Anda di halaman 1dari 11

Water Treatment (Flokulasi, Koagulasi, Sedimentasi)

2.1. Water Treatment


Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan
tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air
berasal dari :
a) Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan sebagainya.
b) Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber
lainnya.
Water treatment adalah bagian dari unit utilitas yang sangat vital, yaitu sebagai unit yang
berfungsi dalam pengolahan air yang digunakan untuk mendukung kegiatan dari produksi itu
sendiri antara lain untuk kebutuhan make up cooling water, pembuatan air demin dan untuk
memenuhi keperluan air bersih dan air minum baik untuk kompleks maupun untuk pabrik itu
sendiri.Masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah
memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit.
Untuk itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari
perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat. Pada
umumnya kebutuhan pabrik akan air sangat banyak dan perlu sehingga lokasi pabrik dipilih
dekat dengan sumber air.
2.2. Proses Water Treatment
Ada dua proses yang terjadi pada water treatment yaitu proses secara umum dan proses
secara khusus.
1. Proses secara umum
Water treatment merupakan unit yang berguna dalam pembersihan air dari air kotor
menjadi air bersih, yaitu dengan cara proses klarifikasi yaitu proses penghilangan suspended
solid. Proses tersebut dapat berjalan dengan 3 proses yaitu :
a. Proses koagulasi
Yaitu partikel koloid yang bermuatan sama dinetralisir melalui koagulan. Reaksinya
sebagai berikut :
Al2(SO4 + 3 Ca(OH)2
CaSO4

2 Al(OH)3 +

Tahap-tahap koagulasi:
1) Rapid mixing , yaitu adanya tumbukan menjadi netralisasi sempurna distribusi koagulan
merata.
2) Netralisasi muatan
3) Tumbukan partikel
b. Proses flokulasi
Yaitu suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam proses koagulasi
tadi melalui suatu media flokulan digabungkan menjadi flok yang lebih besar sehingga cukup
berat untuk bisa mengendap. Di dalamnya juga terdapat rantai yang panjang dan banyak
cabangnya yang berguna sebagai jembatan penghubung.Hal yang dapat menyebabkan putusnya
rantai tersebut adalah pengadukan yang cepat (rapid mixing). Faktor lain yang dapat
mengganggu adalah kondisi tingkat keasaman lingkungan sekitarnya sehingga perlu
menginjeksikan chemicals NaOH sebagai pH adjuster.
c. Sedimentasi
Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum stoke, yaitu floks yang
besar tersebut mengalami pengendapan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu
antara lain :
1) Dosis koagulan dan flokulan.
2) Mixing, pH, temperatur, warna air baku
3) Level interface dan blowndown lumpur di klarifier.
2. Proses secara khusus
Air baku yang berasal dari sungai disebut dengan raw water intake yang dipompa melalui
unit RPA untuk diproses lebih lanjut ke unit operasi water treating plant. Raw water intake
masuk melalui bagian bawah clarifier. Setelah itu air melalui wilayah yang disebut dengan sand
filter untuk mendapatkan perlakuan penyaringan atau filtrasi dengan menggunakan pasir (sand),
koral (gravel) dan antrasit yang berfungsi untuk menghilangkan atau mereduksi zat tersuspensi
yang terikut didalam air umpan. Secara periodik (24 jam) saringan harus di backwash untuk
menghilangkan flok yang tertangkap selama filtrasi di permukaan filter.
Air yang keluar (yang merupakan air bersih) dari sand filter kemudian dipompakan ke
tanki pengumpul (storage tank). Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7,58,5) maka diinjeksikan NaOH liquid. Di dalam storage tank terdapat juga kation exchanger

