Anda di halaman 1dari 23

NAMA :M.

NUR SYAH PUTRA


KELAS:C1 PAGI SEM 2 T.MESIN UMSU
NPM: 1407230248
METROLOGI
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

yang berkaitan dengan kegiatan

pengukuran.
A. FUNGSI PENGUKURAN
Secara sederhana sebenarnya kegiatan pengukuran yang kita lakukan itu
berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi disini bisa juga diartikan
secara luas, contohnya komunikasi antara penjual dengan pembeli.
Di

dalam

suatu

perusahaan

manufakture,pengukuran

sangatlah

penting, karena segala sesuatu yang menjadi parameter dari suatu produk
yang kita hasilkan tidak lepas dari angka angka yang hanya bisa di dapatkan
melalui proses pengukuran.
Pengukuran yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat antara
lain sebagai berikut :

1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu object yang kita teliti.
2. Dalam industri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai riset,
operator, pengujian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk yang
dihasilkan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu
yang akan terjadi.
4. Sebagai pengendalian serta jaminan mutu.

B. KLASIFIKASI PENGUKURAN
Geometris obyek ukur mempunyai bentuk yang beracam-macam. Oleh
karena

itucara

mengukur

pun

bisa

bermacam-macam.

Agar

hasil

pengukurannya mendapatkan hasil yang paling baik menurut standart yang


berlaku maka diperlukan cara pengukuran yang tepat dan benar. Untuk itu
perlu diketahui klasifikasi dari pengukuran. Ada beberapa pengukuran
berdasarkan

cara

pengukuran

yang

bisa

dilakukan

untuk

mengukur

geometris obyek ukur, yaitu:

1. Pengukuran langsung
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari
alat ukur yang digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya
mengukur diameter poros dengan jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran Tak Langsung
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja
dan tidak bisa dibaca langsung dari hasil pengukurannya, maka
pengukuran yang deikian ini disebut pengukuran tak langsung. Kadangkadang untuk mengukur satu benda ukur diperlukan dua atau tiga buah
alat ukur standar, alat ukur pembanding dan alat ukur pembantu.
Misalnya: Pengukuran ketirusan poros dengan menggunakan senter sinus
(sine center) yang harus dibantu dengan jam ukur(dial indikator) dan blok
ukur.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas

Kadang-kadang dalam proses pengukuran kita tidak perlu melihat


bebeapa besar ukuran benda yang dibuat melainkan hanya untuk melihat
apakah benda yang dibuat masih dalam batas-batas toleransi tertentu.
Misalnya saja mengukur diameter lubang. Dengan menggunakan alat
ukur jenis kaliber batas dapat ditentukan apakah benda yang dibuat
masuk kedalam kategori diterima (GO) atau masuk dalam kategori
dibuang atau ditolak (No.Go). Dengan demikian sudah tentu alat yang
digunakan untuk pengecekannya adalah kaliber batas Go dan No Go.
Pengukuran seperti ini disebut pengukuran dengan kaliber batas.
Keputusan yang diambil adalah dimensi yang masih dalam batas
toleransi dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak diluar
batas toleransi dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk
pengukuran dalam jumlah banyak dan membutuhkan waktu yang cepat.
4. Pengukuran dengan Perbandingan Bentuk Standart
Pengukuran di sini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda
yang dibuat dengan bentuk standar yang memang digunakan untuk alat
pembanding. Misalnya kita akan mengecek sudut ulir atau roda gigi ,
mengecek sudut tirus dari poros konis, mengecek radius dan sebagainya.
Pengukuran dulakukan dengan alat proyeksi. Jadi disini sifatnya tidak
membaca besarnya ukuran tatapi mencocokkan bentuksaja . Misalnya
sudut ulir dicek dengan mal ulir atau pengecek ulir lainnya.

