Anda di halaman 1dari 4

Kekhalifahan Fatimiah

Kekhalifahan Fatimiah lahir di Afrika Utara pada 909 M, salah satu Dinasti Islam bealiran
Syiah Ismaliah. Kekhalifahan ini lahir diantara kedau kekauatan kekhalifahan besar dari
Umayah dan Abbasiah. Sejarah mencatat bahwa kemajuan Fatimiah terjadi setelah ppusat
kekuasaannya dipindahkan dari Tunisia ke Mesir. Kekhalifahan Fatimiah datang sebagai
manifestasi orang-orang Syiah yang beranggapan bahwa yang berhak memangku jabatn
immamah adalah dari keturunan Fatimah binti Rasulullah. Menurut catatan sejarah, pendiri
Fatimiah adalah Said ibn Husain (kemungkina keturunan Abdullah ibn Maimun, pemimipin
Syiah dari Persia) di Raqqadah.
Kekhalifahan Fatimiah memasuki era baru pada masa khalifah IV, Muiz li Dinillah 952975M. Pada masa itu diketahui Mesir merupakan daerah yang makmur dan bisa menerima
berbagai mahzab, dengan alasan melindungi kaum Syiah yang ada di Mesir, Muiz
menyerang Mesir yang dipimpin oleh jenderal Jawhar untuk merebut dari gubernur Abbasiah,
Abu Al-Khawarij pada tahun 969M. Pada masa Muiz inilah Fatimiah mengalami kejayaan.
Selama 3 tahun Jawhar berusaha membangun pusat pemerintahan Mesir yang baru, yang
diberi nama al-Qahira (Kairo) yang semula bernama Fustat. Baru setelah Muiz datang alQahira resmi menjadi pusat pemerintahan setelah sebelumnya yang berada di al-Mahdiyah.
Fatimiah sampai pada masa puncak kejayaannya setelah Abu Mansur Nizar al-Aziz menjadi
Khalifah Fatimiah. Ia merupakan sosok yang pandai, pecinta ilmu, dan ambisius, terlebih
dalam kegiatan intelektual. Pada masanya, kekuasaan Fatimiah meliputi Samudra Atlantik
sampai ke Laut Merah, Yamman, Mekkah, Damaskus, bahkan sampai ke Mosul. Setelah
wafat, ia digantikan puteranya yang bernama al-Hakim bi Amrillah. Namun, jika dilihat dari
catatan historis nya, ajaran al-Hakim dan para pengikutnya dianggap sesat dan jauh dari intiinti ajaran Islam yang semakin lama semakin memperlemah Kekhalifahan Fatimiah, sampai
pada akhirnya Fatimiah berakhir setelalh diserang oleh Salah

al-Din Ayyubi pada

kekhalifahan ke XIV.
Kemajuan
Kekhalifahan yang berdiri di Mesir masih memegang sistem sebelumnya, yaitu mereka
beranggapan bahwa imam-imam mereka bersih dari kealahan dan dilindungi dari dosa,
sehingga menurut mereka yang paling berhak memangku jabatan keala pemerintahan berasal
dari keturunan Fatimah binti Rasulullah, putri Rasulullah SAW. Sehingga dapat diketahui
bahwa sistem pemerintahan yang mereka jalankan bersifat teokrasi, dimana mereka

