Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktek kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang berlangsung pada
periode 04 Agustus 04 September 2014. Kerja praktek ini dilakukan sebagai
salah satu syarat kelulusan mata kuliah praktek kerja program S1 Teknik Kimia
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Penyusunan laporan praktek kerja ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil
pengamatan lapangan yang dilakukan di Plant 7-8 PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Banyak manfaat yang didapatkan oleh penyusun selama melakukan
praktek kerja ini, seperti dapat diterapkannya ilmu yang telah didapat pada bangku
kuliah serta didapatkannya berbagai pengetahuan baru.
Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penyusun dapat
melaksanakan dan menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini. Oleh karena itu,
penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sunu Herwi Pranolo selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Wusana Agung Wibowo, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang
telah mengarahkan, membimbing dan membantu dalam penyelesaian laporan
praktek kerja ini.
3. Pak Dedi A. Dasuki yang telah membantu kegiatan observasi dan mendukung
kami selama kerja praktek di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
4. Bapak Budi, selaku Head of Production Plant 7-8 PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk., yang telah memberikan ilmu selama praktek kerja.
5. Bapak M. Angga Kurniawan., selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan ilmu selama praktek kerja.
6. Ibu, kakak, dan seluruh keluarga tercinta terkhusus untuk keluarga pakdhe
Sutikno dan Mas Agung yang selama ini telah membantu baik secara materi
maupun spiritual dalam menyelesaikan praktek kerja ini.
Juni 2015
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii
Lembar Konsultasi ................................................................................................. iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi................................................................................................................. vi
Daftar Gambar...................................................................................................... viii
Daftar Tabel ........................................................................................................... ix
Intisari ..................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Sejarah/ Latar Belakang Didirikannya Pabrik................................. 1
B. Lokasi Industri................................................................................. 4
C. Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan. ...................................... 5
D. Organisasi Perushaan .................................................................... 15
E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................ 17
BAB II DESKRIPSI PROSES.............................................................................. 20
A. Konsep........................................................................................... 20
B. Langkah - Langkah Proses ............................................................ 22
BAB III SPESIFIKASI ALAT ............................................................................. 40
A. Spesifikasi Alat Utama.................................................................. 40
B. Spesifikasi Alat Pendukung........................................................... 58
BAB IV UTILITAS .............................................................................................. 66
A. Penyediaan Air .............................................................................. 66
B. Penyediaan Tenaga Listrik ............................................................ 70
C. Penyediaan Udara Tekan ............................................................... 72
D. Penyediaan Bahan Bakar............................................................... 73
E. Pembuatan Kantong Semen ........................................................... 75
F. Penyediaan Peralatan Berat............................................................ 77
G. Fabrikasi dan Perbaikan Mesin
vi
78
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
INTISARI
Therecia Wulan Sukardi, 2015, Laporan Praktek Kerja di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk.
Program Studi S1 Reguler Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. merupakan pabrik semen yang
terbesar di Indonesia dengan kapasitas 16,8 juta ton klinker/tahun. PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki 12 plant, sembilan diantaranya berlokasi di
Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua berlokasi di Palimanan, Cirebon; dan satu di
Tarjun, Kalimantan Selatan dengan total karyawan sebanyak 6316 orang. Semen
yang diproduksi di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. meliputi 7 jenis semen,
yaitu semen Portland tipe I, II, dan V dengan kapasitas produksi sebesar 5,5 juta
ton/tahun, semen putih dengan kapasitas produksi sebesar 3,7 juta ton/tahun,
semen sumur minyak dengan kapasitas produksi sebesar 2,8 juta ton/tahun,
Portland Composite Cement dengan kapasitas produksi sebesar 5,5 juta ton/tahun,
dan White Mortar TR30 dengan kapasitas produksi sebesar 930 ribu ton/tahun.
Bahan baku yang digunakan yaitu batu kapur, pasir silika, tanah liat, pyrite cinder,
dan gypsum.
Dalam memproduksi semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
menggunakan proses kering (dry process). Secara umum, proses pembuatan
semen pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dibagi menjadi beberapa
tahap, yaitu penambangan dan penyediaan bahan baku (unit mining) untuk
menambang batu kapur, tanah liat, dan pasir silika, pengeringan dan penggilingan
bahan baku (unit raw mill) mempersiapkan tepung baku untuk diumpakan ke
klinker, pembakaran tepung baku dan pendinginan klinker (unit kiln) proses
pembentukkan klinker dan pendinginan klinker, penggilingan akhir (unit finish
mill) proses lanjutan pembentukkan semen dan pengantongan semen (unit
packing) persiapan semen sebelum dipasarkan.
Utilitas pabrik yang digunakan antara lain penyediaan air sebesar 1,432
liter/ton klinker air tanah dan 7,159 liter/ton klinker air permukaan, listrik PLN
14,317 kW/ton klinker dan diesel 63,402 kW/ton klinker, penyediaan udara tekan
sebesar 3,937 m3/ton klinker, penyediaan bahan bakar sebesar 0,477 liter solar/ton
klinker, 0,095 liter oil/ton klinker, dan 0,007 ton batubara/ton klinker.
Kualitas bahan baku dan semen yang dihasilkan PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. diawasi oleh Quality Assurance and Research Division ( QARD)
dan Proces Control Monitoring (PCM) yang terdiri dari laboratorium fisika dan
kimia. Untuk mengendalikan jalannya proses produksi dilakukan pengawasan di
Central Control Panel (CCP).
Kebutuhan air pendingin Gas Conditioning Tower (GCT) P8 pada kondisi
operasi aktual adalah sebanyak 587,9199 liter/menit. Sedangkan kebutuhan air
pendingin pada kondisi operasi raw mill on dengan temperatur outlet 120 oC
adalah 816,8591 liter/menit. Diperlukan penambahan jumlah air pendingin untuk
menambah kapasitas water spray yang diinjeksikan untuk GCT sebanyak
228,9392 liter/menit. Dilakukan penambahan jumlah nozzle sebanyak 8 buah atau
dengan penggunaan spray rate per nozzle menjadi 40 liter/menit dengan suhu
outlet pada Gas Conditioning Tower (GCT) sebesar 125 oC.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah/ Latar belakang didirikannya pabrik
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah perusahaan terbatas
dengan produksi semen cap Tiga Roda yang memiliki 12 plant dan tersebar
di tiga lokasi, yaitu Citeureup-Bogor, Tarjun-Kalimantan, dan PalimananCirebon. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memulai kegiatannya dalam
usaha pembuatan semen pada tahun 1973 melalui PT. Distinct Indonesia
Cement Enterprise (PT. DICE). Produksi pertama sekaligus peresmiannya
dilakukan pada tanggal 4 Agustus 1975 dengan kapasitas produksi terpasang
500.000 ton/tahun.
Pada tahun 1985 berdirilah perusahaan-perusahaan baru dengan
kapasitas produksi semen sebesar 7,7 juta ton/tahun. Perusahaan perusahaan
tersebut yaitu:
a. PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise(PT. DICE)
Perusahaan ini meliputi plant 1 dan 2 yang masing-masing mempunyai
kapasitas terpasang 700.000 ton/tahun. Produk yang dihasilkan berupa
semen tipe I ASTM. Plant I mulai beroperasi pada tanggal 18 Juli 1975
dan diresmikan tanggal 14 Agustus 1976.
b. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PT. PICE)
Perusahaan ini meliputi plant 3 dan 4 dengan kapasitas terpasang masingmasing 1,1 juta ton/tahun. Produk yang dihasilkan berupa semen tipe I
ASTM. Plant 3 mulai beroperasi pada tanggal 26 Oktober 1978 sedangkan
plant 4 mulai beroperasi pada tanggal 17 November 1980.
c. PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise(PT. PIICPE)
Perusahaan ini meliputi plant 5 yang memproduksi semen putih, Oil Well
Cement, yang mempunyai kapasitas terpasang 200.000 ton/tahun. Plant 5
diresmikan pada tanggal 16 Maret 1981.
d. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PT. PAUICE)
Plant/lokasi
Produk
kapasitas 1
1975
PCC/OPC Tipe II
0,7
1976
PCC/OPC Tipe II
0,6
1979
PCC
1,1
1980
OPC
1,1
1981
OWC/WC/OPC Tipe II
0,2
1983
PCC
1,6
1984
PCC
1,9
1985
PCC
1,9
1991
PCC
1,3
1996
PCC
1,3
1999
PCC
2,6
PCC
2,6
Kapasitas total
16,9
2000
1
2
3
Plant12/Tarjun,Kalimantan
Selatan 3
B. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik
Citeureup Bogor,
Jawa Barat
Bahan Baku
Nilai
BM
100 gr/mol
Fase
Padat
Warna
Putih kekuningan
Densitas
1,3 ton/m3
Kadar air
6,24% H2O
LSF
96,21
Silika Modulus
1,02
Iron Modulus
3,82
Komposisi
CaO
49,13 %wt
SiO2
2,41 %wt
Al2O3
1,87 %wt
MgO
3,34 %wt
SO3
0,69 %wt
Fe2O3
0,49 %wt
Impuritas
6,60 %wt
termasuk
kedalam
kelompok
Siliceous
dan
Nilai
BM
101,94 gr/mol
Fase
Padat
Warna
Coklat kekuningan
Densitas
1,4 ton/m3
Kadar air
12,9% H2O
Ukuran material
0 - 30 mm
Silika Modulus
3,18
Iron Modulus
3,17
Komposisi
SiO2
63,31 %wt
Al2O3
16,0 %wt
Fe2O3
5,05%wt
CaO
1,7 %wt
MgO
1,54 %wt
SO3
0,29 %wt
Al
3,93 %wt
Impuritas
9,03 %wt
Nilai
Padat
Warna
Coklat kekuningan
Densitas
2,2 ton/m3
Kadar air
25% H2O
Ukuran material
0 - 30 mm
Silika Modulus
2,33
Iron Modulus
2,95
Komposisi
SiO2
57,62 %wt
Al2O3
18,45 %wt
Fe2O3
6,26%wt
CaO
1,83%wt
MgO
1,71 %wt
SO3
0,92 %wt
Al
3,13 %wt
Impuritas
13,69 %wt
Nilai
Fase
Padat
Warna
Hitam
Densitas
1,8 ton/m3
Ukuran material
0-10 mm
Silica Modulus
0,12
Iron Modulus
0,11
Komposisi
H2O
14,98 %wt
Fe2O3
65,12 %wt
SiO2
9,03 %wt
Al2O3
7,33 %wt
CaO
0,56 %wt
MgO
1,25 %wt
TiO2
0,09 %wt
SO3
0,06 %wt
K2O
0,06 %wt
N2O
0,01 %wt
Mn2O3
1,52 %wt
sebagai
retarder,
yaitu
memperlambat
waktu
Nilai
Fase
Padat
Warna
Putih keabuan
Densitas
1,4 ton/m3
BM
172,17 gr/mol
Komposisi
H2O
20,8 %wt
Al2O3
0,21 %wt
Fe2O3
0,03 %wt
CaO
32,19 %wt
SiO2
0,08 %wt
Al2O3
0,21 %wt
SO3
45,76 %wt
Impuritas
0,83 %wt
10
Nilai
Fase
Padat
Warna
Kecoklatan
Komposisi
H2O
20,8 %wt
Fe2O3
3,57 %wt
CaO
2,46 %wt
SiO2
64,95 %wt
MgO
0,59 %wt
Al2O3
17,26 %wt
SO3
0,44 %wt
Na2O
2,37 %wt
K2O
3,54 %wt
Clay Content
0,6 %wt
: Padat
: min 49 %wt
: max 4,5 % wt
: max 2,5 % wt
11
C.2
12
13
Hal
paling
utama
yang
harus
diperhatikan
dalam
14
15
Plant Manager
Plant Manager bertugas memimpin secara mutlak terhadap seluruh
operasionalisasi tiap plant. Plant Manager juga bertanggung jawab
sepenuhnya dalam mengatur jalannya proses secara keseluruhan di
masing-masing plant. Di samping itu, Plant Manager juga diberi
wewenang untuk menentukan kebijakan dalam setiap keputusan yang
menyangkut operasionalisasi perusahaan. Plant Manager membawahi
Department Head Production, Department Head Mechanical dan
Department Head Electrical.
b.
c.
dan
pemeliharaan
alat.Selain
itu,
Department
Head
16
17
2.
3.
4.
5.
Ear Plug, digunakan untuk melindungi telinga dari suara bising dan
diutamakan untuk para pekerja di power station.
6.
2.
3.
4.
5.
18
19
BAB II
DESKRIPSI PROSES
A.
KONSEP
A.1
sisa
1% menjadi 0%
2. Calcination
3. Reaction
Keuntungan:
a. Tanur yang digunakan relatif pendek.
b. Panas yang dibutuhkan rendah sehingga bahan bakar yang dipakai
lebih sedikit dan dapat mengurangi biaya operasi.
c. Kapasitas produksi lebih besar.
Kerugian:
a. Campuran umpan kurang homogen.
b. Banyak debu yang dihasilkan sehingga mengganggu kesehatan
karyawan.
c. Penambahan biaya untuk alat penangkap debu.
20
A.2
Mekanisme Reaksi
Tabel II.1 Reaksi Pembentukan Klinker
Temperatur (oC)
Proses
20-100
100-300
Pengeringan
400-900
600-900
Kalsinasi
>800
Reaksi
-
CO2 menguap
CaCO3 CaO + CO2
Pembentukan
belite,
aluminate, ferrite
-
>1250
Sintering
1450
1300-1240
Pendinginan
21
B.
PENGGILINGAN AKHIR
(FINISHING MILL)
PENGANTONGAN
(PACKING)
Gambar II.1 Diagram Blok Proses Pembuatan Semen
22
B.1
Unit Mining
Sumber bahan baku PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
berasal dari daerah perbukitan sekitar lokasi pabrik yang mengandung
batu kapur, tanah liat dan silika. Selain ketiga bahan tersebut juga
digunakan pasir besi, iron ore, trass dan gypsum sebagai bahan baku
aditif.
PEMBERSIHAN
PENGEBORAN
PELEDAKAN
(CLEANING)
(DRILING)
(BLASTING)
PEMUATAN
(LOADING)
PENGIRIMAN
PENGHANCURAN
PENGANGKUTAN
(CONVEYING)
(CRUSHING)
(HAULING)
23
24
25
26
Gas buang dari rotary drier diusahakan bersuhu sekitar 1100C agar
tidak terjadi pengembunan uap air sehingga mengganggu ducting
gas buang ke electrostatic precipitator (EP).
Silica sand dan pyrite cinder atau besi oksida langsung dimasukkan
ke dalam hopper dengan menggunakan over head crane dan belt
conveyor.
Dari masing-masing hopper, material ditimbang menggunakan
weighing feeder dan dialirkan ke dalam air separator untuk
memisahkan partikel halus dan kasar. Partikel halus akan terbawa
udara panas ke dalam cyclone dan mengalami pemisahan partikel
halus dengan udara panas dengan menggunakan separator fan.
Partikel halus masuk ke dalam air blending silo untuk
homogenisasi dan partikel kasar masuk kembali ke dalam raw
grinding mill untuk dihancurkan lagi. Partikel yang kasar digiling
dengan bantuan grinding media berupa bola-bola baja (steel ball)
yang berdiameter 30 90 mm. Partikel-partikel halus dimasukkan
dalam air separator untuk diproses kembali. Partikel halus dari
cyclone dimasukkan ke air blending silo. Setelah melalui proses
blending dan komposisi raw material dinyatakan telah sesuai oleh
PCM Department lalu material diturunkan ke dalam storage silo
sebagai kiln feed. Hasil akhir udara panas dari raw mill dialirkan ke
electrostatic precipitator untuk pemisahan partikel halus (debu).
Sedangkan debu sisa dari sistem transportasi ditangkap oleh dust
collector dan dimasukkan kembali ke dalam air blending silo.
B.2.2 Tahap Homogenisasi
Tujuan homogenisasi adalah menghomogenkan campuran
tepung baku. Homogenisasi tepung baku terjadi secara batch di air
blending silo berkapasitas 1000 ton. Homogenisasi dilakukan secara
pneumatic dengan udara bertekanan yang dialirkan di bawah silo
untuk mencegah pemampatan material. Proses homogenisasi memilki
beberapa keuntungan :
27
EP
S
P
Turbo
Separat
or
Bucket Elevator
Grit
Separat
or
Keterangan:
Raw
Mill
: aliran material
: aliran panas
SP
28
B.3
Unit Kiln
Tahap-tahap proses ini dimaksudkan untuk mereaksikan bahan
baku (raw meal) sehingga terbentuk klinker dengan kandungan C3S,
C2S, C3A dan C4AF tertentu.
Proses ini terdiri dari dua tahap, yaitu :
29
30
unsur
pengotor
untuk
menghindari
31
4. Zona sintering
Digunakan bata tahan api jenis magnesit chrom brick 90%
karena memiliki ketahanan terhadap beban panas yang tinggi,
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan zat kimia,
memiliki ketahanan terhadap radiasi flame dan perubahan
temperatur secara mendadak, dan lebih sensitif melawan
deformasi kiln shell.
Mulai terbentuknya C2S, C3S, C3A, dan C4AF pada temperatur
1200 - 14500C.
5. Zona cooling
Digunakan bata tahan api jenis high alumina brick dengan
kandungan Al2O3 90 - 95% karena memiliki ketahanan yang
baik terhadap perubahan temperatur dan memilki porositas yang
rendah sehingga memilki ketahanan yang baik terhadap
serangan zat kimia.
Material mengalami pendinginan sampai 12000C.
(Diktat Kiln Simulation I)
Untuk proses pembakaran ini bahan bakar yang digunakan
adalah IDO pada awal proses dan coal pada keadaan steady state.
Dari ujung yang berlawanan arah dengan meal, disemprotkan gas
hasil pembakaran coal tersebut dengan udara. Udara pembakaran
berasal dari udara primer yang dihembuskan oleh primary blower.
B.3.2 Tahap Pendinginan Klinker
Pada plant 7 dan plant 8, klinker yang terbentuk pada proses
pembakaran mengalami pendinginan pada grate cooler dengan sistem
Air Quenching Cooler (AQC) dengan sumber pendingin berasal dari
10 cooling fan pada plant 7 dan 16 cooling fan pada plant 8 untuk :
Menghindari terurainya C3S menjadi C2S yang dapat menyebabkan
klinker menjadi terlalu keras.
Menjaga keawetan peralatan transportasi dan penyimpanan karena
material dengan temperatur tinggi dapat merusak alat.
32
33
Storage silo
Feeding System
Coal
SP System (UPC)
Kiln
SP fan (exhaust)
Primary air
Burner
Sekunder air
Coal
Siklon
EP fan
EP cooler
Appron
Clinker silo
= aliran material
= aliran debu
= aliran panas
34
: 400 - 4150
2. Residu
3. Free lime
: 0,8- 1,8 %
Chamber 1
Panjang
: 4m
: 60,70,80,90 mm
: 28% volume
Chamber 2
Panjang
:9m
: 20,25,30,40,50 mm
: 30% volume
35
36
Clinker silo
Clinker silo
Gypsum
Add. storage
Hopper
Hopper
Hopper
Weighing feeder
Weighing feeder
Weighing feeder
Mill
Electrostatic precipitator
Air separator
Produc
EP fan
Cement silo
Packing Unit
Tujuan dari packing unit adalah untuk mengemas atau
megepak dan menimbang semen sesuai berat yang telah ditentukan
sebelum dipasarkan.
B.5.1.
37
Packer
Cement Silo
Bucket Elevator
Vibrating Screen
Feed Bin
Capacity : 50 tons
Bulk Loading
Capacity : 90 tpn
38
Cement Silo
Bucket
Elevator
Vibrating
Screen
Feed Bin
Capacity : 50 tons
Packer
Capacity : 90 tph
39
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
A.
