Anda di halaman 1dari 12

ALAT UKUR DALAM PROTEKSI

RADIASI
KLASIFIKASI ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan
peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini
dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis
serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert.
Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu
dosimeter personal
surveimeter
monitor kontaminasi
Dosimeter personal berfungsi untuk mencatat dosis radiasi yang telah
mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap
orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter
personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi
di suatu lokasi secara langsung sedang monitor kontaminasi digunakan untuk
mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat maupun lingkungan.
SURVEIMETER
Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu
area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah
radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu
tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja
dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas
ambang yang diizinkan.
Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus bersifat portable meskipun
tidak perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter terdiri
atas detektor dan peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut. Cara
pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current mode) sehingga nilai
yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi. Secara elektronik, nilai
intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan
roentgent/jam.

Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti
detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi
praktis dan ekonomis, detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak
digunakan. Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk
radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi yang tinggi.
Jenis Surveimeter
Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang
sesuai sebagai berikut.
Survaimeter Gamma
Survaimeter Beta dan Gamma
Survaimeter Alpha
Survaimeter neutron
Survaimeter Multi-Guna
Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang
sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor
sintilasi NaI(Tl).
Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, survaimeter beta dan gamma
mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan mempunyai
jendela yang dapat dibuka atau ditutup. Bila digunakan untuk mengukur
radiasi beta, maka jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma,
jendelanya ditutup.Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas
proporsional atau GM.
Survaimeter alpha mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter
dan terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat
tipis, biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau
tergores benda tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas
proporsional atau detektor sintilasi ZnS(Ag).

Survaimeter neutron biasanya menggunakan detektor proporsional yang diisi


dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur
Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka survaimeter neutron
biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen
yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal.
Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah
neutron cepat.
Pada saat ini sudah mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna
(multipurpose) karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung,
sebagaimana survaimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama
selang waktu tertentu, dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa
menghasilkan spektrum distribusi energi radiasi seperti sistem spektroskopi.
Prosedur Pemakaian Surveimeter
Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
survaimeteradalah:
memeriksa batere
memeriksa sertifikat kalibrasi
mempelajari pengoperasian dan pembacaan
Periksa batere: Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan
tinggi detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan, maka detektor tidak peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang
mengenainya, akibatnya survaimeter akan menunjukkan nilai yang salah.
Periksa sertifikat kalibrasi: Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus
memperhatikan faktor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat.
Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter yang membandingkan nilai yang
ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi
Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka survaimeter
tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.
Pelajari pengoperasian dan pembacaan: Langkah ini perlu dilakukan, khususnya
bila akan menggunakan survaimeter baru. Setiap survaimeter mempunyai
tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa
faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang display-nya
juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent / jam ; rad / jam ; Sievert /jam
atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm (counts per minutes).

DOSIMETER
Dosimeter Personal
Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi, dosis
radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis yang
telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan berukuran
kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang
sedang bekerja di medan radiasi.
Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:
dosimeter saku (pen / pocket dosemeter)
film badge
Thermoluminisence Dosemeter (TLD).
Dosimeter Saku
Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip
kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan
tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi
akan disimpan seperti halnya suatu kapasitor.

Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada
Gambar di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan
negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya
bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan
menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum
quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial.
Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka
penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam
pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka
radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif
dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga
mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan
perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.
Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas
radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding
dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari
penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.
Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak
membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya,
dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya
dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik).
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan
dengan komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala
pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik)
melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan
angka hasil pengukurannya.
Film Badge
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film
dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi
selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah
mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya maka tingkat
kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa
jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis
dan energi radiasi yang telah mengenainya.
Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu
menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda
buatan Jepang seperti pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai
standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada
dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi
yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar
daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah
mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan
tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.
Dosimeter Termoluminisensi (TLD)
Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang

digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF.


Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses
termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah
CaSO4.
Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan,
baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah
diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai
temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang
dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah
TLD reader.
Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada
ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah
diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.
MONITOR KONTAMINASI
Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi kalau
sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau bekerja
dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas.
Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai,
tangan, sepatu.
Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah terkontaminasi
sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi pencacahan yang
sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus
mempunyai jendela (window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu
terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang luas.
Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi
(laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus
dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau Becquerel, dengan
hubungan sebagai berikut.

