Kata pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini. Dan tidak lupa pula Shalawat beriring salam kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada para pengajar, fasilitator dan narasumber atas bimbingan
dan ilmu yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Laporan ini
merupakan hasil diskusi PBL Modul 1: Bekak pada Wajah dan Perut Sistem Urogenital.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari buku-buku text book, diskusi kelompok, diskusi
dengan beberapa narasumber, dan lainnya dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan.
Kami sadari laporan hasil dari Modul 1 ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya dan
untuk perbaikan lapoaran kedepannya.Demikian yang dapat kami sampaikan, Insya Allah laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan
pelajaran bagi adik-adik kami selanjutnya.
Tim Penyusun
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran modul ini selesai, mahasiswa diharapkan dapat me
nyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan pembengkakan pada muka dan
perut, menjelaskan gejala-gejala klinis, penyebab, patomekanisme, cara-cara
diagnosis, penatalaksanaan/terapi, komplikasi dan aspek epidemiologi penyakitpenyakit yang menyebabkan pembengkakan pada muka dan perut.
TIK
Setelah pembelajaran dengan modul ini mahasiswa diharapkan dapat:
A. Menyebut penyakit-penyakit yang menyebabkan muka dan perut bengkak!
B. Menjelaskan tentang patomekanisme terjadinya penyakit-penyakit yang
menyebabkan pembengkakan pada muka dan perut
C. Menjelaskan tentang gejala-gejala klinik dari penyakit-penyakit yang
menyebabkan pembengkakan muka dan perut
D. Menjelaskan tentang cara-cara diagnosis dari penyakit-penyakit yang
menyebabkan pembengkakan muka dan perut
E. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dari penyakit-penyakit yang
menyebabkan pembengkakan muka dan perut
F. Menjelaskan tentang prognosis dari penyakit-penyakit tersebut.
G. Menjelaskan tentang aspek epidemiologi penyakit-penyakit yang tersebut
SKENARIO
Seorang anak laki-laki, 12 thn, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas dengan
wajah , perut kedua tungkai bengkak .Pembengkakan terjadi sejak 3 minggu yang lalu
yang makin lama semakin bertambah. Tidak ada demam dan tanda-tanda infeksi lain.
KATA SULIT
(-)
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Laki-laki 12 tahun
2. Bengkak di wajah, perut dan tungkai
MIND MAPPING
Laki-laki,
12 tahun
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
DD
Pemeriksaa
n
Penunjang
PERTANYAAN
1. Organ apa saja yang terkait dengan penyakit pada skenario? Dan bagaimana
gambaran histologi?
2. Bagaimana mekanisme kerja organ terkait ?
3. Bagaimana tubuh melakukan mekanisme keseimbangan cairan? Hormon apa
saja yang terlibat?
4. Bagaimana patomekanisme bengkak pada skenario? Apakah bengkak terjadi
bersamaan? Mengapa bengkak makin lama makin bertambah ?
5. Penyakit apa saja terkait dengan gejala bengkak?
6. Bagaimana alur Diagnosis ?
7. Differential Diagnosis
JAWABAN
1.
SISTEM PERKEMIHAN
Terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal
menghasilkan 1,5L urin/hari dan menghasilkan 125 ml filtrate/menit dimana 124ml
di reabsorbsi, 1 ml di jadikan urine. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit. Merupakan tempat pembentukan hormone Renin (merangsang pengaktifan
angiotensinogen) dan Eritropoietin (merangsang pembentukan SDM). Mengubah pro
Vit D menjadi aktif.
Ginjal memiliki hilus, pelvis renalis, calix minor dan calix major, sinus renalis,
cortex dan medulla, piramida dan kolumna renalis (bagian dari medulla). Terdiri atas
1- 1,4 juta nefron.
Cabang utama nefron : Korpuskel ginjal,Tubulus Kontortus Proksimal, Gelung nefron
(bagian tipis dan tebal)(ansa henle), Tubulus Kontortus Distal, Tubulus Colligens.
Tubulus Colligens dari berbagai nefron, bermuara di ductus colligens yang
mengangkut urine ke calyx dan ureter.
Nefron : Kortika (berada di korteks), Jukstamedullar (dekat medula)
SIRKULASI DARAH
Aorta abdominalis Arteri iliaca communis sinistra dan dextra Arteri iliaca
interna dan externa Arteri iliaca interna Arteri renalis Arteri segmentalis
Diameter arteriol aferen lebih besar dari diameter arteriol eferen. Akibatnya
glomerulus merupakan sebuah sistem yang bertekanan relatif tinggi,
membantu pembentukan cairan jaringan dalam jalinan kapiler.