40
: Untuk
mencampur,
mengeringkan
menggiling
dan
memperkecil
: 1
Material fed
: Limestone
Bulk density
: 1,3 T/m3
Max. Mouisture
: 3 % max.
Capacity
: 1200 T/h
Rotor diameter
: 1600 mm
Rotor width
: 3000 mm
Motor power
: 2 kW 1500 rpm
41
Untuk
Mencampur,
mengeringkan
dan
Jumlah
1 Unit
Kapasitas
220 ton/jam
20 Kg
Feed Size
0 80 mm
Product Size
0 8 mm
Kualitas hasil
Daya motor
480 KW
Keterangan gambar :
1. Inlet material
4. Filter
5. Water Spray
Gambar III.2
Raw Mill
42
Prinsip Kerja :
Penghancuran dan penghalusan campuran tepung baku dengan
menggunakan tumbukan dan gesekan antara bola-bola baja serta
perputaran dari Ball Mill.
Tujuan :
Menggiling tepung baku dari sekitar 25 mm menjadi sekitar 90
mikron.
Cara kerja :
Inlet material yaitu campuran tepung baku yang terdiri dari Tanah
liat dan dust EAF masuk ke Ball Mill pada kompartemen I melalui
hopper masing-masing,
Gerakan dari bola-bola baja akibat dari perputaran Ball Mill (13,5
rpm) akan menyebabkan terjadinya tumbukan dan gesekan antara bolabola baja dengan materal sehingga material akan mengalami
penghancuran.Ball mill menggunakan bola-bola baja yang berukuran
80 mm, 70 mm, 60 mm, 50 mm, 40 mm, 30 mm, 20 mm.
Umpan dikeringkan dengan gas panas yang dihembuskan searah
dengan aliran material dengan suhu 3000C yang berasal dari Reinforced
Suspension Preheater. Aliran gas panas ini akan mendorong material
halus/raw meal ke atas kemudian dipisahkan oleh Separator, dalam
Separator terjadi pemisahan material yang kasar dengan material yang
halus, untuk material yang halus akan melewati Separator, sedangkan
untuk material yang kasar atau disebut sebagai tailing akan
dikembalikan ke Ball Mill untuk digiling kembali bersama dengan
material yang baru.
Raw Meal yang lolos dari Separator mencapai kehalusan dengan
residu 12% diatas ayakan 88 mikron. Selain aliran gas panas yang
menyebabkan material halus terdorong ke atas juga dikarenakan adanya
hisapan dari EP fan. Dalam Electrostatic Precipitator bertujuan untuk
memisahkan antara material dengan gas panasnya
43
Fungsi
Mencampur,
mengeringkan
dan
Tipe
Jumlah
1 Unit
Kapasitas
240 ton/jam
Diameter
5m
Panjang
9,8 m
Lebar
9m
Jumlah ruangan
Kecepatan mill
14 rpm
Kualitas hasil
: 5050 kW
Speed reduction
: 76,15
: 5600 kW
: 990 rpm
: 960 rpm
: 5600 rpm
: 100.000 h
44
raw mill
Type
Static separator
Jumlah
1 unit
Kapasitas
90 ton/jam
Kualitas hasil
Diameter
7,8 m
Desain
Tipe
T.S.U.
Diameter
8m
:
:
1480 rpm
380 kW
Fuel
: 9700 Kcal/kg
Heating capacity
: 4 x 106 Kcal/h
Outlet temperature
: 800 0C
: Motor power : 4 KW
: Motor power : 11 KW
45
Keterangan gambar:
1. Raw meal inlet
4. Valve
2. Dust collector
5. Central Hopper
3. Flow Gate
6. Kompresor
46
Jumlah
2 unit
Kontruksi
Beton
Kapasitas
15.000 ton/silo
Diameter
18 m
Tinggi
52
47
48
Tujuan :
Pemanasan awal dan prekalsinasi raw meal sebelum masuk kiln.
Cara kerja :
Tepung baku masuk ke suspension preheater melalui saluran
penghubung (connecting duct) pada cyclone 4. Sistem suspension
preheater terdiri dari 5 cyclone yang berhubungan satu dengan yang
lain secara bertingkat. Tepung baku mengalami pemanasan secara
berulang di sepanjang tingkatan cyclone dan material terpisah dari gas
panas dengan gaya tangensial. Proses pemindahan panas (heat
exchanger) yang efektif berlangsung pada saat raw meal melayang
dalam aliran sisa gas panas dari kiln.
Pada cyclone preheater, raw meal diumpankan ke dalam inlet
gas pipe. Proses pemindahan panas berlangsung secara counter
current pada inlet gas pipe ini dan selanjutnya di dalam cyclone, raw
meal dipisahkan dari gas dimana keduanya mempunyai temperatur
yang hampir sama.
Sisa gas panas keluar karena hisapan suspension preheater fan
dan digunakan kembali untuk pengeringan dan penggilingan di raw
mill. Begitu seterusnya sampai semua cyclone dilewati, kemudian
tepung baku masuk ke kiln.
Fungsi
Type
5 stage, Z3458
Kapasitas
3200 ton/hari
Diameter siklon
Siklon 1: 3,4 m
Siklon 2 : 5,8 m
Siklon 3 : 5,8 m
Siklon 4 : 5,8 m
Siklon 5 : 5,8 m
49
Fungsi
Overall length
: 78/113 m
Nominal diameter
: 5800/5400 rpm
menjadi clinker
: 3,5 %
: 3 rpm
Power of motor
: 2 x 950 Kw
Speed of motor
Keterangan :
1.
Inlet material
5. Speed Reducer
2.
Grith Gear
3.
Nose Ring
7. Outlet Material
4.
Main Gear
8. Burner
Gambar III.5
Rotary Kiln
50
Prinsip kerja :
Pemanasan berlangsung secara counter current dan posisi kiln yang
miring dan berputar menyebabkan gaya dorong umpan sehingga
material bisa bergerak kearah outlet kiln menuju ke coller setelah
mengalami kontak dengan panas.
Tujuan :
Sebagai tempat proses kalsinasi lanjutan dan sinterisasi tepung
baku menjadi klinker.
Cara Kerja :
Umpan kiln dari Suspention Preheater dengan suhu 800oC masuk
melalui ujung rotary kiln (inlet hood). Tenaga gerak dari motor dan
main gear menyebabkan kiln berputar dan karena pengaruh dari
kemiringan dan gaya putar kiln maka umpan kiln akan bergerak
perlahan di sepanjang kiln dan dari arah yang berlawanan gas panas
hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh burner sehingga terjadi
kontak panas dan perpindahan panas antara umpan kiln dengan gas
panas. Kontak panas tersebut mengakibatkan terjadinya reaksi kimia
untuk membentuk komponen semen. Di dalam rotary kiln terdapat 4
macam pembagian proses yaitu :
1. Kalsinasi
(800 900oC)
(900 1250oC)
3. Sintering
(1250 1450oC)
4. Pendinginan
(1450 1240oC)
Fungsi
Type
Panjang
78/113 m
Nominal diameter
5400/5800 m
Kapasitas
3200 ton/hari
Sudut kemiringan
3,5
Daya motor
720 KW
51
secara
mendadak yang
terdiri
dari
52
Menurunkan temperature klinker secara tibatiba dengan udara yang dihembuskan oleh fan
coller
A.3.5.
Type
Kapasitas
3200 ton/hari
Daya
30 KW / grate
Jumlah
1 buah
Panjang grate
30 m
Lebar grate
3,66 m
Jumlah grate
2 grate
Jumlah fan
16 unit
Tempat
Clinker Silo
Fungsi
penampungan
klinker
setelah
40.000 ton/silo
Jumlah silo
2 unit
Diameter
30 m
53
A.4.
Keterangan Gambar :
1.
Inlet
5. saringan
2.
6. Outlet
3.
7. Diafragma
4.
Water Spray
Gambar III.7 Cement Mill
( Divisi Perancangan dan Kontruksi, 2014 )
Prinsip kerja :
CementMill yang digunakan adalah tipe Ball Mill yang terbuat dari
plat baja berbentuk silinder horisontal, dimana didalamnya dilapisi oleh
linier yang terbuat dari baja tuang yang dipasang menempel pada
dinding.
Ball Mill terdiri dari dua chamber dimana masing-masing chamber
mempunyai ukuran bola yang berbeda yaitu Chamber I yang
panjangnya 4 m berisi bola-bola logam berdiameter 40 70 mm
sedangkan Chamber II yang panjangnya 8 m berisi bola-bola logam
berdiameter 17 30 mm. Antara kedua chamber tersebut terdapat
semacam sarangan atau sekat yang berfungsi sebagai penyaring
material yang sudah agak halus dan mencegah bercampurnya bola-bola
logam yang ada di chamber I (pertama) dan II (kedua).
54
Tujuan :
Menggiling campuran klinker,lime stone dan gipsum menjadi
semen.
Cara kerja :
Umpan yang berupa klinker dan gipsum masuk ke Finish Mill
melalui Feed Chute. Karena perputaran mill maka akan menyebabkan
gerakan pada bola-bola baja dan material. Oleh adanya tumbukan dan
gesekan antara bola-bola baja dan material maka material akan
mengalami penghancuran dan penghalusan.
Diantara chamber I dan II dipisahkan dengan sekat difragma.
Material setelah dihancurkan di chamber I masuk ke celah diafragma
karena adanya gaya putaran dari mill menuju ke chamber II. Pada
chamber II material akan dihaluskan oleh bola-bola baja namun
ukurannya lebih kecil daripada chamber I. Adanya perputaran mill
menyebabkan bola-bola baja berputar sehingga material terjepit dan
mengalami gesekan. Material yang sudah halus akan ditarik oleh fan
masuk separator untuk dilakukan pemisahan antara material halus dan
yang kasar. Material semen yang halus akan langsung dibawa ke semen
silo, sedangkan yang masih kasar akan direcycle ke Finish Mill untuk
digiling lagi.
