UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK 7KS
ANGGOTA KELOMPOK:
ATIKAH RIDHOWATI
M IKHLAS IBRAHIMSYAH
1306392802
1306449214
MARET 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Tujuan Percobaan ......................................................................................2
BAB II TEORI DASAR.......................................................................................2
2.1. KonsepDistilasi...............................................................................................2
2.2.Kolom Distilasi................................................................................................3
2.3. Prinsip Distilasi...............................................................................................5
2.4. Kondisi Operasi............................................................................................10
BAB IIIDATA PERCOBAAN...........................................................................12
BAB IV PENGOLAHAN DATA ......................................................................14
4.1. Persamaan-Persamaan yang Digunakan.......................................................14
4.2. Hasil Perhitungan..........................................................................................17
4.3. Menghitung Jumlah Theoritical Tray menggunakan Mc-Cabe Thiele.........21
4.4. Menghitung Laju Molar Uap........................................................................23
4.5. Hubungan Jumlah Produk dengan Waktu.....................................................25
BAB V ANALISIS..............................................................................................27
5.2. Diagram Mc-Cabe-Thiele Tiap Refluks.......................................................29
5.3. Efisiensi Tray................................................................................................30
5.4. Laju Alir Molar Tiap Refluks........................................................................30
5.5. Hubungan Jumlah Produk dengan Waktu Tiap Refluks...............................31
5.6. Analisis Kesalahan........................................................................................33
5.7. Analisis Alat dan Bahan................................................................................34
BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Universitas Indonesia
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Konsep Distilasi
Distilasi merupakan salah satu contoh proses perpindahan massa yang
paling sering dijumpai, karena prosesnya yang relatif mudah dan murah. Distilasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemisahan zat dua komponen atau
multikomponen dengan memanfaatkan perbedaan titik didih komponenkomponen tersebut. Titik didih yang berbeda ini berpengaruh kepada kemampuan
penguapan dari masing-masing komponen dalam campuran..Unit distilasi terdiri
dari beberapa perangkat, diantaranya kolom distilasi sebagai tempat terjadinya
Universitas Indonesia
pengontakkan fasa cair dan fasa uap, boiler untuk menguapkan komponen cair
dan kondenser untuk mengembunkan komponen uap sehingga dapat mencair.
Secara umum terdapat dua jenis proses distilasi, yaitu distilasi batch dan
distilasi kontinu. Distilasi batch adalah suatu proses distilasi dimana tidak ada
aliran masuk ataupun keluar dari dalam sistem selama proses berlangsung.
Sedangkan distilasi kontinu adalah suatu proses distilasi dimana aliran masuk dan
keluar dari dalam sistem terus berjalan secara kontinu. Pada praktikum ini, kita
menggunakan proses distilasi batch.
Dalam prakteknya, distilasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode, yaitu dengan dan tanpa refluks. Dalam proses distilasi dengan refluks,
uap yang dihasilkan dari pemanasan campuran cairan dipisahkan dari cairan lalu
dikondensasikan dan dikembalikan ke dalam kolom distilasi sehingga dapat
melakukan kontak kembali dengan uap yang menuju kondenser. Proses ini dapat
menghasilkan produk dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Pada proses
distilasi tanpa refluks, uap yang dikondensasikan tidak boleh dibiarkan kembali ke
kolom.
Meskipun memiliki prinsip kerja yang sama yakni penguapan fasa cair,
namun distilasi dan evaporasi tidaklah sama. Perbedaan utama yang dapat dilihat
adalah pada proses evaporasi, komponen yang menguap hanya komponen
volatilnya saja, sedangkan yang lain sulit menguap. Kelebihan proses distilasi
adalah pada proses ini perbedaan fasa baru yang terbentuk dari asalnya
bergantung dari kandungan panas yang diberikan, yang mana panas dapat diatur
sesuai dengan kemampuan dan biaya yang kita miiki.
Pada operasi distilasi, apabila pemisahan campuran zat cair dalam keadaan
setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya akan lebih banyak mengandung
komponen volatil, sedangkan cairannya akan mengandung lebih sedikit
komponen volatil. Apabila uap tersebut dikondensasikan, maka akan didapatkan
cairan yang berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Keberhasilakn suatu
operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap
dan fasa cair dari suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatil dan
non-volatil.
2.2 Kolom Distilasi
Universitas Indonesia
dua
jenis
kondenser,
yaitu
total
condenser
yang
satu stage.
