Anda di halaman 1dari 10

Sosiologi Pembangunan

Pembangunan Bandara di Kulon Progo


Oleh: Candra Adi Doyo / 13413241071
Dosen Pengampu: V. Indah Sri Pinasti, M.Hum

BAB I
LATAR BELAKANG
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari lima kabupaten/kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian barat. Batas Kabupaten Kulon
Progo di sebelah timur yaitu Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dan di sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 58.627,54 hektar, secara administratif
terbagi menjadi 12 kecamatan yang meliputi 88 desa dan 930 dusun. Penggunaan tanah di
Kabupetren Kulon progo, meliputi sawah 10.732,04 Ha (18,30%); tegalan 7.145,42 Ha
(12,19%); kebun campur 31.131,81 (53,20%); perkampungan seluas 3.337,73 Ha (5,69%); hutan
1.025 Ha (1,75%); perkebunan rakyat 486 Ha (0,80%); tanah tandus 1.225 Ha (2,09%); waduk
197 Ha (0,34%); tambak 50 Ha (0,09%); dan tanah lain-lain seluas 3.315 Ha (5,65%). (Sumber:
BAPPEDA). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kulon Progo bekerja
di bidang agraris. Sementara lainnya bekerja sebagai buruh pabrik, nelayan, pedagang, dan
pekerjaan formal seperti guru dan PNS.
Kabupaten Kulon Progo merupakan wilayah termiskin di DIY. Berdasarkan data BPS
pada 2011, kemiskinan di wilayah Kulon Progo merupakan yang tertinggi dari 4 kabupaten/kota
DIY lainnya. Kulon Progo menjadi wilayah termiskin di DIY dengan presentase 23,15%, kedua
Gunung Kidul dengan 22,05%, ketiga Bantul dengan 16,09%, keempat Sleman dengan 10,70%,
dan terakhir Kota Yogyakarta dengan 9,75%. Penyebab kemiskinan di Kulon Progo yaitu angka
pengangguran tinggi, tingkat pendidikan rendah, minimnya infrastruktur, dan lain sebagainya.

Sosiologi Pembangunan
Hingga akhirnya muncul harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Yaitu kebijakan
ekonomi nasional berupa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) koridor 8 akan melibatkan
Kabupaten Kulon Progo. Berbagai pembangunan mega proyek di wilayah Kabupaten Kulon
progo mulai dikerjakan, meliputi Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto di Karangwuni,
Kecamatan Wates, Penambangan Pasir Besi, Kawasan Industri Baja di Kecamatan Galur,
Panjatan dan Lendah, Bandara Internasional di Kecamatan Temon, dan Kawasan Industri di
Sentolo. Dengan adanya kebijakan pembangunan infrastruktur diharapkan dapat meningkatan
pertumbuhan ekonomi lokal di wilayah Kabupaten Kulon Progo maupun Provinsi DIY dan
secara nasional secara signifikan.
Berkaitan tentang pembangunan di Kulon Progo, penulis akan focus pada pembangunan
bandara baru di Kulon Progo. Bandara Adisutjipto rencananya akan dipindah, dan setelah
melalui berbagai pertimbangan akhirnya lokasi yang dipilih adalah di Kulon Progo. Proses
pembangunan bandara sudah melewati tahap konsultasi publik dengan warga setempat. Pada 31
Maret 2015 kemarin, Izin Penetapan Lahan (IPL) sudah turun menurut keputusan gubernur
Nomor 65/KIP/2015.
Berdasarkan data Angkasa Pura pada akhir 2014, tercatat 6,7 juta penumpang hilir mudik
di Bandara Adi Sucipto. Sedangkan menurut aturan, per tahun hanya diperbolehkan menampung
1,2 juta penumpang. Perluasan bandara tidak bisa diambil karena tidak ada lahan untuk
membesarkan bandara, mengingat letak Bandara Adisutjipto yang berada di kawasan padat.
Selain menjadi bandara komersial, Adisutjipto juga berperan menjadi lapangan terbang militer
Pangkalan Udara Adisutjipto. Di dalam komplek Lanud Adisutjipto terdapat aset-aset Angkatan
Udara seperti Sekolah Penerbangan (Sekbang) dan Skadron Pendidikan. Pihak otoritas bandara
telah melakukan berbagai cara untuk mengatasi lonjakan penumpang. Diantaranya adalah
menambah taxiway dan memperluas apron kearah barat. Namun perluasan tersebut masih kurang
optimal karena terbentur masalah lahan karena di sebelah barat bandara ada bangunan dan apron
milik Pangkalan Udara Adisutjipto.
Dengan demikian, pembangunan bandara baru di DIY merupakan kebutuhan yang
mendesak untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara di DIY. Apalagi DIY merupakan daerah
destinasi wisata favorit wisatawan dalam dan luar negeri. Sehingga penting untuk memberikan

