Makalah Fortifikasi Pangan
Makalah Fortifikasi Pangan
FORTIFIKASI GIZI
EFIKASI FORTIFIKASI COOKIES UBI JALAR UNTUK PERBAIKAN
STATUS ANEMIA SISWI SEKOLAH
Kelompok 4:
Cahyani Wulandari
G1H011002
Yenny Istiqomah
G1H011003
Devi Ratnasari
G1H011005
Dita Wrisnijati
G1H011013
Mursyida Rahmah
G1H011016
Inne Aliani
G1H011033
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume atau jumlah sel
darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai
dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb < 10gr/dL),
sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke
jaringan. Anemia diklasifikasikan berdasarkan penyebab, terbagi menjadi
empat jenis, yaitu anemia defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, anemia
defisiensi vitamin B12, dan anemia megaloblastik. Anemia defisiensi zat besi
merupakan jenis anemia yang masih menjadi masalah global karena paling
sering ditemukan baik di negara maju maupun negara berkembang.
Di Indonesia sendiri, anemia defisiensi besi masih merupakan satu
dari empat masalah gizi utama. Masalah anemia defisiensi besi dapat ditemui
di setiap siklus hidup, salah satunya pada kelompok remaja putri. Remaja
putri merupakan salah satu kelompok yang memiliki resiko tinggi terhadap
kejadian anemia. Prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia masih
cukup tinggi yakni sebesar 20-40%. Hal ini dikarenakan pola konsumsi
masyarakat Indonesia yang rata-rata hanya mampu mencukupi angka
kebutuhan zat besi dibawah 50%. Dengan kata lain, kebutuhan zat gizi yang
tinggi pada remaja putri akan sulit terpenuhi apabila asupannya hanya berasal
dari konsumsi pangan yang biasa dikonsumsi sehari-hari, tanpa dilakukannya
fortifikasi pangan, sehingga penting dilakukan program fortifikasi.
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi
(nutrient) ke dalam suatu bahan pangan. Tujuan utamanya untuk
meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk
meningkatkan status gizi suatu populasi. Fortifikasi memiliki beberapa
keunggulan
dibanding
suplementasi.
Salah
satunya
adalah
tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Remaja Putri
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang
sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga mampu berproduksi. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke dewasa. Istilah ini menunjukkan masa awal
pubertas
sampai
tercapainya
kematangan.
Menurut
World
Health
gizi
dapat
mengakibatkan
gagalnya
pertumbuhan
fisik,
Umur
- 6 56 bulan
- 5 11 tahun
- Laki-laki 15 tahun
- Wanita 15 tahun
- Wanita hamil
Haemoglobin (g/dl)
11
11,5
12,0
13,0
12,0
11,0
Prevalensi Anemia
40%
20,0-39,9%
Ringan
Tidak bermasalah
Sumber: WHO, 2001
5,0-19,9%
0-4,9%
Batasan Haemoglobin
12 gr/dl-14 gr/dl
11 gr/dl-11,9 gr/dl
8 gr/dl-10,9 gr/dl
5 gr/dl-7,9 gr/dl
<5 gr/dl
Kehilangan Fe
Faeses
Urine,
keringat, &
Dewasa
- Pria
- Wanita
0,7
0,7
0,7
desquamasi
0,2 0,5
0,2 0,5
0,2 0,5
Kebutuhan Fe/Besi
Menstruas Pertu Hamil
i
Total
kebutuha
n Fe*
buhan
0,5-1,0
1,0-
0,9 - 1 ,2
1,4 - 2,2
2,0
Ibu
0,7
0,2 0,5
hamil
Anak-
0,7
0,2 0,5
anak
Remaja-
0,7
0,2 0,5
1,9 - 3,2
0,5-1,4
0,2
1,1 1,4
0,5-1,0
1,9 3,7
Putri
* Besi yang diabsorpsi, kebutuhan dalam menu makanan adalah 3 10 kali dari
jumlah tersebut tergantung pada sumber besi dari komposisi menu.
Sumber: Guthrie (1989).
Besaran (%)
46,2
22,4
3,6
2,7
0,47
Ubi jalar ungu memiliki jumlah kalori yang tinggi dan nilai gizi
lain yang tidak jauh berbeda dengan jenis ubi jalar lain. Jumlah kandungan
gizi ubi jalar dalam 100 gram bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada
Tabel 2.6 sebagai berikut:
Tabel 2.6. Kandungan Gizi Ubi Jalar dalam 100 gram Bahan
No.