Akumulator, yaitu alat yang berfungsi sebagai penyedia refluks
Reboiler, yaitu alat yang digunakan untuk menguapkan kembali caian
yang berasal dari kolom distilasi (L). Umumnya reboiler dihitung sebagai
satu stage
Universitas Indonesia
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Tangki umpan
Kolom
Kondenser
Dekanter
Flow meter air pendingin
Tangki produk
Saklar
Potensiometer
Kontroler temperatur tangki umpan
Indikator Suhu
V1. Valve tangki umpan
V2. Valve tangki produk
V3. Valve pengembali produk ke tangki umpan
2.3 Prinsip Distilasi
Pada dasarnya, proses distilasi dilakukan untuk melakukan pemisahan
Metode
McCabe-Thiele
lebih
mudah
digunakan,
sebab
dalam
Ln
D
x +
x
V n +1 n V n1 D
Dimana :
Ln
: laju alir molar cairanstage ke n
Vn+1 : laju alir molar uap stage ke n+1
xn
: fraksicairan ke n+1 komponen ringan
xD
: fraksi destilat komponen ringan
Universitas Indonesia
D
xD),
y n+1=
Lm
B
x M+
x
V m +1
V m +1 R
Dimana:
Lm
: laju alir molar cairan stage ke m
Vm+1 : laju alir molar uap stage ke m+1
xm
: fraksi cairan ke n+1 komponen ringan
xB
: fraksi bottom produk komponen ringan
B
: laju alir molar bottom produk
Universitas Indonesia
Suatu komponen tunggal atau campuran yang berada pada keadaan titik
didih (saturated liquid) memiliki nilai kualitas 0, sedangkan pada distilasi, q-line
sama dengan 1.
Garis umpan dapat dijabarkan dengan :
Universitas Indonesia
10
y q=(
x
q
)x q + F
q1
q1
Dimana:
q
: nilai kualitas umpan
xF
: fraksi umpan atau feed komponen ringan
Umumnya lebih mudah menggambarkan garis umpan ini dengan
menggunakan slope yaitu: q/(q-1), untuk q = 1, maka nilai slope akan menjadi
tidak terhingga. Garis umpan ini berawal dari titik (x F,yF) dan berakhir pada
perpotongan dengan garis operasi enriching, sehingga dengan demikian alternatif
lainnya untuk membuat garis umpan dapat dibuat yaitu dengan menentukan titik
perpotongan antara garis umpan dan garis operasi rectiying, adapun titik
perpotongan antara kedua garis tersebut adalah titik (Xpot,Ypot).
4. Menarik garis stage yang memotong kurva kesetimbangan yang
memotong kurva kesetimbangan xy, garis operasi enriching dan
stripping yang diawali dengan XD dan berakhir pada XB
umum sama
Efek panas seperti kalor dari larutan kehilangan panas dari dan
ke kolom diabaikan
Untuk setiap mol dari uap yang dikondensasikan, maka 1 mol
dari cairan teruapkan
Universitas Indonesia
11
R+ 1
(W e W )
V
Dimana:
t
: waktu yang dibutuhkan
R
: rasio reflux
W
: jumlah mol pada tangki
V
: laju molar dari uap yang terbentuk
Sedangkan untuk mendapatkan efisiensi tray dapat digunakan persamaan
berikut:
jumlah tray teoritikal
E=
x 100
jumlah tray aktual
2.4Kondisi Operasi
Keadaan setimbang pada fasa uap dan cair dari suatu campuran sangat
mempengaruhi keberhasilan dari suatu operasi distilasi.Pada praktikum ini
campuran biner terdiri dari aseton yang lebih mudah menguap dan air yang
cenderung sulit menguap. Proses distilasi dilaksanakan pada keadaan bubble
temperature dan dew temperature dengan komposisi uap-cair dan temperature,
komposisi uap-cair aseton air, dan hubungan densitas dengan fraksi mol pada suhu
ruang sebagai berikut:
Universitas Indonesia
12
Gambar 1.8Hubungan antara konsentrasi uap dan cairan aseton pada campuran aseton-air
1
f(x) = - 79.98x^3 + 200.81x^2 - 170.26x + 48.67
0.8
R = 0.99
0.6
Fraksi Mol Aseton 0.4
0.2
0
