ITS Undergraduate 19234 3109106033 Paper PDF
ITS Undergraduate 19234 3109106033 Paper PDF
NRP
: 3109.106.033
Jurusan
: Teknik Sipil
Dosen Pembimbing
menghubungkan alur
transportasi melintasi rintangan yang ada tanpa menutupinya. Rintangan bisa berupa sungai, jurang,
ruas jalan tidak sebidang dan lain sebagainya. Sehingga memungkinkan kendaraan, kereta api maupun
pejalan kaki melintas dengan lancar dan aman. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini Jembatan Juanda
didesain ulang menggunakan busur rangka batang baja dengan lantai kendaraan diatas (Deck Arch)
yang melintasi sungai Ciliwung, Kota Depok dengan bentang total 135 m. Metode dipilih karena dengan
metode ini dimungkinkan untuk jembatan bentang panjang dengan pilar yang tidak mengganggu aliran
sungai. Dari segi estetika jembatan dengan metode ini juga lebih indah
Peraturan pembebanan yang dipakai untuk merencanakan jembatan ini mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) T-02-2005, T-03-2005 , T-12-2004, dan Bridge Design Manual Bridge
Management System (BMS). 1992.yang merupakan pedoman peraturan untuk merencanakan sebuah
jembatan. Adanya peraturan pembebanan dimaksudkan untuk memberikan saran dalam perencanaan
jembatan yang dapat menjamin tingkat keamanan, dan tingkat penghematan yang dapat diterima struktur
jembatan. Sedangkan perencanaan struktur atas jembatan mengacu pada pereturan AISC LRFD.
Perencanaan tahap awal adalah perhitungan lantai kendaraan dan trotoar. kemudian dilakukan
perencanaan gelagar memanjang dan melintang, serta perhitungan shear connector.Selanjutnya tahap
perhitungan konstruksi pemikul utama dan konstruksi sekunder dilakukan dengan menghitung beban
beban yang bekerja , kemudian dianalisa menggunakan program SAP2000.Setelah didapatkan gaya-gaya
dalam yang bekerja dilakukan perhitungan kontrol tegangan dilanjutkan perhitungan sambungan.
Memasuki tahap akhir dari perencanaan struktur atas dilakukan perhitungan dimensi perletakan dan
dilanjutkan analisa perhitungan struktur bangunan bawah jembatan (abutment dan pilar). Dari hasil
perencanaan didapatkan profil dan dimensi yang dipakai pada jembatan. Kata kunci : Jembatan busur
rangka baja
BAB I
PENDAHULUAN
LOKASI
1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas
akhir ini adalah :
1. Bagaimana prosedur perencanaan busur rangka
batang baja jembatan?
2. Bagaiman prosedur perencanaan bangunan
bawah jembatan?
3. Bagaimana prosedur perencanaan bangunan
pelengkap jembatan?
1.3 BATASAN MASALAH
Perencanaan Jembatan Juanda Kecamatan
Sukmajaya Kota Depok meliputi :
1. Perencanaan dimensi dan analisis struktur
busur rangka batang, abutment jembatan dan
bangunan pelengkap jembatan.
2. Penggunaan rumus-rumus yang sesuai dengan
yang ada di peraturan ataupun literatur yang
digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 UMUM
Definisi jembatan adalah suatu struktur yang
menghubungkan alur transportasi melintasi rintangan
yang ada tanpa menutupinya. Rintangan bisa berupa
sungai, jurang, ruas jalan tidak sebidang dan lain
sebagainya. Sehingga memungkinkan kendaraan, kereta
api maupun pejalan kaki melintas dengan lancar dan
aman.
Jembatan Juanda Kecamatan Sukmajaya Kota
Depok didesain dengan menggunakan metode prategang
dan rangka baja. Dalam tugas akhir ini Jembatan Juanda
didesain ulang dengan menggunakan busur rangka
batang baja dengan lantai kendaraan diatas (Deck Arch).
Metode dipilih karena dengan metode ini dimungkinkan
untuk jembatan bentang panjang tanpa ada perbedaan
struktur pratekan dan rangka baja. Untuk pilar posisinya
tidak menggangu aliran sungai. Dari segi estetika
jembatan dengan metode ini juga lebih indah.
1.4 TUJUAN
Perencanaan Jembatan Juanda ini bertujuan
untuk dapat merencanakan suatu struktur jembatan
yang baik dan memenuhi kelayanan dan mempunyai
kekuatan yang cukup. Dan apabila terjadi kehilangan
kelayanan dan kemungkinan terjadi keruntuhan struktur
maka hal itu terjadi tidak terlalu parah dan umur
jembatan sesuai dengan umur rencana jembatan.
Secara khusus, tujuan perencanaan Jembatan Juanda ini
adalah :
2 Perencanaan bangunan atas jembatan yang meliputi
perencanaan busur rangka batang, balok girder,
balok diafragma, trotoar dan kerb jembatan. Yang
meliputi perencanaan dimensi dan kebutuhan baut
yang diperlukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3 Perencanaan bangunan bawah jembatan yang
meliputi perencanaan Abutment, poer pilar serta
kebutuhan tiang pancang. Yang meliputi
perencanaan dimensi, kebutuhan tulangan serta
kebutuhan tiang pancang yang diperlukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
1.5. MANFAAT
Manfaat untuk masyarakat yang didapatkan dari
proses perencanaan struktur Jembatan Juanda
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok adalah dengan
volume arus lalu lintas yang terus meningkat jembatan
yang baru dapat menampung dan melayani volume lalu
lintas yang ada dengan tingkat kenyamanan yang
diharapkan. Jembatan ini juga dapat menjadi icon
bangunan monumental daerah tersebut karena dengan
metode ini dimungkinkan untuk jembatan bentang
panjang dengan pilar yang tidak mengganggu aliran
sungai sehingga mengurangi resiko kegagalan struktur
akibat tergerusnya lapisan bawah pilar, selain itu bila
ditinjau dari segi estetika juga lebih indah. Untuk dunia
teknik sipil dengan direncanakan jembatan bentuk
busur rangka baja diharapkan dapat menjadi Inspirasi
Jembatan masa depan.