A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan h adalah efisiensi alat
pengukur. Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor
kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor
kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface
monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan,
misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja.
Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat
kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang
paling sering terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor
kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination

monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya dilengkapi dengan monitor


kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor). Setiap pekerja yang akan
meninggalkan tempat kerja harus diperiksa terlebih dahulu dengan monitor
kontaminasi.
Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas
udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk melepaskan
zat radioaktif ke udara.
Sebagaimana survaimeter, detektor yang digunakan di sini dapat berupa
detektor isian gas, sintilasi ataupun semikonduktor. Detektor yang paling
banyak digunakan adalah detektor isian gas proporsional untuk mendeteksi
kontaminasi pemancar alpha atau beta dan detektor sintilasi NaI(Tl) untuk
kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk monitor kontaminasi udara
biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter) dan pompa penghisap udara
untuk menangkap partikulat zat radioaktif yang bercampur dengan molekulmolekul udara.

KALIBRASI ALAT UKUR


Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur proteksi radiasi harus
di kalibrasi secara periodik oleh instansi yang berwenang. Hal ini dilakukan
untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan alat terhadap nilai sebenarnya.
Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan yang sebenarnya harus dikoreksi
dengan suatu parameter yang disebut sebagai faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam
melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan alat harus dikalikan dengan
faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi ini bernilai satu, akan tetapi
pada kenyataannya tidak banyak alat ukur yang mempunyai faktor kalibrasi
sama dengan satu. Nilai yang masih dapat 'diterima' berkisar antara 0,8 sampai
dengan 1,2. Faktor Kalibrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut.
Dimana Ds adalah nilai dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang
ditampilkan alat ukur. Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:
menggunakan sumber radiasi standar
menggunakan alat ukur standar
Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu, misalnya 1 m, dari
sumber standar yang telah diketahui jenis nuklida maupun aktivitasnya. Dosis

paparan yang mengenai survaimeter (Ds) ditentukan berdasarkan perhitungan.


Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat ukur standar diletakkan
pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis radiasi yang mengenai
dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang ditampilkan oleh alat ukur
standar dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).
Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi ternyata berbeda
untuk energi radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya dikalibrasi
dengan sumber yang mempunyai tingkat energi yang 'sama' dengan tingkat
energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan respon tersebut sangat
significant pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada
Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya
sudah tidak terlalu besar.

EFEK RADIASI PADA FILM RADIOGRAFI


Ringkasan
Sejak ditemukannya efek radiasi pada film radiografi, hal ini digunakan sebagai cara untuk
meneliti sifat radiasi. Ini disebabkan pada waktu itu teknologi film fotografi telah digunakan
secara luas. Karakteristika efek radiasi pada film radiografi ialah bahwa efek radiasi tersebut
dapat direkam dan disimpan. Dengan demikian pemeriksaan efek radiasi dalam bidang
kedokteran menjadi mungkin menggunakan film radiografi, yang semula menggunakan film
sinar-X, juga dalam bidang tenaga nuklir film radiografi telah digunakan untuk film badge.
Efek radiasi pada film radiografi juga telah digunakan secara luas sampai ke bidang industri
seperti autoradiografi dan radiografi, dan pemakaiannya semakin meluas karena dapat
digunakan bersama efek fluoresensi yaitu yang dapat memperluas citra dalam gambar foto.
Berikut akan diperkenalkan terjadinya efek radiasi pada film radiografi dan contoh
penggunaannya.
Uraian
1. Pemeriksaan sifat radiasi berdasarkan efeknya pada film dan teknologi foto.
Benda yang digunakan pada penemuan radioaktivitas uranium (Becquerel dari Perancis,
tahun 1896) adalah pelat film. Teknologi fotografi sudah berkembang sejak abad 18 sampai
abad 19, pada waktu itu pemotretan di bawah sinar tampak sudah digunakan secara luas dan
umum di negara Jepang. Jika dibandingkan dengan teknologi saat ini seperti sensitivitas
emulsi film, waktu pengkabutan, pencucian (developing) dan fiksasi reagen, maka meskipun
hal ini merupakan langkah awal, sudah terbentuk gambar tersembunyi oleh cahaya di dalam
materi yang bersifat fotosensitif, sehingga dapat dibedakan secara visual.
Telah banyak dilakukan percobaan untuk menemukan senyawa yang cocok untuk dijadikan
emulsi film, namun saat ini yang digunakan untuk emulsi film adalah partikel padat perak
bromida (AgBr) yang mengandung sejumlah kecil perak iodida (AgI) yang terdispersi secara
homogen pada membran gelatin sebagai subyek. Sebagai bahan pengembang digunakan
metol, hidrokinon atau fenidon. Untuk larutan fiksasi banyak digunakan natrium tiosulfat.
Cara ini dapat digunakan pada pemrosesan efek radiasi pada film.
2. Efek radiasi pada film dan karakteristikanya.
Radiasi menyebabkan terjadinya ionisasi pada atom dan molekul di dalam emulsi foto yang
mengandung perak-halogen (AgX), membentuk elektron bebas, ion positif dan spesi
tereksitasi. Proses ini akan mereduksi ion perak dan menghasilkan gambar negatif. Gambar
negatif ini bersifat stabil, dan bila ini difiksasi akan diperoleh gambar foto (dari) radiasi.
Prinsip prosesnya tidak terlalu berbeda dari efek cahaya pada film fotografi. Jenis film
apapun dapat digunakan, misalnya yang dapat menghasilkan gambar radiasi dua dimensi
yang rinci seperti bayangan sinar, selain itu juga dapat menyimpan foto perubahan warna
hitam pada kertas putih. Tetapi karena radiasi berbeda sifatnya dari sinar tampak dan tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang, maka kekuatan radiasi pada obyek yang tidak dapat
diketahui dengan teknik pemotretan, dapat diketahui dengan cara mengukur efek ionisasi atau
sinar fluoresensi. Lagipula jenis radiasi bermacam-macam dan energinyapun biasanya sangat
besar. Karena efek radiasi pada film bergantung pada jenis radiasi, maka harus dipilih emulsi

