mengutip ajaran Romo Mangun : investasi harus
pada sumber daya manusia.
- menyusun rapi pecahan keramik di antara ubin
bermotif.
- menggunakan besi yang dibentuk khas, untuk
menyangga kayu yang betemu dengan tembok.

Popo Danes is as multidimensional and international as his architectural design work. But his roots
remain firmly planted in his native Balinese culture and community. He maintains these roots by
reinvesting in education and supporting young talent for the benefit of the island and its future
generations.
As a Balinese architect, his professional commitment to a project is only about 40percent of what
the job actually entails. The balance is blending the project and its owners into the surroundings,
the community, the spiritual aspects of the space it occupies and even down to details of security
and service.

Design becomes a compromise, to involve local builders, environmental aspects and land
regulations. Incorporating all these aspects maintains harmony within the community so good local
people surround a project and it brings meaning and value to the Balinese.

AMI Next
SAM di Malang
Barefoot architecture

Ahmad Djuhara

urbane

yu sing

aboday

Buku Referensi
Menyajikan karya-karya arsitek
Indonesia yang mendapat penghargaan
dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Karyakarya ini terdiri atas berbagai kategori,
mulai dari rumah tinggal, hotel, galeri
seni, bangunan tua, hingga rumah
ibadah.
Rancangan-rancangan yang ditampilkan
mencerminkan tingginya keterampilan
para arsitek dalam menyiasati kendalakendala yang dihadapi saat mendesain
bangunan-bangunan yang ditanganinya.

Anda mungkin juga menyukai