(H2SO4), anion exchanger (NaOH), dan mix bed (H2SO4 + NaOH). Kemudian didapatkanlah
treat water atau air bersih yang telah dapat untuk didistribusikan.
2.3. Peralatan pada Water Treatment
Sebagai contoh untuk skala pabrik sumber air baku untuk pembuatan airnya diambil dari
air sungai. Secara singkat pengolahan air dari sungai tersebut mengalami beberapa tahapan,
adapun peralatan yang digunakan dalam unit water treatment adalah sebagai berikut :
1) Filter (saringan)
2) Pompa
3) Flocculator
4) Clarifier
5) Clear well
6) Sand Filter
7) Filtered Water Storage Tank
Unit-unit di atas memiliki fungsi dan prinsip kerja yang berbeda-beda satu sama lain.
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai unit-unit di atas yaitu antara lain :
1. Filter
Yang dimaksud dengan filter disini adalah alat penyaringan air yang memiliki kerapatan
yang cukup besar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk menyaring benda padat kasar
yang terapung disekitar pompa air, sehingga kerusakan pompa dapat terhindar akibat tersumbat.
Prinsip kerja dari filter yaitu hanya menerima air yang didistribusikan oleh pompa dan pada filter
terjadi pemisahan antara benda padat kasar dan air.
2. Pompa
Disini pompa berfungsi untuk mendistribusikan air (air sungai) dan akan kemudian di
olah kembali. Prinsip kerja dari pompa yaitu mendistribusikan air dari sumber air dan kemudian
diolah kembali oleh alat-alat selanjutnya.
3. Flocculator
Flocculator adalah bagian yang berupa tangki dengan diameter, tinggi dan kapasitas
tertentu sesuai dengan keperluan. Prinsip kerja dari flocculator menampung air yang
didistribusikan oleh pompa kemudian koloid-koloid yang terdapat bersama-sama dengan air
dikoagulasi karena pengaruh beberapa bahan kimia yang diberikan. Selanjutnya koloid yang
berbentuk flock ini tertinggal di flocculator kemudian airnya diproses pada alat selanjutnya.

Air sungai yang dipompakan, sebelum masuk kedalam flocculator maka diinjeksikan
dengan berbagai macam bahan kimia, antara lain:
a. Larutan alum ( Al2SO4)
Larutan ini berfungsi untuk memperbesar ukuran partikel-partikel koloid sehingga akan
lebih mudah terbentuk floc-floc dan mengendap. Suspensi koloid terdiri dari ion-ion bermuatan
negatif sehingga akan terjadi peristiwa tolak-menolak antar ion. Apabila ion ion yang
bermuatan positif yang terdapat dalam zat pengendap (coagulant chemicals) bersentuhan dengan
ion-ion negatif maka akan terbentuk gumpalan berupa gelatin. Dengan demikian ukuran partikel
akan bertambah besar sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan. Berbagai usaha telah
banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya
diminimalkan.
b. Coagulant Aid
Berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan membentuk floc tank, sehingga proses
pengendapan berlangsung lebih cepat dan sempurna. Bahan kimia polimer sering dipakai sebagai
koagulan. Bahan kimia polimer sering dipakai sebagai koagulan/flokulan pembantu dalam proses
flokulasi di IPA, polimer berfungsi membantu membentuk makroflok yang akan menahan abrasi
setelah terjadi destabilisasi dan pembentukan mikroflok disebabkan oleh koagulan. Adsorpsi
koagulan pembantu pada mikroflok penting supaya makroflok dapat terbentuk. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh karakteristik batas permukaan antara molekul dan hal ini sangat tergantung
pada komposisi air.
Sesuai dengan muatan elektrostatik dalam larutan air, koagulan/flokulan pembantu
dikelompokkan menjadi non ionogen, anion aktif dan kation aktif. Bahan kimia pendukung
lainnya yang dimaksud adalah zat kimia yang digunakan untuk membantu berlangsungnya
proses koagulasi-flokulasi. Zat ini biasanya ditambahkan sebelum proses koagulasi dilakukan.
Zat-zat tersebut berfungsi untuk penetapan pH, sebagai zat pemberat, sebagai oksidator, sebagai
adsorben dan sebagai elektrolit.
Penetapan pH yang dimaksud adalah penetapan pH optimum untuk koagulasi, ditetapkan
untuk memenuhi persyaratan pH berada pada jangkauan yang disyaratkan untuk setiap jenis
koagulan yang digunakan. Ada beberapa zat kimia yang digunakan untuk penetapan pH pada
pengolahan air adalah :
1) Kapur CaO, Ca(OH)2 berfungsi untuk menaikan pH

2) Soda abu (Na2CO3)