Fungsi
Type
Jumlah
2 unit
Kapasitas
80 ton/jam
Diameter
5,2 m
Panjang
17,6 m
Ketebalan shell
55 65 100 mm
Kecepatan mill
15 rpm
55
Jumlah ruangan
6300 KW
Kehalusan produk
170 Mesh
56
Type
Cyclone ZUB42
Jumlah
2 unit
Kapasitas
80 ton/jam
Kualitas hasil
Diameter
4,2 m
Motor listrik
Diameter
: 22 m
Filling height
: 50 m
Internal height
: 52 m
Active volume
: 17000 m3
Diameter
of
chamber
central
: 8m
Jumlah
4 unit
57
Screening surface
: 5,6 m2
Mesh
: 4 mm
Motor
Jenis
Kapasitas
: 220 ton/jam
Jumlah packer
: 4 unit
Jumlah pengisian
: 8 lubang
Arah rotasi
: Kanan
Diameter
: 1,6 m
Tinggi
: 1,8 m
Udara tekan
: 5 bar
: 15
Type
Kapasitas
: 325 m3/jam
Lebar bucket
: 406 mm
Tinggi bucket
: 35,5 m
Kecepatan bucket
: 1,1 m/detik
Daya motor
: 74 KW
58
Type
Inclined
Kapasitas
50 ton/jam
Lebar
1,8 m
Kecepatan apron
Daya motor
37 KW
4 rpm
Berat alat
15,8 ton
Mengangkut
material
yang
berupa
Through Type
Kapasitas
120 ton/jam
Lebar belt
0,8 m
Kecepatan angkut
0,49 m/det
Daya motor
22 KW
120 rpm
Sudut kemiringan
30o
tertutup,
dari
electrostatic
59
Kapasitas
10 ton/jam
Type
Kecepatan
50 rpm
Panjang screw
25 m
Diameter screw
0,8 m
Daya motor
30 KW
electrostatic
precipitator
ke
blending silo
Type
Kapasitas
100 ton/jam
Panjang
42,4 m
Lebar
304 mm
Daya motor
450 KW
Sudut inklinasi
60
Keterangan gambar :
1. Debu masuk
3. Plemim
9. Filter Silinder
4. Tube Sheet
5. Nozzle
11. Discharge
6. Selenoid Valve
Gambar III.9 Bag Filter
( Divisi Perancangan dan Kontruksi, 2014 )
Cara kerja :
Udara yang mengandung debu dihisap oleh fan yang diletakkan di ujung
dekat bag filter. Sebelum dikeluarkan udara yang mengandung debu
dilewatkan kantong-kantong penangkap debu. Debu akan menempel pada
kantong sedangkan udara bebas dikeluarkan lewat cerobong. Pengaturan
pengeluaran debu dari kantong filter dilakukan oleh remote cyclic timer
secara periodik dan solenoide valve akan terbuka. Akibat bukaan valve ini
maka udara bertekanan akan mengalir sehingga mampu mengeluarkan debudebu yang menempel pada kantong penangkap debu.
Fungsi
Type
Bag Filter
Kapasitas Filtrasi
Tekanan udara
5 bar
Kecepatan motor
300 rpm
Daya motor
2,2 KW
Dust content
30gr/Nm3
Luas filter
4,068 m2
61
2
6
3
Keterangan gambar :
1. Partikel debu dan gas masuk
6. Collecting Plate
3. Discharge Electroda
7. Hopper
4. Hammer
8. Debu keluar
62
Fungsi
cerobong
sehingga
tidak
Kapasitas
5000 m3/menit
Arus
DC
Voltase
>40 kV
Precipitator chamber
7390 m3/menit
Daya
893 KW
13.820 mm
1250 ton/jam
11300 mm
B.9.
Type
Kapasitas
30 150 ton/jam
L.ebar
1,2 m
Panjang
3,8 m
Eletric Motor
11 KW
Scrapping Reclaimer
Fungsi
untuk
mengambil clay.
63
Type
Kapasitas
130 ton/jam
Panjang scrapping
19 m
2500 t/h
Reclaiming capacity
800 t/h
Number of pile
2 semi circulars
Diameter rail
122 m
Diameter pile
121 m
Angle of repose
37 oC
material
Number
Material handle
Bulk density
80 - 100 C
Capacity
Conveying speed
0,25 m/s
770 mm
23 m
Power requirement
20 kW
Temperature of the
material
64
Fungsi
Number
Material conveyed
Raw meal
Number of through
Through size
250 mm
Trough length
5,2 m
Trough inclination
8%
Conveying capacity
40000% T/h
Porous media
Polyester
Number of fan
Power of motor
11 kW
Speed of motor
3000 Rpm
transportasi material
65
BAB IV
UTILITAS
Unit utilitas merupakan bagian pendukung yang bertugas mensuplai
kebutuhan yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan lancar, seperti
bahan bakar, air, listrik dan lain-lain. Unit utilitas di PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. terbagi atas :
1.
Penyediaan Air (water supply section) sebesar 1,432 liter/ton klinker air
tanah dan 7,159 liter/ton klinker air permukaan.
2.
3.
4.
Penyediaan Bahan Bakar sebesar 0,477 liter solar/ton klinker, 0,095 liter
oil/ton klinker, dan 0,007 ton batubara/ton klinker.
5.
6.
7.
A.
66
Parameter
Keterangan
Parameter
Keterangan
Warna
Tidak berwarna
Besi
0,2 mg/lt
Bau
Tidak berbau
Klorida
250 mg/lt
Rasa
Tidak berasa
Sulfat
250 mg/lt
pH
6,5 8,5
Nitrat
0,1 mg/lt
Kekeruhan
10 ppm
Timbal
3,0 mg/lt
Zat organik
10 mg/lt
Mangan
0,1 mg/lt
Kesadahan
150 500
Sumber : Departemen Kontrol Proses, 2014
67
68
Kuri
flok,
merupakan
bahan
sintetis
yang
berfungsi
Selain itu, air juga digunakan sebagai air pendingin. Air pendingin yang
kesadahannya masih tinggi (kesadahan maksimal 500 mg/lt) harus
dilakukan pelunakan dahulu dengan memakai alat penukar ion. Secondary
treatment dilakukan untuk menjaga kualitas air pendingin agar tetap
optimum yang dilakukan dengan cara :
Parameter
Keterangan
Parameter
Keterangan
Temperatur
< 30 oC
Klorida
196,49 mg/lt
Ph
7,00
Sulfat
4,42 mg/lt
Kekeruhan
0,00 ppm
Nitrat
0,00 mg/lt
Kesadahan
4,39 mg/lt
Mangan
0,00 mg/lt
Total Padatan
334,06 mg/lt
CO2
0,64 mg/lt
Besi
0,2 mg/lt
Amoniak
0,00
69
B.
Tempat
Jumlah Kapasitas
Pembangkit Unit
(MW)
Masing-masing
Power I
Total
(MW)
Bahan
Diesel
8,2
41
IDO
Power II Diesel
19
171
IDO
11,87
11,87
Batu bara
42
84
Gas
bertekanan
70
yang dihidupkan dengan accu atau baterai. Listrik ini digunakan untuk
menghidupkan MCC (Motor Control Center) yang kemudian menjadi suplai
kerja awal diesel. Setelah generator menghasilkan listrik, maka suplai listrik
tidak lagi dari MMC tapi dari generator. Satu unit generator terdiri dari
alternator, diesel, dan perangkat pelengkap. Untuk selanjutnya emergency
generator (generator darurat) digunakan untuk start up dalam kondisi black
out (padam total). Bahan bakar IDO (Industrial Diesel Oil) yang berasal
dari minyak bumi telah mengalami beberapa tahapan proses yang dibeli dari
Pertamina. Kebutuhan setiap diesel mencapai 4000 liter/jam.
B.2 Turbin Uap
Bahan bakar berasal dari batubara dengan memanfaatkan uap air
sebagai penggerak generator. Air yang digunakan adalah air demineralisasi,
untuk menghindari terjadinya korosi/karat pada alat karena air mengandung
garam dan menimbulkan kerak/isolator pada permukaan alat, sehingga
mengganggu proses perpindahan panas. Jumlah air yang dibutuhkan + 60
ton/jam.
Air yang berasal dari water treatment ditampung dalam make up tank
yang berfungsi sebagai control level. Air ini dialirkan untuk mengisi
deaerator tank dengan suhu 1050C (deaerator tank berfungsi sebagai
penguap O2) dengan mengalirkan sebagian steam dari boiler. Dari deaerator
tank, air dialirkan ke boiler untuk pemanasan dengan tiap tahap :
a.
b.
c.
71
72
a. Udara Primer
Udara primer adalah semua udara yang masuk Rotary Kiln melalui
Burner Gun yang berasal dari Primary Air Fan dan transportasi Blower
batubara. Udara primer ini digunakan untuk pembakaran di Rotary Kiln.
Temperatur udara primer dipengaruhi oleh temperatur batubara yang sedang
ditransfer ke dalam Rotary Kiln antara 34o 35o C. Besarnya udara primer
10 - 18% dari total udara untuk pembakaran di rotary kiln. Burner
dilengkapi dua buah fan masing-masing berkapasitas 180 m3/menit untuk
memenuhi kebutuhan udara primer.
b. Udara Sekunder
Udara sekunder adalah udara yang ditarik ke dalam Rotary Kiln dari
Cooler. Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk pembakaran
di Rotary Kiln. Pemakaian udara sekunder ini sangat efektif untuk proses
pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi yaitu 800 900o C.
Pemakaian batubara akan lebih hemat dengan adanya temperatur tinggi.
Kebutuhan udara sekunder sebesar 300 m3/menit.
c. Udara Tersier
Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam Suspension
Preheater dari Cooler, dimana udara tersebut digunakan untuk membantu
pemanasan di Suspension Preheater. Pemakaian udara tersier ini sangat
efektif untuk proses pembakaran karena mempunyai temperatur tinggi.
Temperatur udara tersier ini sebesar 700 oC. Kebutuhan udara sekunder
sebesar 250 m3/menit.
D.