Epitel parietal kapsula Bowman yaitu podosit mengelilingi sekelompok kecil
kapiler dekat arteriol aferen dan eferen, terdapat tangkai dengan daerah
bersisian dengan lamina basal kapiler yang tidak di lapisi endotel. Pada daerah
itu terdapat sel Mesangial.
Sel ini berbentuk bintang mirip perisit dengan cabang sitoplasma yang meluas
di antara endotel dan lamina basal.
Sel mesangial berfungsi menyingkirkan protein besar dari lamina basal.
Sel mesangial dapat mengkerut bila dirangsang oleh angiotensin , dengan
akibat mengurangnya aliran darah dalam kapiler glomerulus.
Mesangial menyokong kapiler, bersifat fagositik, dan akan bermitosis untuk
berproliferasi pada beberapa penyakit ginjal.
ANSA HENLE
Segmen tebal pars desenden Ansa Henle terdapat di medula, dindingnya di
batasi oleh epitel selapis kuboid, dan melanjutkan diri menjadi segmen tipis
Ansa Henle.
Segmen tipis Ansa Henle terdapat di medula, dindingnya di batasi oleh epitel
selapis gepeng, dan melanjutkan diri menjadi segmen tebal pars asenden Ansa
Henle.
DUCTUS COLLIGENS
Duktus Koligens bukan merupakan bagian dari nefron. Duktus Koligens
berjalan menuju ke medula. Dindingnya di batasi oleh epitel selapis kuboid
sampai epitel selapis silindris. Batas sel teratur dan jelas.
Duktus koligens berfungsi menyalurkan urin dari nefron ke pelvis ureter
dengan sedikit absorpsi air yang di pengaruhi oleh hormon anti diuretik
(ADH).
Di bagian medula yang menuju ke tengah, beberapa duktus koligens bersatu
untuk membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks papila.
Saluran ini disebut duktus papilaris Bellini, yang berdiameter 100 200
mikrometer atau lebih.
Muara kepermukaan papila tersebut sangat besar, sangat banyak dan sangat
rapat, sehingga tampak seperti sebuah tapisan (area kribrosa).
Mukosa pelvis dan ureter terdiri dari epitel transisional yang di sokong oleh
lamina propria.
Epitel terdiri dari 2- 3 lapis sel pada bagian pelvis dan 4-5 lapis sel pada ureter.
Epitel terletak di atas lamina basal tipis dan di bawahnya ada lamina propria
yang merupakan jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat
elastin.
Pada lamina propria tidak terdapat kelenjar.
Di bawah lamina propria, terdapat tunika muskularis tebal yang terdiri berkas
sel otot polos yang dipisahkan oleh berkas jaringan ikat.
Otot polos di susun oleh lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar yang
sirkular.
Lapisan ini tidak berbatas jelas. Pada bagian bawah ureter, terdapat lapisan
ketiga yaitu lapis serong atau longitudinal luar.
Pada bagian pelvis, ototnya disusun melingkar mengitari papila dan berfungsi
sebagai sfingter, yang memeras papila, dan mengeluarkan urin dari duktus
papilaris Bellini.
Pada bagian bawah ureter, tidak terdapat otot polos melingkar, tetapi kedua
lapis otot memanjang sekarang tidak dipisahkan oleh lapis sirkular.
Di sebelah luar lapisan otot terdapat tunika adventisia yang mengandung
jaringan ikat fibroelastis.
Di luarnya terdapat tunika muskularis yang terdiri dari otot polos tiga lapis.
Lapis sirkular tengah membentuk sfingter tebal di sekitar muara uretra dalam,
dan tidak begitu tebal di sekitar muara ureter.
Di luarnya terdapat tunika adventisia yang terdiri atas jaringan fibroelastis.
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan
dunia luar adalah uretra.
URETHRA
URETRA PRIA
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan dibagi dalam 3 bagian:
1. Uretra pars prostatika:
Bagian pertama uretra yang berjalan menurun dari muara uretra dalam
kandung kencing menembus kelenjar prostat. Pada uretra ini bermuara dua duktus
eyakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat. Epitelnya transisional.
2. Uretra pars membranase:
Bagian kedua uretra, hanya pendek, dan berjalan dari puncak prostat di antara
otot rangka pelvis, menembus membran perineal dan berakhir dalam bulbus korpus
kavernosum uretra. Epitel berlapis atau bertingkat silindris.