Kandungan gizi
1
Kalori (kal)
2
Protein (g)
3
Lemak (g)
4
Karbohidrat (g)
5
Kalsium (mg)
6
Fosfor (mg)
7
Zat besi (mg)
8
Vitamin A (SI)
9
Vitamin B1 (mg)
10
Vitamin C (mg)
11
Air (g)
12
Bagian daging (%)
Sumber : Suprapti (2003)
2.5. Tepung Ubi Jalar Ungu
Besaran
123,00
1,80
0,70
27,90
30,00
49,00
0,70
7.700,00
0,90
22,00
68,50
86,00
Tepung ubi jalar ungu merupakan penepungan chip atau irisan ubi
jalar kering. Penepungan yang dilakukan harus memperhatikan jenis dan
teknologi mesin penepung berdasarkan tingkat kehalusan dan kapasitas
produksi (Suismono, 1995).
Tabel 2.7. Kandungan Gizi Tepung Ubi Jalar per 100 gram
No
1
2
3
4
5
6
Parameter
Tepung Ubi
(%)
Jalar Putih
Kadar air
10,99 %
Kadar abu
3,14 %
Protein
4,46 %
Lemak
1,02 %
Karbohidrat
84,83 %
Serat
4,44 %
Sumber: Lies Suprapti, (2003:21)
Tepung Ubi
Tepung Ubi
Jalar Orange
6,77 %
4,71 %
4,42 %
0,91 %
83,19 %
5,54 %
Jalar Ungu
7,28 %
5,31 %
2,79 %
0,81 %
83,81 %
4,72 %
BAB III
PEMBAHASAN
Fortifikasi cookies dinilai layak dilakukan selama diperhitungkan
kehilangan yang terjadi karena melalui proses pemanggangan dan penyimpanan.
Selain itu, dinyatakan bahwa fortifikasi vitamin A, asam folat, besi, dan seng
layak dilakukan secara teknis pada produk cookies. Pemilihan cookies untuk
dijadikan vehicle (pangan pembawa) dalam fortifikasi zat besi memiliki beberapa
pertimbangan, yaitu: (1) cookies adalah makanan yang sudah cukup dikenal oleh
masyarakat dari berbagai kalangan usia, khususnya kalangan remaja, (2) cookies
dapat dikonsumsi setiap saat, dan (3) proses pembuatan cookies relatif mudah.
Fortifikan yang digunakan dalam pembuatan cookies adalah ferrous
fumarate, karena ferrous fumarate memiliki persentase besi elemental lebih tinggi
dari ferrous sulphate, yaitu 33 %. Semakin tinggi persentase besi elemental yang
dimiliki suatu bentuk garam zat besi semakin baik karena itu berarti jumlah mg
bentuk garam yang dipakai semakin sedikit. Besi elemental adalah jumlah zat besi
dalam bentuk garamnya yang akan tersedia dalam darah untuk diserap. Tingkat
fortifikasi yang digunakan untuk ferrous fumarate sebesar 60 ppm. Dalam
program ini, sasaran yang akan diintervensi dengan cookies ubi jalar Fe adalah
remaja putri. Rencananya remaja putri akan diberikan cookies sebanyak 50 gram
per hari, dan untuk meningkatkan asupan Fe pada remaja putri, maka akan
ditambah dari fortifikasi sebesar 50% RDA. Jumlah fortifikan yang akan
ditambahkan yaitu:
-
100
33
x 65 mg = 197
mg.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh jumlah fortifikan
(ferrroes fumarate) yang harus ditambahkan dalam proses pembuatan cookies ubi
jalar per kg tepungnya sebesar 197 mg ferroes fumarate.
Bahan pembawa yang digunakan untuk fortifikasi adalah tepung ubi
jalar. Tepung ubi jalar mempunyai banyak kelebihan untuk digunakan dalam
pembuatan cookies, yaitu: (1) lebih luwes untuk pengembangan produk pangan
dan nilai gizi, (2) lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyedia bahan
baku industri dan harga lebih stabil. Hasil penelitian tepung ubi jalar dapat
digunakan sebagai bahan campuran pada pembuatan berbagai produk antara lain
kue-kue kering, kue basah, mie, bihun dan roti tawar.