D.1. Solar
Solar digunakan untuk bahan bakar alat-alat trasportasi, seperti truk,
alat berat dan kendaraan operasional pabrik. Bahan bakar ini langsung dibeli
73
: 0,94 gr/cc
b. HV
c. Ash
: 0%
d. Sulphur
: 1 2%
e. Pressure : 30 40 kg/cm2
f. Flash point
: 90 1400C
PT
Indocement
74
Kertas
Jenis kertas yang digunakan untuk pembuatan kantong semen adalah
jenis kertas regular craft dan kertas extensible craft (cuplak) antara lain :
Regular craft Eurocan, dari Kanada
Regular craft Canfor, dari Kanada
Regular craft KKA, dari kertas craft Aceh
Extensible craft (cuplak), dari Scandinavia
Extensible craft (cuplak), dari kertas craft Aceh
2.
Lem
Lem digunakan untuk melekatkan bagian bagian tepi kertas agar
Tinta
75
Tinta digunakan untuk memberi warna pada logo kantong semen merk
dagang perusahaan. Warna sekunder yang digunakan adalah warna merah
dan biru. Jenis tinta yang dipakai adalah callier dari Singapura, Camantika
dari Jepang dan DCT dari Jakarta.
5.
Filter Card
Filter card digunakan untuk menutup lubang jahitan dan bantalan
benang sehingga memperkuat kantong semen. Jenis filter card yang dipakai
polyamide rope.
Mesin pembuat kantong semen terdiri dari 2 mesin utama, yaitu:
1.
Turbine Machine
Konstruksi pada turbine machine ini dibagi menjadi 5 unit, yaitu :
Printing Unit
Digunakan untuk mencetak logo atau cap perusahaan pada lembaran
kertas yang akan dibuat kantong.
kantong yang
dipotong.
76
F.
2.
3.
2.
3.
77
4.
Administrasi
Tugas yang dilakukan adalah pelayanan administrasi, part purchasing,
pengolahan data teknis pengoperasian alat berat.
G.
Machine Tool
Tugasnya membuat suku cadang yang dibutuhkan sesuai dengan
kemampuan mesin perkakas yang ada. Suku cadang yang dapat dibuat
antara lain : roda gigi, baut, mur, dan lainnya.
2.
Rigger
Tugasnya dalam bidang pengangkutan, misalnya pengangkutan dari
unit fabrikasi ke unit produksi dan sebagainya.
3.
Filter
Tugasnya melepas dan memasang kembali bagian bagian alat yang
akan digunakan dan yang telah terpakai.
4.
Fabrikasi
Tugasnya mengerjakan atau menbuat bagian bagian mesin yang ada
hubungannya dengan pengelasan dan penggunaan plat plat sebagai
benda kerja, misalnya membuat bucket dan siklon dan lainnya.
5.
Welder
Tugasnya dalam bidang pengelasan.
78
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. memiliki kepedulian terhadap
lingkungan sekitar pabrik. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya pemantauan
terhadap analisis mengenai dampak lingkungan, penyusunan rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.
A.
Limbah Padat
Pada industri semen, limbah padat yang ditimbulkan berupa debu.
Sebagai contoh, limbah debu tersebut berasal dari raw material (limestone,
sand, dan clay), raw meal, clinker, semen dan batubara.
Penambahan alat penangkap debu dalam industri semen sangat
diperlukan. Jika alat ini bekerja dengan baik maka debu yang keluar berupa
debu yang sangat halus. Emisi debu yang ditetapkan oleh pemerintah
maksimal 80 mg/m3. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. menggunakan
ambang batas emisi debu sebesar 60 mg/m3. PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. juga menanam bekas areal tambang dengan tanaman tropis
dan jarak pagar.
Pabrik semen merupakan pabrik yang unik dalam hal penanganan
debu, baik dari sisi dalam pabrik maupun sisi luar pabrik. Dari pihak pabrik,
debu identik dengan uang. Semakin banyak debu yang keluar, makin besar
pula uang yang hilang sehingga operasi dust emission treatment
menghasilkan keuntungan.
Setiap alat pemisah debu dari udara selalu menimbulkan pressure
drop. Deduster merupakan peralatan yang sangat cocok dalam industri
semen karena tidak banyak menimbulkan pressure drop. Cara kerja
deduster diukur berdasarkan efisiensi presipitasi dan pressure dropnya.
Efisiensi presipitasi adalah perbandingan debu yang berhasil dikumpulkan
dengan dust yang masuk ke dalam peralatan. Pressure drop adalah selisih
79
tekanan statis pada inlet dan outlet alat dedusting. Pressure drop
berhubungan dengan kapasitas fan dan power.
Diantara berbagai macam peralatan dedusting, yang paling baik
digunakan adalah presipitator dan filter deduster, jika dievaluasi
menggunakan efisiensi yang berhubungan dengan emisi debu standar.
B.
Limbah Cair
Limbah cair PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dihasilkan dari
pencucian mesin-mesin atau peralatan dan limbah minyak IDO yang terjadi
karena kebocoran pada pipa-pipa.
Penanganan limbahnya yaitu dengan mengalirkan limbah ke parit
yang kemudian akan ditampung ke dalam bak-bak untuk dipisahkan. Di
bak-bak, pemisahan antara limbah minyak dan air akan terpisahkan. Hasil
penyaringan air akan dialirkan ke sungai sedangkan minyak akan dipompa
masuk ke dalam truk untuk dibawa ke lahan kosong. Biasanya, minyak ini
dibakar atau digunakan untuk pelatihan pemadam kebakaran.
C.
Limbah Gas
Berasal dari kondisi pembakaran yang tidak sempurna sehingga
menghasilkan gas CO. Kadar CO normal berada pada tingkat 0,01 0,02%.
Kenaikan kadar CO sangat dihindari karena apabila bereaksi lanjut dengan
oksigen akan menimbulkan panas dan ledakan. Selain CO, polutan gas
lainnya adalah NOx, N2, SO2, CO2, dan O2 sisa. Komponen ini terkandung
dalam batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar di dalam rotary kiln.
Polutan gas utama yang perlu diperhatikan adalah CO dan NOx karena
dapat mengganggu proses jika terjadi kenaikan jumlah gas-gas tersebut.
NOx terbentuk dari udara yang dipanaskan pada temperatur tinggi. Pada
temperatur tinggi, oksigen dan nitrogen mengalami disosiasi sehingga
membentuk NOx. Pengukuran kadar NOx cukup memberikan gambaran
terhadap kondisi pembakaran di dalam kiln. Pada temperatur 1600
17000C, kadar NOx pada gas sekitar 50 ppm.
80
sekitarnya.
Dengan
konstruksi
cerobong
tinggi,
maka
81
BAB VI
LABORATORIUM
A.
A.1.
Laboratorium Kimia
Tugas bagian ini adalah sebagai kontrol operasi dengan menganalisis
bahan baku, tepung baku, dan semen secara kontinyu. Analisa ini
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dari
pabrik.
Bahan Baku
Proses Pengolahan
Semen
Produk
Analisis:
Analisis:
CaO Content
Limestone Content
MgO Content
Clay Content
SiO3 Content
Sand Content
Al2O3 Content
Gypsum Content
F2O3 Content
LOI (loss on ignation)
Gambar VI.1 Blok Diagram Pengujian Bahan Baku dan Produk PT Indocement
Tunggal Prakarsa Plant 7-8
82
Kadar SiO2
1) Sampel ditimbang 1 gram dalam gelas piala 100 ml, ditambahkan air
sampai menjadi slurry (lumpur).
83
x 100% ;
W = berat endapan
S= berat sampel
= W x 250/1000 x 100%
%Al2O3
= %R2O3 - %Fe2O3
84
c. Kadar CaO
1. Filtrat dari (b) dalam labu takar 250 ml, lalu ditambahkan air sampai
tanda batas.
2. Pipet 10 ml untuk penetapan CaO dan MgO.
3. Filtrat diencerkan menjadi 220 ml, lalu ditambahkan 4 ml
trietanolamin.
4. Titrasi dengan larutan standar EDTA 1/40 M sampai mendekati titik
akhir titrasi, kemudian ditambah 14 ml larutan KOH 20% (pH = 12,713,2).
5. Dibiarkan selama 3 menit, lalu ditambahkan indikator MM sebanyak
0,1 gram dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah menjadi biru.
6. Perhitungan :
%CaO =
d. Kadar MgO
1) Filtrat (b) diencerkan menjadi 200 ml dalam gelas kimia 300 ml.
2) 4-5 tetes Natrium Sulfida ditambahkan kemudian larutan buffer 10 ml
dan indikator EBT.
3) Larutan dititrasi dengan EDTA 1/40 M dari merah menjadi biru.
4) Perhitungan :
% MgO =
e. Hilang Pijar (LOI)
1) Ditimbang 1 gram sampel dengan cruse platina.
2) Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 1 jam.
3) Lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang beratnya.
4) Perhitungan :
Hilang pijar (LOI) =
f. Kadar Fe2O3
85
1) Pipet larutan (b) 100 ml dimasukan ke dalam gelas piala 300 ml, lalu
ditambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat dan didihkan selama beberapa
menit.
2) Metil merah ditambahkan beberapa tetes hingga warna merah berubah
menjadi kuning dan ditambahkan lagi sampai berlebihan, kemudian
didihkan selama 1 menit kemudian dibiarkan mengendap.
3) Endapan disaring dan dicuci dengan air panas 2 kali dan filtratnya
dibuang.
4) Endapan besrta kertas saringnya diambil dan endapan dimasukkan
dalam gelas piala.
5) Endapan disemprot dengan air panas supaya masuk ke dalam gelas
piala.
6) Larutan dipanaskan hingga mendidih dan endapan larut smpurna,
kemudian ditambahkan SnCl2 tetes demi tetes hingga warna kuning
menjadi tidak berwarna dan ditambahkan beberapa tetes berlebihan.
7) Didinginkan dengan cepat sampai suhu ruangan dengan direndam air.
8) Gelas piala dibilas dan ditambahkan HgCl2 5% lalu diaduk kuat-kuat,
kemudian dibiarkan selama 2-3 menit.
9) Selanjutnya ditambah 10 ml asam phospat kemudian diencerkan
dengan aquades 100 ml.
10) Dua sampai tiga tetes indikator barium diphenil sufonat ditambahkan
kemudian dititrasi dengan K2CrO4 standar sehingga warna putih
berubah menjadi ungu dan volume penitrasian dicatat.
