Anda di halaman 1dari 20

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Standar Pemeriksaan Kedokteran Keluarga


1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patientcentered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan
harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat
menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara
holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan
efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien
berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan
untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap
perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,
demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas
kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan
tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional
pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi
kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional,
berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.
11) Pembinaan keluarga
1

Pada saat - saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga,
termasuk konseling keluarga.
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Manajemen Klinik Dokter keluarga
Struktur Organisasi Manajemen Klinik Dokter Keluarga
1. Man
a. Medis : Dokter Keluarga, Spesialis, Paramedis
b. Non Medis : Administrasi,Teknisi, Operator komputer, dll
c. Lain-lain
2. Money
a. Sistem Pra Upaya
b. Sistem Sharing, individu, kolektif, dll
c. Sistem Fee for services
3. Material
Produk Pelayanan Dokkel : 10 paket pelayanan kesehatan dokter keluarga
4. Machine
Sentra :
a. Peralihan pelatihan/pendidikan dokter keluarga
b. Pelayanan kesehatan : sub klinik DK, klinik DK type I,II
5. Methode
A. Organisasi : Struktur, job discription, alur kerja
B. Standarisasi : Produk Yankes-dokter keluarga, Fasilitas-klinik DK, Prosedurpelayanan+rujukan+report, Sistem informasi-komunikasi/data, Biaya, Evaluasi,
Intervensi.
6. Organisasi :
a. Intraklinik
b. Interklinik
c. Ekstra klinik : Dr. Spesialis, Rumah sakit/klinik rujukan, Apotik/Lab medis, Org.
Profesi kesehatan lain
7. Standarisasi : Module, Form : Hidup sehat, panduan, SOP, Software.

Fungsi dasar manajemen :

Perencanaan (Planning) merupakan tahap awal dalam langkah - langkah untuk mencapai
suatu tujuan, visi, misi, program, dsb. Selanjutnya adalah dengan membentu kepanitian
(Organizing) untuk mengatur waktu, biaya, SDM ataupun SDA. Tahap berikutnya adalah
dengan melakukan aksi (Actuating) atas apa yang sudah kita rencanakan serta
mengontrolnya (Controling) sehingga berjalan dengan baik. Langkah terakhir adalah dengan
melakukan peninjauan (Evaluation) kegiatan untuk mengetahui kekurangan ataupun
kesalahan sehingga kita dapat memperbaikinya. Semua hal inilah yang disebut
dengan POACE.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa POACE merupakan suatu konsep yang terdiri
dari langkah - langkah yang digunakan sebagai acuan untuk menjalankan sesuatu kegiatan
sesuai yang dikehendaki. Langkah - langkahnya terdiri dari : Planning, Organizing,
Actuating, Controling dan Evaluation.
Namun apa kaitannya dengan Lingkungan Hidup ? POACE akan sangat berguna karena
dalam Lingkungan Hidup tentu membutuhkan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kesadaran pada manusia tentang pentingnya kehidupan yang ada di muka bumi sehingga bisa
merubah perilaku atau pola kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini tentu
diperlukan adanya suatu program untuk mengendalikan / mengubah pemikiran masyarakat
sehingga bisa lebih menghargai Lingkungan Hidup. Program - program Lingkungan Hidup
terikat oleh tempat dan waktu sehingga disinilah peran POACE akan terjadi. Berikut langkah
- langkah dalam POACE untuk pengembangan program Lingkungan Hidup.
1. Planning
" Sebuah kebaikan yang tidak terencana akan kalah dengansebuah kejahatan yang
terencana dengan baik. "
Suatu kegiatan mustahil dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat program
diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan, hambatan, tujuan
dan manfaat dari program tersebut. Agar suatu program dapat berjalan dengan sukses
3