0.66 0.7 0.74 0.78 0.82
0.64 0.68 0.72 0.76 0.8
Densitas (g/ml)
Universitas Indonesia
13
BAB III
DATA PERCOBAAN
3.1 Data Awal
Tabel 2.1Data Awal Percobaan
Variabel
Massa Piknometer Kosong (g)
Masa Piknometer Isi (g)
Volume Piknometer (ml)
Total
Reflux
Reflux
Reflux
Reflux
16.26
26,04
10
50%
16,26
25,73
10
40%
16,26
25,73
10
33%
16,26
25,75
10
md (g)
282,76
267,35
272,06
mb (g)
25,80
25,85
25,92
md (g)
305,35
232,91
273,59
mb (g)
25,76
25,99
25,91
md (g)
263,03
306,48
298,26
mb (g)
25,83
25,75
27,77
md (g)
271,61
mb (g)
25,83
Waktu (menit)
5
10
15
T (oC)
85
85
86
Vd (ml)
95
78
82
Waktu (menit)
5
10
15
T (oC)
86
86
86
Vd (ml)
120
38
73
Waktu (menit)
5
10
15
T (oC)
85
86
86
Vd (ml)
73
122
1112
Waktu (menit)
5
T (oC)
85
Vd (ml)
80
Universitas Indonesia
14
10
15
86
86
98
86
284,98
275,36
25,66
25,75
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Persamaan-Persamaan yang Digunakan
4.1.1 Densitas () Campuran Air-Aseton
Persamaan untuk menghitung densitas campuran air-aseton adalah
sebagai berikut :
=
m
V
Dimana :
15
Fraksi Aseton
Perhitungan untuk mencari fraksi aseton dapat dilakukan dengan
meng-gunakan Gambar 1 yang menunjukkan hubungan densitas dengan
fraksi aseton, yaitu sebagai berikut :
Theoritical Tray
Salah satu faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan
reaktor katalis adalah jumlah tray yang diperlukan. Jumlah tray teoritis
dapat ditentukan dengan metode Mc Cabe-Thiele. Berikut adalah
perhitungan massa total dan kom-ponen :
F=D+B
F
D
B
F x F =D x D + B x B
16
xF
xD
xB
Va
= laju alir uap (masuk kondensor)
La
= laju alir cair (dikembalikan ke kolom distilasi)
Jika kondensor diasumsikan berada pada stage ke-n+1, dan cairan
dari akumu-lator masuk ke dalam kolom pada stage ke-n, maka persamaan
diatas akan menjadi:
D=V n +1Ln
Sehingga neraca komponennya menjadi:
D x D=V a y a La x a
D x D=V n+1 y n+1Ln x n
Hal yang sama terjadi pada aliran bottom, dimana terdapat reboiler. Neraca massa
yang terjadi :
B=LB V B
Dimana:
LB
= laju alir cair (masuk reboiler)
VB
= laju alir uap (masuk ke kolom distilasi)
Jika cairan yang keluar dari bawah kolom dan masuk pada reboiler
berada pada stage ke-m, dan uap yang keluar dari reboiler dan masuk lagi
ke kolom distilasi melalui stage ke-m+1, maka:
B=LmV m+1
Neraca komponen:
B x B =LB x B V B y B
B x B =Lm xm V m +1 y m +1
Sehingga persamaan garis operasi (pelucutan) menjadi:
L
V y L x
y n+1= n x n+ a a a a
V n +1
V n+1
Substitusi persamaan pada neraca komponen D :
L
D xD
y n+1= n x n+
V n +1
V n+1
Substitusi nilai vn+1:
Universitas Indonesia
17
y n+1=
Ln
D xD
xn +
Ln + D
Ln + D
Rasio refluks juga berpengaruh pada percobaan ini sehingga digunakan persamaan
berikut:
R D=
L
D
R D=
V D
D
Jadi persamaan akhir yang digunakan dalam perhitungan tray teoritis adalah
R
x
y n+1= D x n + D
R D +1
R D +1
Dimana: RD= rasio refluks yang digunakan
Titik potong y dari dari persamaan garis diatas adalah x D/ (RD+1).
Konsentrasi xD ditentukan kondisi rancangan, dan RD merupakan variabel
operasi yang dapat dikendalikan dengan mengatur pembagian antara
refluks dan hasil atas, atau dengan mengubah banyaknya uap yang
terbentuk dalam reboiler untuk suatu laju distilat tertentu. Karena
kemiringan garis rektifikasi adalah Rd. Persamaan terakhir diatas
digunakan untuk mencari Theoritical Tray pada percobaan ini. Theoritical
Tray dicari pada waktu t=30 menit.