2.4 APLIKASI
METODA
PERKUATAN
JEMBATAN RANGKA
Jembatan dengan struktur bangunan atas rangka baja
pada umumnya mengalami getaran, akibat beban
dinamis yang relatif besar. Hal ini terjadi mengingat
kekakuan jembatan rangka baja yang relatip rendah
nilainya apabila dibebani dengan beban kejut sehingga
menghasilkan getaran yang besar pula. Selain getaran
yang cukup besar, pelat lantai dari beton bertulang juga
sering mengalami kerusakan yang cukup parah hingga
jembatan tidak dapat dilalui. Banyak faktor yang
menyebabkan kerusakan pada pelat lantai, diantaranya
getaran berlebih pada jembatan akibat sambungan
kurang baik, beban kejut berlebih akibat ketidak rataan
permukaan jalan terutama oprit, beban berlebih, kurang
baiknya mutu bahan beton baja dan kurang baiknya
pelaksanaan. Dari makalah diatas dapat diambil
perhatian khusus mengenai sambungan konstruksi
rangka baja yang harus diperhitungkan dengan teliti agar
dalam pelaksanaan dilapangan tidak menimbulkan
kendala. (Wardana, Panji Krisna. 2002)
BAB III
METODOLOGI
3.1 BAGAN ALIR METODOLOGI
2.7 PERLETAKAN
UNTUK
JEMBATAN
BENTANG PANJANG
Jenis jenis dari perletakan dapat berupa sendi
rol, maupun rubber bearing pad. Umumnya
pembangunan jembatan bentang pendek sekarang telah
banyak menggunakan perletakan dari rubber bearing
pad. Tetapi perletakan untuk jembatan yang memiliki
bentang cukup panjang perletakan jenis rubber bearing
belum tentu cocok. Hal ini di karenakan gaya yang
terjadi sangat besar sehingga perletakan rubber bearing
pad tidak mampu menahan gaya yang terjadi. Untuk
mengatasi hal itu perletakan sendi rol dengan roda
lebih dari satu pada sisi rol mungkin lebih tepat
digunakan. Fungsi utama dari perletakan yaitu antara
lain :
Menerima beban berat sendiri jembatan dan
lalu lintas, melalui balok pemikulnya.
Meneruskan beban tersebut ke bangunan, tanpa
menimbulkan kerusakan padanya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan)
2.8 KEGAGALAN JEMBATAN
Terjadinya kegagalan pada jembatan rangka busur
baja disebabkan banyak hal. Salah satu diantaranya
karena struktur pondasi yang rapuh. Pondasi
merupakan bagian yang palig penting dari bangunan
bawah struktur jembatan yang harus meneruskan beban
.....................................3.1
di mana,
Wc = Berat volume beton 24 Mpa
fc = 25 Mpa
Baja Tulangan Non Prategang
a. Tegangan Leleh
Menurut Standar Nasional Indonesia T12-2004 pasal 4.4.2.1.2 Kuat tarik leleh, fy, ditentukan
dari hasil pengujian, tetapi perencanaan tulangan tidak
boleh didasarkan pada kuat leleh fy yang melebihi 550
Mpa.Sedangkan sifat mekanis baja struktural menurut
pasal 5 SNI 03-1729-2002 tabel 5.3 adalah sebagaimana
yang tercantum pada tabel 3.1 berikut :
b. Tegangan Ijin
Tegangan Ijin Pada Pembebanan Tetap
6
Abutment
Plat Injak
Wing Wall
CL
RH
BS
RD
RD
BS
RH
RD
RD
BS
RH
RD
BS
BT
BT
RD
BS
RH
RD
BS
BS
BS
RH
RD
RD
BS
BS
BS
RH
RH
RH
BS
BS
RD
RD
RD
BS
RD
BS
RH
-5.00
RH
RH
RH
BS
BS
BS
BS
BS
RD
BS
RH
BS
RD
BS
RH
BS
RD
BS
-1.00
BT
BS
RH
BS
BT
BS
RD
BS
BT
BS
RD
BT
RH
RH
BS
BT
RD
BT
BS
BS
RH
BS
BS
BT
BT
BT
RD
BT
BS
RH
RH
BS
BT
RD
BT
BT
RD
RH
RH
BS
RH
RD
RD
BS
BS
BS
BS
BS
RH
BS
BT
BS
RD
BS
BT
BT
BT
BT
RH
BT
RD
BS
BT
BS
RH
BS
3.00
BT
BT
BS
RD
BT
BS
RH
7.00
BT
11.00
RH
BS
BS
BS
BS
-9.00
-13.00
-17.00
MAB = -17,895
MAT = -21,846
JARAK (m)
1750
320
428 250 930
1190
780
810
1000
590
930
780
1370
90.87
92.13
90.15
89.74
88.31
89.36
79.61
80.79
79.66
66.79
66.73
68.70
72.06
76.16
78.63
83.74
90.33
88.33
85.94
85.44
ELEVASI (m)
66.28
DATUM-29.00
95.87
3.3
1750
80
250
80 L 180
2.5L + 50
500
L 180
Catatan : Gaya rem U.L.S adalah 2.0 Gaya rem S.L.S
T 2
WTP
g KP
Dengan :
T
= waktu getar dalam detik
G
= percepatan gravitasi (g = 9.8 m/dt2)
WTP
= total berat nominal bangunan atas termasuk
beban mati tambahan ditambah setengah dari
pilar ( bila perlu dipertimbangkan )
KP
= kekakuan gabungan sebagai gaya horisontal
yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan
lendutan pada bagian atas pilar (kN/m).
