Anda di halaman 1dari 44

BANK

SYARIA
H

Sejarah dan Perkembangan


1. Pada tahun 1940 malaysia
mencoba membuka bank
tanpa bunga
2. Pada tahun 1950 pakistan
pakistan mencoba
membuka lembaga
perkreditan tanpa bunga
3. Pada tahun 1963 Mesir
sukses Mit Ghamr Local
Saving Bank
4. Pada tahun 1971
dibukanya Nasser Social
Bank
5. Pada tahun 1975
didirikannya Islamic
Development Bank

1. Pada tahun 1998 jumlah


kantor bank syariah secara
nasional sebanyak 78
kantor
2. Peta penyebaran
terkosentrasi di Jakarta,
Tanggerang, Bogor, Bekasi,
Bandung.
3. Dewasa ini telah banyak
bermunculan bank umum
dengan prinsip syariah,
seperti bank syariah
mandiri, BNI Syarish, BRI
syariah, Bukopin syariah,
dll.
4. Untuk mengakomodir
keinginan masyarakat
yang mendambakan
sistem perbankan non
bunga

Dasar Hukum
UU NO 10 1998

KONSEP DASAR RIBA

PASAL 1 AYAT 3 TENTANG


KETENTUAN UMUM
PASAL 6 HURUF m TENTANG
USAHA BANK UMUM
PASAL 7 HURUF c TENTANG
USAHA BANK UMUM
PASAL 8 AYAT 1 DAN 2
TENTANG USAHA BANK UMUM
PASAL 11 AYAT 1 TENTANG
USAHA BANK UMUM

Al quran : Al baqarah ayat


275 tentang riba (tambahan)
Riba ada dua macam :
Riba nasiah ialah pembayaran lebih
yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan.
Riba fadhl ialah penukaran suatu
barang dengan barang yang sejenis,
tetapi lebih banyak jumlahnya karena
orang
yang
menukarkan
mensyaratkan
demikian,
seperti
penukaran emas dengan emas, padi
dengan padi, dan sebagainya. Riba
yang dimaksud dalam ayat ini riba
nasiah yang berlipat ganda yang
umum terjadi dalam masyarakat Arab
zaman jahiliyah.

RIBA
Riba
secara
bahasa
adalah
tambahan,
meningkat, membesar
Riba adalah penambahan, perkembangan,
peningkatan dan pembesaran atas pinjaman
pokok yang diterima pemberi pinjaman dari
peminjam
sebagai
imbalan
karena
menangguhkan atau berpisah dari sebagian
modalnya dalam kurun waktu tertentu.
Al quran secara tegas melarang praktek riba,
Al baqarah ayat 275 Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.

bunga

SURPL
US
SECTO
R

Rp

BANK

Rp

bunga

DEFICI
T
SECTO
R

Keterangan

Bank
Konvensional

Bank Syariah

Sistem yang digunakan dalam


produk

Berbasis bunga

Non-bunga (bagi hasil,


marjin, sewa, fee)

Susunan Pengurus

Hanya Dewan
Komisaris dan Direksi

Dewan Komisaris,
Direksi & Dewan
Pengawas Syariah

Jenis pengikatan / akad

Hanya satu jenis


pengikatan

Beragam jenis akad

Hasil investasi setiap bulannya

Tetap

Berfluktuasi, sesuai
kinerja bank

Penyaluran dana

Semua bisnis yang


menguntungkan

Hanya bisnis
menguntungkan yang
sesuai prinsip syariah

Laporan kinerja

Kurang transparan

Transparan

Tidak ada

Dapat berperan
sebagai Lembaga Amil
Zakat (LAZ)

Fungsi sosial

Bank Syariah vs Bank Konvensional


Sekalipun perbedaan utama antara bank syariah dengan
bank konvensional terletak pada unsur bunga dan
orientasinya,
namun terdapat beberapa perbedaan lain,
diantaranya:

Hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya tidak


berupa hubungan debitur-kreditur, melainkan hubungan
partisipatif dalam menanggung resiko dan menerima hasil
dari suatu perjanjian bisnis.
Bank syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk
uang tunai, tetapi bekerja atas dasar kemitraan.
Bank syariah memandang laba bukan merupakan satusatunya tujuan, karena bank syariah selalu mengupayakan
agar masyarakat dapat memanfaatkan sumber-sumber
dana untuk meningkatkan kesejahteraan.
Bank syariah merupakan bank multiguna, karena berperan
sebagai bank investasi, dan sebagai bank pembangunan.

