Tugas Mandiri Skenario 3 Blok Kedkel
Tugas Mandiri Skenario 3 Blok Kedkel
Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter keluarga
Struktur Organisasi Manajemen Klinik Dokter Keluarga
1. Man
a. Medis : Dokter Keluarga, Spesialis, Paramedis
b. Non Medis : Administrasi,Teknisi, Operator komputer, dll
c. Lain-lain
2. Money
a. Sistem Pra Upaya
b. Sistem Sharing, individu, kolektif, dll
c. Sistem Fee for services
3. Material
Produk Pelayanan Dokkel : 10 paket pelayanan kesehatan dokter keluarga
4. Machine
Sentra :
a. Peralihan pelatihan/pendidikan dokter keluarga
b. Pelayanan kesehatan : sub klinik DK, klinik DK type I,II
5. Methode
A. Organisasi : Struktur, job discription, alur kerja
B. Standarisasi : Produk Yankes-dokter keluarga, Fasilitas-klinik DK, Prosedurpelayanan+rujukan+report, Sistem informasi-komunikasi/data, Biaya, Evaluasi,
Intervensi.
6. Organisasi :
a. Intraklinik
b. Interklinik
c. Ekstra klinik : Dr. Spesialis, Rumah sakit/klinik rujukan, Apotik/Lab medis, Org.
Profesi kesehatan lain
7. Standarisasi : Module, Form : Hidup sehat, panduan, SOP, Software.
Perencanaan (Planning) merupakan tahap awal dalam langkah - langkah untuk mencapai
suatu tujuan, visi, misi, program, dsb. Selanjutnya adalah dengan membentu kepanitian
(Organizing) untuk mengatur waktu, biaya, SDM ataupun SDA. Tahap berikutnya adalah
dengan melakukan aksi (Actuating) atas apa yang sudah kita rencanakan serta
mengontrolnya (Controling) sehingga berjalan dengan baik. Langkah terakhir adalah dengan
melakukan peninjauan (Evaluation) kegiatan untuk mengetahui kekurangan ataupun
kesalahan sehingga kita dapat memperbaikinya. Semua hal inilah yang disebut
dengan POACE.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa POACE merupakan suatu konsep yang terdiri
dari langkah - langkah yang digunakan sebagai acuan untuk menjalankan sesuatu kegiatan
sesuai yang dikehendaki. Langkah - langkahnya terdiri dari : Planning, Organizing,
Actuating, Controling dan Evaluation.
Namun apa kaitannya dengan Lingkungan Hidup ? POACE akan sangat berguna karena
dalam Lingkungan Hidup tentu membutuhkan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kesadaran pada manusia tentang pentingnya kehidupan yang ada di muka bumi sehingga bisa
merubah perilaku atau pola kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini tentu
diperlukan adanya suatu program untuk mengendalikan / mengubah pemikiran masyarakat
sehingga bisa lebih menghargai Lingkungan Hidup. Program - program Lingkungan Hidup
terikat oleh tempat dan waktu sehingga disinilah peran POACE akan terjadi. Berikut langkah
- langkah dalam POACE untuk pengembangan program Lingkungan Hidup.
1. Planning
" Sebuah kebaikan yang tidak terencana akan kalah dengansebuah kejahatan yang
terencana dengan baik. "
Suatu kegiatan mustahil dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat program
diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan, hambatan, tujuan
dan manfaat dari program tersebut. Agar suatu program dapat berjalan dengan sukses
3
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
3. Actuating
" Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan
memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan yang
lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan
sukses. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua
sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali
memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus
bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing
SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling
" Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya banyak orang yang tidak
tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka memutuskan untuk
menyerah. "
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien
serta bernilai guna dan berhasil guna dalam program Lingkngan Hidup.
5. Evaluating
" Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru yang baik. "
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau kekurangan
yang terjadi dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga pada kegiatan
serupa yang selanjutnya dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan untuk kegiatan yang
selanjutnya tidak terulang permasalahan yang serupa.
Evaluasi minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga dilakukan
evaluasi dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan.
Evaluasi juga merupakan salah satu sarana controling ketika kegiatan berlangsung.
Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang selanjutnya
akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang
perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien segera
dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata selenggarapelayanan seperti ini
akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam skema JPKM/asuransi.
