Anda di halaman 1dari 40

142

Jilid16,Nomor2,Agustus2013,halaman144165

A
l

k
S

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

H
L
H
F

Jilid
16,
No
mor
2,
Agu
stus
201
3,
hala
man
144

165

i
T

145

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

I
I

Jilid
16,
No
mor
2,
Agu
stus
201
3,
hala
man
144

165

k
K

B
B

147

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

149

Gambar1:Strukturorganisasikontenkompetensikurikulum2013

masa men
datang.
Termasuk
KD. Semua bahanbahanberbagai
belajar

tersebutperkembangan
dikembangkan

danbaru dalam
disesuaikan dengan keilmu,teknologi,
hidupan peserta didikbudaya, eko
sebagai pribadi, anggotanomi, sosial,
masyarakat, dan wargapolitik yang
negara yang produktifdihadapi
sertabertanggungjawabdimasyarakat,
masa

mendatangbangsa dan
(Kemendikbud,2012a:3).umat manusia
Secarakonseptual,bahan(Kemen
bahan belajar tersebutdikbud,
memuatresponkurikulum2012a:4).
terhadap kebutuhan
Bahan
masyarakat dan bangsabahan belajar
dalam membangunkurikuler ter
generasi muda bangsasebut terdiri
nya, dan berakar padadari:

(1)
budaya bangsa, kepengetahuan:
hidupanbangsamasakini,faktual,
dan kehidupan bangsa dikonseptual,
masa mendatang. Dalamprosedural, dan
kurikulum

2013,metakognitif
pemilihan

danterkait dengan
pengorganisasian bahanagama, ilmu
bahanbelajartidaksematapengetahuan,
berupa prestasi besarteknologi, seni,
bangsadimasalalutetapibudaya, dan
juga halhal yanghumaniora
berkembangpadasaatkini
danakanberkelanjutanke

dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
danperadaban;
(2)sikap:jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, santun,
peduli,percaya
diri,gotong
royong, kerja
sama, toleran,
damai),santun,
responsif dan
proaktif; (3)
keterampilan:
berpikirilmiah,
logis, analisis,
danpemecahan
masalah; dan
(4)
permasalahan
aktual dalam
kehidupan
masyarakat
yang berkaitan
dengankonten
masingmasing
matapelajaran
(Kemendikbud,
2013ac:5).

dan
Di

dalamketerampilan
kurikulum 2013, matayang berasal
pelajaran adalah labeldari mata
konten dan berfungsipelajaran lain).
sebagai unit organisasiDengan
konten terkecil di dalamkonsepsi ini,
kurikulum,bukansebagaimata pelajaran
sumber dari kontensecaralangsung
menjadisumber
(Kemendikbud,
2012a:6,15). Setiap matabahanajaryang
pelajaran memuat kontenspesifik dan
spesifik (pengetahuan),berbagi untuk
dankontenberbagi(sikapdikembangkan

Matapelajaran

dalam dimensi
proses suatu
kurikulum.
Prinsip filosofi
rekonstruksi
sosial juga
menyebabkan
namanama
mata pelajaran
tidak bisa diar
tikan sebagai
namanama
kelompokdisi

150

plin ilmu, juga tidak


memiliki keterkaitan dan
keterikatan pada nama
disiplin

ilmu
(Kemendikbud, 2012a:7).
Hal ini karena dalam
pandangan

filsafat
rekonstruksi

sosial,
kedudukan semua disiplin
ilmu adalah sama
(Kemendikbud,2012a:17).
Di dalam kurikulum
2013, mata pelajaran pada
setiap jenjang diorganisasi
menjadiduakelompok.Pada
jenjang pendidikan dasar
(SD/MI&SMP/MTs),terdi
ri dari (1) Kelompok A,
kelompok mata pelajaran
yang memberikan orientasi
kompetensi lebih kepada
aspekintelektualdanafektif;
(2) Kelompok B, kelompok
mata pelajaran yang lebih
menekankan pada aspek
afektif dan psikomotor
(Kemendikbud, 2012a: 13
15). Model pengelompokan
mata pelajaran ini, juga
pernah dilakukan di dalam
kurikulum SD sebelumnya.
Pengelompokan beberapa

mata pelajaran tersebut


dikenal PancaWardhana
(1964) dan TriWardhana
(1968)

(Somantrie,
2010:73,80). Pada jenjang
SMA/MA/ SMK terdiri dari
(1)matapelajaranwajibyang
diikuti oleh seluruh peserta
didik; (2) mata pelajaran
peminatan (pilihan) yang
diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya (Ke
mendikbud,2012a:1517).

Pembelajaran
Pada seluruh jenjang
sekolah, pembelajaran
diorganisasiuntukmenguasai
kompetensikompetensi
(competenceybased
learning), bukan pada
penguasaan struktur disiplin
ilmu (disciplinary or con
tentbased learning) yang
didasarkan pada prinsip
belajar tuntas (mastery
learning).
Penguasaan
kompetensikognitifdanpsi
komotorikmelaluipelatihan;
dan kompetensi sikap
melalui pembelajaran tak
langsung (Kemendiknas,
2012a:7). Khusus pada
jenjang SD, pembelajaran
juga

diorganisasi

Jilid16,N

berdasarkan
tema

pendekatan

tikterintegrasi, yaitu suatu


pendekatan pembelajaran
yangmengintegrasikanber
bagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran.
Pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam 2 hal,
yaitu: (1) integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan
dan pengetahuan dalam
proses pembelajaran (2)
pengintegrasian berbagai
konsep dasar yang
berkaitan.

Tema
memberikanmakna kepada
konsepkonsepdasar,
karena peserta didik
mempelajarinya terkait
dengan kehidupan nyata,
dan dipilih berkenaan
denganalamdankehidupan
manusia.Keduanyaadalah
pemberi makna yang sub
stansial terhadap bahasa,
PPKn,matematikadanseni
budaya karena keduanya
adalah lingkungan nyata
peserta didik dan
masyarakat

hidup
(Kemendiknas,2012a:14).
Sejumlah persoalan
yang menjadi alasan
penggunaan pendekatan
tematikintegratifditingkat
SDdiantaranya:(1)konten
kurikulum yang masih
terlalu padat, ini
ditunjukkan

dengan
banyaknya mata pelajaran
dan banyak materi yang
keluasan dan tingkat
kesukarannya melampaui
tingkat perkembangan usia
anak;
(2) belum sepenuhnya
berbasis kompetensi sesuai
dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional;
(3) kompetensi belum
menggambarkan secara

holistik domain sikap,


keterampilan,danpengetahu
an; beberapa kompetensi
yang dibutuhkan sesuai
dengan perkembangan
kebutuhan

(misalnya
pendidikan

karakter,
metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft
skills dan hard skills,
kewirausahaan)
belum

terakomodasi di dalam
kurikulum;
(4) belum peka dantanggap
terhadap perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional, maupun
global;dan(5)standarproses
pembelajaran belum meng
gambarkan

urutan
pembelajaranyangrinci

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

sehingga

membuka
peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan
berujung

pada
pembelajaran

yang
berpusat pada guru
(Kemdikbud,2012b).
Pada tataran teoretik,
pendekatan

tematik
terintegrasi didasarkan pada
teori psikologi Gestalt yang
berpusat pada pandangan
bahwa pikiran dan tindakan
manusia atas fenomena,
objek atau realitas
merupakan kesatuan atau
keterpaduan yang utuh atau
menyeluruh, dan bukan
agregasi dari setiap unsur
unsurnya. Teori Gestalt ini
memberikandasarpemikiran
padakurikulum2013bahwa
organisasipembelajaranpada
jenjang SD akan bermakna
apabiladikembangkansecara
integratif, terpadu, utuh,
tidak

terpisahpisah
berdasarkan sekatsekat
disiplin ilmu. Secara
psikologis

tingkat
perkembangan mereka pun
dipandang tidak cukup
abstrak

untuk memahami konten


mata pelajaran secara
terpisahpisah. Dari sudut
pandang transdisciplinarity
pun, pengotakan konten
kurikulum secara terpisah
ketat juga dipandang tidak
memberikankeuntunganbagi
kemampuan berpikir peserta
didik

selanjutnya
(Kemendiknas,2012a:14).