2. Beban angin
Gaya angin nominal ultimate pada jembatan
tergantung pada kecepatan angin rencana sebagai berikut
:
Vw
Cw
Ab
Rn m r1 fub Ab
Dengan :
r1
= 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1b
= 0,40 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
fub
= Kuat tarik baut (Mpa)
Ab
= Luas bruto penampang baut pada daerah tak
ber ulir
m
= Jumlah bidang geser
Catatan :
1) B = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi
luar sandaran
d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian
sandaran yang masif.
2) Untuk harga antara dari B/d bisa diinterpolasi
linier.
3) Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi,
Cw harus dinaikkan sebesar 3% untuk setiap
derajat
superelevasi,
dengan
kenaikkan
maksimum 25%.
3.5.4 Perencanaan Sambungan
Sambungan harus dianggap memiliki kekakuan
yang cukup agar profil antara unsur tidak berubah pada
pembebanan. Deformasi sambungan harus demikian
agar tidak mempunyai pengaruh besar pada pembagian
pengaruh aksi maupun pada keseluruhan rangka.
Berikut adalah tipe tipe baut dengan diameter
, proof load dan kuat tarik minimumnya :
Tabel 3.6 Tipe tipe Baut
Tipe Baut Diameter (mm) Proof Stress (Mpa) Kuat Tarik Min (Mpa)
A307
6.35-104
60
A325
12.7-25.4
585
825
28.6-38.1
510
725
A490
12.7 - 38.1
825
1035
S1
S
S1
S1
S1
10
dimana:
3db < S < 15 tp atau 200 mm
1,5db < S1 < (4tp+100mm) atau 200 mm
=1.335 Ton/m
Beban Hidup :
3.5.5
Perhitungan
Momen
Pada
Pelat
Lantai
Kendaraan
Pada balok menerus, rumus sederhana perhitungan
momen adalah sebagai berikut :
1
10
-1
10
1
10
-1
10
-1
10
1
10
-1
10
1
10
-1
10
BAB IV
Gambar 4.2. Gambar Rumus Perhitungan Momen Balok
Menerus
168 mm
MD
1
qD b 2
10
1
1.335 1.700 2 0.386 ton.m
10
Dimana :
ASPAL
PLAT BETON
d4
ML
1.7
b1
Mu
( S 0.6) Tu
10
= 0 .8
= MD ML
= 0.386 ton.m + 4.8438 ton.m
Beban Mati :
= 5.229 ton.m
Ton/m
Berat Aspal
= 0.8
antara lain:
+
11
fc
35
MPa
fy
= 400
MPa
= 250
mm
lentur =
Decking =
dx
16
mm (arah x)
13
mm (arah y)
40
mm
= t decking
tul . lentur x
2
tul . lentur y
2
= 0,0271
13
187 .5 mm
2
Mu
Mn
memanjang.
4.4.1. Perhitungan Tulangan Arah Melintang
=
fy
400
6.537 10 7
1000 202 2
2 m Rn
1
1 1
m
fy
1
2 13.445 1.602
1 1
400
13.45
1,4
1,4
=
fy
400
As
=xbxd
= 0,00412 x 1000 x 202
= 832.0553 mm2
0.85 f ' c 1
b =
fy
b dx
= 0.00412
= 13.445
min =
Mn
= 1.602
M u 5.229 10 7
0 .8
0 .8
Dimana :
dx
= 0,0361
16
= 250 40
202 mm
2
dy
600
(SNI-03-2847-2002
600 f y
mm2)
4.4.2. Perhitungan Tulangan Arah Memanjang
ps 10.4.3)
As 0.0018 b d
mm )
D13 - 250
= d 4 decking
ASPAL
D16 - 250
= 250 40
D16 - 250
16
2
= 202 mm
1700
1
2
1
6 h
fcv =
f ' c 0.34
f ' c SNI
terpusat
fcv =
Arah penyebaran
beban
ASPAL
PLAT BETON
d3
500
2.5
200
1
2
1
35 0.34 35
6 2.5
d4
d4/2
0.20
d0
Maka,
d4/2
d4/2
0.50
d4/2
b0
= 858096 N = 858.096 kN
Gambar 4.4. Bidang Geser Pons
Dimana :
= faktor reduksi kekuatan geser
Dimana,
Vn
= 0.7 x 858.096
= 600.6672 kN
13
15
) kPa
L
15
q 9.0 (0.5
) kPa
135
L 30 m ; q 9.0 (0.5
135 m
terjadi.
BAB V
sebagai berikut :
Tegangan leleh
Modulus Elastisitas
fy = 410 MPa
E = 2.1 x 106 kg/cm2
P1
U
= (1 DLA ) P b1xK TD
P1
qL1
1.25
1.70
1.70
1.70
11.00
1.70
1.70
1
4xPL1xL
1.25
1
8xqL1xL
94.87 kg/m;
Ix
= 32346 cm4
120.85 cm2 ;
Iy
2538 cm4
ix
16.4 cm ;
Zx =
1617 cm3
iy
4.6
Zy =
253 cm3
400 mm;
tf
19 mm
200 mm;
tw
12 mm
cm;
1
1
ML1 = q L2 P L
L
1
8
4
1
1
= 1683 52 19492.2 5
8
4
= 29624.625 kgm
a. Beban Hidup
14
b. Sayap :
b
2 tf
fy
200
PL2
170
2 x 19
5.00
5.263
170
410
8.396 OK !!
1
4xPL2xL
1
L KU
TT
4
E
(LRFD Psl. 8.3.3 tabel 8.3.2)
fy
LP = 1.76 i y
1
= 112.5 ( 1 0,3 ) 5 1.8
4
= 329.063 kN.m = 33577.806 Kg.m
= 1.76 4.60
LB
Mnx = Mpx
.M n M u
350
16
5966730 Kg.cm
250
5.1.2
335778.06 Kg.cm OK
Kontrol lendutan
a. Badan :
h
210000
410
(L = 5 m)
= d2(tf +r)
= 350 - 2 ( 16 + 0 ) = 362 mm
h
tw
1680
a. Lendutan ijin :
fy
1
1
ijin =
=
500 = 0.625 cm ..... SNI
800
800
7.5.1)
362
12
1680
410
30.167 82.969 OK !!