3) Soda api (NaOH)
4) Asam sulfat (H2SO4) , CO2 berfungsi untuk menurunkan pH
Dengan adanya partikel-partikel suspensi yang ditambahkan, akan terjadi tumbukan antar
partikel, sehingga terjadi aglomerasi antar partikel. Disamping tumbukan antar partikel zat ini
juga dapat meningkatkan daya adsorpsi partikel.
c. Gas Klorin
Merupakan zat pembunuh bakteri, jamur, mikroorganisme yang terdapat didalam air. Dosis
yang digunakan adalah 5 ppm. Sebelumnya digunakan kaporit (CaOCl 2), kaporit lebih baik dari
pada chlorine karena dapat dengan cepat mengendapkan lumpur sehingga air akan lebih bersih.
d. Caustic Soda (NaOH)
Berfungsi untuk mengatur pH air sungai karena pada sistem pembentukan floc
dibutuhkan kondisi dengan pH 5,5 s.d 6,2. Pemakaian NaOH memiliki dosis standar tersendiri.
Dosis yang digunakan adalah 2 sampai dengan 5 ppm. Kondisi pH harus dijaga lebih dari 5,5
agar floc terbentuk dan pH harus kecil dari 6,2 agar floc yang terbentuk tadi tidak akan pecah
lagi. Flocculator juga dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi menghomogenkan air sungai
dan bahan kimia yang telah diinjeksikan tersebut.
4. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan larutan Alum
(Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada Clarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai alat
untuk mempercepat pembentukan flok. Pada Clarifier terjadi pemisahan antara air bersih dan air
kotor. Air bersih ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa yang besar untuk kemudian
dipompakan ke filter. Clarifier terbuat dari beton yang berbentuk bulat yang dilengkapi dengan
penyaring dan sekat. Dari inlet pipa clarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone.
Di dalam primary reaction zone dan secondary reaction zone, air dan bahan kimia
(koagulan yaitu tawas) diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid
akan membentuk butiran-butiran flokulasi. Hal ini dilakukan karena penyelesaian gravitasi
efektif daerah cenderung desain pelat sebanding dengan total luas permukaan miring rak piring.
Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk melalui return
floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam concentrator dibuang.

Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap satu jam sekali dalam
waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah tidak dipengaruhi oleh gaya
putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air yang berada dalam clarification zone
adalah air yang sudah jernih. Clarifier terbuat dari beton yang berdiameter dan dilengkapi
dengan pengaduk.
Pada clarifier air terdiri dari flocculator dipisahkan floc-floc nya dengan cara
pengendapan yang disertai dengan pengadukan berputaran rendah. Hal ini berfungsi untuk
membentuk floc (gumpalan) dari partikel yang berukuran kecil. Clarifiers terutama digunakan
dalam air limbah industri pengolahan untuk memisahkan padatan dari limbah cair di sungai.
Clarifier adalah langkah ketiga dalam proses yang biasanya merupakan proses empat langkah
untuk air dan pengolahan air limbah. Dalam pengolahan air limbah empat langkah utama adalah
pengumpulan dan homogenisasi limbah, pH penyesuaian, klarifikasi, dan sludge dewatering.
Peralatan klarifikasi konvensional memerlukan permukaan yang jauh lebih besar dalam
rangka penghapusan cocok dengan makanan padat kapasitas suatu lapisan tipis clarifier. Tingkat
loading dapat diterapkan pada sebuah lapisan tipis ukuran clarifier/pemukim dengan
menggantikan daerah yang diproyeksikan untuk penyelesaian permukaan luas clarifier
konvensional. Selama proses clarification, dihilangkan juga water hardness (air keras) yaitu
garam kalsium dan magnesium yang larut dalam air.
Hardness dapat dikurangi dengan jalan mereaksikan zat-zat kimia yang akan
mengendapkan hardness tersebut. Air bersih hasil pengendapan dipisahkan melalui over flow di
bibir clarifier dan endapannya dibuang (blowdown) melalui bagian bawah clarifier. Kualitas air
pada clarifier dapat dikontrol di outlet clarifier dengan parameter pH antara 5,5 s.d 6,2 kadar
chlorine 0,3 s.d 1,5 ppm dan turbidity kurang dari 5 ppm.
5. Clear well
Salah satu unit bangunan di dalam TPA (instalasi pengolahan air bersih) yang berfungsi
sebagai penampung/wadah sementara (reservoir) air hasil pengolahan. Pada beberapa instalasi,
unit ini juga berfungsi sebagai tempat pembubuhan desinfektan. Pipa transmisi adalah pipa pipa
pembawa air minum yang menghubungkan bak penampung air (clear well) dengan bak
penampung air distribusi (reservoir distribution).
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui
filter, air ini sudah menjadi air yang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih

dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum. Unit ini juga digunakan sebagai waduk untuk
menyimpan disaring kuantitas air yang memadai untuk mencegah kebutuhan yang berbeda-beda
untuk menilai penyaringan dengan variasi permintaan, Pada beberapa instalasi, unit ini juga
berfungsi sebagai tempat pembubuhan desinfektan untuk menjaga kualitas air. Berbagai usaha
telah banyak dilakukan agar tidak terjadi pencemaran terhadap air. dapat dihindari atau
setidaknya diminimalkan.
6. Sand Filter
Sand Filter digunakan untuk pemurnian air. Ada tiga jenis utama;
1. Rapid (gravity) sand filters
2. Upflow sand filters
3. Slow sand filters
Semua tiga metode yang digunakan dalam industri di seluruh dunia. Dua yang pertama
mengharuskan penggunaan bahan kimia flocculant untuk bekerja secara efektif. Sementara slow
sand filters dapat menghasilkan kualitas air sangat tinggi bebas dari patogen, rasa dan bau tanpa
memerlukan bantuan kimia. Penyaring yang digunakan adalah rapid sand fliter (filter saringan
cepat). Sand filter jenis ini berupa bak yang beriisi pasir kwarsa yang berfungsi untuk menyaring
flok halus dan kotoran lain yang lolos dari klarifier (clearator).
Air yang masuk ke filter ini telah dicampur terlebih dahulu dengan klorin dan tawas.
Media penyaring biasanya lebih dari satu lapisan, yaitu pasir kwarsa dan batu dengan mesh
tertentu. Air mengalir ke bawah melalui media tersebut. Zat-zat padat yang tidak larut akan
melekat pada media, sedangkan air yang jernih akan terkumpul di bagian dasar dan mengalir
keluar melalui suatu pipa menuju reservoir. Flocculated air melewati Rapid (gravity) sand filters
luar floc dan partikel-partikel yang terperangkap di dalamnya mengurangi jumlah bakteri dan
menghilangkan sebagian besar padatan. Media penyaring adalah pasir dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Di mana rasa dan bau mungkin menjadi masalah (organoleptik dampak), sand
filter mungkin termasuk lapisan karbon aktif untuk menghilangkan rasa dan bau seperti itu.
Sand filter menjadi tersumbat dengan periode floc setelah digunakan dan mereka
kemudian dicuci backwashed atau tekanan untuk menghapus floc. Air backwash ini dijalankan
ke tank menetap sehingga dapat menyelesaikan floc keluar dan kemudian dibuang sebagai bahan
limbah. Di beberapa negara lumpur dapat digunakan sebagai Pemeliharaan filter yang tidak
memadai telah menjadi penyebab pencemaran air minum sesekali. Sand filter kadang-kadang

digunakan dalam pengolahan limbah sebagai tahap pemolesan akhir. Dalam menyaring jebakan
pasir sisa bahan ditangguhkan dan bakteri dan menyediakan matriks fisik untuk bakteri
dekomposisi bahan nitrogen, termasuk amonia dan nitrat, ke nitrogen gas.
Dari clear well, air disaring di sand filter yang bertujuan memisahkan kotoran halus yang
terdapat dalam air bersih dan mengurangi ion nitrat ataupun nitrit yang tidak terendapkan pada
flocculator. Untuk melihat indikasi sand filter telah menurun dapat dimonitoring dengan
pressure drop. Untuk mengeluarkan kotoran yang tertahan pada saat operasi maka dilakukan
backwash. Air yang keluar dari sand filter diharapkan mempunyai turbidity maksimum yaitu
sebanyak 1 ppm.
7. Filtered Water Storage Tank
Air hasil proses di sand filter kemudian ditampung di filtered water storage tank kualitas
yang diharapkan ada pada air hasil pengolahan. Diharapkan air yang dihasilkan sudah sesuai
dengan standar dan layak untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut.
2.4. Karakteristik Air
Air memiliki persyaratan tersendiri untuk menentukan apakah air tersebut layak atau
tidak untuk dikonsumsi. Air yang layak untuk dikonsumsi biasanya bersih, jernih dan juga tidak
berbau. Berikut merupakan beberapa karakteristik air yaitu sebagai berikut :
1. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang
terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen
terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi.
3. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
4. Solid (zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar
oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
5. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh
adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawasenyawa organik tertentu.
6. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi
klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana
disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
7. DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO
biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
8. BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara
biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.
9. COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik secara kimia. Reaksinya adalah sebagai berikut :
+ 95%terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
10. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air
pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang
tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
11. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap
manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air
bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah
(karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia sehingga