film atau pelat film yang paling sesuai, dan pada waktu yang sama diperlukan juga persiapan
yang hati-hati misalnya penentuan persyaratan kondisi pencucian film. Autoradiografi, yang
ditentukan oleh distribusi dan kadar radioaktivitas pada bahan obyek, radiografi dan
pemeriksaan sinar-X, yang menggunakan sifat daya tembus radiasi, merupakan teknik
pemotretan yang memanfaatkan sifat karakteristik radiasi.
3. Autoradiografi dan radiografi.
Jika obyek pemotretan berupa bahan, logam atau organisme yang mengandung radioaktivitas,
maka pemotretan tidak memerlukan sumber radiasi lain di antara obyek dan film. Peristiwa
ini disebut autoradiografi. Sebaliknya, pemotretan gambar obyek, misalnya bagian organ
tubuh manusia atau mesin kapal terbang, dengan meletakkan obyek di antara sumber radiasi
dengan emulsi foto, disebut radiografi.
Dengan mengesampingkan hal yang khusus, untuk tujuan seperti tersebut di atas, film, cairan
pengembang, dan bahan perekat dijual dalam berbagai jenis, dan bisa didapatkan dengan
mudah. Karena benda obyeknya bermacam-macam, dan setiap teknik pemotretannya
memerlukan berbagai strategi, berikut akan diperkenalkan beberapa contoh.
3.1. Autoradiografi
Semua proses pemotretan dilakukan dalam ruangan gelap yang kedap cahaya. Penanganan
film dilakukan dengan hati-hati tanpa mengotori atau melipatnya agar tak terjadi cacat. Untuk
menghindari sinar fluoresensi yang dipancarkan benda obyek dan mencegah pencemaran
radioaktivitas padanya, film dilapisi dengan bahan membran seperti kertas hitam.
Berdasarkan persyaratan pengembangnya, waktu pemaparan obyek harus disesuaikan dengan
tujuan pemotretan, kemudian dibiarkan sejenak dalam ruangan gelap sampai diperoleh
gambar yang benar. Kemudian film dilepas dari benda obyek dan bila dilakukan pencetakan
dan fiksasi, maka akan dihasilkan gambar hitam pada foto hitam-putih. Untuk setiap benda
obyek, perlu ditentukan pengaturan kondisi pemotretan. Misalnya dengan radiasi partikel
berenergi tinggi, maka dipilih emulsi tebal yang terdispersi pada partikel perak halogen
berkadar tinggi. Untuk pemrosesan filmnya diperlukan latihan khusus.
Pada penggunaan autoradiografi, hasil foto radiasi (autoradiografi) diamati dan dievaluasi
dengan tiga cara sebagai berikut, yaitu (1) metode penentuan derajat kehitaman secara
komprehensif/makroskopik menggunakan pengukur kehitaman (makro-autoradiografi), (2)
metode penentuan derajat kehitaman secara mikroskopik menggunakan mikroskop (mikroautoradiografi), dan (3) metode penentuan jejak dengan menggunakan mikroskop
(autoradiografi-jejak). Dosis iradiasi dan derajat penghitaman film diperlihatkan pada
Dengan menggunakan metode makro-autoradiografi, distribusi dua dimensi radioaktivitas
pada bahan obyek dapat dibedakan secara jelas. Sedang pada metode mikro-autoradiografi,
gambar dua dimensi bahan obyek dapat diamati dengan lebih teliti. Metode mikroautoradiografi ini digunakan untuk menentukan distribusi radioisotop misalnya di dalam dan
di luar sel pada kulit binatang, atau dalam berbagai jenis bahan.Untuk autoradiografi-jejak
dilakukan penentuan radiasi kosmik menggunakan membran emulsi tebal atau determinasi
radioaktivitas), sesuai dengan perbedaan radioaktivitas dalam bahan.
Film pengukur dosis radiasi (film badge) yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah contoh
autoradiografi yang digunakan secara luas. Film badge sangat berguna bagi pekerja radiasi.