Sosiologi Pembangunan
daya dukung pada transportasi udara untuk memfasilitasi wisatawan untuk datang ke DIY
melalui transportasi udara.
Terpilihnya Kulon Progo sebagai lokasi bandara baru menjadi sorotan bagi masyarakat
pribumi. Bagaimana tidak, wilayah yang merupakan daerah termiskin di DIY ini akan
mengalami pembangunan secara besar-besaran, hal yang tidak pernah terbayangkan oleh
masyarakat Kulon Progo. Karena selama sekian tahun, belum tampak pembangunan dan
kemajuan yang signifikan di Kulon Progo. Pembangunan bandara di Kulon Progo memunculkan
harapan besar untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Pro dan kontra dalam masyarakat muncul ke permukaan. Masyarakat pro bandara
menilai pembangunan bandara akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat
Kulon Progo. Menurut mereka, dengan adanya bandara akan membuka lapangan kerja bagi
masyarakat. Selain itu dengan adanya bandara akan membuka kesempatan bagi warga local
untuk mendirikan usaha seperti rumah makan, penginapan, biro perjalanan, dan berbagai usaha
lain. Selain itu, pembangunan infrastruktur akan semakin baik dan lebih lengkap seperti akses
jalan, kesehatan, dan lain sebagainya. Akses jalan menjadi salah satu prioritas dalam upaya
memberikan kenyamanan dalam perjalanan darat sebagai daya dukung pembangunan bandara.
Fasilitas kesehatan otomatis juga menjadi perhatian, banyaknya intensitas penumpang yang
datang dan pergi menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas
kesehatan. Dengan demikian pribumi juga diuntungkan karena mendapatkan pelayanan
kesehatan yang maksimal.
Sedangkan pihak sebaliknya menentang dan menolak pembangunan bandara di Kulon
Progo. Mereka menilai bahwa pembangunan bandara akan menyingkirkan masyarakat pribumi
dan lebih menguntungkan investor luar daerah. Mereka menyadari bahwa sumber daya manusia
Kulon Progo masih rendah, sehingga ada rasa pesimis pada mereka apakah masyarakat pribumi
mampu bersaing. Rata-rata pendidikan masyarakat Kulon Progo adalah tamatan SMP dan
SMA/SMK, sehingga ada kekhawatiran masyarakat pribumi hanya akan bekerja pada sector
bawah. Pembangunan bandara tentu akan menjadi daya tarik bagi investor luar daerah, dengan
pengalaman dan modal yang cukup maka mereka akan dengan mudah berwirausaha di Kulon
Progo. Jika pemerintah tidak selektif dan perhatian dalam masalah investasi ini, dikhawatirkan