15
(udl kel )
5
384
qL
E Ix
1
48
P1
E Ix
5
384
9.35 x ( 500 )
2.1 x 10 6 x 32346
48
10829 x (500)3
= 263.25 kN
= 26325 Kg
P
=
T
48
E Ix
(T)
1
48
2.1 x 10 6 x 32346
5.1.3
1100
fy
1100
290
Vu
ijin
0.527
tw
12
= 0.4313 cm
(T )
362
11250 ( 500) 3
0.6 fy Aw
Vu
Dimana,
0,625 .... OK
Kontrol geser
Aw d tb
Sehingga :
26862.2 Kg 0.6 2900 40 1.2
PL1
5.2
qL1
5.00
melintang :
BALOK
MEMANJANG
1
5
2
PELAT
LANTAI
5.000
= 236.475 kN
= 23647.5 Kg
b. Untuk beban T menentukan :
Va max = T (1 0.3) l 1.8
= 112.5 (1 0.3) 1 1.8
16
= 498406 cm4
= 438.34 cm2;Iy
639676 cm4
ix
38.3cm;Zx
40561 cm3
iy
9.64 cm; Zy
2028 cm3
= 900 mm ; t f
38 mm
= 400 mm ; t w
16 mm
5.2.1
Pembebanan
Ra =
a. Beban Mati
Ra = 6337.50 Kg
Sebelum komposit
= 62.108 kN
BEBAN GELAGAR
MEMANJANG
1.25
1.70
1.70
1.70
11.00
1.70
1.70
1.25
= 3900.000 kg/m
Berat bekisting
= 350.000 kg/m
qD1
= 4935.442
= 12016.875 Kg.m
b. Beban Hidup
kg/m
q D1 (u ) = q D1 = 4935.442 kg/m
M
Q1
= ( 1 + 0.3 ) x 4900x1.8
= 11466 kg/m
1
= q D1 B 2
8
1.00
1.75
5.50
100%
50%
1
4935.442 11 2
8
1.75
1.00
50%
B
11.00
= 74648.56 Kg.m
Sesudah komposit
TROTOAR
ASPAL
1.00
1.00
11.00
(komposit)
Berat aspal
= 715.000
kg/m
Berat trotoar
= 3120.000
kg/m
QD2
= 3835.000
2.75 x 1.375)
= 213151.5 kgm.
c. Beban truk T
kg/m
MB = 0
17
1.75
1.00
1.75
P1
P2
P3
220 cm.
P4
11.00
900 2 (38 0)
824 mm
824
16
= 217181.25 kgm
T=112.5x1.3
250
Luas beton :
AC
(kondisi b)
Luas baja :
Va = 26325 Kg
Mmax L2 b = Va x 5.5 T x 1.8 (0.875)
= 26325 x 5.5 26325 x (0.875)
AS
= 438.34 cm2
C1
= As f y
= 121753.125 Kg.m
= 0.85 f ' c Ac
= 0.85 35 550000 1.64 10 7 N
beton
yang bekerja
500 cm
be2
1680
B
11.00
be1
250
1.75
5.2.2
1680
tw
1100
C
0.85 f ' c be
1.27 10 7
0.85 35 2200
5
5
= 220 cm
= 194.22 mm
Dimana :
S
= Lebar jembatan
18
be = 2200 mm
g.n
Va = 27144.93 Kg
2.50
a=
194.22mm
9.00
Py
TROTOAR
ASPAL
1.00
1.00
11.00
194.22
a
250
152.89 mm
2
2
d1
= tb
d2
d3
Va = 6337.5 kg
c. Gaya geser akibat beban hidup
Gaya geser maksimum diperoleh jika UDL + KEL tidak
D 900
450 mm
2
2
simetris.
Perhitungan momen
1.00
5.50
3.50
100%
1.00
50%
M n = C (d1 d 2) Py (d 3 d 2)
Py = As f y
11.00
= 1.27 10 7 N
Simetris
Mn =
Va = 66690 kg
5.2.4
Kontrol Lendutan
ijin
Mu = Mn
= 0.85 7.66 x10 9 6.514 10 9 N.mm
be = 2200 mm
194.22mm
Es
200000
7.2
Ec 4700 35
2.50
g.n
9.00
Py
bE 220
30.586 cm
n
7.2
d3
a=
1100
L
1.375 cm
800 800
Axy
Io
Io + A.d2
cm2
cm
cm3
cm4
cm
cm4
Beton
764,65
12,50
9558,17
39825,69
17,31
268884,81
WF
438,34
60
26300,40
639676
30,19
1039253,52
1202,99
Komponen
Gaya Geser
4869.816 Kg/m2
A y 35858.57
29.81 cm
A
1202.99
11.00
19
35858,57
1308138,32
1.75
5.50
100%
1.75
50%
Lendutan akibat P1
1.00
50%
P1
11.00
Lendutan akibat P 2
P a2 b2
P a2 b2
P c2 d 2
1
2
3
3 E I L
3 E I L
3 E I L
E
Lendutan akibat P 3
= 0.102 cm
= 2100000 Kg/cm2
I
= 0.145 cm
= 0.102 cm
P3
P2
P c2 d 2
P1 a 2 b 2
P c2 d 2
P a2 b2
2
3
4
3 E I L
3 E I L
3 E I L
3 E I L
= Inersia Komposit
= 0.145 cm
= 1308138.32 cm
Lendutan akibat P1
= 0.026 cm
Lendutan akibat P 2
BAB VI
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA
= 0.081 cm
Lendutan akibat P 3
14 13
12
11
10
101
6
9
L1
L2
1.75
9
8
1.75
Titik
Panjang Batang
Tekan
14
1,50
1,50
13
1,75
1,75
12
10
2,51
2,51
11
15
3,80
3,80
3.25
T=112.5x1.3
P1
P2
P3
P4
14
12 13
10
3.25
11
5
7
L2
= 0.026 cm
11.00