Sejalan pula dengan


paradigma belajar abad 21
yang dicirikan oleh empat
karakteristik pokok, yaitu;
informasi, komputasi,
otomasi, dan komunikasi,
maka pembelajaran juga
perlu difokuskan pada
penciptaan insan Indonesia
yang produktif, kreatif,
inovatif,danafektifmelalui
penguatan sikap (tahu
mengapa), keterampilan
(tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa)
yang

terintegrasi
(Kemendikbud, 2012c).
Paradigma belajar abad 21
dalam konteks kurikulum
2013 dapat dilihat pada
Gambar2.

Gambar2.Paradigma
belajarabad21dalam
kontekskurikulum2013

B
erdasark
an
ketiga
karakteri
stik

pada
tidakterikatpadasasian
Gambar model dankonten/i
2,secarakaidah
si, mata
filosofis kurikulum
pelajara
kurikulu esensialisme dann, dan
m 2013perelialisme an pem
menolak sich
dalambelajara
dan
n
pengorgani

(Kemen
dikbud,
2013c:8)
.Peno

151

lakan
ini
disebab
kan
karena
kedua

model banyak
hanya
dan
mengandung mempos
kaidah kelemahan,
isikan
kurikulu terutama daripeserta
m
sisikepentingandidik
tersebut peserta didik.sebagai
dipanda Kurikulum
penerim
ng
esensialistik
a pasif
152

(passive
recipien
t)
terhadap
realitas
dan

serta dalam membangun


negara pada masa
mendatang.
kebenaran yang secara
ontologis berada di luar
dirinya

(Winataputra,
2001a:108; 2001b:19).
Kurikulumesensialistik juga
dipandang

dapat
menghambat perkembangan
tahapan progresif mereka;
mendistorsi dan merusak
genuine concepts
atau
indigenous science mereka
tentang alam semesta yang
dibangundandikembangkan
dari keseharian pengalaman
sosial dan kulturalnya di
masyarakat (Ellis, 1998:
7,64; Ogawa, 2002:2);
bahkan dapat mendistorsi
atau merusak selfconcept
siswayangmerupakanfaktor
esensial bagi pembentukan
identitasataukaraktersiswa
(Sumantri, 2002:15). Studi
PISA (Program for
International

Student
Assessment)

juga
merekomendasikan perlunya
perubahan

orientasi
kurikulum yang tidak
membebani peserta didik
dengan konten keilmuan
secara

terpisahpisah,
melainkanlebihpadaupaya
mengembangkan aspek
kemampuanesensial,berupa
pengetahuan

dan
keterampilan fungsional
yang diperlukan semua
warganegarauntukberperan

KarakteristikIPSdalam
Kurikulum2013
Perubahan orientasi
kurikulum 2013 ke arah
model kurikulum rekons
truksionis berkonsekuensi
lebihjauhterhadapberbagai
aspek IPS, seperti definisi
dantujuan,konten/isi,bahan
belajar, dan pembelajaran
IPS. Namun demikian se
jumlah pakar IPS sangat
menerima filsafat ini dalam
koteks IPS. Di satu sisi,
kelahiran

filsafat
rekonsruksionisme diakui
olehBanks&Clegg(1985:4)
sebagaititikawalperubahan
transformatif

yang
menyeluruh

terhadap
konstruksi IPS sebagai mata
pelajaran di dalam
kurikulum sekolah; dan
sejalan dengan perubahan
paradigmaIPS

semenjakmedio1980an,
dariparadigma
Mainstream Academic
Knowledge ke paradigma
Transformative Academic
Knowledge
(Banks,
1995:2). Dari filsafat ini
pula,lahirtradisibaruIPS,
yaitu tradisi reflective
thinking/inquiryproblem
solving/social criticism
(Barr, Barth, & Shermis,
1978:116167); atau tradisi
reconstructionism and
publicissues.Sebuahtradisi
dalam IPS yang
menekankan pada dua
dimensi pokok, yaitu: (1)
Kritisisme sosial (social
criticism) dan (2)
Partisipasi sosial (social
participation)(Zevin,1992:
712).
Di sisi lain, teori
Gestalt dan filsafat
rekonstruksionisme sebagai
paradigma kurikulum 2013
menghasilkan struktur ku
rikulum SD yang tidak lagi
mengenal demarkasidisiplin
keilmuan. Struktural kuri
kulum SD 2013 hakikatnya
merupakan

sebuah
kurikulumsintesis yang

mensinergikan berbagai
keunggulanbidangkajianke
dalam sejumlah mata
pelajaran sebagai unsur
pengorganisasi konten. Hal
ini merupakan konsekuensi
logisdaripandanganGestalt
danrekonstruksionismeyang
menekankan

hakikat
keterpaduansecarautuhdari
setiap unsur. Bahwa every
one of these
seven
areas...each oneissuffering
from tension between forces
that tend to stabilize
traditional patterns, and
forces that tend to move
toward more or less drastic
modification of those
patterns

(Brameld, 1965: 15); dan


sesungguhnya no one
viewpointwilldobutthatit
is desirable to mix many
viewpoints together is
eclecticism(Brameld,1965:
23).

DefinisidanTujuanIPS
Dalam bidang
keilmuan,

definisi
memiliki makna penting
dalam teori dan praktik
keilmuan,

termasuk
pendidikan.MenurutKuhn
(2000: 177178), definisi
merupakan salah satu
unsurparadigma

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

keilmuan, dan lazim


dinyatakan dalam bentuk
sebuah penyataan, frase,
generasi simbolik yang
digunakan sebagai hukum
(legislasi). Sebuah definisi
juga dinyatakan dalam
bentuk seperangkat simbol
yang melambangkan atau
mendeskripsikan secara
ringkas

pendekatan,
pemecahan,danpenjelasan
atas realitas atau enigma
enigmayangdihadapisuatu
bidang disiplin ilmu yang
dinyatakan dalam suatu
polayanglogis.
Di kalangan ahli IPS
nasional dan internasional,
untuk mencapai komitmen
bersamaatassebuahdefinisi,
bahkan telah melahirkan
debat yang cukup lama. Di
dalam dokumen Garisgaris
Besar Bahan Diskusi
pertemuan I Himpunan
Sarjana Pendidikan IPS
Indonesia (HISPIPSI) tahun
1990, kemudian diubah
menjadi Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu Sosial In
donesia (HISPISI) misalnya,
dinyatakan bahwa persoalan
akademikpertamayangperlu
dijadikan

agenda
pembahasan

adalah
pengertian IPS. Dengan
memiliki pengertian yang
resmi tentang IPS, maka
masyarakatilmiahIPSakan
berkembang serta dapat
berkomunikasi dengan
kelompokmasyarakatilmiah
lainnya(Somantri,2001:72).
Historiografi IPS mencatat,
bahwa debat akademik
terkait dengan definisi IPS

cukup lama (19901998),


dan tidak jarang mengarah
padasikap tautologis dengan
pijakan

epistemologis
masingmasing
(Winataputra, 2001a:24).
Komitmen profesional atas
definisi IPS baru tercipta
dalam kongres HISPIPSI
tahun 1998, dan sejak itu
pula, definisi akademi IPS
telah menjadi
shared
commitment dan position
paper oleh komunitas pakar
IPSIndonesia.