4.1.4
R+1
(W 0W )
t
V = laju alir molar dari uap yang terbentuk
W = jumlah mol di dalam tangki
R
= rasio refluks
R=1
Universitas Indonesia
18
T ( C)
5
10
15
4.2.2
16.26
26.04
10
201.31
85
85
86
Vd (ml)
95
78
82
mD (g)
81.45
66.04
70.75
xD
mB (g)
(g/ml)
0.857368 0.564129
0.846667 0.564501
0.862805 0.56377
9.54
9.59
9.66
(g/ml)
0.954
0.959
0.966
xB
0.466
0.451
0.429
Reflux 50%
Data awal
Massa piknometer kosong
Massa piknometer isi
Volume piknometer
Massa Tabung
Waktu
(menit)
R=0.5
16.26
25.73
10
201.31
T ( C)
Vd (ml)
mD (g)
xD
mB (g)
(g/ml)
xB
(g/ml)
0.56335
4.2.3
86
120
104.04
0.867
1
0.56523
9.5
0.95
0.476
10
86
38
31.6
0.831579
5
0.33120
9.73
0.973
0.404
15
86
73
72.28
0.990137
9.65
0.965
0.433
Reflux 40%
Data awal
Massa piknometer kosong
Massa piknometer isi
Volume piknometer
Massa Tabung
Waktu
(menit)
R=0.4
16.26
25.73
10
201.31
T (oC)
Vd (ml)
mD (g)
(g/ml)
xD
mB (g)
(g/ml)
Universitas Indonesia
xB
19
5
10
15
4.2.4
85
86
86
72
122
112
61.72
105.17
96.95
0.857222 0.564136
0.862049 0.563831
0.865625 0.563505
9.57
9.49
9.51
0.957
0.949
0.951
0.457
0.479
0.47
Reflux 33%
Data awal
Massa piknometer kosong
Massa piknometer isi
Volume piknometer
Massa Tabung
Waktu
(menit)
R=0.33
16.26
25.77
10
201.31
T ( C)
Vd (ml)
85
86
86
80
98
86
5
10
15
mD (g)
70.3
83.67
74.05
xD
(g/ml)
0.87875 0.561197
0.853776 0.564285
0.861047 0.563906
mB (g)
9.57
9.4
9.49
(g/ml)
0.957
0.94
0.949
Perbandingan hasil fraksi mol distilat dengan fraksi mol bottom untuk
setiap refluks dan rentang waktu yang telah di tentukan ditunjukkan pada grafik
dibawah ini :
Total Refluks
0.3
Refluks 50%
0.2
Refluks 33%
Refluks 40%
0.1
0
4
10
12
14
16
Waktu (menit)
Universitas Indonesia
xB
0.457
0.499
0.479
20
Fraksi Bottom
0.4
Total Refluks
0.3
Refluks 50%
0.2
Refluks 33%
Refluks 40%
0.1
0
4
10
12
14
16
Waktu (menit)
4.2.5
antoine untuk mendapatkan fraksi mol didistilat dan bottom. Tabel dibawah ini
merupakan parameter antoine untuk komponen aseton dan air.
Tabel 3.1. Nilai Parameter Antoine
Komponen
acetone
water
a
16,6513
18,3036
b
2940,46
3816,44
c
-35,93
-46,13
T didih (K)
329,4
373,2
T (K)
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
Pa (mmHg)
1.93548
1.993797
2.053485
2.114567
2.177064
2.241
2.306396
2.373276
2.441662
2.511577
Pb(mmHg)
0.412553
0.429914
0.447887
0.46649
0.485739
0.505653
0.52625
0.547548
0.569567
0.592324
x
1
0.364532
0.343867
0.323717
0.304058
0.284869
0.26613
0.24782
0.229921
0.212414
y
1
0.726804
0.706127
0.684521
0.661954
0.638392
0.613801
0.588145
0.561389
0.533494
alfa
4.691466
4.637663
4.584825
4.532932
4.48196
4.431889
4.382698
4.334367
4.286877
4.240209
Universitas Indonesia
21
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
2.583044
2.656086
2.730727
2.80699
2.884898
2.964476
3.045747
3.128735
3.213464
3.299958
3.388242
3.47834
3.570276
3.664075
4.3 Menghitung
0.61584
0.640134
0.665228
0.69114
0.717893
0.745507
0.774004
0.803407
0.833737
0.865018
0.897272
0.930524
0.964796
1.000114
Jumlah
0.195282
0.178509
0.162078
0.145974
0.130183
0.11469
0.099481
0.084544
0.069866
0.055435
0.04124
0.027269
0.013512
0
Theoritical
Tray
0.504423
0.474135
0.442591
0.409749
0.375565
0.339995
0.302994
0.264516
0.224513
0.182934
0.139731
0.094851
0.04824
0
4.194343
4.149263
4.104951
4.06139
4.018564
3.976456
3.93505
3.894332
3.854287
3.8149
3.776157
3.738045
3.70055
3.663659
menggunakan
Diagram
McCabe-Thiele.