1.Metode /konsep pengukuran


Pada umumnya metode pengukuran adalah membandingkan besaran yang
diukaur
terhadap standarnya. Bagaimana proses membandingkan dilakukan,
diantarnaya

harus diketahui:
konsep dasar tentang besaran yang dilakukan
dalil fisika tentang besaran tersebut
spesifikasi peralatan yang harus digunakan pengukuran
proses pengukuran yang dilakukan
uruturut an langkah yang harus dilakukan
kualifikasi operator
kondisi lingkungan
Terminologi dan metodologi pengukuran yang standarkan meliputi
sbb:
a. Metode pengukuran fundamental
Pengukuran berdasarkan besaranbesaran dasar (panjang, massa, waktu
dsb)
yang dipakai untuk mendifinisikan besaran yang diukur. Misal pengukuran
gravitasi dengan cara bola jatuh, diukur massa benda yang jatuh, jarak yang
ditempuh dan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Disini
nilai percepatan gravitasi langsung ditentukan dengan mengukur besaran
dasar massa, panjang dan waktu.
b. Metode pengukuran langsung
Metode pengukuran dimana nilai besaran langsung terbaca pada alat ukur
tanpa memerlukan pengukuran besaranbesaran lain yang mempunyai
hubungan fungsional dengan besaran yang diukur. Contoh:
pengukuran panjang dengan memakai mistar.
pengukuran massa dengan neraca sama lengan
c. Metode pengukuran tidak langsung
Pengukuran yang diukur ditentukan dengan jalan mengukur besaran lain
yang mempunyai hubungan funsional dengan besaran yang diukur, Contoh:
pengukuran tekanan dengan mengukur tingginya kolom cairan didalam

suatu tabung
pengukuran suhu dengan mengukur tahanan listrik kawat platina (
temometer tahanan platina).
d. Metode perbandingan
Membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang telah
diketahui nilainya. Contoh:
. mengukur tegangan dengan pontensio meter. Disini tegangan yang akan
diukur dibandingkan dengan tegangan sel standar
. mengukur tahanan listrik dengan jembatan Wheatstone.
e. Metode subtitusi
Metode pengukuran dimana besaran yang diukur diganti oleh besaran yang
sejenis yang nilainya telah diketahui dan dipilih sedemikian rupa sehingga
menimbulkan efek yang sama terhadap penunjukkan alat ukur.
f. Metode deferensial
Metode dimana besaran yang diukur dibandingkan dengan besaran yang
sejenis yang telah diketahui yang nilainya hanya berbeda sedikit dengan
yang
diukur adalah perbedaan itu. Contoh:
Pengukuran panjang dengan menggunakan komparator
Pengukuran distribusi suhu didalam ruangan yang suhunya hampir
seragam
dengan memakai termokopel differinsial.
g. Metode nol
Metode pengukuran dimana nilai besaran yang diukur ditentukan dengan
menyetimbangkan, mengatur satu atau lebih besaran yang telah diketahui
yang dengan besaran ini mempunyai hubungan tertentu dan dalam keadaan
setimbang diketahui bentuknya. Contoh:
pengukuran impendansi dengan memakai rangkaian jembatan impendansi

pengukuran tegangan dengan memakai potensiometer.


II. DIMENSI DAN TOLERANSI
Jenis Jenis Dan Cara Pengukuran
Dalam Standar Internasional terdapat tujuh Besaran Dasar: Panjang,
massa, waktu, arus listrik, temperature, jumlah zat, intensitas cahaya
Pada pengukuran Geometris besaran dasar yang digunakan yaitu besaran
panjang yang diberi nama meter.
Satu Meter:
Panjang yang sama dengan 1650763,73 kali panjang gelombang dalam
ruang hampa Dari radiasi (sinar) yang timbul akibat perubahan tingkatan
energi antara 2p10 dan 5d5 dari atom Kripton 86.
Syarat Besaran Standar:
o Dapat didefinisikan secara jelas
o Jelas dan tidak berubah dengan waktu
o Dapat digunakan sebagai pembanding
o
1. Jenis Pengukuran:
o Linier
o Sudut Dan Kemiringan
o Kedataran
o Profil
o Ulir
o Roda Gigi
o Penyetelan Posisi
o Kekasaran Permukaan
2. Macam Alat Ukur:
o Alat ukur Langsung: Hasil pengukuran dapat langsung dibaca

o Alat ukur pembanding: untuk membaca besarnya selisih suatu


dimensi terhadap ukuran dasar
o Alat ukur standar: Menunjukkan ukuran tertentu
o Alat ukur batas (caliber): menunjukkan apakah suatu dimensi
terletakdi dalam atau di luar daerah toleransi
o Alat ukur Bantu: bukan alat ukur tetapi penting dalam pengukuran
3. Cara Pengukuran
o Pengukuran Langsung
o Pengukuran tak langsung
o Pengukuran dengan caliber batas
o Pengukuran dengan membandingkan bentuk standar
Menurut Prinsip Kerja
o Mekanis
o Optis
o Elektris Hidrolis
o Pneumatis
4. Konstruksi Alat Ukur
o

Sensor (Menguhubungkan alat ukur dengan benda ukur))


o Pengubah (Memperbesar atau memperjelas perbedaan yang kecil
dari geometri obyek ukur)
Macamnya:
1. Mekanis
2. Mekanis optis
3. Elektris
4. Optis elektris
5. Pneumatis
o

Pencatat.