Tahun 1980an
merupakan

periode
pentingdimulainyaupaya
upaya untuk mencapai
konsensus akademik
tentang

153

definisi IPS. Pada periode


itu, berbagai dialog
profesionaldanpublikmulai
banyak diselenggarakan,
bukubukudanartikelartikel
tentang IPS mulai mema
sukkan isu, perspektif, atau
dimensi baru (termasuk
konstruktivisme), komisi
komisi reformasi kurikulum
IPS dibentuk, asosiasi
asosiasi peneliti senior atau
pusatpusat penelitian dan
pengembangan IPS pun
mulai mencaribantuan dana
untukkepentinganpenelitian
(Armento, 1991: 185).
Konsensus tentang definisi
IPS tercapai tahun 1994
ketika NCSS merumuskan
bahwa Social studies is the
integratedstudyofthesocial
sciences and humanities to
promote civic competence
(NCSS, 1994; 2010:vii,3),
dan menegaskan bahwa
keterpaduan merupakan
karakteristik dan esensi dari
kekuatan PIPS. Social
studies is powerful when
they are meaningful,
integrative, valuebased,
challenging, and active.

(NCSS, 1994:162; Barr,


Barth,&Shermis,1978:18).
Konsensus atas rumusan
definisi IPS terintegrasi dari
NCSS tersebut dapat
dipandang sebagai asymp
tote yangmampumenengahi
berbagai kesalahpahaman
dan debat berkepanjangan
yang terjadi selama ini,
sekaligus merefleksikan
perubahan

hakikat
pengetahuan, didukung oleh
pendekatan baru yang lebih
terintegrasi

untuk
memecahkan isuisu penting
bagi kemanusian. Di satu
sisi,

IPSintegratif
memungkinkansiswamema
hami arti penting masing
masing disiplin ilmu dan
perspektif spesifiknya di
dalam memahami topik
topik, isuisu, dan masalah
masalah yang dikaji. Di sisi
lain, IPS terintegrasi juga
memungkinkan

siswa
mengenalbahwatopiktopik,
isuisu,danmasalahmasalah
tersebut mampu melintasi
batasbatas setiap disiplin
danmembutuhkankekuatan
integrasididalamdanlintas
disiplin(NCSS,1994:3).

154

Sejalan

dengan
konsensus atas rumusan
definisi IPS terintegrasi dari
CSS/ NCSS tersebut,
kurikulum 2013 juga men
definisikanIPSsebagaimata
pelajaran integrativescience
dan
integrative social
studies, bukan pendidikan
pendidikan disiplin ilmu

(Kemendikbud, 2013b:3).
Secara konseptual, definisi
IPS di dalam kurikulum
2013 merupakan hal baru
yang sama sekali berbeda
dibandingkan definisi
definisi sebelumnya. Selama
ini definisi akademik dan
kurikulum yang mengarti
kan IPS sebagai
penyederhanaan, adaptasi,
seleksi, dan modifikasi dari
konsepkonsep

dan

Jilid16,Nomor2,Agu

keterampilanketerampilan
disiplin ilmuilmu sosial
yang diorganisasikan secara
ilmiah dan psikologis untuk
tujuan

pembelajaran
(Somantri, 2001:215; Dep
diknas, 1999;2002:12).
Ditegaskan oleh Hasan
(1996:6465)bahwadefinisi
yangmenyatakanbahwaIPS
sebagai simplifikasi ilmu
ilmu sosial atau ilmuilmu
sosial yang diajarkan di
sekolah,adalahdefinisiyang
dikembangkan

dari
pandangan esensialisme;
atau dikembangkan menurut
tradisi social studies taught
as social sciences (Barr,
Barth,&Shermis,1977: 61
63;1978:78115).
Definisi baru IPS ini
menegaskan bahwa IPS
adalah mata pelajaran yang
berorientasipadapendidikan
aplikatif, pengembangan
kemampuan berpikir, ke
mampuanbelajar,rasaingin
tahu, dan pengembangan
sikappedulidanbertanggung
jawab terhadap lingkungan
sosial. Tujuan IPS
menekankan

pada
pengetahuan

tentang
bangsanya,

semangat
kebangsaan, patriotisme,
sertaaktivitasmasyarakatdi
bidang ekonomi dalam
ruang atau space wilayah
negara kesatuan republik
Indonesia (Kemendikbud,
2013b:3). Definisi kurikuler
IPS tersebut juga
menegaskan bahwa IPS
sebagaimatapelajarantidak

identik atau bukan nama


disiplin ilmu. IPS sebagai
mata pelajaran hanyalah
sebuah label konten dan
berfungsi sebagai unit
organisasikontenterkecildi
dalam kurikulum, bukan
sebagaisumberdarikonten,
dan tidak terkait dan/atau
tidak memiliki kaitan
strukturalfungsional
dengan disiplin ilmu
manapun,termasukdisiplin
ilmuilmu

sosial
(Kemendikbud, 2012a:
6,15).

KompetensiDasarIPS
Konten IPS di dalam
kurikulum

2013
diorganisasikan secara
terintegrasi dalam bentuk
KDspesifik dan KDber
bagi. KDspesifik IPS
memuat

kompetensi
kompetensi pengetahuan
fungsionalIPSkhususuntuk
jenjang kelas tinggi SD
(kelas IVVI), dan jenjang
kelas SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK.KDberbagi
IPS memuat kompetensi
kompetensi sikap dan
keterampilan IPS khusus
untukkelaskelasrendahSD
(kelas IIII). Pada kelas
kelas rendah SD IPS tidak
diajarkan sebagai mata
pelajaran spesifik, terpisah,
atau berdiri sendiri dengan
KD yang spesifik. Karena
nya, KDIPS pada kelas
rendah SD terdistribusi dan
terintegrasididalamKDKD
mata pelajaran lain, seperti
PendidikanAgamadanBudi
Pekerti, Pendidikan Pan
casiladanKewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, dan
Matematika. Kedua jenis

KDIPS

tersebut
dikembangkan berdasarkan
pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat dan
memperkaya antarmata pel
ajaran;sertasecaralangsung
menjadi sumber bahan ajar
yang spesifik dan berbagi
untuk dikembangkan dalam

dimensi proses kurikulum


(Kemendikbud, 2012a: 6).
Struktur kompetensi IPS
padajenjangSDdapatdilihat
padaGambar5.