4.3.1 Total Reflux
R
x
y n+1= d x d + d
Rd +1
Rd +1
y=
1
0.5637
x+
=0.5 x+0.2818
1+1
1+1
Rasio Reflux = 1
1
x,y
0.8
garis 45
0.6
y
garis enriching
0.4
feed line
0.2
0
0
xw
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
4.3.2
Reflux 50%
Universitas Indonesia
22
y n+1=
y=
Rd
x
xd+ d
Rd +1
Rd +1
0.5
0.3312
x+
=0.33 x +0.1656
0.5+1
0.5+1
x,y
garis 45
0.6
y
garis enriching
0.4
garis feed
xw
0.2
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
4.3.3
Reflux 40%
R
x
y n+1= d x d + d
Rd +1
Rd +1
y=
0.4
0.5635
x+
=0.285 x +0.2817
0.4+1
0.4 +1
Universitas Indonesia
23
0.8
x,y
0.6
garis 45
0.4
garis feed
0.2
xw
0
0
garis enriching
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
4.3.4
Reflux 33%
R
x
y n+1= d x d + d
Rd +1
Rd +1
y=
0.33
0.5639
x+
=0.248 x+ 0.2819
0.33+1
0.33+1
0.8
x,y
0.6
garis 45
0.4
garis feed
garis enriching
xw
0.2
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
Universitas Indonesia
24
4.3.5
Efisiesiensi Tray
Theoritical Tray
1
E=
100 = 100 =11.11
Actual Tray
9
4.4.2
Awal
0.433015
waktu (menit)
5
10
15
xb
0.476523
0.404789
0.433015
waktu (menit)
5
10
15
xb
0.457677
0.479017
0.47398
Refluks 40 %
Fraksi
Awal
4.4.4
xb
0.466055
0.451832
0.429686
Refluks 50 %
Fraksi
4.4.3
0.429686
waktu (menit)
5
10
15
0.47398
Refluks 33 %
Fraksi
Awal
0.479017
waktu (menit)
5
10
15
xb
0.457677
0.499356
0.479017
Universitas Indonesia
25
0.08
Laju Alir (Mol/Menit)
Refluks 50%
0.06
Refluks 40%
0.04
Refluks 33%
0.02
0
4 6 8 10 12 14 16
Waktu (Menit)
4.5.2
4.5.3
4.5.4
Waktu (menit)
5
10
15
Vd(ml)
95
78
82
Waktu (menit)
5
10
15
Vd(ml)
120
38
73
Waktu (menit)
5
10
15
Vd(ml)
72
122
112
Waktu (menit)
5
Vd(ml)
80
Refluks 50 %
Refluks 40 %
Refluks 33 %
Universitas Indonesia
26
10
15
98
86
Total Refluks
Polynomial (Total
Refluks)
Refluks 50%
Polynomial (Refluks
50%)
Refluks 40%
Polynomial (Refluks
40%)
Refluks 33%
Polynomial (Refluks
33%)
Waktu (Menit)
Universitas Indonesia
BAB V
ANALISIS
5.1.
pengaruh dari variabel tersebut terhadap proses ditilasi. Salah satu variabel tersebut adalah rasio
reflux. Pada percobaan distilasi ini praktikan mengambil perbandingan reflux rasionya yaitu
100% (total reflux), 50%, 40% dan 33%. Pengaturan reflux ini atau jumlah distilat yang keluar
sebagai prodil dengan jumlah distilat yang dikembalikan ke kolom distilasi adalah dengan
mengatur potensiometer pada alat distilasi. Praktikan mengambil data pada selang waktu 5
menit, 10 menit dan 15 menit.Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu terhadap jumlah
distilat yang dihasilkan. Dalam percobaan ini kami memerlukan data-data seperti volume
distilat, suhu kolom dan massa distilat serta produk untuk mendapatkan fraksi mol dari
distilat serta bottom untuk dibandingkan setiap rasio refluks. Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh grafik sebagai berikut:
Total Refluks
0.3
Refluks 50%
0.2
Refluks 33%
Refluks 40%
0.1
0
4
10
12
14
16
Waktu (menit)
.
