PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Saat ini, iklan-iklan di media masa terutama iklan susu instan, telah berhasil mengubah
pola hidup umat Islam yang seharusnya bersumberkan dari Alquran dan Sunnah Rasulullah
SAW yang mengajarkan pola hidup yang sesuai dengan fitrah, dan menggantikannya dengan
pola hidup baru yang tidak sesuai fitrah diantaranya menyusui anak dengan susu bubuk
instan. Padahal seperti telah diketahui, ASI memiliki lebih banyak manfaat baik dari segi
kesehatan maupun psikologis. Manfaat ASI yang sangat penting bagi perkembangan bayi
ini, telah menjadi konsensus seluruh organisasi kesehatan di dunia yang menggencarkan
gerakan sadar ASI, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.
Dalam hal ini sebenarnya Islam sendiri juga telah memberikan perhatian penting
terhadap perawatan anak sebagai generasi penerus, bahkan Islam memberikan petunjuk
teknis cara menyusui yang baik seperti dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 233 yang
artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selam dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Penegasan ayat diatas menunjukkan bahwa air
susu ibu lebih utama dibandingkan dengan air susu hewan atau susu buatan. Air Susu Ibu
dinyatakan sebagai minuman yang dapat memberikan kesempurnaan bagi pertumbuhan
bayi, baik dari segi jasmani maupun rohani. Ilmu gizi yang telah berkembang pun lebih jauh
menerangkan adanya keutamaan ASI bagi bayinya.
Untuk lebih jelas pembahasan tentang seputar tuntunan dalam Alquran tentang
menyusui bayi akan diuraikan lebih dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Menjelaskan keutamaan, manfaat, anjuran menyusui dari segi kesehatan dan Islam
2. Meninjau tuntunan Al-Quran tentang menyusui bayi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keutamaan Air Susu Ibu
Air susu Ibu bagi bayi adalah makanan yang paling baik dan paling mudah
diterimanya, karena merupakan bahan makanan yang fitrah bagi bayi. Bahkan ASI ini
sangat penting bagi pertumbuhan jasmani dan rohani bayi.
Air Susu Ibu memiliki banyak manfaat, baik dari segi kesehatan maupun dari segi
psikologis:
1. Dari segi kesehatan, ASI memberikan daya imunitas alami yang dibutuhkan anak dan
membantu pembentukan butuh yang kuat.
2. Sedangkan dari segi psikologis, proses menyusui memberikan rasa tenang dan damai
bagi sibayi. Hal ini akan membantu pertumbuhan jiwa anak normal. Sedangkan bayi
yang diberi susu instan, akan lebih sedikit merasakan kehangatan dan kelembutan
kasih sayang baru.
Selain itu dengan menyusui sendiri, anak dapat merasakan kehangatan dan kasih
sayang ibu kandungnya. Kehangatan dan kasih sayang ibunya ini akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan mental anak. Bayi yang menyusu tidak hanya butuh kenyang
perutnya, tetapi juga sangat ingin merasakan curahan kasih sayang, kemesraan, dan
kedekatan hati dengan ibunya. Hal ini tidak dapat diberikan oleh orang lain, apalagi dengan
susu bubuk. Walaupun tekhnologi modern telah berusaha membuat susu bubuk dengan
kualitas gizi yang setaraf dengan ASI, fungsi kejiwaan ibu menyusui bayinya tidak dapat
digantikan oleh gizi yang tinggi pada susu bubuk tersebut.
C. Pahala menyusui
Dari salamah, pengasuh Ibrahim, putra Rasulullah SAW, Ia berkata: Rasulullah
SAW pernah bersabda: Tidaklah seseorang diantara kalian (para istri) senang menjadi
hamil dari suaminya dan suaminya ridha kepadanya? Sesungguhnya perempuan tersebut
mendapat pahala seperti orang berpuasa yang tengah berperang di jalan Allah. Sekiranya
ia diceraikan, penghuni langit dan bumi tidak mengetahui apa yang tersimpan dalam
dirinya dari kesenangan yang menyejukkan matanya. Jika ia melahirkan, llalu ia
mengeluarkan susu dan dari payudaranya dihisap oleh bayinya, setiap tegukan dan
hisapan mendapat satu pahala. Jika ia terjaga sepanjang malam (karena melayani
bayinya) ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang memerdekakan 70 orang
budak di jalan Allah. Wahai Salamah, tahukah engkau siapa yang kami maksud dengan
sabdaku ini? Yaitu perempuan-perempuan yang memelihara dirinya, yang shalihah, yang
taat kepada suaminya dan mereka ridak mengingkari kebaikan suaminya.