LI 3. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran
keluarga
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat
transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun
sistem pembiayaan fee for service.
Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non
medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung
jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi
masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara
tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar
biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance),
dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena
pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan
dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja.
Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering
menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang
untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem
pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok
diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama
diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini,
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
10
11
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi.Pada rujukan sebaliknya.
Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
1. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2. Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan
b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
1. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang
2. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
1. Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama
3. Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu
Masalah Konsultasi dan Rujukan
Masalah yang dimaksud mencakup antara lain:
1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif dokter serta
penjelasan yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien, daat menimbulkan rasa
kurang percaya pasien terhadap dokter. Sebenarnya timbul rasa kurang percaya pasien
ini tidak perlu terlalu dirisaukan dalam praktik sehari-hari. Malah telah terbukti, dokter
yang bijaksana serta berpikiran dewasa, untuk kebaikan pasien tidak segan-segan
melakukan konsultasi atau rujukan. Yang perlu dilakukan di sini hanyalah memberikan
penjelasan yang sebaik-baiknya kepada pasien tentang alasan serta maksud
dilaksanakannya konsultasi atau rujukan tersebut.
2. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan pasien, dapat
menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter. Dalam hal ini dokter harus
meyakinkan pasien tentang perlu atau tidaknya konsultasi atau rujukan yang dimintakan
pasien tersebut. Tetapi apabila pasien tetap meminta, dokter yang bijaksana lazimnya
tidak menolak permintaan pasien.
3. Apabila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Apabila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
13
5. Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan ataupun rujukan. Ada yang
berasal dari dokter, misalnya sikap dan perilaku yang tidak menunjang. Ada yang berasal
dari pasien, misalnya tidak bersedia dan ataupun yang terpenting karena tidak cukup
biaya atau karena kesulitan transportasi. Atau ada pula yang berasal dari pihak ketiga,
misalnya berbagai ketentuan program asuransi kesehatan, dan ataupun perusahaan yang
menanggung biaya pelayanan kesehatan. Penyelesaian terhadap berbagai pembatas ini
harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan catatan seyogyanya sikap dan
perilaku dokter sendiri tidak bersifat negatif terhadap konsultasi atau rujukan.
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk. Banyak yang
berperan di sini. Mulai dari hambatan sosial budaya sampai dengan hambatan sosial
ekonomi. Di Indonesia hambatan yang paling banyak ditemukan adalah karena keadaan
ekonomi penduduk yang belum memuaskan, dan karenanya tidak bersedia dan atau tidak
dapat memenuhi anjuran konsultasi dan atau rujukan tersebut.
Tata cara rujukan
1. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
2. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
3. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
4. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai.
5. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
6. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
7. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggung jawab
1. Interval
referral,
pelimpahan
wewenang
dan
tanggungjawab
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
14
15
16
DOKTER
PASIE
Register
d nurse
Pemberi
pelayan
an lain
a.
b.
c.
d.
Hubungan dokter-Apoteker
McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja
Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working
Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain
disebutkan:
a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor
demografi seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal
dididik untuk dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah
menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.
17
b. Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah
tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan
menentukan seberapa intensif hubungan yang akan terjalin.
c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara
profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang,
penilaian terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang
pertukaran antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang
lebih baik.
b.
c.
program
kesehatan
yang
18
LI 6. Memahami dan menjelasakn Adap dan Tatacara dokter muslim dalam menangani pasien
Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:
a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya
dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan
preventif
bagi
yang
lainnya.
Rosulullah
sholallohu
'alaihi
wasalam
bersabda : "Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya. Salah satunya
ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau
meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah
penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah
Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter. Nabi sholallohu
'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) : " Allah adalah
dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud
4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya. Misalnya tatkala stok obat habis ia
memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di
dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia. Oleh
karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk
membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau
keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah
pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung
dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam
Islam. Allah Ta'ala berfirman : (Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119). Di
samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat
penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya. Rosulullah sholallohu
'alaihi wasalam : "Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui
19
orang itu ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud
4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan
bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya. Nabi sholallohu
'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu. Rosulullah sholallohu 'alaihi
wasalam bersabda : "Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin,
maka Allah akan melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).
20