3. Uretra pars kavernosa atau pars spongiosa:
Bagian ujung uretra menembus korpus spongiosum dan bermuara pada glans
penis. Ujung uretra bagian penis yang melebar yaitu fosa navikularis, dibatasi oleh
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Terdapat sedikit sel Goblet penghasil
mukus. Kelenjar tubular Littre yang bercabang lebih banyak terdapat pada permukaan
dorsal uretra. Kelenjar memiliki epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan
menghasilkan mukus.
URETRA WANITA
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra pria. Panjangnya hanya 4 cm.
Epitelnya adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Lamina proprianya adalah jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai oleh
banyaknya sinus venosus, mirip jaringan kavernosa.
Tunika muskularisnya terdiri atas dua lapis otot polos, longitudinal dibagian
dalam dan sirkuler di bagian luar, yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada
muaranya.
PENIS
Penis berfungsi:
1. Sebagai saluran keluar air kemih
2. Sebagai saluran keluar cairan semen
3. Sebagai alat sanggama.
Penis disusun oleh tiga bangunan erektil berbentuk silinder sepasang di bagian
dorsal yaitu korpora kavernosa penis, dan satu di bagian sentral yaitu korpus
kavernosum uretra atau korpus spongiosum uretra, yang membungkus uretra pars
kavernosa.
Pasangan korpora kavernosa penis terpisah satu sama lain dibagian proksimal
oleh septum pektiniformis (septum penis mediana), tetapi kemudian bersatu lagi di
bagian bawah sudut pubis, untuk kemudian berjalan bersama-sama ke depan.
Kulit yang membungkus penis, tipis dan lembut dan ujungnya akan berlipat
disebut prepusium.
Pada glans penis dan permukaan dalam prepusium, terdapat sejumlah kelenjar
sebasea yang telah mengalami modifikasi yaitu kelenjar Tyson.
Tiap korpus kavernosum penis dibungkus oleh selubung fibrosa tebal yaitu
tunika albuginea.
Serat kolagen yang terdapat di sebelah luar longitudinal dan yang di sebelah
dalam sirkular.
Di antara kedua korpus kavernosum penis terdapat septum pektiniformis yang
ditembus oleh celah-celah terbuka, sehingga ruang-ruang kavernosa dikedua
sisi dapat berhubungan satu sama lain.
Trabekula yang merupakan lanjutan dari selubung fibrosa, terdiri atas seratserat kolagen, elastin dan serat otot polos dan menyusun rangka bagian dalam
yang padat.
Ruangan diantara rangka-rangka tersebut dilapisi oleh selapis tipis sel endotel
dan merupakan sinus-sinus darah.
Susunan trabekula tersebut sedemikian rupa, sehingga ruang-ruang kavernosa
terbesar terdapat di daerah tengah dari tiap korpus kavernosum penis dan
berangsur-angsur mengecil dibagian tepi.
Asidosis Metabolik
Apabila ginjal rusak, sel-sel tubuli ginjal tidak dapat mereasobsi
NaHCO3 sehingga NaHCO3 dari dalam darah yang difiltrasi oleh
glomerulus tidak dikembalikan kedalam darah tetapi terbuang bersama
urin. Akibatnya NaHCO3 dalam darah kadarnya menurun. Hal ini
menyebabkan ratio NaHCO3/H2CO3 juga menjadi kurang dari 20/1
sehingga menyebabkan timbulnya asidosis metabolik, walaupun
pernapasan tidak terganggu. Untuk mengatasi penurunan kadar
NaHCO3 darah, agar ratio NaHCO3/H2CO3 tetap 20/1, maka paru
berusaha menurunkan kadar H2CO3 dengan cara melakukan
pernapasan cepat dan dalam (misalnya pernapasan kuzmaull). Bila
ratio 20/1 tercapai maka keadaan tersebut disebut asidosis metabilik
terkompensasi. Namun bila tidak tercapai maka disebut asidosis
metabolik tak terkompensasi.
Asidosis Metabolik dapat timbul akibat :
-
Alkalosis Metabolik
Biasanya terjadi pada :
- muntah-muntah
- pengeluaran cairan lambung
- konsumsi alkali (sebagai obat maag)
alkalosis metabolik terjadi karena peningkatan NaHCO3 PH > 7,4
Alkalosis Respiratorik
Biasanya terjadi pada :
-
hiperventilasi
- reaksi histeris
- keracunan salisilat (tahap awal)
- koma hepatik
alkalosis respiratorik disebabkan karena penurunan dari H 2CO3 PH
>7,4 karena rasio > 20/1, maka untuk mengatasinya ginjal akan
mengurangi produksi NaHCO3 agar ratio NaHCO3/H2CO3 = 20/1 tercapai.