(HR.Thabarani dan Ibnu Asakir)
Hadist ini menjelaskan bahwa seorang perempuan yang menyusui bayinya mendapat
pahala dari Allah. Hadist ini memberikan kabar gembira kepada para ibu yang menyusui
bayinya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surge di akhirat. Oleh karena itu, para
ibu yang memilki bayi hendaknya menyusui bayinya karena setiap air susu yang diminum
bayinya akan menambah pahala. Dengan demikian, kaum perempuan mendapat peluang
lebih banyak dalam menambah pahala dibandingkan dengan kaum laki-laki. Inilah
keutamaan yang Allah berikan kepada kaum perempuan dalam memperoleh pahala dengan
mudah dibandingkan dengan kaum laki-laki. Para ibu hendaklah menyadari bahwa
perbuatan meneteki bayi merupakan amal shalih yang memperoleh jaminan pahala dari
Allah. Dari segi kesehatan diakui oleh para ahli gizi bahwa ASI jauh lebih menyehatkan
bayi daripada air susu lain. Oleh karena itu, kaum muslimah hendaklah menyadari bahwa
menyusui bayi menjadi amal shalih bagi dirinya dan lebih menjamin kesehatan anaknya.
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan. (QS.Al-Baqarah:233)
Ayat diatas memerintahkan kepada para ibu untuk menyusui bayi-bayi mereka dua
tahun penuh. Memberi air susu ibu kurang dari dua tahun akan merugikan kepentingan
bayi itu sendiri. Begitu juga memberi air susu lebih dari dua tahun tidak begitu perlu bagi
kepentingan tuntutan pertumbuhan jasmani bayi. Akan tetapi, bila berdasarkan
musyawarah antara ayah dan ibu dinilai lebih besar manfaatnya, menyusui diperpendek
sehingga menjadi kurang dari dua tahun, hal itu boleh dilakukan dan tidak ada dosa. Para
dokter ahli kandungan dan kebidanan serta para ahli gizi sejauh ini berkampanye agar para
ibu menyusui bayinya setidaknya sampai dua tahun. Hal ini membuktikan betapa benar
seruan Allah agar para ibu menyusui bayinya dengan sempurna selama dua tahun penuh.
Menyusui bayi selama dua tahun merupakan tugas ibu memenuhi tuntutan kebutuhan bayi
secara sempurna. Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut, pertumbuhan fisik dan mental
bayi berkembang secara sehat. Untuk mengisi dan memenuhi tuntutan fisik dan mental
bayi secara sehat, jalan utama yang harus dilakukan ibu sejak dini adalah menyusui
bayinya sendiri dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh.
..Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan dan
musyawarah mereka berdua, tidak ada dosa atas keduanya (QS.Al-Baqarah:233)
Ayat ini menjelaskan bahwa orang tua dibenarkan menyapih sebelum penyusuan
anaknya genap dua tahun. Akan tetapi, mereka sangat dianjurkan menyempurnakan
penyusuan tersebut selama dua tahun penuh. Menghentikan pemberian air susu ibu kepada
bayi disebut menyapih. Penyapihan ini biasa dilakukan dengan cara-cara tertentu, misalnya
dengan mengoleskan minuman pahit pada putting susu ibu. Adapula dengan cara bayi
dibawa ke dukun bayi untuk dijampi agar berhenti menyusu. Pemberian jampi oleh dukun
ini diperbolehkan selama tidak diikuti dengan cara-cara ghaib seperti minta bantuan jin,
dewa, dan lain sebagainya. Akan tetapi bila penyapihan dilakukan dengan cara ghaib, itu
merupakan perbuatan terlarang dalam Islam.
Masa menyapih bayi dan cara menyapihnya oleh Islam tidak diterapkan tuntunannya
secara khusus. Para ibu dan orang tua boleh menetapkan sendiri cara-cara menyapih
selama tidak menggunakan cara-cara yang terlarang. Begitu pula saat menyapih tidak ada
upacara yang perlu dilakukan, bahkan terlarang melakukan upacara tertentu, walaupun
yang memimpin seorang kyai ataupun ulama sekalipun. Islam sama sekali tidak mengatur