Sosiologi Pembangunan
yang akan menikmati keuntungan hanya investor luar, sedangkan pribumi hanya akan menjadi
penonton di wilayahnya sendiri.
Seperti halnya masalah pembangunan di wilayah lain, masalah utama yang dihadapi
dalam upaya pembangunan adalah pembebasan lahan. Rencananya bandara di Kulon Progo akan
dibangun seluas 6.802 hektare, dengan berkapasitas 10.000 penumpang. Sebanyak 40 persennya
merupakan Sultan Ground, yaitu tanah milik keluarga Kraton. Sedangkan 60% area lainnya
adalah tanah produktif milik warga, baik sebagai lahan pertanian ataupun rumah huni sekitar 500
keluarga. Pihak keraton secara resmi telah menghibahkan Sultan Ground untuk dijadikan
sebagai lahan pembangunan bandara. Sedangkan sebagian besar lahan milik warga setempat
telah mencapai kesepakatan ganti rugi.
Namun, ada segelintir oknum masyarakat yang menolak pembangunan bandara dan
menamakan diri sebagai paguyuban Wahana Tri Tunggal (WTT). Wahana Tri Tunggal
beranggotakan sekitar 50 KK. Berbagai upaya audiensi telah dilakukan untuk menemukan
kesepakatan tentang pembelian lahan. Beberapa kali WTT melakukan aksi demonstrasi di DPRD
Kulon Progo, menyegel balai desa Glagah, dan menutup akses jalan di sekitar Glagah sebagai
bentuk penolakan mereka terhadap pembangunan bandara. Berbagai alasan mereka suarakan,
dari mulai alasan tidak mau meninggalkan tanah leluhur, tanah tidak dijual karena untuk warisan
anak cucu, tanah mengandung bahan tambang, sehingga tidak cocok untuk pembangunan
bandara, dan lain sebagainya.
Permasalahan dalam pembangunan bandara di Kulon Progo ini cukup kompleks. Masalah
pembebasan lahan menjadi masalah utama pembangunan bandara, selain masalah investasi, dan
kesiapan masyarakat. Pro dan kontra menyeruak ke public, tidak jarang terjadi aksi boikot dan
tindakan anarkis. Hal-hal tersebut menjadi focus bagi penulis dalam melakukan analisis dan
kritisi terhadap pembangunan bandara di Kulon Progo.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
penulis adalah:

Sosiologi Pembangunan
1. Bagaimana analisis pembangunan bandara di Kulon Progo dilihat dari komponen
dependensi, modernisasi, pola masyarakat, dan partisipasi?
2. Bagaimana analisis teori tentang pembangunan bandara di Kulon Progo?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Menjelaskan analisis pembangunan bandara di Kulon Progo dilihat dari komponen
dependensi, modernisasi, pola masyarakat, dan partisipasi.
2. Menjelaskan analisis teori tentang pembangunan bandara di Kulon Progo.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Pembangunan Bandara di Kulon Progo Dilihat dari Komponen Dependensi,
Modernisasi, Pola Masyarakat, dan Partisipasi
Teori Dependensi
Teori dependensi / ketergantungan menyatakan bahwa kemiskinan dan keterbelakangan
yang terjadi bukan disebabkan oleh factor internal, namun disebabkan faktor eksternal. Factor
luar yang paling menetukan adalah campur tangan dan dominasi pihak lain pada laju
pembangunan. Campur tangan dan dominasi pihak lain, pengentasan kemiskinan dan
keterbelakangan di wilayah local tidak berjalan, bahkan akan menambah kesengsaraan dan
keterbelakangan. Semakin parahnya keterbelakangan ini disebabkan oleh ketergantungan pada
pihak lain.
Teori dependensi / ketergantungan ini bisa digunakan untuk menganalisis pembangunan
bandara di Kulon Progo. Pembangunan bandara di Kulon Progo pasti akan membuat banyak
investor berdatangan untuk melakukan investasi. Karena banyak bidang yang bisa dimanfaatkan
untuk berwiraswasta, seperti hotel, restoran, travel, mall, dan lain sebagainya. Para investor besar
dari luar daerah, dengan segala kelebihannya (modal, pengalaman, managemen, dll) pasti akan

Sosiologi Pembangunan
berinvestasi secara besar-besaran, karena prospek wilayah sekitar bandara sangat menjanjikan
untuk usaha apapun.
Sementara itu, masyarakat Kulon Progo hingga saat ini belum benar-benar siap akan
adanya pembangunan bandara yang akan membawa perubahan yang besar pada kehidupan
mereka. Itu bisa dilihat dari rata-rata tingkat pendidikan masyarakat yang hanya tamatan SMA.
Semangat masyarakat untuk berpendidikan tinggi masih rendah, kendala utama yang dihadapi
adalah masalah biaya pendidikan. Kedua, kurang adanya semangat berwirausaha. Kebanyakan
pemuda lebih memilih bekerja di pabrik, sementara orang dewasa sudah nyaman dengan bekerja
sebagai petani. Ketiga, banyak pemuda pribumi justru merantau ke luar daerah, padahal
daerahnya akan mengalami kemajuan yang luarbiasa. Ada rasa keengganan para pemuda untuk
mandiri, dan masih ada anggapan bahwa mereka yang merantau pasti sukses. Karena pada saat
lebaran banyak perantau pulang dengan gaya seolah-olah menjadi kaya.
Dari paparan di atas, terlihat ada kesenjangan antara pembangunan dengan kesiapan
warga pribumi. Pembangunan bandara di Kulon Progo dipandang sebagai ancaman bagi
kehidupan masyarakat pribumi. Karena pembangunan ekonomi dikhawatirkan akan didominasi
oleh investor luar daerah. Sementara warga pribumi dengan segala keterbatasan hanya akan
menjadi penonton di rumah sendiri. Mengingat belum ada kesiapan dari masyarakat untuk
mampu bersaing, baik secara skill (kemampuan) maupun capital (modal). Ada ketakutan bahwa
investasi akan membuat masyarakat terpinggirkan dari hiruk pikuk perputaran uang di
wilayahnya.