5. Sifat Umum Alat Ukur

Rantai Kalibrasi

Kepekaan (merasakan suatu [perbedaan yang relatif

kecil)

Kemudahan baca (system penunjukkan yang jelas)

Histerisis (Penyimpangan kontinyu dalam arah bilakbalik


kepasifan (perubahan kecil harga yang diukur tidak menimbulkan

perbedaan
penunjuk
Pergeseran

(merasakan

perubahan

ukuran

benda

ukur)
Kestabilan nol (benda ukur dilepas penunjuk kembali

ke posisi nol)

Pengambangan (posisi arum penunjuk selalu berubah)

6. Kesalahan Pengukuran
Syarat Pengukuran: Benda ukur, Alat Ukur, Orang yang mengukur
Penyebab pengukuran tidak teliti:

Alat Ukur

Benda Ukur

Posisi Pengukuran

Lingkungan

Pengukur

7. Sistem Kualitas
Ketelitian dimensional merupakan suatu hal yang sangat penting di
dalam suatu proses manufacturing. Penggunaan toleransi pada suatu
komponen

mesin

secara

sistematik

dapat

dibahas

dengan

memperhatikan, selain dari segi fungsional juga dari segi lain yang erat
hubungannya dengan proses dan biaya pembuatan.
Semakin kecil toleransi yang diberikan pada ukuran pada suatu
komponen mesin maka biaya pembuatannya akan semakin mahal.

Konfigurasi Permukaan
a. Permukaan dan profil
b. Parameter kekasaran permukaan
c. Pembahasan harga parameter kekasaran permukaan
d. Penulisan spesifikasi permukaan pada gambar teknik
e. Pengafilkasian benda kerja terhadap mobilisasi pekerjaan masyaraka

Proses Pembuatan dan Ketepatan


Sesungguhnya proses pemesinan mempunyai kemampuan yang terbatas
atau yang biasa disebut dengan kemapuan toleransi mesin/perkakas/
peralatan, dalam menghasilkan produk dengan ketepatan geometri yang
tertentu. Sebagai contoh, bila suatu poros harus mempunyai diameter
dengan toleransi 0,5 mm maka poros tersebut dapat dibubut sampai
ukuran toleransi yang dimaksud. Jika diinginkan toleransi yang lebih teliti
untuk kualitas pengerjaan yang lebih tinggi, maka dapat dilanjutkan dengan
operasi pengerjaan lanjutan misalnya dengan proses gerinda.

Pemilihan Suaian
a. Pemilihan basis suaian
b. Pemilihan kualitas suaian

c. Pemilihan jenis suaian


8. Pengenalan Beberapa Alat Ukur Linier

Mengenal dan menggunakan beberapa alat ukur linier.

Membandingkan fungsi antara alat ukur yang satu dengan yang


lainnya.

Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur.

9. Alat Ukur Linier Langsung


Mistar Ukur
DIMENSI
o Paling sederhana
o Metrik dan Inchi
o Panjang ukuran 150 mm 300 mm dengan pembagian 1 atau 0,5 mm
TOLERANSI
o Ketelitian tidak bisa lebih kecil dari 0,5 mm
o Untuk ukuran lebih dari 300 mm digunakan mistar lipat atau gulung
o Macamnya:
1. Mistar Baja
2. Mistar Kait
3. Mistar Lipat
4. Mistar Gulung
Mistar Ingsut ( Mistar Geser, Jangka Sorong, Jangka geser, Schuifmaat)
o Macam: Mistar ingsut dengan Nonius, Mistar Ingsut dengan Jam / Dial
Caliper)
o Kecermatan : 0,1 ; 0,05 ; 0,001)

Mistar Ingsut Ketinggian (Heigh Gauge)


o Berfungsi sebagai pengukur ketinggian
o Pembacaan skala sama dengan mistar ingsut/jangka sorong
o Diperlukan satu bidang datar sebagai referensi (meja rata)
o Macam:
Mistar Ingsut Lain:
1.