diperlukan perencanaan dengan pertimbangan yang matang. Perencanaan membutuhkan


suatu konseptor yang benar - benar memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap
kegiatan yang akan diadakan. Planning juga berperan dalam pembuatan jadwal kegiatan
agar suatu program berjalan sesuai yang diharapkan. Dalam program Lingkungan Hidup.
Planning membutuhkan sarana manajemen yang terdiri dari 6 M, yakni :
A. Men : SDM yang dimiliki oleh suatu program/organisasi. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja. Oleh karena itu manajemen timbul karena adanya orang - orang
bekerja untuk mencapai tujuan. Dalam program Lingkungan Hidup perlulah direkrut
orang - orang yang memang berkomitmen untuk menciptakan suatu tujuan yang baik
dan bermanfaat
B. Money : Uang merupakan suatu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang digunakan
untuk menggaji tenaga kerja dan membeli alat - alat yang dibutuhkan selama
menjalankan Program Lingkungan Hidup. Dalam hal ini sebagai program yang
bergerak secara independen ataupun dibawah naungan pemerintah. Dana dapat dicari
dalam bentuk hibah maupun diajukan dalam bentuk proposal untuk mendapatkan
sponsor. Dari ke-6M sarana manajemen, Uang merupakan sesuatu hal yang paling
rumit dalam proses mewujudkan Planning
C. Material : Bahan Program Lingkungan Hidup terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam Program Lingkungan Hidup untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Bahan dapat didapatkan
dengan menemukan bahan yang telah tersedia.
D. Machine : Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menciptakan efesiensi
kerja dalam Program Lingkungan Hidup.
E. Metode : Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya Program Lingkungan
Hidup. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja
suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan
kegiatan Program Lingkungan Hidup. Perlu diingat meskipun metode baik,
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama
dalam langkah ini tetap manusianya sendiri.
F. Market : Memasarkan bukan hanya dalam bentuk produk, namun juga dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai terbentuknya suatu program
sehingga bisa ditujukan kepada orang - orang yang tepat. Pelaksanaan Program
Lingkungan Hidup haruslah diketahui masyarakat karena tujuan program ini
diadakan adalah untuk masyarakat itu sendiri. Penyebarluasan informasi tentang
Program Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan cara sosialisasi yang sudah
terjadwal.
2. Organizing
" Jika anda gagal dalam memepersiapkan, maka anda mempersiapkan untuk kegagalan."
4

Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
3. Actuating
" Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama sebuah
kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu dan
memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu dengan yang
lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan
sukses. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua
sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali
memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus
bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing
SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling
" Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya banyak orang yang tidak
tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka memutuskan untuk
menyerah. "
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien
serta bernilai guna dan berhasil guna dalam program Lingkngan Hidup.
5. Evaluating
" Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru yang baik. "
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi.
Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan atau kekurangan
yang terjadi dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip, sehingga pada kegiatan
serupa yang selanjutnya dapat dijadikan pelajaran dan diharapkan untuk kegiatan yang
selanjutnya tidak terulang permasalahan yang serupa.
Evaluasi minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga dilakukan
evaluasi dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu jalannya kegiatan.
Evaluasi juga merupakan salah satu sarana controling ketika kegiatan berlangsung.

Klinik Dokter Keluarga


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)


Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis)
Mempunyai bangunan yang memadai, d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi,
Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK
Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus perlatihan khusus
pembantu KDK
Dapat berbentuk praktek mandiri (solo) atau berkelompok.
Mempunyai izin yang berorientasi wilayah
Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu, dan
berkesinambungan
Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan peringkat klinik ybs.

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )


Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter Keluarga
yang terdiri atas komponen :
a. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik Dokter Keluarga
(KDK)
b. Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik Dokter Spesialis
(KDSp)
c. Rumah sakit rujukan
d. Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaan
e. Seperangkat peraturan penunjang.

Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di KDK yang selanjutnya
akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan sekunder jika dipandang
perlu sesuai dengan SOP standar yang disepakati. Pasca pelayanan sekunder, pasien segera
dirujuk balik ke KDK untuk pemantauan lebih lanjut. Tata selenggarapelayanan seperti ini
akan diperkuat oleh ketentuan yang diberlakukan dalam skema JPKM/asuransi.
LI 3. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran
keluarga
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan bersifat
transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun
sistem pembiayaan fee for service.

BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial


Mengenai sistem pembiayaan dokter keluarga, ASKES sebagai salah satu BUMN yang
digadang menjadi BPJS menerapkan besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu pada pola
perhitungan yang didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:
a) Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas pelayan yang
dimiliki
b) Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di Dokter
Keluarga tersebut (Community Rating by Class)
Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan bila Kantor
Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok seperti di atas
Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang dimilikinya
dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi kembali PPK (recredentialing) dengan memperhatihkan indicator-indikator penentu yakni:
a) Hasil penilaian sarana dan prasarana
b) Ketersediaan tenaga perawat
c) Ketersediaan tenaga administrasi
7

d) Kemampuan penyediaan sarana laboratorium


e) Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas
Pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:
a. Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indicator
(indicator penentu point (1)-(4) point c). besaran kapitasi yang ditetapkan adalah
maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa
b. Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi
minimal 2 (dua) indicator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah
maksimal sebesar Rp 6000,00 per jiwa
c. Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi
indicator sarana dan prasarana sedangkan indicator penentu lainnya tidak terpenuhi.
Besarnya kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00
Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter Keluarga untuk
masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
a. Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa, terdiri dari: jasa
medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah
biaya obat dan pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).
b. Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah
rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya
adalah biaya obat dan salah satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan
urine rutin).
c. Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa, terdiri dari : jasa
medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium sederhana). Besaran jasa
medis dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah pelayanan obat (tanpa
pelayanan laboratorium sederhana)

Manajemen Pembiayaan Klinik Doga

Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter
keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model
pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya dana
yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non
medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung
jawab masing-masing orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi
masalah kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara
tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar
biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance),
dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena
pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.

Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan
dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja.
Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering
menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang
untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut,
kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat
ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk
pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem
pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok
diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama
diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara
pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini,
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
10

kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,


melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.
Info terbaru terkait sistem pembiayaan dalam SKN:
Salah satu solusi yang dilakukan dalam sumber pembiayaan (termasuk nantinya pembiayaan
praktek dokter keluarga) untuk menyelenggarakan Sistem Kesehatan Nasional yang baik
adalah dengan menyelenggarakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-Undang yang telah ditetapkan tahun 2004 ini mengalami kendala dalam realisasinya
terkait pembentukan badan penyelenggaranya (BPJS) yang seharusnya telah ditetapkan saat
2009. Akhirnya pada hari rabu, 28 oktober 2011 sekitar pukul 20.40 WIB, RUU BPJS
disahkan menjadi UU BPJS dengan kesepakatan bahwa BPJS I yang mengurus jaminan
kesehatan diselenggarakan oleh ASKES akan mulai beroperasi pada tanggal 1 januari 2014.
Sedangkan BPJS II (Jamsostek, Taspen, dan Asabri) yang mengurus ketenagakerjaan
selambat-lambatnya beroperasi 1 juli 2015. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan
sistem dokter keluarga dapat menjadi lebih baik.

LI 4. Memahami dan Menjelaskan Konsultasi dan Rujukan


Definisi
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal
(antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja
tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan
sebagainya. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :
A. Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahanbahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status
kesehatan pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel.kes. Yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan
diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

11

3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)


Pengiriman bahan bahan pemeriksaan bahan laboratorium daristrata pelayanan
kesehatan yangkurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk
tindak lanjut.
B. Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
Tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada
di masyarakat.
1. Rujukan tenaga,
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi
masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan
latihan.
2. Rujukan sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak
lanjut.
3. Rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
Rujukan kesehatan:
a. Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat
b. Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan
c. Jalur: Dinas Kesehatan secara bertingkat
Karakteristik
a. Ruang lingkup kegiatan
Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada
pihak ketiga
b. Kemampuan dokter
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman.Pada
rujukan hal ini tidak mutlak.
c. Wewenang dan tanggung jawab
12

Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta
konsultasi.Pada rujukan sebaliknya.
Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
1. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2. Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan
b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
1. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulang-ulang
2. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
1. Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama
3. Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu
Masalah Konsultasi dan Rujukan
Masalah yang dimaksud mencakup antara lain:
1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas inisiatif dokter serta
penjelasan yang dilakukan tidak dapat meyakinkan pasien, daat menimbulkan rasa
kurang percaya pasien terhadap dokter. Sebenarnya timbul rasa kurang percaya pasien
ini tidak perlu terlalu dirisaukan dalam praktik sehari-hari. Malah telah terbukti, dokter
yang bijaksana serta berpikiran dewasa, untuk kebaikan pasien tidak segan-segan
melakukan konsultasi atau rujukan. Yang perlu dilakukan di sini hanyalah memberikan
penjelasan yang sebaik-baiknya kepada pasien tentang alasan serta maksud
dilaksanakannya konsultasi atau rujukan tersebut.
2. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan pasien, dapat
menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter. Dalam hal ini dokter harus
meyakinkan pasien tentang perlu atau tidaknya konsultasi atau rujukan yang dimintakan
pasien tersebut. Tetapi apabila pasien tetap meminta, dokter yang bijaksana lazimnya
tidak menolak permintaan pasien.
3. Apabila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Apabila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
13

5. Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan ataupun rujukan. Ada yang
berasal dari dokter, misalnya sikap dan perilaku yang tidak menunjang. Ada yang berasal
dari pasien, misalnya tidak bersedia dan ataupun yang terpenting karena tidak cukup
biaya atau karena kesulitan transportasi. Atau ada pula yang berasal dari pihak ketiga,
misalnya berbagai ketentuan program asuransi kesehatan, dan ataupun perusahaan yang
menanggung biaya pelayanan kesehatan. Penyelesaian terhadap berbagai pembatas ini
harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan catatan seyogyanya sikap dan
perilaku dokter sendiri tidak bersifat negatif terhadap konsultasi atau rujukan.
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk. Banyak yang
berperan di sini. Mulai dari hambatan sosial budaya sampai dengan hambatan sosial
ekonomi. Di Indonesia hambatan yang paling banyak ditemukan adalah karena keadaan
ekonomi penduduk yang belum memuaskan, dan karenanya tidak bersedia dan atau tidak
dapat memenuhi anjuran konsultasi dan atau rujukan tersebut.
Tata cara rujukan
1. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
2. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
3. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
4. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai.
5. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
6. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
7. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggung jawab
1. Interval
referral,
pelimpahan
wewenang
dan
tanggungjawab
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