Teori Modernisasi
Teori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern. Tolak ukur perubahannya adalah pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur
sosial, politik dan budaya. Masyarakat modern identik dengan masyarakat industry, semua
perubahan mengikuti apa yang ada di negara Barat.
Pembangunan bandara di Kulon Progo merupakan upaya mengentaskan kemiskinan
dengan mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Pembangunan bandara

Sosiologi Pembangunan
akan menciptakan industri-industri baru di Kulon Progo. Namun tampaknya upaya pemerintah
tersebut tidaklah mudah. Tingkat pendidikan dan keterbelakangan masyarakat menjadi
penghambat upaya industrialisasi di Kulon Progo. Hingga saat ini sebagian besar masyarakat
masih bekerja di sector agraris menjadi petani.
Hambatan lain adalah pola pikir tradisional masyarakat Kulon Progo yang mendarah
daging, dipadu dengan kecenderungan masyarakat yang religious. Masyarakat Kulon Progo
memegang teguh adat dan istiadat, sehingga sulit menerima perubahan dari Barat yang
kebanyakan tidak sesuai dengan kearifan local. Selain itu masyarakat masih percaya pada hal-hal
supranatural dan kepercayaan pada nenek moyang. Modernisasi di Kulon Progo sulit dilakukan
karena modernisasi menuntut perubahan di segala bidang dan meninggalkan tradisi, padahal
masyarakat pribumi menjunjung tinggi tradisi.

Teori Pola Masyarakat


Pola masyarakat merupakan perwujudan kehidupan masyarakat atau bisa disebut sebagai
kearifan local. Kearifan local merupakan kebudayaan yang ada pada masyarakat setempat. Suatu
pembangunan harus memuat ciri khas dan identitas, karena hal tersebut merupakan salah satu
cara memberikan keseimbangan antara kemajuan dengan keberlangsungan kearifan local.
Kemajuan merupakan sebuah tujuan, namun kearifan local merupakan kekayaan yang tidak
ternilai karena memiliki nilai-nilai luhur. Harus ada keseimbangan diantaranya, karena keduanya
sama-sama penting. Kearifan local berisi identitas masyarakat setempat, seperti pakaian, symbol,
dan lain sebagainya.
Dalam kaitannya dengan pembangunan bandara, pemerintah harus memberi ruang bagi
masyarakat pribumi untuk berperan aktif dalam pembangunan dengan cara dan kemampuan yang
mereka miliki. Misalnya dengan penggunaan simbol-simbol daerah setempat dalam desain
pembangunan, pemberdayaan ciri khas budaya setempat seperti makanan tradisional setempat.
Hal-hal kecil demikian akan memunculkan rasa memiliki sehingga dapat memancing partisipasi
masyarakat untuk berpartisipasi dan berinovasi dalam pembangunan.