Akad titipan dimana barang yang dititipkan


dapat diambil sewaktu-waktu.
Pihak yang menerima titipan dapat meminta
jasa untuk keamanan dan pemeliharaan
barang yang dititipkan.
Ada 2 jenis wadiah :
Wadiah Amanah Pihak yang menerima titipan tidak
diperkenankan mengambil manfaat dari barang yang dititipkan
(contoh : safe deposit box).

Wadiah Yaddhamanah Pihak yang menerima titipan


boleh mengambil manfaat dari barang yang dititipkan (contoh :
giro & tabungan)

Akad usaha dua pihak dimana salah satunya


memberikan modal (Shahibul Maal) sedangkan yang
lainnya memberikan keahlian (Mudharib).
Modal 100% berasal dari shahibul maal.
Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua
belah pihak, termasuk penentuan revenue atau profit
sharing.
Jika untung maka dibagi sesuai nisbah yang disepakati
Jika rugi seluruhnya ditanggung oleh shahibul maal
(jika kerugian bukan karena kelalaian mudharib).
Modal dapat dikembalikan kepada shahibul maal
secara berangsur-angsur.

Contoh Perhitungan Nisbah

ada perhitungan bunga tabungan pada bank syariah tidak dikenal istilah bunga, melainkan
nisbah. Nisbah adalah persentase pembagian keuntungan antara bank denga nasabah
( contoh nisbah 50:50, bank dan nasabah masing-masing memperoleh 50 % dari
keuntungan).
Contoh 1 (Simpanan) :
Tanggal Transaksi Tabungan
02.11.14 Setoran Tunai Rp. 2.000.000,03.11.14 Pemindahan Kredit Rp. 500.000,04.11.14 Setoran Kliring Rp. 1.000.000,20.11.14 Penarikan Tunai Rp. 1.000.000,Total dana tabungan yang berhasil di kumpulkan bank syariah Rp. 100.000.000,-. Keuntungan
yang diperoleh dari dana tabungan (profit distibution) sebesar 3.000.000,Jawaban Soal : Tanggal Saldo hari mengendap
02.11.14 Rp. 2.000.000,- 1 ( 3 2 )
03.11.14 Rp. 2.500.000,- 1 ( 4 3 )
04.11.14 Rp. 3.500.000,- 16 ( 20 4 )
20.11.99 Rp. 2.500.000,- 11 ( 30 20 + 1)
Saldo Rata-rata SR = {(2jt x 1) + (2,5jt x 1) + (3,5jt x 16) + (2,5jt x 11)} / 30 =
2.933.333,333
Bagi Hasil = (2.933.333,333 / 100.000.000) x 3.000.000 x 50 % = 43.999,995

Contoh 2 (Pinjaman):
Pak Ronny seorang karyawan swasta dengan take home pay (penghasilan setelah
dipotong pajak) sebesar 4.000.000/bulan. Pak Ronny ingin membeli rumah type 45/70
di perumahan Anggrek residence, Depok dengan menggunakan KPR BNI Syariah.
Harga rumah yang akan dibeli oleh pak Ronny sebesar Rp. 217.500.000,-.
Pak Ronny membayarkan 17.500.000,- secara tunai, sedangkan sisanya sebesar
200.000.000,- ia bayarkan menggunakan KPR di BNI Syariah. Pak Ronny memilih
waktu angsuran selama 15 tahun dengan nisbah 8,75%.
Angsuran yang harus dibayarkan oleh pak Ronny perbulannya adalah :
= ((Rp 200.000.000 x (8,75% x 15 thn) ) + 200.000.000 ) / (15 thn x 12 bln )
= Rp 2.569.444
Sehingga angsuran yang harus dibayarkan oleh Pak Ronny sebesar Rp.
2.569.444,-/bulan.
Namun, BNI Syariah hanya dapat menyetujui 40% dari take home pay Pak Ronny atau
sebesar Rp. 1.600.000,-/bulan, dengan kata lain permohonan KPR Pak Ronny belum
dapat disetujui oleh pihak BNI Syariah.
Walaupun demikian, biasanya pengajuan KPR kita dapat disetujui dengan cara
menurunkan jumlah KPR yang kita ajukan. Untuk contoh kasus diatas, besarnya cicilan
yang disetujui oleh BNI Syariah adalah sebesar 1.600.000 dengan jumlah KPR yang
dapat disetujui adalah sebesar :
= (1.600.000 x (15 x 12))
berasal dr perhitungan angsuran
= (A x (8,75% x 15)) + A
288.000.000 = 1,3125 A + A = 288.000.000 / 2,3125A
A = 124.540.540
Sehingga, KPR yang dapat disetujui Bank sebesar Rp. 124.540.540. Pak Ronny dapat
memiliki rumah type 45/70 yang ia inginkan dengan cara membayarkan tunai
sejumlah Rp. 92.959.460,- dan KPR sebesar Rp. 124.540.540,- dari BNI syariah.