Mistar Ingsut tak sebidang

2.

Mistar Ingsut Jarak Senter

3.

Mistar Ingsut Diameter Alur dealam

4.

Mistar Ingsut Pipa

5.

Mistar Ingsut Posisi dan Lebar Alur

6.

Mistar Ingsut Putar

7.

Mistar Ingsut Tekanan Ringan

8.

Mistar Ingsut Serba Guna

9.

Mistar Ingsut Kedalaman


10.Mistar Ingsut Penggores
Mikrometer:
DIMENSI DAN TOLERNSI ALAT

Kecermatan lebih baik dari mistar Ingsut ( 0,01)

Macam Kecermatan 0,005 ; 0,002 ; 0,001 ; 0,0005 )


o

Drajat kepercayaan turun bila ketelitian lebih kecil dari 0,005,


karena kesalahan rambang

Untuk Kecermatan tinggi perlu alat yang lebih peka: Johansson


Microcator, dan comparator yang lain

Panjang ulir utama dibatasi sampai 25 mm

Kalibrasi

Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur (dengan optical flat)

Pemerikasaan Kesejajaran Muka Ukur

Jenis Mikrometer

o
10.

Alat Ukur Linier Tak Langsung:

Alat Ukur Standar:

1. Blok Ukur ( Gauge Block)


2. Batang Ukur ( Length Bar)
3. Kaliber Induk Tinggi ( Height Master)

Alat Ukur Pembanding:1. Jam Ukur ( Dial Indikator)


2. Jam Ukur Test/Pupitas (Dial Test Indicator)
3. Pembanding (Comparator)

10.1. Blok Ukur (gauge block):


Nama lain; Gauge Block, End Gauge, Slip Gauge, Jo Gauge, Johannsen
Gauge.
DIMENSI DAN TOLERANSI ALAT
Merupakan alat ukur standar.
Dua permukaan sangat halus, rata, sejajar, dapat bersatu dengan kuat
akibat daya adhesi dan tekanan udara luar.
Wringability memungkinkan mendapatkan ukuran tertentu.
Bahan; Baja karbon tinggi, baja paduan atau karbida logam dengan
heat threatment.
Sifat: Tahan aus, korosi , koefisien muai sama dengan baja komponen
mesin, Kestabilan ukuran baik.
Set Blok Ukur dan Kualitasnya.
Pemeliharaan Blok Ukur.
Pemilihan susunan Blok Ukur (missal 58, 975).
Contoh Set Blok Ukur 112 buah dengan tebal dasar 1 mm

Selang
1,001 1,009
1,010 1,490
0,50 24,50
25 - 100
1,0005

Kenaikan

Jumlah

0,001
0,010
0,50
25
-

Blok
9
49
49
4
1

Kelas Blok Ukur

Kelas 3 *

Pemerikasaan

Digunakan sebagai

Kualitas

ukuran standar pada

dengan
Komparator,

Bagian Produksi

dibandingkan
blok ukur kelas
1
Komparator

Kelas 2

Kamar Ukur Bagian produksi

peka,
dibandingkan
blok ukur kelas
Kelas 1

0
Komparator

Kamar

peka,

Metrologi

Ukur

atau

Lab

dibandingkan
blok
Kelas 0**

ukur

kelas0
Komparator

Lab Metrologi Industri

peka,
dibandingkan
blok ukur kelas
Kelas 01***

01
Inferometer

Lab

Metrologi

(Nasional)