Cara pengukuran dosis radiasi telah disesuaikan dengan berbagai jenis radiasi, menggunakan
filter dengan stuktur dan tebal untuk penyerapan radiasi yang berbeda, yaitu dengan
mempertimbangkan daya tembus masing-masing jenis radiasi di dalam materi.
3.2. Radiografi untuk keperluan uji tak merusak.
Tujuan utama radiografi untuk uji tak merusak ialah pengujian cacat pada benda. Untuk
tujuan ini, diperlukan pemilihan pemaparan yang kontrasnya baik dan pemilihan kondisi
pencucian yang sesuai. Sumber radiasi yang utama untuk radiografi adalah sumber radiasi
gamma, dan ada dua cara yaitu cara pasti dan cara bebas. Sebagai sumber radiasi biasanya
dipilih radioisotop yang dapat menghasilkan kontras yang baik dan mempunyai umur paro
yang panjang. Sumber radiasi gamma yang umum digunakan ialah Co-60 dan Ir-192, seperti
yang diperlihatkan pada . Untuk sumber sinar-X, dapat digunakan pesawat sinar-X yang telah
dijual di pasaran.
Lamanya waktu pemaparan ditentukan oleh jenis dan besarnya energi radiasi, jenis dan tebal
bahan percobaan, sensitivitas emulsi film, kondisi pencucian, serta jarak antara sumber
radiasi dengan emulsi. Di saat pemotretan, film fotografi disimpan dalam kaset terbuat dari
timbal agar kedap cahaya, dan untuk memperpendek waktu pemaparan digunakan kertas
yang sensitivitasnya tinggi. Dalam industri, radiografi digunakan antara lain untuk pengujian
cacat pada mesin dan bagian lain pesawat terbang, juga bagian benda logam yang dilas.
3.3. Penggunaan dalam bidang kedokteran.
Contoh penggunaan radiografi dalam bidang kedokteran ialah foto sinar-X yang digunakan
pada saat pemeriksaan tubuh manusia. Dalam bidang kedokteran nuklir, sintigraf (foto yang
diperoleh menggunakan kamera sintilasi) digunakan pada waktu pemeriksaan tubuh manusia
memakai radiofarmaka secara in-vivo. Dalam penggunaan sintigraf pada makhluk hidup,
untuk menambah transparansi kontras diperlukan pengurangan dosis ambang radiasi. Tentang
transparansi kontras, diperlukan pengerjaan yang sama seperti pada pengerjaan radiografi
untuk uji tak merusak. Contoh transparansi kontras misalnya penggunaan teknik memperluas
citra pada computed tomography (CT). Pengurangan dosis ambang radiasi berpengaruh pada
peningkatan sensitivitas film. Penambahan partikel perak halogen dalam emulsi film,
pelapisan kedua permukaan film emulsi (film berlapis dua), dan penggunaan kertas dengan
sensitivitas tinggi, merupakan upaya perbaikan mutu hasil fotografi.
4. Problem dalam penggunaan efek radiasi pada film
Problem yang dihadapi sewaktu menggunakan efek radiasi pada film adalah pentingnya
manipulasi ruang gelap. Sebagai contoh, jika menggunakan TLD sebagai pengganti film
badge, manipulasi ruang gelap dapat dihindari. Namun demikian, daerah jangkauan energi
radiasi film badge luas dan sensitivitas pengukuran dosis serapnya lebih stabil daripada TLD.
Selanjutnya, sebagai pengganti film sinar-X yang digunakan untuk pemeriksaan di bidang
kedokteran, di Jepang telah diciptakan imaging plate yang memakai materi berfluoresensi
yang bersifat membias.

Anda mungkin juga menyukai