Selainitu,keduaKD
IPS tersebut tidak lagi
dikembangkan berdasarkan
ataubersumbersepenuhnya
daridisiplindisi

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

155

Gambar5.StrukturkompetensiIPSpadajenjangSD

mata
pelajaran
plin ilmu sosial,pada jenjang
dan juga tidakkelas rendah
perlu memilikiSD. Realitas
ini
keterikatan
secarastrukturalmengindikasi
kan adanya
fungsional
dengan disiplinkesulitan
disiplinilmuteryang
tentu. Kontendihadapioleh
atau isi KDIPSpara
merupakan
pengembang
kontenkonten kurikulum
yang terintegrasi2013 untuk
dengan
meng
pembentukan
identifikasi
karakter pesertakompetensi
didiksecarautuhkompetensi
seperti tercerminIPS, untuk
di

dalam
selanjutnya
keempat
dipetakan,
rumusanKI.
didistribusi
Hasil
kan dan
analisis dokumendiintegrasika
kurikulum 2013n ke dalam
juga
KDber
menunjukkan
bagai mata
bahwa tidak sepelajaran SD
mua KDberbagikelas rendah
IPS termuat disecara jelas.
dalamsemuaKD

Selain itu,
diantara
keempat ru
musan KI
pada semua
jenjang kelas
SD SMA,
rumusan KI
1 (sikap
keagamaan)
sama sekali
tidak
menggambar
kan adanya
unsurunsur
kompetensi
IPS. Tidak
adanya
konteks atau
lingkungan
bagiimple

ditekankan
mentasi ataupada konten
perwujudan sikapyangmampu
merekonstru
keagamaan
ksi
tersebut,
merupakan faktorpengetahuan
utama adanyapesertadidik
tentang
kevakuman
bangsanya,
unsurunsur
kompetensiIPSdisemangat
dalam rumusankebangsaan,
KI. Hal inipatriotisme,
berbeda denganserta
struktur rumusanaktivitas
pada KI 24,masyarakat
yangdidalamnyadi bidang
selalu memuatekonomi
konteks ataudalam ruang
lingkungan bagiwilayah
implementasiataunegara
kesatuan
perwujudan
masingmasing republik
Indonesia
kompetensi.
(Kemendikb
BahanBelajar
ud,
IPS
2013b:3).
Bahan
Pola
bahan belajarpengorganis
IPS di dalamasiannya
kurikulum 2013

tetap
mempertaha
nkan
pendekatan
lingkungan
masyarakat
yang
semakin
meluas
(expanding
community
approach,
widening
horizon,atau
spiral
curriculum
approach),
dari diri
sendiri
hingga
lingkungan
dunia (Ellis,
1998: 712;
Taba,
1967:1932).
Dengan
beberapa
modifikasi
terhadap
orientasi

156

dan

pola
skematiknya, model
kurikulum ini
dipandang cukup
mampu menginfusi
perspektif historikal
dan global dalam
kajian IPS pada
semuajenjangkelas
SD (Parry, 1990:
54).
Secara umum,
bahanbahan belajar
yangmenjadimuatan
kompetensi IPS
terdiri dari: (1)
pengetahuan:faktual,

konseptual,
prosedural, dan
metakognitif terkait
dengan kehidupan
beragama,
bermasyarakat,
berbangsa

dan
bernegara dalam
beragam konteks
interaksi sosial di
lingkungannya
(setempat, sekolah,
nasional,dandunia).
Kontenkonten
pengetahuan
tersebut bukan
merupakan konten
keilmuan (scientific
konowledge) melain
kan pengetahuan

Jilid16,Nomo

fungsional
(functional
knowledge) yang
berkaitan langsung
dengan realitas
kehidupan manusia
dan masyarakatnya,
masalahmasalah
yang dihadapi,
beserta upayaupaya
pemecahannya;
(2) sikap: jujur,
disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli,
percaya diri, gotong
royong, kerjasama,
toleran,damai,santun,
responsifdanproaktif
yang sangat diperlu
kanolehpesertadidik
dalam interaksi so
sialnya

dengan
beragamkonteksling
kungan komunitas
(keluarga, teman,
guru,

tetangga,
bangsa,

dan
antarbangsa); (3)
keterampilan: berpikir
ilmiah,logis,analisis,
pemecahan masalah
sosial,danpartisipasi
sosial. Keterampilan
keterampilan tersebut
bersifat keterampilan
spesifik IPS, maupun
keterampilan berbagi
yang terintegrasi di
dalam matamata
pelajaranlain;dan(4)
permasalahan aktual
dalam kehidupan
masyarakat yang
secara spesifik
menjadi muatan mata
pelajaranlaindan/atau
permasalahan aktual
yang terintegrasi di
dalam konten mata
mata pelajaran lain
(Kemendikbud,

2013ac:5).

Di antara
keempat bahan
belajarIPStersebut,
yang spesifik dan
penting

dari kurikulum 2013


terkait dengan filsafat
rekonstruksionisme
sosial adalah bahan
belajarkeempat,yaitu
permasalahan aktual
dalam kehidupan
masyarakat. Masalah
masalah

aktual
tersebut berupa: (1)
masalah spesifik
dalam KDIPS; dan
(2) masalah berbagi
di dalam mata
pelajaran lain dalam
konteks kehidupan
sosial. Masalah
masalah spesifik IPS
diantaranya terkait
dengan: lingkungan
hidup (kelas V dan
VIII); gangguan
keseimbangan alam
akibat ulah manusia
dan implikasinya
secara luas (kelasV);
fungsi dan peran
kelembagaan sosial,
budaya,ekonomi,dan
politik di lingkungan
masyarakat sekitar
(kelas VIII dan IX);
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi sebagai
akibat

adanya
dinamika interaksi
manusia dalam kehi
dupan berbangsa dan
bernegara (kelas IX);
dan masalah bangsa
dan negara Indonesia
(Sejarah kelas XII).
Masalah berbagi di

dalam mata pelajaran


lain dalam konteks
kehidupan sosial
diantaranyaterkaitde
ngan: penjumlahan,
pengurangan, perkali
an,pembagian,waktu,
panjang, berat benda
dan uang terkait
dengan aktivitas se
harihari di rumah,
sekolah, atau tempat
bermain (Matematika
kelas II). Termasuk
dalam hal ini adalah
pemanfaatan bahasa
Indonesia dan/atau
bahasa daerah dalam
memecahkan
permasalahansosialdi
daerah (Bahasa
Indonesia kelas III);
dan pemanfaatan
konsepaljabar,model
model matematika,
prinsipprinsip
transformasi (dilatasi,
transalasi,
pencerminan, rotasi)
dalam menyelesaikan
masalah

dalam
kehidupan sosial
(Matematika kelas
VII).