Bila berhasil maka disebut alkalosis respiraorik terkompensasi. Namun,
bila ratio tetap >20/1 (PH > 7,4) maka disebut alkalosis respiratorik tak
terkompensasi.
b. Mempertahankan cairan intravaskuler, mereabsorbsi air di tubuli distal
dibawah pengaruh hormon ADH (antidiuretik)
3. Fungsi hemostasis
Ginjal menjalankan fungsi hemostasis dengan mensintesis dan mensekresi
eritropoietin yang berperan dalam eritropoiesis SDM
4. Fungsi metabolisme
Dalam sel-sel ginjal berlangsung proses glukoneogenesis yakni
pembentukan (sintesis) glukosa dari zat-zat non KH seperti gliserol, laktat dan
asam amino glikogenik.
5. Fungsi endokrin
Fungsi ginjal pada pengaktifan vitamin D.
Vitamin D3 (kolekalsiferol) di hati mengalami hidroksilasi pada posisi 25 dari
inti steroid menjadi 25-hidroksikalsiferol. 25-hidroksikalsiferol kemudian
diangkut ke ginjal di mana terjadi hidroksilasi lagi pada posisi 1 inti steroid
menjadi 1,25-dihidroksikalsiferol (kalsitriol). Kalsitriol ini bersifat sebagai
hormon.
Vitamin D3 (kolekalsiferol)
(Hati)
25-hidroksikalsiferol
(Ginjal)
1,25-dihidroksikalsiferol (kalsitriol)
4. Patomekanisme Edema
aldosterone dan hormone antidiuretik (ADH). Ginjal tersebut menahan garam dan air,
yang selnjutnya akan memperburuk edema.
Bengkak terjadi pada muka dan perut
Peningkatan
tekanan
hidrostatik
kapiler
dan
penurunan
tekanan
osmotik
menyebabkan peningkatan air keluar dari kapiler. Dari aliran darah tersebut cairan
banyak keluar ke interstisial yang terdiri dari jaringan ikat. Sehingga menyebabkan
meningkatnya air pada jaringan ikat tersebut.
Pada kasus edema kemungkinan masalah terjadi pada aliran limfe ataupun perbedaan
tekanan di antaranya sehingga plasma menjadi sulit dikembalikan ke dalam aliran
darah. Itu lah yang dinamakan edema ketika terjadi penimbunan cairan pada
interstisium.
Edema pada kasus skenario terjadi hanya pada daerah muka, perut, dan tungkai. Hal
itu disebabkan daerah muka dan perut itu banyak mengandung jaringan ikat.
Sedangkan pada tungkai diakibatkan pengaruh gaya gravitasi bumi. Jaringan ikat
dibagi dalam 3 bagian, yaitu jaringan ikat sejati, jaringan dengan ciri khusus, dan
jaringan penyokong. Jaringan ikat sejati dibagi lagi menjadi jaringan ikat longgar dan
jaringan ikat padat.
Yang mana pada daerah muka dan perut banyak mengandung jaringan ikat longgar.
Jaringan ikat longgar banyak ditemukan di stratum papilare dermis, hypodermis,
lapisan serosa peritoneum dan rongga pleura, serta di kelenjar dan membrane mukosa
yang menyokong sel-sel epitel. Sifat jaringan ikat longgar diantaranya memiliki
konsistensi halus, bersifat fleksibel, dipendarahi dengan baik, dan tidak terlalu
resisten terhadap stress. Artinya jaringan ini mudah terpengaruh dengan tekanan luar
maka ia mudah terjadi edema. Sedangkan jaringan ikat padat memiliki sifat
sebaliknya sehingga resisten terhadap stress contohnya adalah tendon.
Hipoalbu
minemia
dan
proteinu
ria
Tekanan
osmotik
koloid
plasma
Cairan
keluar
ke
interstisi
al
ADH
Aldoster
on
Kompen
sasi
Hipovole
mia
Retensi
Na+ dan
H 2O
Edema
bertamb
ah berat
Usia:
Sindrom Nefrotik karena GN Lesi Minimal (GNLM) : 70-80 % pada
anak (<15 tahun) , Laki-laki : Perempuan = 2 : 1.
Sindrom Nefrotik karena glumerulonoferitis fokal (GSF) : 10-15 %
pada kasus SN Pada anak.
Sindrom Nefrotik karena GNmembranosa (GNMN) : 30-40 % pada
orang dewasa, dan pada anak < 5 %.