Ada 2 jenis mudharabah :


Mudharabah Mutlaqah Mudharib diberikan
kebebasan dalam mengelola dana shahibul maal
(sepanjang memenuhi syariah Islam).

Mudharabah Muqayyadah Mudharib wajib


mengelola dana sesuai keinginan shahibul maal,
misalnya kepada proyek/nasabah tertentu.
Dalam perbankan disebut dengan istilah
chanelling (dalam hal ini, bank menerima fee).

MUDHARABAH
Perjanjian
bagi hasil

Pengelol
a

SKILL

USAHA

BANK
Modal

LABA
USAHA

BAGI
LABA

MODAL

Akad hutang-piutang uang, tanpa


bunga.
Umumnya digunakan untuk pinjaman
kesejahteraan karyawan.
Dapat pula disalurkan sebagai bagian
dari fungsi sosial bank syariah (dalam
hal ini penerima qardh harus
merupakan mustahiq).

Akad jual-beli dimana bank bertindak selaku penjual


dan nasabah selaku pembeli.
Harga beli diketahui bersama dan tingkat keuntungan
untuk bank disepakati di muka.
Bank dapat meminta uang muka dari nasabah
Dalam fiqih klasik, murabahah dilakukan secara tunai,
dalam praktek perbankan, nasabah dapat membayar
secara cicilan.
Karena tidak membayar secara tunai, nasabah dapat
diminta untuk memberikan jaminan.
Apabila nasabah melunasi sebelum jatuh tempo, maka
dapat diberikan diskon sesuai kesepakatan bersama.

Dalam fiqih klasik, penjual membeli barang


langsung dari penjual pertama.
Dalam perbankan syariah, umumnya
aplikasinya sebagai berikut :
Bank melakukan pemesanan barang kepada
supplier, namun barang dikirim langsung
kepada nasabah. Ini dilakukan karena bank
tidak memiliki gudang penyimpanan barang.
Nasabah membeli sendiri langsung dari
supplier selaku wakil bank. Dalam hal ini bank
melakukan akad wakalah dengan nasabah.

MURABAHAH
antara bank dengan nasabahnya.

Akad jual/beli
Bank
menyediakan barang yang dibutuhkan nasabah sebesar
harga pokok ditambah dengan keuntungan, yang porsinya
telah disepakati sebelumnya.
Marhum Bih
(pembiayaan)

Permohonan pembiayaan
Kirim Barang

BANK

Bayar + Fee

Jaminan (marhum)

Nasabah

Al Rahn

Penyerahan barang harta (marhun) dari nasabah


pada bank, sebagai jaminan atas sebagian ataupun
seluruh hutang

Akad jual beli tangguh/pesanan dimana pembayaran


dilakukan di muka dan barang diterima beberapa
waktu kemudian.
Dalam pembiayaan ini bank bertindak selaku
pembeli sedangkan nasabah bertindak selaku
penjual. Uang pembelian diberikan dimuka kepada
nasabah.
Barang yang dipesan harus memiliki spesifikasi dan
jumlah satuan yang jelas dan standar.
Biasanya diterapkan untuk pembiayaan produk
pertanian (agrobased industries) atau produk2 yang
terstandarisir.

Bank dapat menjual barang tersebut sebelum jatuh


tempo kepada pihak lain dengan cara yang sama
(salam) tapi tidak boleh dikaitkan dengan Salam
yang pertama. Produk ini disebut Salam Paralel.
Salam Paralel dilarang dilakukan terhadap nasabah
yang sama, karena dikhawatirkan terkena hukum
riba.
Apabila nasabah gagal (wan prestasi, default)
menyerahkan barang yang dipesan, maka
kewajiban terhadap bank tidak berubah. Artinya
penyerahan barang harus tetap dilakukan,
meskipun harus ditunda karena kegagalan.