PembelajaranIPS
IPS adalah
mata pelajaran
integrative science
danintegrativesocial
studies, dan bukan
pendidikan disiplin
ilmu. Sebagai mata
pelajaranterintegrasi,
pembelajaran IPS
dikembangkan
berorientasipa

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

da

pendidikan
aplikatif,
pengembangan
kemampuan berpikir,
kemampuan belajar,
rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap
peduli

dan
bertanggung jawab
terhadap lingkungan
sosial (Kemendikbud,
2013b: 3). Studi
Noviani (2010:184
186) menunjukkan
bahwa pembelajaran
IPS

terpadu
(integrated learning)
dapat meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis; dan memung
kinkan peserta didik
baik individual mau
pun kelompok aktif
partisipatif mencari,
menggali,

dan
menemukan konsep
serta prinsip secara
holistik. Melalui
pembelajaran terpadu
peserta didik juga
dapat memperoleh
pengalaman langsung,
sehingga dapat
menambah kekuatan
untuk menerima,
menyimpan, dan
memproduksi kesan
kesan tentang halhal
yang dipelajarinya.
Mereka juga terlatih
untuk

dapat
menemukan sendiri
berbagai konsep yang
dipelajari. Namun
demikian, Noviani
(2010) mengingatkan
bahwa pembelajaran

terpadu membutuhkan
waktu, kejelian,
ketepatan memetakan
kompetensi dasar
menjadi tema tertentu
juga membutuhkan
pengamatan aspek
afektif siswa serta
kesiapan semua
pihak, yaitu guru dan
siswa.
Dalam kaitan
ini, Fairey, Lee &
Bennett (2000: 39)
menekankan perlunya
integrasi teknologi ke
dalam pembelajaran
IPS

dan
merekomendasikan
sebuah

model
konseptual integrasi
teknologi pembelajar
an (instructional
technology)
berdasarkan kelima
visi powerfull dari
NCSS. Integrasi
teknologi dalam
pembelajaranIPSjuga
efektif meningkatkan
kinerja peserta didik
dan pembelajaran
(Doolittle & Hicks,
2003:72; Ayas, 2006:
2324). Selain itu,
berpengaruh positif
dalam memfasilitasi
mereka

dalam
mengkonstruksi
pengetahuan melalui
kolaborasi, motivasi,
pelibatan, dan rasa
kepemilikandiri
(sense of ownership)
(Diem,2000:497495;
Whitworth&

157

Berson, 2003: 483


484; Berson & Van
Fossen, 2008: 219
220); serta sangat
potensial untuk
meredusi
kecenderungan peme
rolehan faktafakta
yang tak bermaka,
koneksi yang tidak
tepat, cakupan konten
yang hanya bersifat
superfisial,

dan
pembentukan
pengetahuan secara
pasif (Fairey, Lee, &
Bennett, 2000:39).
Salah satu model
integrasi yang paling
populer dan diterima
luasdikalanganpakar
IPS adalah model
Sains Technology,
and Society dan
mengakomodasinya
sebagai salah satu
standar tematik IPS
untukmendorongdan
memperkokoh warga
negara

yang
bertanggung jawab
(NCSS,

1994;
2010:87,162165).
Integrasi model STS
dipandang mampu
merepresentasikan
tipologi perubahan
paradigma Kuhnian
dalam hal tujuan,
proses dan orientasi
pembelajarannya
(studentcentered).
Hal ini tercermin di
dalam

empat
komponen kurikuler,

yaitu: fungsi, konten,


stuktur terpadu, dan
sekuensi

STS
menggambarkan
sukses integrasi dari
berbagai

kajian
disiplin

ilmu,
antropologi, sejarah,
ilmupolitik,sosiologi,
sains, dan teknologi
(Aikenhead;1992:27
35).
Untuk
mewahani

sifat
integratif tersebut,
pembelajaran IPS
diorganisasikan
berdasarkan tema
tema, yaitu topik, ide
atau konsep utama
yang

berfungsi
pengintegrasiberbagai
konten/isi dari ber
bagai mata pelajaran
secara utuh/terpadu.
Tema merupakan a
way of organizing
knowledge about the
human experience,
andtheconstitutethe
organizing strands
that should thread
through a social
studies program from
grades preK through
12

(NCSS, 2010:3).
Pendekatan tematik
merupakan suatu
pendekatan dalam
pembelajaran IPS
yang menekankan
pada arti penting
making connections
in knowledge, skill,
and attitudeand
theyprovideexpe

158

Jilid16,Nomor2,Ag

riencesthatarebroad
and rich enough in
detail to enable
students to connect
their learning with
reallife (Ward,2003:
13.3,5). Melalui
pendekatan tema
(tematik) diharapkan
peserta didik tidak
mempelajari konsep
dasar tanpa terkait
dengan kehidupan
nyata, sehingga
mampu memberikan
makna nyata kepada
peserta didik. Untuk
mengembangkan dan
memantapkan fokus
kajian,

dan
meningkatkan ke
bermaknaan unitunit
tematik bagi peserta
didik,

serta
mendorong mereka
mampu beraktualisasi
diri, terpelajar, dan
berkontribusi pada
keanggotaan
masyarakat global.
Horton & Barnett
(2008:1825) mere
komendasikan
perlunya penekanan
pada konsepkonsep
yang

mampu
membangun
pengertian besar (big
understanding) ter
hadaptematemayang
dikaji. Untuk tujuan
tersebut, mereka
mengajukan enam
langkah yang perlu
dilakukanguru,yaitu:

(1) batasi lingkup


unit agar kajian bisa
lebih mendalam; (2)
identifikasi dan fo
kuskan pada aspek
aspekpentingdarite
ma; (3) rumuskan

sebuah generalisasi
untuk menciptakan
sebuah pengertian
besar;
(4) buat simpulan
terhadap unit kajian;
(5) introduksi unit
untuk menarik minat
pesertadidik;dan(6)
bangun tubuh unit
kajian

dengan
membuatkaitankaitan
bermakna antara
substansi, pertanyaan,
aktivitas,danevaluasi.
Sementaraitu,sjumlah
studi menunjukkan
bahwa pendekatan
tematik

sangat
bermakna untuk
memfasilitasi ba
nyaknya bahanbahan
belajar dan memu
dahkan peserta didik
untukmengorganisasi
dan menguasainya
dengan baik (Wur
man, Leifer & Sume,
2000: 2729); me
ningkatkan
kemampuan siswa
menuntaskan tugas
tugasbelajarnya,serta
membangun
kesadarandiri mereka
ataskapasitaskognitif,
afektif,

dan
keterampilan motorik
yang dimiliki secara
utuh(Sukadi,2005:

14; Dilek, 2007:1).