*Jarang Terdapat karena merupakan kelas yang kasar


** Master Gauge
*** Sebagai standar nasional

Industri

Standart kualifikasi dari mekanik itu sendiri yang lebih diutanmakan dari
pada hal yang harus dilakukan oleh sang pekerja kemudian yang lebih
penting lagi yaitu adalah cara dimana kita harus bisa mematenkan produk
terhadap benda kerja yang akan kita buat nantinya ,
Blok ukur berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat,
mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat. Dibuat dari baja
perkakas, baja khrom, baja tahan karat, khrom karbida atau karbida
tungsten.
Digunakan sebagai pembanding pengukur yang teliti untuk meng
ukur perkakas, pengukur, die dan sebagai standar laboratorium induk
untuk mengukur ukuran selama produksi. Ketelitian berlaku hanya pada
suhu 20 oC.
Contoh ukuran dari set blok ukur karbida yang terdiri dari 88 buah, sbb:
3 blok : 0,5; 1,0; 1,0005 mm.
9 blok dg imbuhan sebesar 0,001 mm mulai dari 1,001-1,009.
49 blok dg imbuhan sebesar 0,01 mm mulai dari 1,01 hingga 1,49 mm
17 blok dg imbuhan sebesar 0,5 mm mulai dari 1,5 hingga 9,5 mm
10 blok dengan imbuhan sebesar 10 mm mulai dari 10 hingga 100
mm.

Gambar 1. Satu set blok ukur.

Contoh : bila diperlukan standar dimensi sebesar 91,658 maka


dilakukan kombinasi blok seperti tabel berikut : Blok yang digunakan
Dimensi yang dikehendaki = 91,658 mm. Perseribu = 1,008. Sisa =
90,650. Perseratus = 1,15. Sisa = 89,5. Persepuluh = 9,5. Sisa = 80.
Satuan = 80. Sisa = 0.
Jadi, susunan blok ukur sbb : 1,008 + 1,15 + 9,5 + 80 = 91,658 mm.

Gambar 2. Susunan blok ukur.

11. Batang Ukur (Length Bar)

Blok ukur dengan ukuran lebih panjang (lebih dari 250 mm)

Dari baja karbon dengan diameter 22 mm kedua ujung dikeraskan.

12. Kaliber Induk Tinggi

Pengukuran dengan blok ukur memakan waktu lama untuk persiapan


dan penyusunan.

13. Jam Ukur

Prinsip Kerja mekanis merubah gerakan translasi menjadi rotasi

Kecermatan; 0,01 ; 0,005 ; 0,002 mm

14. Pupitas

Jam ukur dengan kapasitas lebih kecil

15. Komparator

Alat ukur yang peka

Sebagai pembanding dalam kalibrasi blok ukur

16. Kaliber Batas

Untuk memeriksa suatu produk/komponen mesin dalam jumlah besar


diperlukan waktu lama

Yang diperlukan hanya batas-batas toleransi

III. PENGUKURAN MUTU


PENGUJIAN
adalah suatu kegiatan untuk menentukan sifatsifat suatu
produk, proses atau jasa, menurut suatu prosedur, metodologi atau
persyaratan
tertentu.
Pengujian suatu produk peralatan bertujuan untuk mengetahui kondisi
peralatan tersebut cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi peralatan yang
diminta
oleh konsumen pada saat dikirim oleh produsen pada saat dikirim oleh
produsen/kontraktor. Pengujian biasanya dilakukan pada awal penggunaan
peralatan tersebut
Secara umum pengujian suatu produk dapat dibagi menjadi 3 jenis
pengujian, yaitu:
Pengujian keandalan (Reliability Test)
Pengujian keamanan (Safety Test)
Pengujian Fungsi ( Fungtion Test)

Pengujian keandalan adalah pengujian yang dilakukan untuk


mengetahui unjuk kerja
dari sebuah peralatan dalam waktu yang lama.
Pengujian keamanan adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui bahwa
sebuah peralatan cukup aman digunakan bagi penggunanya dan juga aman
bagi
peralatan itu sendiri pada tempat dia digunakan.
Pengujian fungsi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
kerja/fungsi dari
sebuah peralatan sesuai dengan spesifikasinya.
Menurut jenis/item uji, pengujian secara garis besar dibagi menjadi 3
bagian besar:
1. Efek lingkungan ( Enviromental effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan
mengkondisikan/mensimulasikan kondisi ruang uji seperti kondisi dimana
peralatan tersebut akan digunakan. Bagian uji efek lingkungan ini antara
lain:
Efek temperatur
Efek kelembaban
Efek tekanan
2. Efek dinamik (Dynamic effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan
kondisi dinamik yang akan dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat/atau
sebelum peralatan tersebut digunakan. . Bagian dari uji dinamik antara lain:
Efek getaran (vibrasi)
Efek jatuhan

Efek denyut (shock)