20
didapat
Busur Bawah
10
20
5,67
5,67
25
8,20
8,20
Titik
30
11,50
11,50
14
35
8,87
8,87
40
6,70
6,70
45
4,94
4,94
50
3,56
3,56
55
2,54
2,54
60
1,87
1,87
65
1,54
1,54
Segmen X
13
14
(m) An (cm2)
13
-1,751
10
-2,510
15
-3,803
20
-5,674
25
-8,199
30
-11,500
12-13
12
11-12
11
10-11
10
9-10
9
8-9
8
7-8
7
35
40
45
50
55
-2,545
60
-1,874
65
-1,542
2-3
2
1-2
1
312,260
5,339
312,260
5,601
312,260
5,992
312,260
5,648
312,260
5,452
312,260
5,301
312,260
5,186
312,260
5,102
312,260
5,045
312,260
5,011
-8,995
25
-12,524
30
-17,500
35
-13,665
40
-10,541
45
-8,109
50
-6,242
55
-4,882
60
-3,994
65
-3,555
4-5
4
3-4
3
2-3
2
1-2
Sn
(m)
312,260
5,010
312,260
5,095
312,260
5,278
312,260
5,593
312,260
6,120
312,260
7,054
312,260
6,301
312,260
5,896
312,260
5,560
312,260
5,337
312,260
5,182
312,260
5,078
312,260
5,019
312,260
65,097
-3,561
3-4
3
5,164
20
An (cm2)
-4,940
4-5
4
312,260
-6,488
5-6
-6,700
5-6
5
5,057
15
6-7
6
-8,873
6-7
6
312,260
-4,799
7-8
7
5,006
10
8-9
8
Sn
(m)
312,260
-3,821
9-10
9
-1,500
13-14
10-11
10
-3,500
11-12
11
Sn =
Segmen
12-13
12
Titik
Y
(m)
13-14
X
(m)
(m)
gn
Sn
Gambar 6.5 Segmen Busur
= An . Sn . baja
Tabel 6.3
Berat Busur Pada Titik Buhul
Busur Atas
Titik
Segme
X (m) Y
n
14
(m) An (cm2)
11
10
35
40
45
55
60
65
5,992
14,687
14
Y
(m)
312,260
5,648
13,844
312,260
5,452
13,364
312,260
5,301
12,994
5,186
12,713
312,260
5,102
12,507
312,260
5,045
12,366
312,260
5,011
12,283
An (cm2)
Sn
(m)
gn
(kg/m)
312,260
5,010
12,281
312,260
5,095
12,489
10
11
312,260
5,278
12,937
15
10-11
312,260
5,593
13,711
17,292
312,260
6,301
15,446
312,260
5,896
14,452
312,260
5,560
13,629
312,260
5,337
13,083
312,260
5,182
12,701
312,260
5,078
12,448
312,260
5,019
12,303
-8,109
-6,242
-4,882
-3,994
-3,555
-4,799
-6,488
22
250
250
b
2 tf
< R OK
=
= 12.35
410
fy
b. Dimensi Web :
Untuk menghindari terjadinya flexural buckling
pada badan.
h
= d 2 (tf + r)
= 400 2 (32 + 0) = 336 mm
336
h
=
= 21
h
tb
16
tb
665
665
< R O
=
=
= 32.35
R
410
fy
Dari Hasil Perhitungan Didapat
Busur Utama 1 Wf 400x400x16x32
Busur Utama 2 Wf 400x400x25x40
Busur Utama 3 Wf 400x400x30x50
Portal Akhir
Balok WF 900x400x16x32
Kolom WF 400 x 400 x 16 x 32
-3,821
11-12
65
7,054
-3,500
12-13
12
60
-1,542
13-14
13
55
312,260
-10,541
1-2
Busur Bawah
50
13,730
-1,874
1-2
1
5,601
-2,545
2-3
2
13,086
-3,561
3-4
3
5,339
312,260
50
45
-4,940
4-5
4
12,659
-6,700
5-6
5
5,164
-8,873
6-7
6
40
-11,500
7-8
7
12,397
15,001
-13,665
2-3
312,260
30
5,057
-8,199
8-9
8
35
3-4
312,260
25
12,272
-5,674
9-10
9
6,120
-17,500
4-5
312,260
20
5,006
-3,803
10-11
30
5-6
312,260
15
312,260
-12,524
8-9
gn
(kg/m)
-2,510
11-12
25
6-7
312,260
10
-1,751
12-13
12
-8,995
7-8
312,260
5
20
9-10
-1,500
13-14
13
Sn
(m)
10
BAB VII
KONSTRUKSI SEKUNDER
Dari hasil perhitungan didapat :
Ikatan Angin Atas (busur)
WF 400x300x12x19(horizontal)
WF 200x200x8x12 (diagonal)
Ikatan angin bawah (lantai kendaraan)
WF 200x200x8x12 (diagonal)
BAB VIII
PERHITUNGAN SAMBUNGAN
8.1
= 18705.09 kg
Jumlah baut yang diperlukan.
18705.09
Pu
- n
=
=
Vd
7724.4
= 2.42 baut 3 baut
Sambungan pada gelagar melintang
- Kekuatan geser baut
Vd = f x Vn = 3862.2 kg
- Kekuatan tumpu baut
Rd = f x Rn = 36000 kg
1
x [(Qd x ) + Tr]
Pu=
2
1
x [(1857.55 x 5) + 14625]
=
2
= 4552.59 kg
Jumlah baut yang diperlukan.