Studi Andayani
(2008: 9798) juga
menunjukkan bahwa
pendekatan tematik
mampu
meningkatkan akti
vitas dan efektivitas
interaksi dan komu
nikasi multiarah
antara siswasiswa,
siswaguru; siswa
mampu
mengungkapkan ide,
bertanya,

dan
menjawab
pertanyaan dengan
santaidangembira.
Kurikulum
2013

tidak
mencantumkan
tematema yang
digunakan dalam
pembelajaran IPS,
kecuali memberikan
sedikit acuan bahwa
sebuah tema dipilih
berkenaan dengan
alam dan kehidupan
manusia yang dekat
dan bisa dialami
secaralangsungoleh
peserta

didik
(Kemendikbud,
2012a:14). Hasil
analisis muatan
kompetensi IPS,
terdapat sejumlah
tema yang dapat
diidentifikasi di
dalam kurikulum
2013 (cf. NCSS,
1994; 2010:2130),
yaitu: (1) Agama,
difokuskan pada
pembelajaran
tentang bagaimana
peserta

didik
menerima,

menghayati, dan
menjalankan ajaran
agama

yang
dianutnya, terutama
penciptaan waktu
dengan segala per
ubahannya; perilaku
keagamaan dalam
konteks kehidupan
sosial, budaya, eko
nomi dan politik
dalam masyarakat;
(2)

Penduduk,
tempat,

dan
lingkungan: difo
kuskan

pada
pembelajaran tentang
aspek keberagaman
aspek keruangan,
konektivitas antar
ruang; hubungan
antara manusia
dengan kondisi
geografis;
pengaruhnya
terhadap dinamika
interaksidanperilaku
penduduk terhadap
tempat

dan
lingkungan alam,
sosial, budaya, dan
ekonomi; (3) Waktu,
keberlanjutan, dan
perubahan:

di
fokuskan pada
pembelajaran tentang
perubahan,
dinamika,

dan
keberlanjutan dalam
waktudalamkonteks
sejarah, sosial,
budaya, agama,
ekonomi,politik,dan
pendidikan;
konektivitas antar
ruang,

waktu,
perubahan dan
keberlanjutan
kehidupan manusia
dalam aspek sosial,
ekonomi,

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

pendidikan, dan
budaya

dalam
masyarakat Indonesia;
serta arti penting
peristiwaperistiwa
sejarah

dan
perkembangannya
mampu membentuk
manusia Indonesia
moderen;(4)Individu,
kelompok, dan ke
lembagaan:
difokuskan pada
pembelajaran tentang
kelembagaan sosial,
ekonomi, pendidikan,
dan

budaya
masyarakat; fungsi
dan perannya bagi
manusia; sikap dan
perilaku individu
dalam kehidupan
kelompok

dan
kelembagaan; (5)
Budaya, difokuskan
pada kajian tentang
budaya

dan
keberagamannya;
bagaimana manusia
Indonesia
menciptakan, belajar,
berbagi,

dan
mengadaptasi budaya,
dan mengapresiasi
peran budaya dalam
membentuk ke
hidupan mereka dan
masyarakat; (6) Tek
nologi:
difokuskan
pada kajian tentang
perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi, dan
transportasi serta
permasalahan sosial
yang ditimbulkan; (7)
Pemerintahan dan

kedaulatan:
difokuskan pada
kajian

tentang
karakteristik
pemerintahan Indo
nesia dari masa
kerajaan hingga masa
kini;

makna
pemerintahan bagi
kehidupan

ke
bangsaan Indonesia
masa kinidalamkon
teks NKRI Indonesia;
hubungan struktural
dan

fungsional
pemerintahan pusat
dan daerah; serta
integrasi nasional
dalam

bingkai
bhinneka tunggal ika;
(8)

Produksi,
distribusi,

dan
konsumsi, difokuskan
pada kajian tentang
organisasi produksi,
distribusi,

dan
konsumsi barang dan
jasa; serta isuisu
ekonomidomestikdan
global;

(9) Globalisasi,

difokuskan pada
kajian tentang saling
ketergantungan
secara global antar
masyarakat di dunia;
dan isuisu terkait
semakin
meningkatnya
globalisasi;

(10) Praktik dan

citacita ideal warga


negara: difokuskan
pada kajian tentang
citacita dan praktik
kewarganegaraan,
mencakup sikap
positif dan bangga
terhadap nilainilai
budaya bangsa;
partisipasi

159

160

penuh peserta didik


dalam kehidupan
masyarakat; serta
hak dan kewajiban
warga negara di
negarademokrasi.
Agar lebih
efektif dan bermakna,
tema dikembangkan
dariisu,peristiwa,dan
permasalahan yang
berkembang yang
dirumuskan dalam
bentuk

situasi
bermasalah
(problematic
condition) yang dapat
dikaji dan dipecahkan
dari berbagai sudut
pandangdisiplinilmu
ilmu sosial secara
terpadu (Noviani,
2010:176). Beberapa
contoh isu, peristiwa,
dan masalah sosial
yang dapat dijadikan
tema antara lain:
masalahlalulintasdan
transportasi (Anda
yani,

2008:95);
kegiatanekonomima
syarakat; masalah
lingkungan hidup dan
upaya
penanggulangannya;
pelestarian
lingkungan; atau
penyimpangan sosial
dalam masyarakat
(Noviani, 2010:179
183).

KESIMPULAN
DANSARAN
Berdasarkan
kajian di atas, dapat
disimpulkan bahwa
kurikulum 2013 me
rupakan sebuah

kurikulum
rekonstruksionis,
yaknikurikulumyang
dikembangkan oleh
dua teorifilsafat,
rekonstruksionisme
dan Gestalt. Secara
substantif, kurikulum
2013 merekonstruksi
secara mendasar se
jumlah aspek penting
IPS sebagai mata
pelajaran, seperti
definisidantujuan,or
ganisasi konten/isi,
bahan belajar, makna
mata pelajaran, dan
pembelajaran. Karak
ter rekonstruksionis
kurikulum 2013 ini
memberikan makna
pentingbagiIPSseba
gai titik awal
terjadinya perubahan

transformatif yang
menyeluruh terhadap
konstruksi

IPS
sebagaimatapelajaran
di dalam kurikulum
sekolah. Terutama
bagi pengembangan
tradisi baru IPS
sebagai pendidikan
berpikir reflektif,
kritisisme

dan
partisipasi sosial yang
oleh para pakar di
pandang sebagai
perkembangan
mutakhir

Jilid16,Nomor2,
Agustus2013,
halaman144165

yang

disarankan:
dalam
pengembangan IPS
sebagai program
pendidikan di
sekolah.
Perubahan
kurikulum ini
memiliki sejumlah
implikasi penting
terutama bagi guru,
karenagurusebagai
ujung tombak
penerapan
kurikulum, dan
kunci

sukses
implementasi
kurikulum 2013 di
sekolah

yang
diharapkan bisa
menyiapkan dan
membuka diri
terhadap beberapa
kemungkinan
terjadinya
perubahan. Terkait
dengan hal tersebut
ada beberapa hal

dapat

Pertama, guru
perlu melakukan re
konstruksiperanperan
pedagogisnya yang
dicirikan

oleh
kemampuanpedagogis
sebagai:(1)pengambil
keputusan (decision
maker), guru mampu
menstimulasi siswa
untuk

berpikir,
bersikap, dan ber
tindak aktif dan
reflektifdalambelajar;
mendorong terjadinya
dialog;danmelakukan
evaluasidiri terhadap
gagasan, nilai, sikap,
dan tindakan yang
diambil; (2) reformer
yang

reflektif
(reflective reformer),
guru bersikap terbuka
untuk mengeksplorasi
gagasan dirinya;

mampuberpikirkritis
reflektif daripada
berpikir

secara
kategorikal; mampu
mentoleransi
terjadinya konflik
gagasan dan citacita
antara dirinya dengan
siswa; mampu me
ngenali nilainilai
yang bersifat kontro
versial; memiliki
kesadaran bahwa
pengetahuan bersifat
relatif