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa total refluks menghasilkan fraksi mol distilat
yang lebih banyak dibandingkan dengan rasio refluks lainnya. Hal ini dikarenakan total refluks
mengembalikan distilat lebih banyak dibandingkan dengan rasio refluks lainnya yang lebih
kecil. Dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi refluks rasio maka produk yang dihasilkan akan
semakin murni dengan meningkatnya fraksi mol distilat yang dihasilkan. Namun semakin lama
waktu yang digunakan maka fraksi mol yang diperoleh akan semakin turun hal ini dikarenakan,
refluks yang berulangulang kali dilakukan akan menurunkan jumlah mol yang dikembalikan ke
dalam kolom distilasi sehingga akan menurunkan jumlah mol distilat yang terbentuk. Selain itu,
hal ini juga berkaitan dengan efisiensi dari kolom distilasi yang digunakan. Jika kolom
distilasi yang digunakan memiliki efisiensi yang tingga maka penurunan fraksi mol tidak
akan signifikan seiring berjalannya waktu.
Dari data yang diperoleh kita juga dapat memperoleh fraksi mol yang dihasilkan pada
bottom product tiap refluksnya. Dari grafik berikut dapat dilihat bahwa semakin lama distilasi
dilakukan maka fraksi mol bottom yang dihasilkan akan semakin sedikit, dan jika dibandingkan
tiap rasio reflux maka total rasio (100% rasio refluks) akan memiliki fraksi mol produk bawah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio refluks yang lebih rendah. Hal ini dikarenekan total
refluks dapat memisahkan lebih banyak air dan aseton sehingga konsentrasi air dalam aseton
akan semakin rendah dan air yang dikeluarkan sebagai bottom product akan semakin banyak.
Fraksi Bottom
0.4
Total Refluks
0.3
Refluks 50%
0.2
Refluks 33%
Refluks 40%
0.1
0
4
10
12
14
16
Waktu (menit)
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi
rasio refluks maka akan semakin banyak kontak ulang Antara fasa uap dan cairannya sehingga
meningkatkan kemurnian produk. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu secara total,
waktu kontak antarfasa semakin lama, perpindahan massa dan perpindahan panas akan terjadi
kembali, dan distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi di setiap fasa semakin uniform serta
terwujudnya keseimbangan semakin didekati Namun, hal ini tentunya belum menggambarkan
efisiensi dari kolom distilasi tersebut,. Karena peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau
dari dua sudut pandang, yaitu untuk mencapai kemurnian yang sama, jumlah stage ideal
yang dibutuhkan semakin sedikit dan ada penggunaan jumlah stage ideal yang sama,
kemurnian produk hasil pemisahan semakin tinggi.
5.2.
jumlah tray teoritis dari kolom distilasi yang digunakan. Dari diagram McCabe-Tiele yang
diperoleh dapat ditentukan juga efisiensi tray yang digunakan dalam setiap refluks. Diagram
McCabe-Tiele dapat diperoleh dengan cara membuat kurva kesetimbangan komponen distilasi
yang lebih ringan, dalam percobaan ini adalah aseton. Kurva kesetimbangan diperoleh dengan
cara menentukan fraksi mol uap dan cairan aseton tiap rentang suhu Antara titik didih aseton dan
air. Titik didih aseton sekitar 349.2 K sedangkan air 373.2 K.
5.3.
Efisiensi Tray
Berikut adalah hasil grafik yang menunjukkan jumlah tray yang dibutuhkan untuk
memisahkan campuran aseton-air. Dari hasil ke 4 grafik diatas dapat disimpulkan bahwa
jumlah theoritikal tray yang didapat adalah 1 tray untuk setiap tipe aliran reflux.
Sedikitnya
jumlah
tray
yang
kesetimbangan di bagian bawah (lebih landau atau horizontal). Garis operasi yang landai
dikarenakan jumlah fraksi distilat
karena hasil distilat yang terbentuk kurang murni sehingga hasilnya menjadi sedikit dan
mempengaruhi perhitungan.
