Akta Pendirian PT Yang Melanggar Hukum
Akta Pendirian PT Yang Melanggar Hukum
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
Pasal 1 butir 1, UU No. 2 Tahun 2012 tentang Perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris
1
Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar. Artinya
akta yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihakpihak yang berkepentingan karena jabatannya.
b.
https://dinatropika.wordpress.com/2012/04/26/etika-dan-tanggung-jawab-profesi-Notaris/,
diakses pada tanggal 27 November 2015
3
Edmon Makarim, Notaris dan Transaksi Elektronik, Kajian Hukum tentang Cybernotary atau
Electronic Notary, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 113-114
4
Ibid., hal. 114
2
Pengesahan Badan
Hukum
Perseroan Terbatas
merupakan
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika,
(Yogyakarta:UII Press, 2009), hal. 49
3
B.
KEDUDUKAN KASUS
Pada tanggal 22 Juni 2007, Nyonya Ineke Wijaya dan Tuan Johanes
1. Bahwa Terlapor benar mengakui telah melakukan membuat aktaakta pada tanggal 22 Juni 2007 sebagai berikut :
a. Akta Nomor 2 tentang perjanjian kerjasama
b. Akta Nomor 3 tentang pendirian PT Golden Lobster
c. Akta Nomor 4 tentang Surat Kuasa untuk memasukkan harta
kekayaan CV Eksotika ke PT Golden Lobster
d. Akta Nomor 5 tentang Surat Kuasa untuk memasukkan harta
kekayaan Tuan Johanes Wijaya ke PT Golden Lobster
2. Semua pembuatan dan penandatangan akta-akta dimaksud pada
butir 1 diatas tidak dihadiri oleh saksi-saksi.
3. Pembuatan Akta dengan alokasi waktu:
a. Perjanjian kerjasama dibuat jam 14.00 WIB
b. Pendirian PT Golden Lobster dibuat jam 14.25 WIB
c. Surat Kuasa Nomor 4 dibuat jam 14.40 WIB
d. Surat Kuasa Nomor 5 dibuat jam 14.55 WIB
4. Pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di tempat Pelapor
di Kp. Kandang RT 01 RW 05, Desa Cogrek, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor.
C.
PERMASALAHAN
Sehubungan dengan kasus diatas, maka dalam penulisan ini akan dibahas
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1)
2)
BAB II
7
PEMBAHASAN
1)
Pelanggaran
Telah menjalankan Jabatan dengan melanggar Pasal 16 ayat (1) huruf a. dan
huruf l. Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004, yaitu:
- tidak bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak terkait dalam perbuatan hukum (huruf a);
- tidak membacakan akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh
paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu
juga oleh penghadap, saksi dan Notaris (huruf l).
2.
3.
4.
Selain itu juga dianggap telah melanggar Pasal 4 angka 15 Kode Etik
Notaris yaitu:
Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut
sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain
namun tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap:
a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang JabatanNotaris;
8
b.
c.
d.
2.
3.
4.
telah mencoreng nama baik dan citra Notaris. Hal ini dapat menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada Notaris.
2.
10
11
UUJN, disebutkankan
a) Teguran;
b) Peringatan;
c) Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan
Perkumpulan;
d) Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan;
e) Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
perkumpulan.
(2).Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai diatas terhadap
anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kwantitas
dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut.
Terhadap penjatuhan sanksi-sanksi tersebut juga diatur dalam
Kode Etik Notaris pada Bab VI Pasal 13 Tentang Pemecatan
Sementara yaitu Tanpa mengurangi prosedur atau tata cara
maupun penjatuhan sanksi secara bertingkat, maka terhadap
anggota Perkumpulan yang telah melanggar Undang-undang No.
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan yang bersangkutan
dinyatakan bersalah, serta dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,
Pengurus Pusat wajib memecat sementara sebagai anggota
Perkumpulan disertai usul kepada Kongres agar anggota
Perkumpulan tersebut dipecat dari anggota Perkumpulan.
Selain itu karena adanya pelanggaran terhadap Pasal 44 ayat (1) UUJN,
maka pada Pasal 84 UUJN mengatur ketentuan mengenai sanksi berupa ganti
rugi, sebagaimana diatur berikut:
Tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i,
Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49,
Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang mengakibatkan suatu akta
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah
tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris
2)
karena akibat perbuatan Terlapor, Pelapor tidak bisa beraktivitas, dan adanya
pengambilalihan asset Pelapor oleh PT Golden Lobster tanpa sepengetahuan
Pelapor. Hal ini yang menyebabkan Pelapor mengajukan laporan ke Majelis
13
akta-akta
yang
dilakukan
Notaris
(Terlapor)
tanpa
14
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akta autentik, dan salah
DAFTAR PUSTAKA
MARGARET GOZALI
JAKARTA, JANUARI 2016
17