mennganggap jabatan kekhalifahan ditentukan oleh wasiat, seperti yang mereka yakini bahwa
Nabi Muhammad mewasiatkan kepemimpinan kepada Ali di Gadir Khummah.
Kekhalifahan Fatimiah mengangkat seorang khalifah berdasarkan penunjukkan, sehingga
dapat dikatakan bentuk pemerintahan Fatimiah bersifat Monarki absolut. Pemerintahan
dipimpin seorang khalifah yang didampingi oleh para menterinya
Wilayah kekuasaan Fatimiah dbagi menjadi 4 bagian yaitu, wilayah Qus, dimana wilayah
terbesar yang meilputi wilayah Mesir, wilayah Timur yang meliputi wilayah Bilbis, Qoliub,
dan Asymum. Wilayah Barat meliputi Manup dan Abyar. Wilayah Iskandariah meliputi
pesisir laut tengah. Selain itu, mereka juga sudah menganl ketata negaraan, militer, tata
administrasi, tata keuangan, urusan perhubungan, ataupun juga urusan kepolisian. Segala
kebijakan yang mereka buat diterapkan dengan konsekuen dan teratur. Pemungutan pajak
atau kharaj dilaksanakan dengan tertib dan dengan administrasi yang tertaur, sehingga negara
mendapat pemasukan yang besar untuk membiayai segala keperluan pemerintahan ataupun
keperluan militer.
Al-Qahira sebagai pusat pemerintahan pada saat itu menjadi tempat perlintasan yang strategis
antara Asia Timur dan Eropa. Ditambah dengan hasil pertanian, perdagangan dan
perindustrian masyrakat disana semakin mengautkan perekonomian mereka. Selain itu, di
Sudan banyak menghasilkan emas dari tambang-tambang emas yang ada disana, dimana
emas tersebut dikirim ke Kairo dan Cordova. Hasil dari penambangan emas tersebut, banyak
diguakan untuk mendirikan masjid, istana, ataupun pasar-pasar besar.
Untuk kaitannya dengan masalah hukum, aturan-aturan hukum berlaku seperti apa yang ada
di mahzab Syiah pada umumnya, dan mahzab Ismaliah pada khususnya.sumber hukum
bersumber dari Al-Quran dan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh imam-imam mereka.
Dinasi Fatimiah berusaha untuk melakukan berbagai uapaya pembangunan, dengan
menciptakan terusan-terusan sebagai jalur perlintasan perdagangan.pemerintahan Fatimiah
juga mengatur mengenai aturan tentang pertanian, seperti halnya aturan dalam penggunaan
air, penetapan pajak yang bersifat toleran dan lain sebagainya. Dalam hal industri,
pemerintahan Fatimiah juga menetapkan aturan dan kebijakan, aturan tesebut dibuat untuk
melidungi pelaku industri dari hidup bermewah-mewah. Pemerintahan Fatimiah membuat
satuan mata uang yaitu dinar, dan kurs nya dirham. Hal itu bertujuan untuk melindungi
pedagang-pedagang kecil dari kesewenang-wenangan pedagang besar. Sumber pemasukan

lainnya bagi negara yaitu pajak dan bea cukai. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan
banyaknya pemasukan dari berbagai kegiatan ekonomi, rakyat dapat hidup dengan makmur
dan sejahtera.
Pada masa al-Aziz, berdirilah sebuah universitas besar, yang sampai saat ini menjadi salah
satu universitas terkenal di dunia yang bernama al-Azhar. Universitas ini sebelumnya
merupakan masjid al-Azhar yang dirubah menjadi sebuah universitas. Dari sinilah kita dapat
mengatakan bahwa pada masa itu, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan syair berkembang
dengan bagus di Fatimiah khususnya di Kairo.
Kemunduran dan Kehancuran
Ada beberapa faktor mengenai kemunduran Dinasti Fatimiah, diantaranya ialah paham atau
doktrin yang mereka berikan belum bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat Isalm yang
beraham Sunni, apalagi setelah kebangkitan Sunni pada abad 11-12M. Faktor lain ialaha
adanya dualisme pada tubuh kemiliteran mereka. Pada masa al-Aziz para budak dan orang
Turki direkrut menjadi tentara yang berujung kepada konflik, dimana masing-masing diantara
mereka merasa paling kuat. Selain itu terdapat kekuatan ketiga yang menambah keruhnya
suasana, yaitu tentara dari orang kulit hitam yang berasal dari Sudan yang tidak mau kalah
dengan para pndahulunya. Semua itu membuat Kekhalifahan Fatimiah semakin melemah.
Setelah al-Aziz wafat, Dinasti Fatimiah semakin melemah, karena penerusnya al-Hakim tidak
mempunyai kecakapan dalam memimpin Kekhalifahan Fatimiah. Hal itu ditambah dengan
adanya peristiwa pembakaran gereja Holy Sepulchtre di Syam dan larangan berpakaian
Yahudi dan Kristen bagi muslim, dimana itu semua menimbulkan antipati dari masyarakat
dan menurunkan kewibawaan Dinasti Fatimiah.
Pemimpin setelah al-Hakim yaitu al-Munthasir, nyatanya pun tidak dapat membawa Dinasti
Fatimiah menjadi lebih baik, bahkan mereka disebut-sebut hanyalah sebagai boneka pada
Jenderal dan Wazir. Pada masa kepemimpinannya terjadilah konfilik antara jenderal dan
wazir, yang membawa keadaan ibu kota Kairo menjadi anarkis dan tidak nyaman, halitu
ditambah dengan adanya berbagai wabah penyakit dan terjadaniya serangan hama pada lahan
pertanian mereka, sehingga masyarakat benyak yang mengalami kelaparan dan miskin. Hal
tersebut diperparah dengan berbagai pemberontakan dan banyak daerah yang melepaskan diri
dari Kekhalifahan Fatimiah.