Akad istishna mirip dengan Salam. Perbedaannya


terletak pada obyek yang dibiayai dan cara
pembayaran.
Pada Istishna obyek yang dibiayai bersifat
customized, sehingga harus dibuat lebih dahulu.
Pada Salam, obyek yang dibeli/dibiayai
terstandarisasi.
Pada Salam pembayaran oleh bank dibayar dimuka
sekaligus, sedangkan pada istishna, pembayaran
oleh bank dapat dicicil/ bertahap.
Umumnya diterapkan pada produk jasa konstruksi,
seperti pembiayaan pembangunan/renovasi rumah.

ISTISHNA
barang (mashnu) antara

Akad jual/beli
pemesan dengan
penerima pesanan dengan bantuan dana dari bank.
Spesifikasi dan harga barang pesanan, disepakati di awal
akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai
kesepakatan.
Pemesanan
Supplier

kirim

Nasabah
ra
u
s
g
An

Ba
ya
r

BANK

Akad
jual/
beli

HIWALAH
Akad pemindahan piutang nasabah ke bank dari pihak lain.
Nasabah memintah bantuan bank untuk membayarkan
terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual/ beli, dan
nasabah akan ganti melunasinya sesuai kesepakatan
sebelumnya. Bank mendapat imbalan dari jasa pemindahan
piutang tersebut
Hutang

Supplier
an

ur
s
g ee
n
F
A

Ba
ya
r

BANK

Nasabah

Akad

Akad join venture, di mana bank dan nasabah samasama memberikan modal (patungan) dalam usaha
yang akan dijalankan.
Nisbah keuntungan disepakati di muka oleh kedua
belah pihak, termasuk penentuan revenue atau
profit sharing.
Porsi nisbah boleh berbeda dengan porsi modal,
asalkan disepakati bersama.
Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati.
Kerugian ditanggung sesuai porsi modal masingmasing.
Selaku partner bisnis, bank berhak ikut serta dalam
pengaturan manajemen.

MUSYARAKAH
Akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih
pemilik modal, untuk membiayai suatu jenis usaha yang
halal dan produktif. Keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati (berdasarkan porsi modal yang
ditanamkan masing-masing
pihak).
Perjanjian
Kerjasama

MITRA

Modal

USAHA

Moda
l

LABA
USAHA

Sesuai share

BAGI
LABA

Sesuai share

BANK

Akad sewa-menyewa, di mana bank sebagai


pemberi sewa (mujir) dan nasabah sebagai
penyewa (mustajir).
Pada umumnya bank tidak memiliki barang,
tapi menyewa dari pihak lain dan kemudian
menyewakannya lagi kepada nasabah dengan
nilai sewa yang lebih tinggi. Hal ini dibolehkan
selama tidak ada kaitan antara akad sewa
pertama dengan akad kedua.
Sebagai mujir, bank bertanggungjawab atas
pemeliharaan asset yang disewa.

IJARAH
Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan
nasabah (mustajir). Setelah masa sewa berakhir, barang
sewaan tersebut dikembalikan kepada bank.
Objek
sewa
Supplier
B
E
L
I

MILIK
Nasabah

M
I
L
I
K

a
w
Se
r
Akad
ya
a
B
sewa
beli

BANK
Jika setelah masa sewa berakhir, barang sewaan tersebut
menjadi milik penyewa (mustajir), disebut Ijarah wa Iqtina.

Akad sewa-menyewa, di mana penyewa (mustajir)


diberikan opsi untuk memiliki obyek yang disewanya
(Financial Lease).
Dimungkinkan apabila bank memiliki obyek yang
disewakan.
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik pada dasarnya terdiri dari
dua akad, yaitu akad sewa dan janji (opsi) pemilikan.
Peralihan kepemilikan tidak bisa dilakukan apabila akad
sewa belum berakhir.
Selama kepemilikan belum beralih, bank
bertanggungjawab atas pemeliharaan asset yang
disewa

Rahn dalam syariah memiliki dua makna :


Fiducia: penyerahan barang, tapi hanya
dokumennya saja yang ditahan. Barang
masih digunakan oleh pemilik.
Gadai: penyerahan barang secara fisik,
sehingga pemilik tidak dapat
menggunakannya lagi.

Umumnya dipergunakan sebagai


pengikatan jaminan atas pinjaman yang
diberikan.