Efek bump
3. Efek kelistrikan (Electricity Effect)
Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan
kondisi efek kelistrikan yang dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat
digunakan. Bagian dari uji efek kelistrikan antara lain:
Arus denyut
Variabel voltage
OnOff
Kebocoran arus (Current Leakage)
Efek elektro magnit (Electromagnetic Compatibility)
Kriteria Alat Uji:
Persyaratan alat uji dan alat Bantu uji:
Handal: Alat uji harus dapat dioperasikan dalam waktu yang cukup
lama secara terus menerus tanpa mengalami gangguan dan
penurunan kemampuan. Apabila peralatan uji dikendalikan dengan
menggunakan sistem kontrol, maka alat uji tersebut harus mempunyai
karakteristik yang baik walaupun dioperasikan dalam waktu yang
cukup lama.
Akurat: penujukkan alat uji harus tepat dan mempunyai kesalahan
pembacaan yang relatif kecil. Akurasi peralatan uji mutlak diperlukan
untuk pengukuran point to point ( melakukan peralatan pada titiktitik
ukur tertentu) maupun untuk pengukuran terkontrol dan siklus
tertentu dengan slope yang dipersyaratkan (melakukan pengukuran
secara kontinyu yang biasanya berupa grafik dengan karakteristik
tertentu). Pembenaran penunjukkan hasil ukur alat uji dapat diketahui
dengan melihat hasil kalibrasi alat uji tersebut. Besarnya kesalahan

hasil ukur alat uji akan menentukan klasifikasi dari alat uji.
Mampu Telusur: Semua peralatan ukur dan uji yan mempengaruhi
ketelitian atau keabsahan pengujian harus dikalibrasi dan/atau
dilakukan verifikasi dan keabsahan peralatan harus didesain dan
dilaksanakan sebagai mana mestinya sehingga menjamin pengukuran
yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi yang dapat ditelusuri ke
standar nasional. Atau mengikuti progran uji banding antara
laboratorium atau program uji profesiensi yang sesuai. Standar
pembanding pengukuran yang memiliki laboratorium harus dipakai
untuk kalibrasi saja, kecuali jika dapat dibuktikan bahwa standar
pembanding pengukuran wajib dikalibrasi ulang dan dilakukan oleh
instansi yang berwewenang.
Klasifikasi Alat Ukur dan Pengukuran
Ada banyak macam alat-alat ukur dan pengukuran dalam dunia teknik, untuk itu ada beberapa
klasifikasi dari alat ukur dan pengukuran yang memudahkan untuk pengelompokan alat-alat ukur
tersebut. Menurut Wibowo. W (2012) alat ukur bisa dibedakan menjadi 3 yaitu berdasarkan sifat
aslinya, berdasarkan turunannya dan berdasarkan prinsip kerjanya. Berikut adalah klasifikasi
alat-alat ukur tersebut
Klasifikasi Alat Ukur Berdasarkan Sifat Aslinya
1. Alat Ukur Langsung
Alat ukur langsung adalah alat ukur yang sudah dilengkapi dengan skala yang dapat
dibaca secara langsung sehingga apabila mengukur menggunakan alat ukur langsung ini data
hasil pengukuran bisa langsung diperoleh. Contoh dari alat ukur langsung ini adalah mistar,
jangka sorong, mikrometer dan lain-lain.
2. Alat Ukur Pembanding
Menurut Wibowo. W (2012) alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda ukuran
suatu produk dengan ukuran dasar produk yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan blok
ukur. Contoh dari alat ukur pembanding ini adalah dia indikator