4552.589
Pu
- n
=
=
Vd
3862.2
= 1.3 baut 3 baut (dipasang 2 sisi
masing-masing 3 baut)
WF 400 x 300 x 10 x 16 (memanjang)
Profil siku 90 x 90 x 11
WF 900 x 300 x 18 x 34 (melintang)
23
Pelat tp = 20 mm ; BJ 37
Jumlah baut yang dibutuhkan
104245,22
Pu
n =
=
Vd
13903.92
= 7.5 baut 8 baut
Frame 1800 (Batang Tekan sebagai Portal tengah)
Direncanakan :
Baut db = 24 mm ; BJ 41
Pelat tp = 20 mm ; BJ 37
Jumlah baut yang dibutuhkan
114135,3
Pu
n =
=
Vd
13903.92
= 8.2 baut 10 baut
400x350x12x22
BUSUR
400x400x16x32
10
G1
12
20
12
BUSUR
400x400x16x32
12
10
12
10
9
6
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
3.75
BAUT 30 mm
BAUT 30 mm
10
9
3.75
3.75
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
12
10
12
10
12
9
10
3 .75
9
9
G2
10
12
10
10
RANGKA VERTIKAL
400x300x12x16
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
10
BAUT 24 mm
BAUT 24 mm
K1
BAUT 24 mm
10
10
10
BUSUR
400x400x16x32
10
10 10 10 10 10
10
6
10
10
10
10
10
10
RANGKA VERTIKAL
400x300x12x16
12
3.7
10
K2
10
BAUT 24 mm
3.7
5
10
12
10
BAUT 24 mm
10
BUSUR
400x400x16x32
BAUT 30 mm
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
GELAGAR MELINTANG
900x300x16x38
GELAGAR MELINTANG
900x300x16x38
BATANG LENTUR
400x400x16x32
15
BATANG LENTUR
400x400x16x32
10
20
24
400x350x12x22
H1
BUSUR
400x400x16x32
H2
BUSUR
400x400x16x32
PLAT tb = 20 mm
LAS SUDUT 20 mm
Tipe E70xx
ANCHOR BOLT
RANGKA VERTIKAL
400x300x12x16
4
10
10
10
10
10
3.75
10
10
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
3.75
10
BAUT 30 mm
10
10
12
10
9
10
9
9
10
9
12
10
10
10
10
BUSUR
400x400x16x32
10
10
6
RANGKA VERTIKAL
400x300x12x16
BAUT 24 mm
BAUT 30 mm
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
BAUT 30 mm
RANGKA DIAGONAL
400x300x12x16
5
3.7
3.75
L1
12
10
12
9
9
9
10
10
10
9
9
10
3.7
5
12
10
10
12
5
3.7
12
12
10
10
12
12
BUSUR
400x400x16x32
12
10
10
L2
12
BAUT 24 mm
IKATAN ANGIN HORIZONTAL
300x300x12x19
PORTAL AKHIR
400x400x16x32
BAUT 24 mm
9
A1
7
7 .5
13
7
20
10
6.7
6.7
10
10
10
16
10
BAUT 30 mm
16
LONGITUDINAL
STOPER
10
BUSUR
400x400x16x32
12
15
12
15
12
12
ANCHOR BOLT
BAB IX
DESAIN PERLETAKAN
9.1 Perencanaan Perletakan
Direncanakan perletakan baja
- Mutu baja
- Mutu beton
Sendi
25
= BJ 50
= fc 35 Mpa
= 350 kg/cm
BAB X
STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
As
Hy
Hx
Ordinat
My
Mx
(ton)
(ton)
(ton)
(m)
(ton m)
(ton m)
468,19
59,51
Ta1
3,66
5,38
19,67
Ta2
32,78
3,58
117,46
Gg
79,15
11,00
870,70
Rmt
16,10
11,00
177,10
N xAs
40 xNxAb
Dimana:
P
= daya dukung tanah (ton)
Np = nilai SPT pada ujungdasar tiang pancang
Rol
Beban
1
SF
3,29
11,00
tekan
36,14
Hg(atas)
58,62
195,40
11,00
644,81
2149,36
Hg(bwh)
409,53
409,53
3,50
1433,35
1433,35
Tag
474,27
3,50
1659,95
Dimana :
M
= Beban mati (dead load)
H
= Beban hidup (live load)
Ta = Tekanan tanah
Gg = Gaya gesek = 0,15 (M + H)
Rm = Gaya Rem (traffic load)
A
= Beban angin (wind load)
Hg = Gaya gempa (earthquake)
Tag = Tekanan tanah akibat gempa
Qu untuk 1 tiang =
Qu
jumlahtiang
= 13382.52/45
= 297.39 ton
Qu tarik > P min (45.61 ton) ...OK
Kontrol Kekuatan Tiang
Dari Spesifikasi Wika Pile Classification
direncanakan tiang pancang beton dengan :
1.60
90 5 9
= 0.60
Diameter : 60 cm
Tebal
: 10 cm
Luas
: 1570.80 cm2
: 243.47 inch2
Kelas
: C
fc
: 600 kg/cm2
: 8533.64 psi
fpe
: 55.25 kg/cm2
: 785.81 psi
Allowable axial
: 211.60 ton
Bending moment crack
: 29.00 t-m
Bending moment ultimate
: 58.00 t-m
P ultimit tiang
= (0.85 x fc 0.60 x fpe) x 0.6
xA
= (0.85 8533.64 0.6 785.81) 0.6 243.47
= 990743.90 lbs
= 449.39 ton
1.5
Modulus elastisitas (E) = wc x0.043x
1.5
=2400 x0.043 60
= 39161.65 MPa
= 391616.47 kg/cm2
Momen inersia (I)= 1 60 4 40 4
fy
360
=
0.85 fc'
0.85 x 35
= 12.10
2 m Rn
1
1 1
perlu
=
fy
m
m =
fc'
64
= 510508.81 cm4
Perencanaan Tulangan Abutment Dan Pilecap
Penulangan pilecap
Perhitungan tulangan pilecap yaitu penulangan lentur
pada pilecap, dianalisa sebagai balok kantilever dengan
perletakan jepit. Beban yang diterima pilecap adalah
beban terpusat dari tiang sebesar P dan beban merata
dari berat pilecap dan urugan diatasnya sebesar q.