PRODUK JASA
Transfer uang, Inkaso dan Letter of Credit
Menggunakan prinsip wakalah, yaitu akad pemberian kuasa
dari pemberi ke penerima kuasa untuk melaksanakan tugastugas tersebut, atas nama pemberi kuasa dengan
menggunakan teknis yang sama seperti bank konvesional.
Bank Garansi
Menggunakan prinsip kafalah, yaitu akad pemberian jaminan
yang diberikan oleh suatu pihak ke pihak lain, sebagai
penjaminan dan bertanggung jawab atas pembayaran kembali
hutang yang menjadi hak penerima jaminan.
Safe Deposit Box
Menggunakan prinsip wadiah amanah, yaitu akad penitipan
uang/ barang dimana pihak penerima (bank) tidak
diperkenankan menggunakan uang/ barang yang dititipkan
dan bertanggung jawab atas kerusakan ataupun kehilangan
uang/barang tersebut.

RUANG LINGKUP KEGIATAN


USAHA
Bank Syariah tidak menempuh cara transaksi pinjammeminjam dana sebagai kegiatan komersil.
Kegiatan komersil bank syariah meliputi:
Perdagangan, baik tunai atau tangguh (al bai)
Sewa dan sewa beli (al ijarah)
Investasi/penyertaan (syirkah), baik untuk
keuntungan sendiri (investment banking) maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabah
(investment management)
Jasa-jasa titipan (al wadiah): custodian dan
trusteeship
Jasa-jasa (jualah) dalam lalu-lintas pembayaran,
seperti pengiriman uang (transfers), penerbitan L/C,
collections (wakalah), garansi bank (kafalah), dll.

PENGHIMPUNAN DANA
Tabungan Mudharabah
Tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah.
Bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik
dana).
Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah
mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan
utama di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya
persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam
mengelola hartanya.
Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib,
mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya,
termasuk
melakukan
akad
mudharabah dengan pihak lain.

PENGHIMPUNAN DANA
Tabungan Mudharabah
Namun, di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat
sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti
bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad
baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup
biaya operasional tabungan dengan menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah
akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
Bank
tidak
diperkenankan
mengurangi
nisbah
keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan
yang bersangkutan.

PENGHIMPUNAN
DANA
Giro Wadiah
Giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan
murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki.
Sarana penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip al-Wadiah Yad Dhamanah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau
bilyet giro.
Bank sebagai custodian harus menjamin pembayaran kembali
nominal simpanan wadiah.
Titipan tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan
komersial dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh
dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan
komersial.
Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau
keuntungan apapun kepada pemegang rekening wadiah, dan
sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh mengharapkan
atau meminta imbalan atau keuntungan atas rekening wadiah.

PENGHIMPUNAN
DANA
Giro Wadiah
Setiap imbalan atau keuntungan yang dijanjikan dapat
dianggap riba. Namun demikian bank, atas kehendaknya
sendiri, dapat memberikan imbalan berupa bonus (hibah)
kepada pemilik dana (pemegang rekening wadiah).
Ciri-ciri giro wadiah adalah sebagai berikut:
a. Bagi pemegang rekening disediakan cek untuk
mengoperasikan rekeningnya;
b. Untuk membuka rekening diperlukan surat referensi
nasabah lain atau pejabat bank, dan menyetor sejumlah
dana minimum sebagai setoran awal;
c. Calon pemegang rekening tidak terdaftar dalam daftar
hitam Bank Indonesia;
d. Penarikan dapat dilakukan setiap waktu dengan cara
menyerahkan cek atau instruksi tertulis lainnya;

TABUNGAN SOCIAL BASE

Tabungan Haji

Tabungan dengan akad Mudharabah atau Wadiah yang


digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan kepastian
porsi berangkat menunaikan ibadah Haji (Reguler/Khusus)
dan merencanakan ibadah Umrah sesuai keinginan
penabung dengan sistem setoran bebas atau bulanan
dalam mata uang Rupiah dan USD.