dan
probabilistik terhadap
konteks;(3)partisipan
kooperatif
(cooperative
participant), guru
selalu terbuka untuk
bekerjasama dengan
siswa di dalam
berbagai aktivitas
belajar yang dila
kukan, mendorong
para siswa untuk
menggunakan cara
cara berpikir alamiah
dan intuitifnya; (4)
agenkatalisator(cata
lyticagent)bagihasil
hasil penemuan sis
wanya; (5) peran
didaktik (didactic
roles), guru berperan
reflektif dan afektif,
yakni pengembang
konsep siswa, dan
pengem

bang keterampilan
siswa

dalam
mengambil
keputusankeputusan
yang tepat dalam
berbagai isu, nilai,
kepercayaan yang
seringkali bersifat
kontroversial.
Kedua, untuk
mendukung per
ubahan peranperan
pedagogis guru terse
but, pemerintah perlu
memberikan bantuan
profesional kepada
guru dalam imple
mentasi kurikulum
2013melalui:(1)pela
tihanpelatihan
profesional guru
secara sistemik dan
berkala, terutama
pelatihan tentang
Penelitian Tindakan
Kelas(PTK);
(2) pengembangan
buku siswa dan buku
pegangan guru yang
terjamin kualitas isi
nya sesuai dengan
karakteristik konten
dan bahan ajar
kurikulum 2013; (3)
pengembangan
manajemen,
kepemimpinan, sis
tem administrasi, dan
budaya sekolah (bu
dayakerjaguru)yang
kontributif bagi
pengembang peran
peranpedagogisguru;
(4) pendampingan
dalam

bentuk
monitoring dan
evaluasi sistemik,
berkala,

dan
berkelanjutan untuk
menemukankesulitan

dan masalah yang


dihadapi guru dalam
implementasinya;
dan(5)memfasilitasi
upaya peningkatan
penguasaan guru
terhadap beragam
perangkat teknologi
informasi dan
komunikasi terutama
internet

untuk
pembelajaran.
Ketiga,
pemerintahjuga perlu
melakukan: (1)
evaluasi kurikulum
secara formatif dan
sumatif

secara
menyeluruh untuk
memperoleh bukti
bukti empirik atas

kelayakan

dan
efektivitas ide, doku
men,

dan
implementasinya
sesuaidengankonteks
dandayadukungguru,
siswa,danlingkungan
pembelajaran; (2)
mengidentifikasi
kendala dan masalah
dalam

imple
mentasinya, dan
merumuskan solusi
solusi alternatif dan
strategis sebagai
langkahantisipasidan
upaya perbaikannya;
(3) memperkokoh
peran PTK oleh guru
sebagai salah satu
metode dan prosedur
ujikon

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

tekstual efektivitas
kurikulum 2013
dalam berbagai
realitas konteks
pembelajaran, dan
bagi peningkatan
kualitas pembelajar
andisekolah.
Keempat,
lembaga pendidikan
tenaga kependidikan
(LPTK) sejak awal
perlu
mengakomodasi dan
mengintegrasikan
perubahanperubahan
pentingkurikulum

2013 ke dalam
sruktur kurikulum
pendidikan guru;
bahan/materi
pembelajaran; dan
sistem evaluasinya,
sehingga setiap
lulusannya
memperoleh
pengetahuan dan
keterampilan
keterampilan
kurikuler yang
dituntut

oleh
kurikulum 2013,
termasuk integrasi
teknologi ke dalam
kurikulumLPTK.

S
ctice, Volume
I
31, Nomor 1,
n
Winter 1992,
t
halaman2735.
DAFTARPUSTAKA
o Andayani. 2008.
S
Aplikasi
c
Pendekatan
Aikenhe
i
a
Tematis untuk
e
d
Pembinaan
n
,
Kompetensi
c
G
e
Komunikatif
l
E
Bahasa
e
d
Indonesia Pada
n
u
Siswa SLTP
S
c
dalam
.
a
Paedagogia:
1
ti
Jurnal
9
o
9
Penelitian
n
2
Pendidikan,

.
Jilid11,Nomor
d

a
2, Agustus
T
l
2008, halaman
h
a
91100.
e
m
I
Armento,
Beverly J.

n
1991.
T
t
Changing
h
e
e
Conceptions of
g
o
Research on
r
r
Teaching of
a
y
Social Studies
ti
i
dalamJamesP.
o
n
Shaver (Ed.).
n
t
Handbook of
o
o
f
Research on
P
S
Social Studies
r
T
Teaching and
a

161

L
e
a
r
n
i
n
g
.
N
e
w

Y
o
r
k
:
M
c
M
il
l
a
n
P
u
b
li
s
h
i
n
g
C
o
m
p
a
n
y
.
Ayas,

C
e
m
a
l
e
tt
i
n
.
2
0
0
6
.

n
Into Social
E
Studies and
x
Consructivist
a
Pedagogies
m
dalam
The
i
Turkish Online
n
Journal of
a
Educational
Technology
ti
TOJET,
o
Volume 5,
n
Nomor
1,
o
January 2006,
f
halaman1425.
t
h Banks, James A. &
e
Clegg,Ambrose
R
A.

1985.
e
Teaching
Strategies for
l
the Social
a
Studies (Third
ti
Edition). New
o
York:
n
Longman,Inc.
s
Banks,

James A. 1995.
h
Transformative
i
Challenges to
p
the Social
B
Sciences
e
Disciplines:
t
Implications for
w
Social Studies
e
Teaching and
e
Learningdalam
n
Theory and
t
Research in
h
Social
e
Education
I
Journal,Volume
n
t
XXIII,Nomor1,
e
halaman220.
g Barr,RobertD.,Barth,
r
James L &
a
Shermis, S.
ti
Samuel. 1978.
The Nature of
o
the Social
n
Studies. Palm
o
Spring CA:
f
ETC
T
Publications.
e
c Barr,RobertD.,Barth,
James L. &
h
Shermis, S.
n
Samuel. 1977.
o
Defining the
l
Social Studies.
o
Virginia:
National
g
Council for the
y

S
o
c
i
a
l
S
t
u
d
i
e
s.
Berson,
M
i
c
h
a
e
l
J.
&

V
a
n
F
o
s
s
e
n
,
P
h
il
i
p
J.
2
0
0
8
.

A
n
o
t
h
e
r
L
o
o
k
a
t
C
i
v

i
Teacher
c
Education,
L
Volume 8,
it
Nomor 3,
e
halaman 219
r
221.
a Brameld, Theodore.
c
1965.
y
Education As
i
Power.
New
n
York: Holt,
A
Rinehart and
Winston,Inc.