Seorang wazir dan juga orang kepercayaan dari al-Muntashir yang bernama Badr al Jamali,
berusaha untuk memperbaiki tatanan sosial-masyarakat Mesir dan berusaha untuk
mengembalikan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, namun disamping itu terdapat
juga pergolakan militer, dimana pada masa itu penguasa militer bukan berasal dari golongan
syiah Ismaliah. Ia berusaha untuk mengembalikan daerah kekuasaan Fatimiah yang lepas
dengan propaganda agama sebagai senjatanya, namun karena Fatimiah dianggap sudah tidak
punya wibawa di mata masyarakat, usaha yang ia lakukan selalu gagal dan berakhir
degnanberbagai kekalahan.
Faktor selanjutnya ialah terjadinya kelompok oposis yang dikarenakan pemimpin selanjutnya
dari Dinasti Fatimiah bukan berasal dari keturunan al-Muntashir, karena hal itu telah
melanggar peraturan yang esensial bagi Dinasti Fatimiah berkaitan dengan keyakinan mereka
mengenai imammah. Ada juga kelompok yang tidak mengakui kekhalifahan Fatimiah saat itu
dan melakukkan pemberontakan yang nantinya menjadi cikal bakal gerakan Syiah ekstrim
yang dikomandooleh Hassan ibn Sabbah yang nantinya drikenal dengan Assasin, dimana
kelompok ini nantinya berkembang menjadi besar dan menjadi penyebab terjadinya serangan
Mongol pimpinan Hulagu Khan di Baghdad.
Dengan berjalannya waktu, Dinasti Fatimiah gagal untuk mengembalikan kejayaannya,
faktor utama dari itu semua ialah karena tidak adanya pemimpin yang cakap dan mereka
lebih terlena dalam kekausaan dan kemewahan, selain itu banyak terjadinya masalah internal
dalam tubuh Kekahlifahan Fatimiah ini, terjadinya pemberontakan di kalangan Fatimiah
sendiri, bahkan juga adanya berbagai penghianatan. Sampai pada akhirnya pada perang Salib,
tentara Salib menyerang Mesir, dan tentara Salib berhasil mebguasai Mesir. Namun datanglah
Ayyubi yang mencoba merebut Mesir dan berhasil mengusir tentara Salib dari Mesir, dimana
nantinya Ayyubi ini akan menghapuskan Dinasti Fatimiah atas desakan Baghdad, dan
menggantikannya dengan Dinasti Ayyubiyah yang berorientasi di Baghdad, dan berkhirlah
Dinasti Fatimiah.

Anda mungkin juga menyukai