11) Perhitungan :
% Fe2O3 =
A.1.3. Pengujian Kimia Tanah Liat dan Pasir Silika
a. Kadar SiO2
1.
2.
86
3.
Lalu dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 1000oC selama 1 jam.
4.
5.
Perhitungan :
%SiO2=
Dengan :
S
= berat sampel
= berat endapan
V1
= hasil titrasi
F1
= faktor ekivalen
2) Kadar MgO
a). Larutan diencerkan menjadi 200 ml.
87
= hasil titrasi
f2
EDTA.
c. Hilang Pijar (LOI,loss on ignation)
Prosedur analisanya sama dengan hilang pijar.
d. Kadar R2O3
1).
Filtrat (1) dalam labu takar 250 ml, ditempatkan pada tanda tera.
2) .
3).
Indikator
metil
merah
ditambah
lalu
diendapkan
dengan
5).
6).
Setelah dingin ditimbang (W) dan filtrat (a) untuk penetapan kadar
CaO dan MgO.
7).
Perhitungan :
Re2O3 =
Dengan :
W
= berat endapan
88
= berat sampel
e. Kadar Fe2O3
1). Pipet larutan dari filtrat (1) sebanyak 100 ml ke dalam gelas piala
300 ml dan ditambahkan 2 tetes asam nitrat pekat, lalu didihkan
selama beberapa menit.
2). Metil merah ditambahkan beberapa tetes kemudian ditetesi NH4OH
sampai warna menjadi kuning dan ditambahkan lagi 2-3 tetes
berlebihan, lalu didihkan selama 1 menit, dan endapan dibiarkan
mengendap.
3). Endapan disaring dan dicuci air panas sampai 5 kali dan filtratnya
dibuang.
4). Endapan disaring bersama kertas saring dan dimasukkan dalam
gelas piala.
5). Endapan disemprot dengan air panas dan dibilas dengan HCl 10 ml
lalu dibilas lagi dengan air panas sampai bersih dan kertas
saringnya dibuang.
6). Larutan dipanaskan sampai mendidih dan endapan larut sempurna.
7). Larutan SnCL2 ditambahkan tetes demi tetes sampai warna kuning
menjadi tidak berwarna.
8). Dinginkan cepat-cepat dengan merndam di dalam air.
9). Dinding gelas piala dibilas dan ditambahkan HgCl2 5% dan diaduk
kuat-kuat, larutan dibiarkan beberapa menit, ditambahkan 10 ml
asam phospat lalu diencerkan dengan air suling sampai 100 ml.
10). Dua sampai tiga tetes barium diphenil sulfonat ditambahkan,
kemudian dititrasi dengan larutan kalium dikromat standar
sehingga warna putih menjadi ungu, volume penitratan dicatat.
11). Perhitungan :
% Fe2O3 =
Dimana :
V
= volume penitrasian
= sampel
89
x 100 %
Kadar SiO2
1) Sampel sebanyak 0,4 gram ditimbang, dimasukkan dalam gelas pada
300 ml dan sebanyak 30 ml HCl pekat ditambahkan dan 20 ml HClO4
60 % diaduk serta ditutup dengan gelas arloji
2) Gelas piala dipanaskan dalam penangas pasir dan diaduk hingga larut
sempurna
3) Setelah larutan merah tua, asam nitrat 10 ml ditambahkan, diaduk dan
diamati bila masih ada yang belum larut, diusahakan larut sempurna
4) Setelah asap putih keluar, dipanaskan lalu didinginkan
5) 25 ml aquadest panas ditambahkan, diaduk dan dibiarkan beberapa
menit, disaring
6) Filtrat diterima labu takar 250 ml (1) dicuci dengan air suling panas 10
kail
7) Kertas saring beserta endapan dipindahkan ke dalam cruse porcelen
lalu dipijarkan dalam tanur listrik 1000oC selama 1 jam.
8) Perhitungan
%SiO2 =
x 100 %
Dengan
W = berat endapan
90
S = berat sampel
c.
Kadar Fe2O3
1) Filtrat (1) didinginkan, tambahkan hingga tanda batas dan dikocok
hingga homogen. Pipet 25 ml dimasukkan dalam gelas piala 400 ml,
lalu diencerkan dengan aquadest sampai 200 ml dan ditambahkan
asam nitrat pekat 2-3 tetes sampai mendidih
2) Metil merah ditambahkan 2-3 tetes lalu NH4OH hingga warna merah
berubah menjadi kuning dengan beberapa tetes berlebih dan dibiarkan
mengendap.
3) Disaring dan dicuci dengan amonium nitrat panas 2 % diambil beserta
kertas saringnya kemudian dilarutkan dalam gelas piala 400 ml, kertas
saring dibilas dengan aquadest.
4) Didinginkan dan ditambahkan SnCl2 sampai warna kuning menjadi
tidak berwarna dengan 2-3 tetes berlebih ditambah 10 ml asam phospat
dan 2-3 tetes indikator barium diphenil sulfonat
5) Dititrasi dengan K2CrO4 sehingga warna putih berubah menjadi ungu
6) Volume penitrasian dicatat.
7) Perhitungan :
% Fe2O3 =
Dengan
S = berat sampel
V = volume penitrasian
d.
Kadar R2O3
1) 25 ml filtrat (1) dipipet dan dimasukkan dalam gelas piala 400 ml,
kemudian diencerkan dengan aquadest dingin menjadi 200 ml
2) 2-3 tetes asam nitrat ditambahkan lalu dipanaskan sampai mendidih
dan 2-3 metil merah serta amonium hidroksida tets demi tetes hingga
warna merah menjadi kuning, ditambahkan 2-3 tetes berlebih.
3) Endapan dibiarkan mengendap dan filtrat dimasukkan dalam gelas
piala 500 ml (2).
4) Endapan dicuci dengan ammonium nitrat panas 2% sebanyak 5 kali
91
e.
= berat endapan
= berat sampel
Kadar CaO
1) Filtrat (2) diinginkan lalu ditempatkan pada tanda batas lalu dikocok
sampai homogen.
2) 100 ml dipipet lalu dimasukkan dalam gelas piala 400 ml dan
diencerkan dengan aquadest sampai 200 ml
3) Ditambahkan 4 ml trietanolamin dititrasi dengan larutan standar EDTA
1/40 M standar sampai mendekati titik akhir titrasi, lalu ditambahkan
14 ml larutan KOH 20% dibiarkan 30 menit dan ditambahkan
indikator MM sebanyak 0,1 gram. Titrasi dilanjutkan sampai warna
merah menjadi biru. Volume EDTA 1/40 M yang dibutuhkan (Vi)
4) Perhitungan :
% CaO =
Dengan
S = berat sampel
fi = faktor EDTA 1/40 M(mg CaO/ml EDTA)
f.
Kadar MgO
1) Pipet 100 ml dari filtrat (2) dan dimasukkan dalam gelas piala 400 ml,
diencerkan dengan aquadest dingin 200 ml.
2) Dua sampai tiga tetes natrium sulfida ditambahkan dalam 10 ml buffer
(pH 9,5-10 )
3) Indikator EBT ditambahkan lalu dinitrasi Lalu dititrasi dengan larutan
standar EDTA 1/40 hingga warna merah menjadi biru
92
= berat sampel
f2
V1
= volume titrasi
93
% SO3 =
x 100 %
x 100 %
x 100 %
94
c. Kadar R2O3
1) Filtrat dari (b) dalam gelas piala 30 ml lalu diencerkan dengan air
panas sampai 200 ml.
2) Didihkan lalu ditambah indikator merah metil beberapa tetes sampai
warna merah menjadi kuning dan ditambahkan 1-2 tetes berlebihan.
3) Kemudian dididihkan selama satu menit dan stelah endapan
mengendap disaring dengan kertas saring.
4) Endapan dicuci dengan NH4OH 32 % b/v dan dipanaskan beberapa
kali.
5) Filtrat diterima dengan labu takar 500 ml untuk penetapan CaO dan
MgO.
6) Kertas saring dan endapannya dimasukkan dalam curse porselen lalu
dipijarkan ke dalam eksikator kemudian ditimbang beratnya.
7) Perhitungan
%R2O3 =
Dimana
d. Kadar CaO
1) Filtrat (c) didinginkan lalu dimasukkan dalam labu takar 250 ml,
kemudian ditambahkan aquadest sampai batas, dikocok hingga
homogen.
2) Seratus ml dimasukkan dalam gelas piala 300 ml lalu diencerkan
menjadi 200 ml dan ditambahkan 4 ml trietol amine.
3) Titrasi dengan larutan standar EDTA sampai mendekati titik akhir
titrasi kemudian ditambahkan larutan KOH 3 N sebanyak 14 ml (pH:
12,7 -13,2) dan dibiarkan selama 3 menit.
4) Setelah itu titrasi dilanjutkan, sebelumnya ditambah bebrapa tetes
indikator NN sampai warna merah berubah menjadi biru.
5)
Perhitungan :
95
Re2O3 =
Dengan :
= berat endapan
= berat sampel
e. Kadar MgO
1) 100 ml filtrat dari (c) dimasukkan ke dalam gelas piala 300 ml
diencerkan menjadi 200 ml.
2) Ditambahkan 4-5 tets Na2S, larutan buffer 10 ml (pH: 9,5 -10) dan
indikator EBT.
3) Titrasi EDTA sampai warna merah berubah menjadi biru.
4) Perhitungan:
x 100 %
% MgO =
V = volume titrasi
S= berat sampel
g. Kadar SO3
96
1) Filtrat (c) dalam gelas piala 500 ml diencerkan dengan aquades sampai
200 ml dipanaskan dan ditambahkan 10 ml BaCl2 10 % perlahanlahan.
2) Dididihkan beberapa menit agar pengendapan sempurna kemudian
dibiarkan di atas pemanas sampai suhu mendekati titik didih selama 3
jam.
3) Lalu disaring dengan kertas saring lalu endapan dicuci dengan air
panas 8-10 kali.