Perhitungan dari gaya dalam dianalisa dengan statis
tertentu.
Data perencanaan :
fc
= 35 MPa
fy
= 360 Mpa
q
= Lebar pilecap x tinggi pilecap x beton
=15 x 2 x 2.4 = 72 t/m
P
= Dari gaya reaksi PV 1 tiang =87.44 t
Mu = Ptiang pancang x (0.6 + 2.6) berat poer x 3.6 x 1.8
= (87.44 x 9 x 0.6 + 87.44 x 9 x 2.6) 72 x 3.6 x 1.8
= 2051.712 ton-m
= 20517120000 Nmm
Tebal plat = 2.0 m
Diameter tul utama = 32 mm
Diameter tul memanjang = 32 mm
Selimut beton = 100 mm
d = t - selimut beton - 0.5utama - memanjang
= 1852 mm
balance = 0.85 x fc' x 1 x 600
fy
2 x 12.10 x 0.469
1 1
12.10
360
1
= 0.0013
Syarat :
min < perlu < max
Pakai min = 0.004
Luas Tulangan
As perlu = x b x d
= 0.004 x 1000 x 1852
= 7408 mm2
Digunakan tulangan 32 - 100 mm (As = 8846.73
mm2)
Untuk tulangan memanjang :
memakai dianggap pelat
600 fy
0.85 x 35 x 0.81
600
x
360
600 360
= 0.042
max
= 0.75 xbalance ..... SNI 03 - 2847 - 2002 Ps.
12.3.3
min
= 0.0314
= 1.4 = 0.004
fy
= 351.96 mm
Pasang tulangan geser praktis 24 350 mm
Koefisien Ketahanan
Mu
13678000000
=
Rn =
2
xbxd
0.85 x 1000 x 1852 2
2
= 0.469 N/mm
27
=
max
min
perlu
2 x 12.10 x 0.6
1 1
12.10
360
=
= 0,0017
Syarat :
min < perlu < max
Dipakai min = 0.004
b. Luas Tulangan
As perlu = x b x d
= 0.004 x 15000 x 2246
= 134760 mm2
Digunakan tulangan 36 100 mm (As =
152681.403 mm2)
Untuk tulangan memanjang digunakan :
As perlu = x b x d
= 0.0018 x 15000 x 2246
= 60642 mm2
Digunakan tulangan 32 - 175 mm (As =
68935.519 mm2 )
Perhitungan Pilar
Pembebanan pilar
Tabel 10.21 Rangkuman Data Beban
Beban
600 fy
= 0.042
= 0.75 xbalance ..... (SNI 03 - 2847 - 2002 Ps. 12.3.3)
= 0.0314
= 1.4 = 0.004
fy
3.88 x 1010
0.85 x 15000 x 2246 2
Hy
Hx
Ordinat
My
Mx
(ton)
(ton)
(ton)
(m)
(ton m)
(ton m)
870,47
40,48
930,46
551,14
Ta
1,14
1,00
1,14
Gg
144,53
11,00
1589,83
Rmt
16,10
11,00
177,10
3,29
11,00
36,14
Hg(atas)
58,62
139,57
11,00
644,81
1535,26
Hg(bwh)
192,94
192,95
1,50
289,41
289,42
Tag
17,65
1,50
26,47
Dimana :
M
= Beban mati (dead load)
H
= Beban hidup (live load)
Ta = Tekanan tanah
Gg = Gaya gesek = 0,15 (M + H)
Rm = Gaya Rem (traffic load)
A
= Beban angin (wind load)
Hg = Gaya gempa (earthquake)
Tag = Tekanan tanah akibat gempa
Perhitungan daya dukung Tiang kelompok
QL (group) = QL (1 tiang) x n x
= 0.6 N/mm2
fy
= 0.85 fc' =
0.85 x 35 x 0.81
600
x
360
600 360
a. Koefisien Ketahanan
Mu
2
Rn
= xbxd =
2 m Rn
1
1 1
m
fy
360
0.85 35
= 12.10
28
: 243.47 inch2
Kelas
: C
fc
: 600 kg/cm2
: 8533.64 psi
fpe
: 55.25 kg/cm2
: 785.81 psi
Allowable axial
: 211.60 ton
Bending moment crack
: 29.00 t-m
Bending moment ultimate
: 58.00 t-m
P ultimit tiang
= (0.85 x fc 0.60 x fpe) x 0.6
xA
= (0.85 8533.64 0.6 785.81) 0.6 243.47
= 990743.90 lbs
= 449.39 ton
1.5
Modulus elastisitas (E) = wc x0.043x fc'
=24001.5x0.043 60
= 39161.65 MPa
= 391616.47 kg/cm2
Momen inersia (I)= 1 60 4 40 4
1.60
90 5 9
= 0.60
Reaksi Pada tiang Yang terjadi :
Ptekan = 62.57 ton
Pcabut = -9.4 ton
10.4.2 Perhitungan daya dukung BM-1
perhitungan daya dukung tanah menggunakan
rumus Meyerhof yang telah di modifikasi Wika:
1
SF
N xAs
40 xNxAb
Dimana:
P
= daya dukung tanah (ton)
Np = nilai SPT pada ujungdasar tiang pancang
64
= 510508.81 cm4
Perencanaan Tulangan Pilar
Penulangan pilecap
Perhitungan tulangan pilecap yaitu penulangan lentur
pada pilecap, dianalisa sebagai balok kantilever dengan
perletakan jepit. Beban yang diterima pilecap adalah
beban terpusat dari tiang sebesar P dan beban merata
dari berat pilecap dan urugan diatasnya sebesar q.