14

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita


sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
Kewajiban dan Hak Pasien
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Paragraf 7 mengatur
kewajiban dan hak pasien sebagai berikut:
Kewajiban Pasien :
1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
2. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
3. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
4. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Hak Pasien :
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain (second opinion)
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
4. Menolak tindakan medis; dan
5. Mendapatkan isi rekam medis
Kewajiban dan Hak Dokter
Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun memberikan hak dan kewajiban
bagi dokter. Dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, hak
dan kewajiban dokter atau dokter gigi terdapat dalam paragraf 6, yaitu;
Kewajiban Dokter/Dokter Gigi
1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien meninggal dunia;
4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas mampu melakukannya;
5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

15

Hak Dokter/Dokter Gigi


1.
memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
2.
memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
3.
memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
4.
menerima imbalan jasa.
LO 5. Memahami dan menjelaskan peran dokter keluarga dengan mitra kerjanya
Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra kerjanya
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika
(2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut
dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan. American Medical
Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome
yang lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas
hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama
dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dan dokter.
Termasuk mitra kerja dokter :
Mitra kerja dokter ialah Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun
puskesmas serta klinik, pasien dan petugas lainnya
Komunikasi dokter Profesi lain :
a. Kolaborasi dokter perawat
b. Komunikasi dokter-Apoteker

16

Kolaborasi Prinsip : Perencanaan, Pengambilan keputusan bersama, Berbagi saran / ide,


Kebersamaan, Tanggung gugat
Pendekatan Praktik Hirarkis : Dokter Registerd nurse Pemberi pelayanan lain
Pasien
a.
b.
c.
d.

Menekankan komunikasi satu arah


Kontak Dokter dengan pasien terbatas
Dokter merupakan tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD

Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia


Model kolaboratif tipe II :

DOKTER

PASIE

Register
d nurse

Pemberi
pelayan
an lain
a.
b.
c.
d.

Lebih berpusat pada pasien


Semua pemberi pelayanan harus bekerjasama
Ada kerja sama dengan pasien
Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

Hubungan dokter-Apoteker
McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja
Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working
Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain
disebutkan:
a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor
demografi seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal
dididik untuk dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah
menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.

17

b. Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah
tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan
menentukan seberapa intensif hubungan yang akan terjalin.
c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara
profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang,
penilaian terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang
pertukaran antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang
lebih baik.

Kolaborasi Perawat Dan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam
memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik
dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor
sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Dalam praktek Asuhan Keperawatan perawat belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
dengan baik khususnya dengan dokter walaupun banyak pekerjaan yang seharusnya
dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat, walaupun kadang tidak ada pelimpahan tugasnya
dan wewenang. Hal ini karena masih banyaknya dokter yang memandang bahwa perawat
merupakan tenaga vokasional. Degradasi keperawatan ke posisi bawahan dalam hubungan
kolaborasi perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan bahwa dokter berada di
tengah proses pengambilan keputusan dan perawat melaksanakan keputusan tersebut
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama bersifat
kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya, dalam memberikan asuhan holistik
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Dokter dan perawat merupakan mitra
kerja dalammencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan
klien. Saling percaya dan percaya diri merupakan hal utama peran perawat.
a.

Peran mandiri, peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang


dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat secara mandiri.

b.

Peran delegatif, peran dalam melaksanakan


pertanggungjawabannya dipegang oleh dokter.

c.

Peran kolaborasi, merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara


teamwork dengan tim kesehatan.

program

kesehatan

yang

18

LI 6. Memahami dan menjelasakn Adap dan Tatacara dokter muslim dalam menangani pasien
Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:
a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung jawabnya
dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi darurat atau untuk tindakan
preventif
bagi
yang
lainnya.
Rosulullah
sholallohu
'alaihi
wasalam
bersabda : "Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya. Salah satunya
ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau
meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau adalah
penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak
ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan hanya Allah
Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada dokter. Nabi sholallohu
'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) : " Allah adalah
dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu Dawud
4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya. Misalnya tatkala stok obat habis ia
memberikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya atau memberikan obat yang di
dalamnya terkandung bahan-bahan yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan manusia. Oleh
karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk
membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau
keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan memperjualbelikan darah
pasien, mengadakan operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung
dan lainnya, karena hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam
Islam. Allah Ta'ala berfirman : (Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119). Di
samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat
penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya. Rosulullah sholallohu
'alaihi wasalam : "Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui
19

orang itu ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud
4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan
bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap aktivitasnya. Nabi sholallohu
'alaihi wasalam bersabda : "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu. Rosulullah sholallohu 'alaihi
wasalam bersabda : "Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin,
maka Allah akan melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).

20

Anda mungkin juga menyukai