Karena jumlah tray yang diperlukan dari masing-masing rasio refluks sama, maka
tingkat efisiensi pada tray juga sama. Didapatkan efisiensi tray pada alat distilasi dengan rasio
refluks yang berbeda sebesar 11.11%.Rendahnya tingkat efisiensi pada tray ini disebabkan dari,
adanya uap yang tidak terkondensasi kembali lagi ke kolom distilasi. Selain itu, ketidakstablan
cairan yang ada pada dekanter menyebabkan refluks yang seharusnya ditujukan pada
kolom menjadi tidak sesuai. Refluks yang tidak sesuai akan menghasilkan tingkat kemurnian
aseton yang dihasilkan menjadi kurang teliti.
5.4.
(V) dengan reflux (R) memiliki hubungan yang sejajar. Hal ini berarti dengan reflux yang
semakin besar, maka laju alir molar dari uap yang terbentuk pada kolom akan semakin besar.
Namun kita memperhatikan juga adanya faktor waktu (t) pada persamaan, bahwa terdapat
ketergantungan besarnya laju alir terhadap waktu. Hal ini bukan berarti semakin besar
waktu maka akan semakin kecil volumetrik karena waktu berada pada posisi pembagi,
melainkan kita akan menemukan waktu optimum dimana laju alir akan berada pada rate
tertinggi.
Total Refluks
Refluks 50%
0.06
Refluks 40%
Refluks 33%
0.04
0.02
0
4
10 12 14 16
Waktu (Menit)
Dari hasil perhitungan dan grafik diatas kami mendapati bahwa laju alir molar
dari variasi reflux terhadap waktu memiliki kecederungan yang sama. Untuk keseluruhan kondisi
reflux didapatkan bahwa laju alir molat menurun kemudian sedikit naik kembali. Laju alir
molar uap disini merupakan laju uap pada kolom distilasi dimana pada tingkat pengembalian
reflux laju alir molar uapnya akan menurun dikarenakan jumlah uap yang dihasilkan juga
akan terus berkurang. Pada total reflux karena hampir semua kondensat yang terbentuk dialirkan
kembali ke kolom distilasi maka adanya uap yang terbentuk kembali menyebabkan
terjadinya peningkatan laju alir uap.
5.5.
bahwa distilasi akan menghasilkan dua keluaran yaitu produk distilat dan produk bottom. Pada
praktikum ini kami mempelajari bahwa pada saat pengambilan data pada tangki produk dan
tangki reaktan terdapat perbedaan yang cukup signifikan dinilai dari beberapa aspek. Dari
aspek suhu, suhu produk terasa dingin sedangkan suhu reaktan terasa sangat panas. Hal ini
dikarenakan sifat aseton sendiri yang memang memiliki titik didih lebih rendah dibanding kan
air.
Selanjutnya, dari aspek jenis larutan, terdapat perbedaan warna dan densitas yang
terlihat sangat jelas. Produk yang berada pada tangki distilat memiliki warna yang sangat jernih
sedangkan cairan yang berada pada bagian bottom memiliki warna keruh kekuningan yang
kotor.Hal ini menyatakan bahwa sesungguhnya aseton murni memiliki sifat larutan yang tidak
berwarna dan jernih. Pada percobaan ini hanya terdapat larutan homogen air dengan aseton,
namun dengan dilihatnya air pada bagian bottom didaptkan warna air yang sangat jernih.
100
80
Volume Distilat (mL)
Refluks 40%
60
Refluks 33%
Polynomial (Refluks 33%)
20
0
0 5 10 15 20
Waktu (Menit)
Dari hasil grafik diatas didapatkan untuk rentang waktu 30 menit kenaikan jumlah
produk yang dihasilkan (volume distilat) untuk setiap rasio reflux cenderung naik. Pada
total reflux volume ditilat yang terbentuk tidak terlalu banyak hal ini dikarenakan pada total
reflux sebagain besar kondensat dialirkan kembali kedalam kolom distilasi sehingga jumlah
produk yang dihasilkan sedikit.
5.6.