Jenis Kelamin:
Perbandingan Pria dan wanita 2 : 1
2. Glomerulonefritis Akut
Usia :
* 3 7 tahun
Jenis Kelamin:
*Perbandingan penyakit ini pada laki-laki dan perempuan adalah 2:1
3. Malnutrisi Kwashiorkor
Usia:
* Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang
terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah.
* Bayi pada masa menyusui anak pra sekolah
* 1 4 tahun
Jenis kelamin :
Tidak terpengaruh
8. Alur Diagnosis
Anamnesis yang akurat sangat penting. Gejala dan tanda penyakit jantung, hati dan
ginjal harus ditanyakan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tergantung dari gambaran yang didapat pada
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Namun yang biasanya dilakukan adalah :
10. GLOMERULONEFRITIS
DEFINISI
(GN) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang
disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut
(glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan
adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis (GN)
dibagi 2 primer dan sekunder ,
Primer : penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri
Sekunder : kelainan ginjal akibat penyakit sistemik lain seperti DM , LES ,
myeloma multiple dan amyloidosis.
EPIDEMIOLOGI
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun
dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang
menyerang anak dibawah usia 3 tahun.
ETIOLOGI
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus
golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29.. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12
dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui
sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi
mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan
seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena
renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
PATOMEKANISME
adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut dan
idiopatik
1. Antigen dari luar (kuman streptococcus) masuk ke dalam tubuh
2. Adanya proses imunologi terbentuknya Antibodi untuk melawan Antigen yang
masuk tadi
3. Terbentuklah Komplex Antigen Antibodi (imun)
Pemeriksaan urin, gula darah, serum albumin, profil lemak, dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan serologi seperti ASTO, C3, C4, ANA dan anti-dsDNA, antibodi
anti-GBM.
PENATALAKSANAAN
Obat simptomatik
Anti Hipertensi
PROGNOSIS
Definisi
Adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang
berat bisa dengan konsumsi tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan.
Etiologi
Disebabkan oleh kekurangan supan protein yang mempunyai nilai biologik
katabolisme tubuh. Keadaan kekurangan protein bisa terjadi pada infeksi, diare
kronik, pada penyakit hati kronis dan juga pada gangguan ginjal.
Epidemiologi
Sering dijumpai pada umur tertentu yaitu bayi yang masih menyususi dan
pada anak prasekolah. 1 3 tahun merupakan umur yang membutuhkan banyak
protein. Penyakit ini terjadi pada penduduk yang berekonomi rendah.
Patogenesis
Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolisme dan perubahan sel
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita defisiensi protein tidak
terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat
dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun kekurangan protein
dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang
dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang
jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino
dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hati,
sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta
sehingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya
terjadi akumulasi lemak dalam hati.
Gejala Klinis
-
Derajat Edema
Pemeriksaan Lab
Terapi
Pemberian vitamin A, D, C, dan B kompleks
Pemberian mineral : jumlah cairan 130 200 ml/kgBB/Hari (per oral / NGT)
Pemberian protein
minggu 1 : fase stabilisasi (75% - 80% kebutuhan normal) : 1 1,5
gram/kgBB/Hari
minggu 2 : fase transisi (150% dari kebutuhan normal) : 2 3 gram/kgBB/hari
minggu 3 : fase rehabilitasi (150-200% kebutuhan normal) : 4 6
gram/kgBB/hari
Prognosis
Penanganan yang cepat dan tepat umumnya memberikan prognosis yang baik.
Namun ada kemungkinan pasien memperoleh gangguan fisik dan gangguan
intelektual.
Kesimpulan
Berdasarkan informasi yang didapat pada skenario, laki-laki 12 tahun
mengalami bengkak wajah , perut kedua tungkai. Sejak 3 minggu yang lalu dan
bertambah berat, tidak ada tanda tanda infeksi keluhan ini mengarah kepada
Sindroma Nefrotik, namun untuk menentukan terapi diperlukan pemeriksaan fisik dan
penunjang lainya.
Daftar Pustaka
Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
EGC
Wiguno Prodjosudjadi, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta
: Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 & 2. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price and Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Edisi 6. Volume
2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Patofosiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit ed. 6
vol.2. Jakarta : EGC, 2005.
Robins, kumar. Buku ajar patologi. Edisi 7. Volume 1. Jakarta :EGC
Hull, David. Dasar-dasar pediatri. Ed. 3. EGC Jakarta 1998
Behram,Kleigman, Arvin. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15. EGC .
Jakarta 2000