4) Kertas saring beserta endapannya dimasukkan dalam cruse porcelen
lalu diabukan di atas penangas listrik kemudian dipijarkan dalam tanur
listrik pada suhu 50oC selama 30 menit dan ditimbang beratnya.
5) Perhitungan:
% SO3 =
Dengan
x 100 %
S = berat sampel
W = berat endapan
A.2.
Laboratorium Fisika
Laboratorium fisika bertugas melakukan pengujian-pengujian fisik
dari semen yang dihasilkan, meliputi:
97
jarum harus diatur supaya berada pada posisi vertical dan dapat
mencapai permukaan benda uji dengan leluasa.
d) Pengikatan awal dan pengikatan akhir tercapai bila bilajarum vicat
dapat ditahan oleh permukaan benda uji.
A.2.2. Analisa Ayakan Tepung Baku
Bentuk ayakan standar yang dicapai adalah silinder dengan
diameter 10 cm dan tinggi 20 cm. untuk tepung baku biasanya digunakan
angka ukuran 44
dan 88 .
98
99
e) Palet akan ditembakkan dengan sinar X yang berasal dari gas Argon
dan tenaga listrik bertekanan tinggi.
100
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. merupakan salah satu pabrik
semen terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dengan kapasitas 16,9
juta ton/tahun. Produk semen yang diproduksi di Citeureup mencapai 11,7
juta ton/tahun dengan 9 plant sedangkan di Cirebon sebesar 2,3 juta ton/tahun
dengan 2 plant dan di Tarjun sebesar 2,6 juta ton/tahun.
Bahan Baku yang digunakan yaitu limestone diperoleh dari Quarry D
yang berjarak 5 km dan tanah liat di hambalang. Sedangkan Pasir besi
diperoleh dari PT Aneka Tambang Cilacap dan gypsum diperoleh dari PT
Petrokima Gresik.
Proses yang digunakan dalam pembuatan semen di PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. adalah proses kering sehingga lebih ekonomis dalam
pemakaian bahan bakar, kebutuhan air dan segi konstruksi. Proses pembuatan
semen dengan proses kering dibagi atas 5 bagian yaitu, penyediaan bahan
baku pada unit crusher, pengolahan bahan pada unit raw mill, pembakaran
dan pendingin pada unit kiln dan coal mill, penggilingan smen pada uit finish
mill dan pengantongan semen pada unit packing.
Produk yang dihasilkan antara lain OPC (Ordinary Portland Cement)
Tipe I, II, dan V, OWC (Oil Well Cement), WC (White Cement), PCC
(Portland Composite Cement) dan White Mortar TR30.
Utilitas pabrik yang digunakan antara lain penyediaan air sebesar 1,432
liter/ton klinker air tanah dan 7,159 liter/ton klinker air permukaan, listrik
PLN 14,317 kW/ton klinker dan diesel 63,402 kW/ton klinker, penyediaan
udara tekan sebesar 3,937 m3/ton klinker, penyediaan bahan bakar sebesar
0,477 liter solar/ton klinker, 0,095 liter oil/ton klinker, dan 0,007 ton
batubara/ton klinker. Pengendali mutu bahan baku dan produk meliputi
pengujian kandungan limestone, clay, sand, dan gypsum yang dilakukan di
labpraturium pabrik. Limbah yang dihasilkan oleh PT Indocement Tunggal
100
Prakarsa Tbk. adalah limbah padat berupa debu yang telah dapat dikendalikan
dengan menggunakan peralatan sperti Dust Collector jenis Bag Filter dan
Electrostatic Precipitator. Hal ini untuk meminimalkan polusi udara di
lingkungan sekitar pabrik.
B. Saran
Setelah melakukan praktek kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk. dan berdasarkan tugas khusus yang telah diberikan maka penulis
memberikan saran yaitu:
1. Dilakukan penambahan jumlah nozzle sebanyak 8 buah atau dengan
penggunaan spray rate per nozzle 40 liter/menit dengan suhu outlet pada
Gas Conditioning Tower (GCT) sebesar 125 oC.
2. Temperatur gas panas yang keluar dari top cyclone SP P-8 tidak lebih dari
340 oC karena akan menjadi umpan masuk dari GCT. Dengan temperatur
umpan masuk yang tidak terlalu tinggi, maka kinerja GCT juga akan lebih
ringan.
101
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai produsen semen terbesar di
Indonesia memproduksi berbagai jenis semen, termasuk semen khusus (oil well
cement and white cement) dengan kapasitas produksi sebesar 16,9 juta ton/tahun.
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1973 dengan menggunakan merk dagang Tiga
Roda ini menghasilkan produk semen yang beragam dengan kegunaan yang berbeda
pula. Keberadaannya sebagai salah satu produsen semen terbesar, dituntut untuk
selalu dapat meningkatkan produktivitas, optimal proses produksi dan kepedulian
lingkungan terutama dalam pengendalian polusi udara. Polusi udara merupakan salah
satu polusi terbesar yang dapat ditimbulkan oleh suatu pabrik semen dimana salah
satunya adalah debu. Untuk mengurangi emisi debu yang dihasilkan oleh suatu pabrik
semen, maka digunakan dust collector (penangkap debu) untuk menangkap debu
debu tersebut sebelum melewati chimney. Salah satu alat penangkap debu yang
dioperasikan untuk mengurangi polusi udara adalah Electrostatic Precipitator (EP)
dengan unit Gas Conditioning Tower (GCT) sebagai pendingin gas masuk EP.
Pada proses produksi semen Plant 7 (P-8) unit Raw Mill memanfaatkan energi
panas dari hot gas keluaran Suspension Preheater (SP) untuk mengeringkan bahan
baku. Pada P-8 gas keluaran SP terbagi menjadi 2 yaitu menuju Raw Mill untuk
pengeringan bahan baku semen (limestone, sandyclay, pyrit cinder dan silica) dan
Gas Conditioing Tower
maksimal mencapai 150 oC. Keluaran gas panas yang sudah dimanfaatkan energi
panasnya tersebut akan masuk ke EP untuk menangkap debu-debu yang terikat
kemudian gas yang sudah bersih dikeluarkan ke lingkungan.
Batasan suhu masuk ke dalam EP untuk mendapatkan efisiensi yang optimal
adalah 120 oC. Jika suhu gas lebih dari 150 oC dust emisi gas keluaran ke lingkungan
dikhawatirkan akan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), yaitu 80 mg/Nm3. Untuk
membantu proses pendinginan itu dipasang alat GCT sebelum masuk ke dalam EP.
Ketika suhu gas melebihi 150 oC, debu-debu yang terikut akan kehilangan moisture
content (molekul H2O). Molekul H2O tersebut berfungsi sebagai penghantar muatan
yang memudahkan debu-debu untuk ditangkap oleh EP. Tetapi jika suhu gas masuk
terlalu rendah (dibawah 110 oC) menyebabkan moisture content debu diatas 1% maka
debu-debu terlalu lembab dan akan menumpuk di collecting plate.
Pada P-8 gas panas keluaran SP didinginkan oleh GCT dari 189 oC hingga
120oC dengan menggunakan water spray. Apabila suhu inlet EP naik terus menerus
maka dapat menyebabkan dust emisi gas keluaran ke lingkungan akan melebihi
ambang batas dan berdebu. Hal ini akan menjadi isu lingkungan yang merugikan
lingkungan sekitar sehingga perlu dilakukan analisa kebutuhan air pendingin Gas
Conditioning Tower (GCT) pada P-8.
B. Perumusan Masalah
Pada tugas khusus ini akan membahas kebutuhan air pendingin Gas
Conditioning Tower (GCT) pada P-8, sehingga diperlukan perhitungaan neraca panas
pada GCT.
C. Tujuan
Tujuan dalam tugas khusus ini adalah:
1. Mengetahui perhitungan neraca panas pada Gas Conditioning Tower (GCT) pada
P-8.
2. Mengetahui perhitungan kebutuhan air pendingin Gas Conditioning Tower (GCT)
pada P-8
D. Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari tugas khusus ini adalah:
1. Bagi pabrik
Dapat mengetahui kebutuhan air pendingin Gas Conditioning Tower (GCT) di
Raw Mill P-8.
2. Bagi penulis
Dapat mempelajari proses - proses yang terjadi di pabrik secara keseluruhan
beserta berbagai permasalahan dalam pelaksanaan teknisnya, sehingga dapat
menambah pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gas Conditioning Tower (GCT)
Gas Conditioning Tower (GCT) merupakan sebuah alat dalam suatu pabrik
semen yang berfungsi untuk mendinginkan atau mengkondisikan gas panas dari
Suspension Preheater (SP). Gas panas yang berasal dari SP mempunyai temperatur
berkisar 350 400 oC. Gas tersebut diturunkan suhunya oleh GCT menjadi 120 oC
yang merupakan temperatur outlet GCT dengan bantuan water spray sebagai
pendingin. GCT berfungsi untuk mengefisiensikan kerja dari EP. Efisiensi EP
meningkat seiring dengan naiknya voltase dan ampere yang digunakan. GCT akan
mengkondisikan gas panas dari SP agar resistivitas dan temperaturnya berada pada
range kerja dari EP.
Partikel emisi debu selama proses yang berbeda di industri semen memiliki
nilai resistivitas elektris yang spesifik. Debu yang memiliki resistivitas yang tinggi
akan sulit untuk dibersihkan dari collecting plate, dan sering menyebabkan kondisi
operasi yang dapat merusak, biasa dikenal sebagai pelemparan kembali spark atau
disebut juga back ionization. Kondisi ini dihasilkan karena hubungan dew point yang
rendah dan temperatur gas yang merusak.
EP mendapatkan efisiensi penangkapan yang tertinggi jika resistivitas partikel
debu berkisar 104 - 1011 ohm.cm. resistivitas dapat dikurangi dengan beberapa faktor,
diantaranya adalah mengineksikan air ke dalam GCT yang dianggap dapat
memperbaiki konduktivitas dalam EP.
GCT mendapatkan inlet berupa gas panas dari SP. Gas panas dari SP dihisap
oleh SP fan, volume gas panas yang masuk, volume gas panas yang masuk ke GT
diatur oleh damper yang terdapat pada inlet GCT. Outlet GCT diteruskan menuju
Raw Mill dan Sicular Storage.