Rekening Zakat
Zakat
Infak
Sedekah

MUDHARABAH
Akad/ perjanjian antara pihak pemilik modal
(shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan, dengan
dasar nisbah bagi hasil yang telah disepakati di awal
akad.
Pengelola (mudharib) :

Sebagai
Sebagai
Sebagai
Sebagai

pihak yang melakukan dharb (memperjalankan/mengelola usaha)


wakil (berusaha atas nama kongsi)
pemegang amanah atas dana shohibul maal
partner (menyertai shohibul maal dalam keuntungan dan kerugian)

Dapat dilakukan dengan beberapa shohibul maal dan


beberapa mudharib
Kewajiban utama shohibul maal adalah menyerahkan
modal kepada mudharib dan kewajiban mudharib
adalah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran

MUDHARABAH

Akad/ perjanjian antara pihak pemilik modal (shahibul maal)


dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan
atau keuntungan, dengan dasar nisbah bagi hasil yang telah
disepakati di awal akad.
Pengelola (mudharib) :
Sebagai pihak yang melakukan dharb
(memperjalankan/mengelola usaha)
Sebagai wakil (berusaha atas nama kongsi)
Sebagai pemegang amanah atas dana shohibul maal
Sebagai partner (menyertai shohibul maal dalam keuntungan
dan kerugian)
Dapat dilakukan dengan beberapa shohibul maal dan beberapa
mudharib
Kewajiban utama shohibul maal adalah menyerahkan modal
kepada mudharib dan kewajiban mudharib adalah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran

MUDHARABAH : Jenis-jenis

Mudharabah Khusus
Pemberian dana oleh seseorang, kemudian dana tersebut dikelola
dalam bentuk usaha oleh seseorang atau badan hukum.
Mudharabah Berserikat
Dalam hal ini bank menerima dana dari berbagai sumber untuk
kemudian digunakan dalam usaha berbentuk mudharabah.
Mudharabah Mutlak
Penerima dana (mudharib) memiliki kebebasan untuk
menggunakan dana. Mudharib mempunyai komitmen untuk tetap
menjamin pemeliharaan dan keamanan dana yang dikelolanya.
Mudharabah Bersyarat
Pemilik dana menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
penerima dana. Syarat tersebut menyangkut, jenis usaha, lokasi
dan manajemen pengelolaan usaha tersebut

ARAH &
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
PERBANKAN
SYARIAH
INDONESIA

VISI PENGEMBANGAN BANK


SYARIAH

TERWUJUDNYA SISTEM PERBANKAN


SYARIAH YANG :

KOMPETITIF, EFISIEN DAN MEMENUHI PRINSIPPRINSIP KEHATI-HATIAN


MAMPU MENDUKUNG SEKTOR RIIL SECARA
NYATA MELALUI KEGIATAN PEMBIAYAAN
BERBASIS BAGI HASIL DAN TRANSAKSI RIIL
DALAM KERANGKA KEADILAN, TOLONG
MENOLONG DAN MENUJU KEBAIKAN GUNA
MENCAPAI KEMASLAHATAN MASYARAKAT

Sistem Pengawasan Bank Syariah


Sistem pengawasan berbasis risiko
bank syariah termasuk penilaian TKS
merupakan satu kesatuan dari
proses pengaturan dan pengawasan
bank yang menjadi tugas BI dengan
sasaran mendukung pencapaian
stabilitas sistem keuangan

Penilaian Tingkat Kesehatan

Sebagai bagian sistem pengawasan berbasis risiko, salah


satu perangkat penilaian performa bank syariah yang
digunakan adalah penilaian tingkat kesehatan (TKS) - PBI
9/1/2007
1. TKS bank syariah menilai berbagai aspek yang
mempengaruhi kinerja bank syariah baik dari sisi
finansial maupun manajerial.
2. Dari sisi finansial, faktor yang dinilai meliputi
kecukupan permodalan, kualitas aset, kualitas income
(termasuk efisiensi), kecukupan likuiditas, dan
sensitivitas terhadap risiko pasar.
3. Indikator penilaian yang digunakan pada dasarnya
mencerminkan intensitas berbagai jenis risiko yang
dihadapi bank syariah.
4. Dari sisi manajerial penilaian kualitas manajemen
bank meliputi penilaian atas kualitas good corporate
governance secara umum, kualitas manajemen risiko
dan kepatuhan terhadap regulasi baik yang mengatur
aspek prudensial maupun penerapan prinsip syariah.

Penilaian Tingkat Kesehatan


Management

Credit
Risk

Market
Risk

Asset

Sensty Liquidity

Quality

Liquidity Reputation Opnal


Risk
Risk
Risk

To MR

Earning

Capital

Legal
Risk

Strategic Systemic
Risk
Risk

Anda mungkin juga menyukai