diperlukan disenfektan yang berfungsi untuk mengurangi racun tersebut. Adapun disenfektan
yang digunakan antara lain:
a) Tawas
Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling
ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Tawas akan berikatan
dengan kekeruhan (koloid) membentuk gumpalan atau flok. Flok kimia (kimflok) yang terbentuk
lalu diendapkan di unit sedimentasi.
Sedangkan kimflok ringan yang lolos-tidak mengendap-disaring di filter pasir silika.
Adapun air tanah (misalnya mata air), lantaran sudah jernih, tak perlu lagi ditambah tawas.
Hanya perlu kaporit sebagai disinfektan, pembasmi bakteri.Jumlah pemakaian tawas tergantung
kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka semakin besar
jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang
dikandung oleh air baku tersebut. Reaksi yang terjadi pada air yang dipakai tawas adalah sebagai
berikut:
Al2(SO4)3 . 2 Al+3 + 3(SO4)-2
Air akan mengalami :
H2O . H+ + OH2 Al+3 + 6OH- . 2Al(OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam :
3(SO4)-2 + 6H+ . 3H2SO4
Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin
turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas.
b) Kapur
Pengaruh penambahan kapur Ca(OH)2 akan menaikkan pH dan bereaksi dengan
bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak sehingga
pH menjadi 10,5 maka akan membentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada pH tinggi
dapat diendapkan dengan penambahan soda abu. Reaksinya adalah :
Ca(OH)2 + Ca(HCO)3 . 2CaCO3 + 2H2O
2Ca(OH)2 + Mg(HCO3)2 . 2CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O
Ca(OH)2 + Na2CO3 . CaCO3 + 2NaOH
c) Klorin

Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator
dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung dalam air
tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl 2 saja akan tetapi
termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin
seperti monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2) termasuk di dalamnya.
Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2.
Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik
aminoak di dalam air dengan klorin. Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan mempengaruhi
kualitas yang didesinfeksi. Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya
pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam bentuk
natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinity air tersebut sehingga pH akan lebih besar yang
berarti penambahan klorin dapat meningkatkan pH dari air itu sendiri. Sedangkan kalsium
hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air yang didesinfeksi.
d) Disinfeksi dengan cahaya matahari
Sinar ultra violet dari matahari dapat dipergunakan untuk menginaktifkan dan
menghancurkan patogen yang terdapat dalam air. Isi wadah plastik transparan dengan air dan
pajankan dengan sinar matahari secara menyeluruh selama kurang lebih 5 jam(atau dua hari
penuh bila langit berawan). Disinfeksi timbul sebagai kombinasi dari radiasi dan pemanasan.
Jika temperatur air mencapai setidaknya 50oC, waktu pajanan cukup 1 jam. Contoh yang baik
adalah sistem dimana dipergunakan botol yang setengahnya diwarnai hitam untuk meningkatkan
panas yang diperoleh dengan sisi bening botol menghadap matahari.
Clear well terbuat dari baja yang berdiameter dan mempunyai tinggi tertentu. Air yang
keluar dari clarifier dikirim ke clear well yang berfungsi sebagai penampung air dalam jumlah
banyak sebelum di pompakan ke unit sand filter. Di clear well air dijaga pH nya dengan
menyuntikkan NaOH (caustic soda

Anda mungkin juga menyukai