3. Alat Ukur Standart


Yaitu sebuah alat ukur yang dilengkapi dengan satu skala nominal. Hasil pengukuran
dengan alat ukur standar ini tidak bisa di berikan secara langsung. Fungsi lain dari alat ukur ini
selain sebagai media pengukur adalah sebagai standar kalibrasi alat pengukuran lain. Contohnya
adalah blok ukur
4. Alat Ukur Kaliber Batas
Yaitu alat pengukuran yang memiliki fungsi menunjukkan apakah dimensi suatu obyek
berada di luar atau di dalam daerah toleransi obyek tersebut. Contohnya adalah Kaliber Poros
dan Kaliber Lubang
5. Alat Ukur Bantu
Sebenarnya alat ukur bantu tidak bisa menunjukkan hasil pengukuran dan tidak memiliki
skala ukur, alat ini hanya membantu dalam proses pengukuran dan keberadaanya sangat penting
dalam proses pengukuran. Contohnya adalah meja rata, batang lurus dan Stand Magnetic.
Klasifikasi Alat Ukur Berdasarkan Turunannya
1. Alat Ukur Khas
Yaitu alat ukur yang dibuat dengan tujuan untuk mengukur obyek-obyek khas atau
tertentu seperti kekasaran permukaan, profil gigi pa;a roda gigi, dan kebulatan. Contohnya
adalah Alat ukur roda gigi.
2. Alat Ukur Koordinat
Yaitu alat ukur yang memiliki skala yang bisa digerakkan dalam ruangan. Fungsinya
untuk menentukan posisi suatu obyek. Contohnya adalah alat ukur posisi.
Klasifikasi Alat Ukur Berdasarkan Prinsip Kerjanya
1. Alat ukur mekanik
2. Alat ukur optik
3. Alat ukur pneumatik
4. Alat ukur elektrik
5. Alat ukur hidrolik
6. Alat ukur aerodinamik
Sifat Umum Alat Ukur dan Pengukuran

Ada banyak sekali macam-macam alat ukur dan pengukuran, namun kesemuanya alat ukur
tersebut memiliki beberapa sifat umum yang sama. Selain itu dalam pengukuran juga terdapat
beberapa sifat-sifat.
2.3.1 Sifat Umum Alat Ukur
1. Kalibrasi
Adalah kemampuan alat ukur tersebut untuk di kalibrasi atau disetel ulang.
2. Ketelitian
Menurut Santoso H. A (2013) Penyimpangan dari harga yang diamati, dibandingkan dengan
harga sebenarnya.
3. Kesetabilan
Adalah kemampuan alat ukur untuk kembali ke titik nol
4. Presisi
Adalah Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran yang sama pada pengukuran
berulang yang singkat.
5. Kemampuan Baca
Adalah kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran oleh penunjuk.
2.3.2 Sifat Umum Pengukuran
1. Ketelitian (Accuracy)
Adalah kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil pengukuran yang mendekati ukuran
sebenarnya.
2. Ketepatan (Precision)
Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil yang sama pada pengulangan pengukuran
berkali-kali.
3. Kecermatan (Resolution)
Yaitu skala terkecil yang mampu ditunjukkan oleh sebuah alat ukur.
Kesalahan dalam Pengukuran
Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan sebuah pengukuran,
baik kesalahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor manusia ataupun faktor dari alat
ukur tersebut. Berikut adalah kesalahan-kesalahan yang bisa terjadi saat melakukan pengukuran.
Kesalahan Akibat Faktor Lingkungan

Saat melakukan sebuah pengukuran, hendaknya meninjau terlebih dahulu lingkungan


tempat akan melakukan pengukuran. Menurut Budiyanto (2012) Kesalahan pengukuran yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan disebut kesalahan acak. Adapun beberapa hal yang dapat
menyebabkan kesalahan pada pengukuran oleh faktor lingkungan adalah kebisingan, getaran,
suhu dan fluktuasi.
Kesalahan Akibat Faktor Manusia
Manusia adalah pelaku dalam pengukuran, banyak sekali kesalahan-kesalahan yang bisa
terjadi akibat dari manusia itu sendiri. Yang berpengaruh dalam kesalahan ini adalah kemampuan
(skill) dan pengalaman dalam melakukan pengukuran. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi
adalah posisi mata pengamat yang tidak lurus saat melakukan pembacaan skala, kesalahan dalam
menggunakan alat ukur dan kesalahan dalam membaca skala alat ukur.
Kesalahan Akibat Faktor Alat Ukur
Alat ukur merupakan buatan manusia, dan memerlukan sebuah perawatan untuk menjaga
ketelitian dari alat ukur tersebut. Perawatan yang dimaksud adalah kalibrasi alat ukur. Menurut
belajar-teknik-sipil.blogpot.com (2011) umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alatalat ukur sendiri. Beberapa kesalahan yang sering terjadi yang disebabkan oleh alat ukur itu
sendiri adalah titik nol dari skala itu bergeser dari titik aslinya, keausan alat, kesalahan saat
kalibrasi alat dan pelemahan kekuatan komponen alat ukur.

MESIN BUBUT
OLEH
KELOPOK 1
NAMA : M.NUR SYAH PUTRA(1407230248)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Anda mungkin juga menyukai