Proses pengkondisikan gas panas pada GCT adalah dengan menyemprotkan
air bertekanan dan dilewatkan pada suatu nozzle, sehingga terjadi pengkabutan yang
akan menurunkan temperature gas panas menjadi sekitar 130-160oC.
Banyaknya air yang disemprotkan ke dalam GCT tergantung dari temperatur
gas panas yang masuk dan temperatur gas panas yang diharapkan saat keluar GCT
menuju EP. Namun tidak boleh menyebabkan termperatur gas panas keluar lebih
rendah dari 100 oC karena akan menyebabkan korosi pada EP dan juga akan
Gambar II.1
Keterangan Gambar :
1. Gas Inlet Cone
2. Gas Distribution
3. Spray Nozzle Lance
4. Man Hole
5. Ring for water Supply
6. Shell Plate
7. Paddle Screw
: 385 oC
Outlet :
Temperature
:310 oC
Total height
: 22 m
Diameter
:8 m
: 1 atm
: 50 m3/jam
Water Sparyer :
Number of nozzle
: 20
: 30 liter/menit
: 600 liter/menit
: 40 liter/menit
Type of nozzle
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Pengumpulan Data
Metode atau langkah langkah pada pelaksanaan pengambilan data untuk tugas
khusus adalah sebagai berikut :
a.
Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada narasumber (operator)
dalam mendapatkan data.
b.
c.
Water Spray
Gas input
Gas output
Gas Conditioning
Tower (GCT)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pengukuran data yang diambil pada tanggal 19 Agustus 2014
No
Parameter
Satuan
Pengukuran
Inlet
Outlet
mmAq
5,0000
32,0000
mmAq
572,5000
695,0000
402
189
Temperature (T)
0,847
0,847
2,5
a. Specific Gravity
273
10332 + Ps
SG = 1,3
273 + T
10332
SG = 1,3
273
10332 + 572,5
273 + 402
10332
SG = 0,5549 kg/m3
SG = 1,3
273
10332 + 695
273 + 189
10332
SG = 0,8199 kg/m3
b. Velocity Gas
v =
2 g Pd
SG
v =
2 9,18 6
0,5549
v = 11,2618 m/s
2 9,18 32
0,8199
v = 23,4390 m/s
A = 28,26 m2
d. Debit (Q)
Q = (v A 60 60)
Q = 1145726,028 m3/h
273
10332 + Ps
273 + T
10332
Qn = Q
273
10332 + 572,5
273 + 402
10332
Qn = 489058,7268 Nm/h
Qn = 6113,2341 Nm/menit
273
10332 + 695
273 + 189
10332
Qn = 261086,985 Nm/h
Qn = 4351,4498 Nm/menit
: 402 oC
: 189 oC
: 28 oC
: 289 oC
: 100 oC
: 6113,2341 Nm3/menit
: 0,9211 kJ/Nm3oC
H2O)liq
: 4,2360 kJ/Nm3oC
H2O)vap
: 1,5150 kJ/Nm3oC
: 1000 kg/m3
: 2257,06 kJ/kg
NERACA PANAS
Q air pendingin
: Q gas panas
= 304,9954 kJ/kg
Q air penguapan
=
=(
1,5150
kJ/Nm3oC x ( 189 oC 100 oC ))
= 134,835 kJ/kg
Q gas panas
C))
= 2257,06 kJ/kg
Q air fase uap
Q gas panas
189
liter/menit.
2.
Kondisi Operasi Raw Mill Off dengan Temperature Outlet yang Diharapkan
(120OC)
Suhu gas masuk GCT
: 402 oC
: 120 oC
: 28
: 120 oC
: 100 oC
: 6113,2341 Nm3/menit
: 0,7087 kJ/Nm3oC
H2O)liq
: 4,2360 kJ/Nm3oC
H2O)vap
: 1,5150 kJ/Nm3oC
: 1000 kg/m3
: 2257,06 kJ/kg
: Q gas panas
=
=(
= 304,9954 kJ/kg
Q air penguapan
= 2257,06 kJ/kg
Q air fase uap
=
=(
1,5150
kJ/Nm3oC x ( 120 oC 100 oC ))
= 30,3 kJ/kg
Q gas panas = m gas panas x Cp gas panas x (T masuk GCT T keluar GCT)
= (6113,2341 Nm3/menit x 0,9211 kJ/Nm3oC x (402 oC - 120 oC))
= 1221685,962 kJ/menit
Q gas panas
( Q air fase cair + Q penguapan air + Q air fase uap)
1628914,616 kJ/menit
(304,9954 kJ/kg + 2257,06 kJ/kg + 30,3 kJ/kg)
= 628,3531 Nm3/menit
= 49011,5445 kg/jam
Volume air pendingin yangdibutuhkan
Dengan mempetimbangankan
spesifikasi rancangan untuk Gas Conditioning Tower P-8, water capacity dengan 20
nozzle beroperasi dapat memasok air pendingin sebanyak 587,9199 liter/menit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menurunkan temperature gas panas hingga
mencapai temperatur yang diharapkan (120 oC) pada GCT P-8 jumlah nozzle yang ada
belum mencukupi, maka diperlukan penambahan jumlah air pendingin untuk
menambah kapasitas water spray yang diinjeksikan untuk GCT sebanyak 228,9392
liter/menit.
C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Dari neraca panas diketahui bahwa jumlah nozzle pada P-8 belum mencukupi
untuk menyuplai air pendingin pada GCT pada outlet 120 oC. Maka diperlukan
penambahan air pendingin pada GCT P-8. Terdapat beberapa alternatif yang dapat
dipertimbangkan untuk menambah kekurangan air pendingin pada GCT, antara lain:
1. Menambah jumlah nozzle
Pada sistem penginjeksian air pendingin pada GCT P-8 terpasang 20
nozzle dengan kapasitas 30 liter/menit per nozzle. Sedangkan menurut
perhitungan neraca panas terdapat kekurangan air pendingin sebesar
228,9392 liter/menit. Sehingga membutuhkan tambahan jumlah nozzle
sebesar 8 buah dengan kapasitas yang sama.
Untuk alternatif ini diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
penyusunan pemasangan posisi tambahan nozzle pada sistem water spray.
2. Menambah kapasitas nozzle
Pada GCT P-8 memerlukan tambahan air pendingin sebesar 228,9392
liter/menit. Jika menambah kapasitas nozzle, maka dibutuhkan nozzle
dengan water spray rate sebesar 40,84 liter/menit per buah, dengan asumsi
jumlah nozzle sama seperti rancangan awal yaitu 20 buah.
Alternatif ini tidak dapat dilakukan karena batas maximum spray rate
per nozzle adalah 40 liter/menit.
3. Menggunakan Spray Rate Maksimum
Apabila penambahan jumlah nozzle dan penambahan kapasitas nozzle
tidak dapat dilakukan, maka dapat menggunakan alternatif penggunaan
spray rate maksimum per nozzle yaitu 40 liter/menit. Dengan spray rate
Mengganti manual valve spray nozzle yang lama dengan yang baru
Pada sistem penginjeksian air pendingin pada GCT P-8 terpasang 20
nozzle dengan manual valve tipe ball valve pada masing-masing nozzle.
Kondisi manual valve sangat berpenngaruh terhadap pressure spray nozzle
yang diinginkan dan berpengaruh terhadap kualitas spray dari nozzle itu
sendiri. Pada saat ini banyak kondisi manual valve dalam keadaan
berkarat sehingga tidak dapat diatur bukaannya. Akibatnya spray dari
nozzle yang tidak maksimal ini menyebabkan pressure yang dibutuhkan
oleh nozzle tidak mencukupi. Hal ini memicu emisi debu pada chimney.
Dengan melihat kondisi seperti ini, maka sangat diperlukan
penggantian manual valve yang lama dengan yang baru agar diperoleh
kondisi yang optimal.
2.
3.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan neraca massa dan neraca panas, diperoleh bahwa kebutuhan
air pendingin Gas Conditioning Tower (GCT) P-8 pada kondisi operasi aktual adalah
sebanyak 587,9199 liter/menit. Sedangkan kebutuhan air pendingin pada kondisi
operasi raw mill on dengan temperatur outlet 120 oC adalah 816,8591 liter/menit.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menurunkan temperature gas panas
hingga mencapai temperatur yang diharapkan (120 oC) pada GCT P-8 jumlah nozzle
yang ada belum mencukupi, maka diperlukan penambahan jumlah air pendingin
untuk menambah kapasitas water spray
228,9392 liter/menit.
Pada saat kondisi aktual jumlah nozzle yang digunakan sebanyak 20 buah,
namun untuk mencukupi kebutuhan air pendinngin untuk temperature yang
diharapkan saat outlet 120 oC maka diperlukan penambahan jumlah nozzle sebanyak 8
buah.
Alternatif pemecahan masalah lainnya yaitu penggunaan spray rate
maksimum per nozzle yaitu 40 liter/menit. Dengan spray rate tersebut didapatkan
spray rate 20 nozzle sebesar 800 liter/menit dan menghasilkan suhu output GCT P-8
sebesar 125 oC.
900
900
800
800
700
700
600
600
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
0
0
25,00 27,50 30,00 32,50 35,00 37,50 40,00 42,50 45,00
Spray rate (liter/menit)
Temperatur (oC)
spray rate vs
massa air
spray rate vs
temperatur
B. Saran
1. Operator CCP Kiln diharapkan untuk menjaga kondisi operasi kiln, agar temperatur
gas panas yang keluar dari top cyclone Suspension Preheater P-8 tidak lebih dari 340
o
C. Hal ini sangat perlu karena yang menjadi umpan masuk dari GCT adalah gas
panas yang berasal dari SP. Dengan temperatur umpan masuk yang tidak terlalu
tinggi, maka kinerja GCT juga akan lebih ringan.
2. Sebaiknya dibuat suatu work instruction dalam operasi dan pemeliharaan GCT.
Sehingga kondisi GCT P8 tetap terawat dan performanya tetap baik.