Sosiologi Pembangunan
Teori Partisipasi
Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong masyarakat untuk ikut berperan aktif
dalam melakukan pembangunan dalam proses penentuan arah dan strategi kebijakan pemerintah.
Pendapat Suryono (2001:124) partisipasi merupakan ikut sertanya masyarakat dalam
pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut memanfaatkan dan menikmati hasilhasil pembangunan. Suatu pembangunan akan berlangsung baik apabila ada sinergi yang baik
antara pemerintah selaku pembuat kebijakan, swasta sebagai pelaku dunia usaha, dan masyarakat
sebagai actor pembangunan. Masyarakat memegang peranan penting dalam pembangunan,
karena mereka lah yang paling berhak menikmati pembangunan.
Pembangunan bandara di Kulon Progo memunculkan polemic tersendiri bagi masyarakat
terkait partisipasi masyarakat. Masyarakat Kulon Progo yang miskin dan terbelakang akan
menghadapi perubahan yang luarbiasa dengan dibangunnya bandara. Satu pertanyaan besar
bahwa apakah masyarakat Kulon Progo siap untuk menghadapi perubahan dengan didirikannya
bandara? Bukan bermaksud merendahkan, namun fakta di lapangan hingga saat ini masyarakat
pribumi belum benar-benar siap untuk bersaing. Tingkat pendidikan masyarakat di Kulon Progo
termasuk yang terendah di DIY. Partisipasi seperti apa yang mampu dilakukan masyarakat
pribumi untuk beperan dalam pembangunan? Jika hanya menjadi pekerja bawahan tentu sangat
menyedihkan, tinggal menunggu waktu saja masyarakat akan terpinggirkan oleh perubahan yang
ada.
Untuk itu, partisipasi masyarakat perlu dijemput oleh pemerintah. Caranya dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan, membekali angkatan kerja dengan kemampuan-kemampuan
khusus agar bisa terampil. Pemberian modal dengan kredit ringan untuk menarik minat untuk
berwirausaha, karena kendala utama yang dialami rakyat miskin adalah modal. Selain itu,
pemerintah harus menyiapkan program jangka panjang dengan meningkatkan taraf hidup
masyarakat dengan meningkatkan pendidikan masyarakat pribumi. Karena pendidikan yang
berkualitas akan menghindarkan masyarakat dari kemiskinan. Apabila masyarakat mengenyam
pendidikan tinggi maka akan mampu bekerja di bidang yang lebih baik dengan pendapatan yang
lebih baik. Dengan demikian kemiskinan di Kulon Progo dapat terus berkurang dan berdampak
baik pada kemajuan bangsa dan negara.

Sosiologi Pembangunan
B. Analisis Teori tentang Pembangunan Bandara di Kulon Progo
Kesimpulan
Pembangunan harus disikapi dengan bijak, karena pembangunan tujuannya baik, yaitu
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tinggal bagaimana kita dapat membuat suatu
pembangunan yang benar-benar nyata dan menguntungkan. Untuk itu masyarakat perlu pro aktif
dalam pembangunan, baik dari merancang, pelaksanaan, maupun evaluasi. Komunikasi antar
pelaku pembangunan harus terjalin dengan baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Pendekatan kearifan local menjadi acuan agar hubungan baik dapat terjalin dengan baik.
Pembangunan bandara di Kulon Progo merupakan upaya pemerintah melakukan
pemerataan pembangunan. Kulon Progo yang selama ini minim pembangunan dan infrastruktur
kini jadi prioritas pembangunan oleh pemerintah. Pembangunan bandara akan membawa dampak
perubahan sosial yang signifikan. Akan ada banyak perbaikan kualitas dan kuantitas infrastruktur
di berbagai bidang. Dengan demikian yang paling diuntungkan adalah warga pribumi karena
kualitas kehidupan mereka akan meningkat dari segi pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lain
sebagainya.
Dalam menyikapi perubahan, kita tidak bisa menolak mentah-mentah perubahan. Yang
bisa kita lakukan adalah menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengambil sisi positifnya.
Begitupun pembangunan bandara, ini akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Kulon Progo.
Dengan demikian masyarakat harus segera berbenah dan memulai persiapan dengan keberadaan
bandara. Pemerintah daerah, provinsi, dan pusat berkewajiban memfasilitasi perkembangan
sumber daya manusia Kulon Progo untuk bersaing melalui pemberian modal, pelatihan
keterampilan, pemberian beasiswa pendidikan. Selain itu kebijakan investasi harus diperketat,
jangan sampai investasi dibiarkan ke pasar dan membuat investor luar daerah yang lebih
dominan. Untuk melindungi pribumi, harus ada pembagian yang jelas tentang investasi, karena
ada kesenjangan antara investor dengan pribumi.

DAFTAR PUSTAKA

Sosiologi Pembangunan
http://www.tribunnews.com/regional/2015/07/13/adisutjipto-semakin-padat-bandara-baru-sudahmendesak
http://ensiklo.com/2014/09/bandara-kulon-progo-adalah-bandara-pertama-indonesia-yangdibangun-menggunakan-dana-non-pemerintah/
http://liputan.tersapa.com/bandara-yogyakarta-mendesak-untuk-dipindah/

10

Anda mungkin juga menyukai