DBuchori,Mohammad.
i 2001.Pendidikan
g Antisipatoris.
it
a Yogyakarta:Kanisius.
l
A
g
e

d
a
l
a
m
162
C
o
n
t
e
m
p
o
r
a
r
y
I
s
s
u
e
s
i
n
T
e
c
h
n
o
l
o
g
y
a
n
d

Jilid16,Nomor2,Ag

Capra,Fritjof.2000.TitikBalikPeradaban:Sains,MasyarakatdanKebangkitan
Kebudayaan(TerjemahanolehMoch.Thoyibi).Yogyakarta:BentangBudaya.
Cherry,Kendra.2013.WhatisGestaltPsychology?dalam
http://psychology.about.com/od/sensationandperception/ss/gestaltlaws_2.htm,
diunduh7Juli2013.
Diem,RichardA.2000.CanItMakeADifference?TechnologyandTheSocial
StudiesdalamTheory&ResearchinSocialEducation,Volume28,Nomor4,
Fall2000,halaman493501.
Dilek,Dursun.2007.UsingAThematicTeachingApproachBasedonPupil'sSkill
and Interest in Social Studies Teaching dalam The International Journal,
Volume71,halaman18.
Doolittle, Peter E., & Hicks, David. 2003. Constructivism as A Theoretical
FrameworkfortheUseofTechnologyinSocialStudiesdalam Theoryand
ResearchinSocialEducation,Volume31,Nomor1,halaman71103.
Ellis, Arthur K. 1998. Teaching and Learning Elementary Social Studies (Sixth
Edition).Boston:Allyn&Bacon.
Fairey,Chad.,Lee,JohnK.&Bennett,Clifford.2000.TechnologyandSocialStudies:
A Conceptual Model for Integration dalam Journal of Social Studies
Research,Volume24,Nomor2,Winter2000,halaman39.
Hasan, Said Hamid. 1996. Pendidikan Ilmuilmu Sosial (Buku Satu). Bandung:
JurusanPendidikanSejarahFPIPSIKIP.
Horton, Todd A. &Barnett, Jennifer A.2008. Thematic UnitPlanning inSocial
Studies:MakeItFocusedandMeaningfuldalam CanadianSocialStudies,
Volume41,Nomor1,Fall2008,halaman1825.
Kemendikbud. 2012a. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: PuskurKemendikbud.
Kemendikbud.2012b.UjiPublikKurikulum2013:Penyederhanaan,Tematik
Integratifdalamhttp://www.kemdikbud.go.id/ujipublikkurikulum2013
1.htmldiunduh10Oktober2013.
Kemendikbud. 2012c. Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21 dalam
http://www.kemdikbud.go.id/ujipublikkurikulum20132.html diunduh 10
Oktober2013.
Kemendikbud. 2013a. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar Sekolah Dasar
SD/MadrasahIbtidaiyah/MI.Jakarta:PuskurKemendikbud.
Kemendikbud. 2013b. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar Sekolah Menengah
PertamaSMP/MadrasahTsanawiyahMTs.Jakarta:PuskurKemendikbud.
Kemendikbud.2013c.Kurikulum2013: KompetensidasarSekolahMenengahAtas
SMA/MadrasahAliyahMA.Jakarta:PuskurKemendikbud.
Kuhn.ThomasS.2001. TheStructureofScientificRevolutions:PeranParadigma
dalam Revolusi Keilmuan (Terjemahan oleh Tjun Surjaman). Bandung: PT.
RemajaRosdakarya.

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

163

McMillan, James H. & Schumacher, Sally. 2001. Research in Education: A


ConcrptualIntroduction.NewYork:AddisonWesleyLongman,Inc.
Miles,MatthewB.&Huberman,A.Michael.1992. AnalisisDataKualitatif:Buku
Sumber Tentang MetodeMetode Baru (Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi).Jakata:UIPress.
NCSS.1994.ExpectationsofExcellence:CurriculumStandardsforSocialStudies.
Washington:NCSS.
NCSS.2010. NationalCurriculumStandardsforSocialStudies:AFrameworkfor
Teaching,Learning,andAssessment.SilverSpring,MD:NCSS.
Noviani,Leny.2010.PeningkatanKemampuanBerpikirKritisMelalui Integrated
Learning Pada Mata Pelajaran IPS SMP dalam Paedagogia: Jurnal
PenelitianPendidikan,Jilid13,Nomor2,Agustus2010,halaman173187.
Ogawa,Masakata.2002.ScienceAstheCulture of Scientist:Howto Cope with
Scientism? dalam www.ouhk.edu.hk/cridal/misc/ogawa.htm diunduh 27
Januari2013.
Parry, Lindsay. 1990. Paul R.. Hanna and the Expanding Communities of Social
Reality:AnAlternativePerspektivedalamAustralasianJournalofAmerican
Studies,Volume9,Nomor2,December,1990,halaman4756.
Silverman,David.1995. InterpretingQualitativeData:MethodsforAnalysingTalk,
TextandInteraction.London:SAGEPublications.
Sobur,Alex.2002. AnalisisTeksMedia:SuatuPengantaruntukAnalisisWacana,
AnalisisSemiotik,danAnalisisFraming.Bandung:PT.RemadjaRosdakarya.
Soedijarto.2004.Kurikulum,SistemEvaluasi,danTenagaPendidikansebagaiUnsur
StrategisdalamPenyelenggaraanSistemPengajaranNasionaldalam Jurnal
PendidikanPenabur,Nomor03,TahunIII,Desember2004,halaman89107.
Somantri, Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan, Dedi
Supriadi & Rochmad Mulyana (Eds)., Bandung: PPS, FPIPS UPI dan PT.
RemajaRosdakarya.
Somantrie, Hermana. 2010. Perkembangan Kurikulum Sekolah Menengah Atas di
Indonesia (Suatu Perspektif Historis dari Masa ke Masa). Jakarta:
Kemendiknas,BalitbangPuskur.
Sukadi. 2005. Pendidikan IPS Yang Powerful dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Nomor 4 , Tahun
XXXVIII,Oktober2005,halaman123.
Taba,Hilda.1967. ATeachersHandbookToElementarySocialStudies.PaloAlto,
CA:AddisonWesley.
The Texas Constitution and Statutes. 2011. November 2011 Education Code:
Instructional

Materials

(Chapter

31)

dalam
http://www.statutes.legis.state.tx.us/Index.aspx,diunduh17Oktober2013.
Ward,Geoff.2003.UsingThemeCyclesdalam TotalLiteracy:Reading,Writing
andLearning.Wadsworth/ThomsonLearning,Belmont,CA.

164

Jilid16,Nomor2,Agustus2013,halaman144165

Wertheimer,Max.1999.GestaltTheorydalamGestaltTheoryJurnal,Volume21,
Nomor3,November1999,halaman181183.
Whitworth,ShelliaA.,&Berson,MichaelJ.2003.ComputerTechnologyintheSocial
Studies:AnExaminationoftheEffectivenessLiterature(19962001)dalam
ContemporaryIssuesinTechnologyandTeacherEducation,Volume2,Nomor
4,halaman472509.
Winataputra,UdinSaripudin.2001a.JatidiriPendidikanKewarganegaraansebagai
Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual dalam
KonteksPendidikanIPS.Disertasi tidakdipublikasikan.Bandung:Program
PascaSarjanaUniversitasPendidikanIndonesia.
Winataputra,UdinSaripudin.2001b.ReorientasiPendidikanIlmuPengetahuanSosial
MengantisipasiPerubahanSosialdiEraGlobal.Makalahdisajikandalam
Seminar Nasional dan Kongres Forum Komunikasi X Pimpinan
FPIPS/FIS/FKIP Universitas/IKIP se Indonesia serta Kongres HISPIPSI di
UniversitasNegeriSemarang,2224Oktober2001.
Wurman,RichardS.,Leifer,L.,&Sume,D.2000.InformationAnxiety2.
Indianapolis,IN:QUE.
Zevin,Jack.1992.SocialStudiesfortheTwentyFirstCentury.NewYork&London:
Longman.

MohammadImamF.,KurikulumRekonstruksionisdanImplikasinyaTerhadap.....

165

Anda mungkin juga menyukai