Teknologi yang digunakan dalam proses fortifikasi Fe pada cookies ubi
jalar sangatlah sederhana, karena tidak memerlukan tekhnologi khusus untuk
memfortifikasikannya, cukup dengan mencampurkan bahan fortifikan ke dalam
tepung ubi jalar yang akan digunakan untuk membuat cookies, maka akan
dihasilkan cookies ubi ungu yang sudah difortifikasi dengan Fe.
b. Cara membuat
1. Campur tepung ubi, ferroes fumarate, dan susu, aduk rata.
2. Kocok telur dan mentega hingga halus. Campur dengan tepung ubi,
ferroes fumarate dan susu, aduk rata.
3. Cetak sesuai selera. Panggang selama 20 menit pada suhu 1800C.
4. Setelah cookies jadi, kemudian dikemas 50 gram cookies per porsi
(bisa jadi untuk 5 porsi).
Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari produk fortifikasi
cookies ubi jalar ini. Kelebihannya adalah praktis; karena ukurannya yang kecil
dan pas untuk dibawa kemana-mana, mudah dikonsumsi karena serving sizenya
hanya 50 gram, tidak merangsang saluran pencernaan karena berasal dari bahanbahan yang biasa dikonsumsi oleh sasaran, dan dapat dikonsumsi kapan saja tidak
terkait dengan sudah makan atau belum makan karena cookies ini aman
dikonsumsi kapan saja.
Kelemahannya adalah produk ini bisa menjadi salah sasaran karena kita
tidak bisa memastikan apakah makanan itu dikonsumsi oleh sasaran.
Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi adalah cookies ini diberikan ke teman
dan keluarganya.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan dari makalah ini antara lain:
1. Fortifikan yang digunakan dalam pembuatan cookies adalah ferrous fumarate,
karena ferrous fumarate memiliki persentase besi elemental lebih tinggi dari
ferrous sulphate, yaitu 33%.
2. Teknologi yang digunakan dalam proses fortifikasi Fe pada cookies ubi jalar
sangatlah sederhana, karena tidak memerlukan tekhnologi khusus.
3. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies antara lain: 1 kg
tepung ubi jalar (siap pakai), 1kg susu formula lanjutan, 625 g mentega, 5 btr
telur, dan 197 mg ferroes fumarate.
Cara membuat cookies:
- Campur tepung ubi, ferroes fumarate, dan susu, aduk rata.
- Kocok telur dan mentega hingga halus. Campur dengan tepung ubi, ferroes
fumarate dan susu, aduk rata.
- Cetak sesuai selera. Panggang selama 20 menit pada suhu 1800C.
- Setelah cookies jadi, kemudian dikemas 50 gram cookies per porsi (bisa
jadi untuk 5 porsi).
4. Kelebihan cookies sebagai produk fortifikasi adalah praktis, aman, mudah
dikonsumsi, dan tidak merangsang saluran pencernaan. Kelemahannya adalah
bisa menjadi tidak tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bauernfeind, J.C., Lachance P.A., eds. 1991. Nutrient Additions to Food.
Nutritional, Technological and Regulatory Aspects. Trumbull, Conn,
USA: Food and Nutrition Press.
Briawan, D., Hardinsyah, Setiawan B., Malrliyati S.A., dan Muhilal. 2008. Efikasi
Suplemen Besi-Multivitamin untuk Perbaikan Status Besi Remaja Wanita.
Jurnal Gizi Indonesia, 30 (1): 30-36.
Briawan, D., Sulaeman A., Syamsir E., dan Herawati D. 2013. Efikasi Fortifikasi
Cookies Ubi Jalar untuk Perbaikan Status Anemia Siswi Sekolah.
Majalah Kedokteran Bandung, 45: 4.
Damardjati, D.S., S. Widowati dan Suismono. 1993. Pembinaan Sistem
Agroindustri Tepung Kasava Pola Usaha Tani Plasma di Kabupaten
Ponorogo. Laporan Penelitian Kerjasama Balittan Sukamandi dengan PT.
Petro Aneka Usaha. Sukamandi.
Depkes RI. 2003. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jakarta: Depkes RI.
Proverawati, A. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset.
Sediaoetama, A.D. 1985. Ilmu Gizi. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Wijiastuti, H. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada
Remaja Putri di Tsanawiah Negeri Cipondoh-Tangerang tahun 2005.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
Utomo, J.S., dan S.S. Antarlina. 2002. Tepung Instant Ubi Jalar untuk Pembuatan
Roti Tawar. Majalah Pangan, No: 38/XI/Jan/2002, Hal: 28-34.