Perhitungan dari gaya dalam dianalisa dengan statis
tertentu.
Data perencanaan :
fc
= 35 MPa
fy
= 360 Mpa
q
= Lebar pilecap x tinggi pilecap x beton
=15 x 2 x 2.4 = 72 t/m
P
= Dari gaya reaksi PV 1 tiang =68.29 t
Mu= Ptiang pancang x (0.6 + 2.6) berat poer x 3.6 x 1.8
= (68.29 x 9 x 0.6 + 87.44 x 9 x 2.6) 72 x 3.6 x 1.8
= 1948.302 ton-m
= 19483020000 Nmm
Tebal plat = 2.0 m
Diameter tul utama = 32 mm
Diameter tul memanjang = 32 mm
Selimut beton = 100 mm
d = t - selimut beton - 0.5utama - memanjang
= 1852 mm
balance = 0.85 x fc' x 1 x 600
tekan
Qu
jumlahtiang
= 13396.99/54
= 248.09 ton
Qu tarik > P min (9.4 ton) ...OK
Kontrol Kekuatan Tiang
Dari Spesifikasi Wika Pile Classification
direncanakan tiang pancang beton dengan :
fy
Diameter : 60 cm
Tebal
: 10 cm
Luas
: 1570.80 cm2
= 0.042
29
600 fy
0.85 x 35 x 0.81
600
x
360
600 360
max
= 0.75 xbalance ..... SNI 03 - 2847 - 2002 Ps.
12.3.3
min
= 0.0314
= 1.4 = 0.004
fy
2 x 12.10 x 0.469
1 1
12.10
360
1
= 292.99 mm
Pasang tulangan geser praktis 24 300 mm
Koefisien Ketahanan
Mu
13678000000
=
Rn =
2
xbxd
0.85 x 1000 x 1852 2
= 0.469 N/mm2
fy
360
m =
=
0.85 fc'
0.85 x 35
= 12.10
2 m Rn
1
1 1
perlu
=
fy
m
=
BAB XI
PENUTUP
11.1
Kesimpulan
Dari hasil perencanaan yang diperoleh dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dimensi melintang lantai kendaraan lengkap
dengan trotoar adalah 11 m untuk jalan 2 jalur 2
arah. Tinggi fokus busur adalah 14 m.
2. Pelat lantai kendaraan komposit, dengan tebal
pelat beton bertulang 250 mm. Tulangan
terpasang arah melintang D16-200 dan arah
memanjang D13-250.
3. Gelagar
memanjang
WF
400.200.12.19
melintang WF 900.400.16.38 dengan BJ 55,
lendutan 0.00132 m (UDL+KEL) dan 0.00495
m (T) 0.01375 m (Yijin).
4. Struktur utama busur berupa profil WF
400x400x16x32 , Rangka busur menggunakan
profil WF 400x300x12x16 (diagonal), profil WF
400x300x12x19 (Vertikal) dan Batang tekan
menggunakan WF 400 x 350 x 12 x 22.
5. Struktur sekunder berupa ikatan angin dengan
dimensi profil yaitu WF 200 x 200 x 8 x 12
(diagonal),
WF 300 x 300 x 12 x 19
(Horizontal),ikatan angin pada lantai kendaraan
menggunakan profil WF 200x200x8x12 ,
Bresing pada portal menggunakan profil WF
200x200x8x12 sedangkan untuk dimensi portal
tengah dan portal akhir berupa profil WF 400 x
400 x 16 x 32 dengan menggunakan mutu baja
BJ 55.
6. Perletakan berupa perletakan sendi dan rol.
7. Konstruksi abutment berupa dinding penuh
setebal 2.8 m selebar 15 m untuk mendukung
bentang 135 m yang ditumpu pondasi tiang
pancang beton dengan diameter 0,6 m dengan
kuat tekan K600, sebanyak 45 buah kedalaman
13 m untuk BM-1 dan . Ukuran pile cap (poer)
10 x 15 x 2 m. Untuk Pilar dameter pancang
beton 0,6 m dengan kuat tekan K-600, sebanyak
45 buah kedalaman 6.5 untuk BM-1 dan ukuran
pile cap 10x15x2 m.
= 0.0013
Syarat :
min < perlu < max
Pakai min = 0.004
Luas Tulangan
As perlu = x b x d
= 0.004 x 1000 x 1852
= 7408 mm2
Digunakan tulangan 32 - 100 mm (As =
8846.73 mm2)
Untuk tulangan memanjang :
memakai dianggap pelat
30
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia (SNI) T-02-2005.
Standar Pembebanan Untuk Jembatan. Departemen
Pekerjaan Umum.
Standar Nasional Indonesia (SNI) T-03-2005.
Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum.
Standar Nasional Indonesia (SNI) T-12-2004.
Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum.
Bridge Design Manual Bridge Management
System (BMS). 1992. Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Bina Marga.
Chen, Wai-Fah, Duan, Lian. 2000. Bridge
Engineering Handbook. Boca Raton. London
Sosrodarsono, Suyono.Ir, dan Nakazawa, Kazuto.
1984. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta
: PT. Pradnya Paramitha.
Troitsky, M. S. 1994. Planning and Design of
Bridge. John Wiley & Sons, Inc. New York
Hardiatmo, Hary Christadi. 2010. Analisis dan
Perancangan Fondasi. Gajah Mada Universitas
Pess. Yogakarta.
Herry, Vaza . 2003. Sistem Konstruksi
Jembatan. http://www.pu.go.id/katalogdetail
Wardana, Panji Krisna. 2002. Aplikasi Metoda
Perkuatan
Jembatan
Rangka
Baja.
http://pustaka.pu.go.id/katalogdetail.
Dien,aristadi. 2006 Analisis Sistem Rangka Baja
Pada Struktur Jembatan Busur Rangka Baja.
http://www.pu.go.id/bapekin/hasil%20kajian//kajian
2.html.
31