Analisis Kesalahan
Hasil dari percobaan ini nilainya mungkin kurang tepat jika dibandingkan dengan nilai
yang seharusnya. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan yang mungkin dilakukan oleh
praktikan atau faktor lain yang mempengaruhi seperti peralatan yang bisa menyebabkan hasil
pengolahan data kurang tepat. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahankesalahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ketidaktepatan dalam membaca skala volum pada gelas ukur saat menampung larutan feed
maupun distilat. Hal ini menyebabkan massa yang ditimbang pada neraca digital hassilnya
tidak menunjukkan massa dari cairan dengan volum 10 mL. Kesalahan ini meskipun nilainya
kecil, namun dapat mempengaruhi keakurasian perhitungan.
2. Adanya distilat pada saat total refluks juga menunjukkan adanya kesalahan dalam percobaan.
Seharusnya pada saat total refluks, tidak ada distilat yang terbentuk karena semua produk
dikembalikan lagi ke dalam kolom distilasi. Hal ini mungkin disebabkan sudah muulai
rusaknya saluran balik untuk refluks sehingga tidak semua produk dikembalikan ke dalam
kolom distilasi.
3. Aliran dari air pendingin tidak dijaga stabil pada nilai 2500 mL/menit. Hal ini mempengaruhi
dalam proses kondensasi uap produk di alat kondenser. Laju air pendingin yang kurang bisa
menyebabkan sistem terlalu panas sehingga ada air yang ikut menguap juga bersama aseton.
Hal ini bisa menyebabkan kemurnian aseton berkurang.
4. Kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah ketidaktepatan praktikan dalam memulai waktu
percobaan. Hal ini mungkin terjadi karena praktikan baru menyalakan stopwatch setelah
melihat gelembung pada tray paling atas. Praktikan bisa saja tidak tepat dalam menyalakan
stopwatch sehingga waktu proses tidak tepat terjadi selama 5 menit. Hal ini mempengaruhi
jumlah distilat yang terbentuk.
4.7
mempunyai fungsi refluks yaitu bisa mengembalikan uap dari condenser ke dalam kolom. Alat
distilasi ini masih bisa digunakan dengan baik sesuai dengan konsep distilasi.Konsep distilasi
yaitu memisahkan produk berdasarkan perbedaan titik didih yang tidak terlalu besar. Pada proses
distilasi alat ini memberikan hasil semakin lama waktu operasi maka konsentrasi produk menjadi
menurun. Terdapat kesulitan untuk membaca volume dari tangki produk karena tidak terdapat
ukuran satuan volume melainkan satuannya adalah panjang.Hal ini akan menyebabkan ketidak
akuratan data yang diperoleh ketika menghitung densitas cairan pada bagian perhitungan yang
berpengaruh tentunya terhadap analisis percobaan dari praktikum ini.
Dari segi bahan, aseton merupakan bahan yang tepat untuk digunakan sebagai reaktan
pada distilasi ini. Cairan aseton murni dan air merupakan pelarut polar yang apabila dicampur
akan menjadi larutan homogen yang tidak dapat dipisahkan karena perbedaan masa jenis. Hal ini
berarti secara kasat mata, aseton (dalam jumlah yang lebih kecil) larut sempurna didalam air.
Namun, pada praktiknya, campuran air dan aseton yang seharusnya tidak berwarna memiliki
warna kuning keruh. Hal ini berarti telah terdapat pengotor-pengotor lain yang terdapat pada
campuran di awal dan di bottom, dan mungkin juga ikut terbawa pada produk distilat. Maka itu,
akan lebih baik apabila larutan pada tangki reaktan diganti dengan larutan yang lebih baru dan
bersih.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
2.
Kenaikan rasio refluks berpengaruh kepada meningkatnya kemurnian produk. Hal ini
terlihat pada fraksi mol distilat yang semakin naik dengan meningkatnya rasio refluks.
Dengan menggunakan diagram Mc-cabe thiele didapatkan jumlah stage
yangdibutuhkan dalam proses pemisahan aseton-air. Berikut merupakan
hasil perhitungan jumlah stage setiap refluks pada akhir waktu operasi serta
efisiensi tray pada masing-masing refluks
Kondisi
Total Refluks
Refluks 50%
Jumlah Stage
1
1
Efisiensi Tray
11.11%
11.11%
Refluks 40%
Refluks 33%
1
1
11.11%
11.11%
DAFTAR PUSTAKA
Hanley, and Seader, Equilibrium Separation Operations in Chemical Engineering, John Wiley
and Sons, 1981, Chapter 9
Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGrawHill Book Co.,
New York, 1978, Chapter 19
Treybal, R.E., Mass Transfer Operations, McGraw-Hill, 1981 Chapter 9