Skenario 3 Blok Git
Skenario 3 Blok Git
halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam muskulus
ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar
yang disebut dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus
halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang
peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak
500 ml/hari.
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
A. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal
apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung
sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit,
menonjol dari ujung sekum.
B. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi.
1. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan
dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung
sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik.
3. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon
sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
C. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum
berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
VASKULARISASI DAN INERVASI
1. Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang cabangnyamembentuk
anyaman yaitu arcade jejunalis da ilei A.ileocolica menujubagian bawah ileum
2. Vena : senama dengan arteri
3. Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexusmesentricus
superior.
Usus Halus
Usus halus relatif panjang kira-kira 6 m dan ini memungkinkan kontak yang lama antara
makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel
absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan ileum.
Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut plika
sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang
merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal (kriptus atau
kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel
goblet (bagian atas).
Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel
toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
1. Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang
mengalami spesialisasi yang dinamakan striated border yang tersusun atas
mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi fisiologis yang penting karena sangat
menambah permukaan kontak usus halus dengan makanan. Striated border merupakan
tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus. Enzim ini terikat pada mikrovili,
menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida, sehingga mudah diabsorbsi. Di
tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase yang menghidrolisis dipeptida
menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks usus halus lebih penting
adalah mengabsorbsi zat-zat yang dihasilkan pada proses pencernaan.
2. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih sedikit dalam
duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan glikoprotein
asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas usus halus.
3. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan sel
eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan
memegang peranan dalam mengawasi flora usus halus.
4. Sel-sel endokrin saluran pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain:
sekretin, dan kolesistokinin (CCK). Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan
bikarbonat. Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan
sekresi enzim pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh
sistem saraf dan hormon-hormon peptida.
Lamina propria sampai serosa
Lamina propria usus halus terdiri atas jaringan penyambung jarang dan pembuluh darah dan
limfe, serabut-serabut saraf, dan sel-sel otot polos. Tepat di bawah membrana basalis,
terdapat lapisan kontinyu sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag, membentuk sawar
imunologik pada daerah ini. Lamina propria menembus ke dalam inti vili usus, bersama
dengan pembuluh darah dan limfe, saraf, jaringan penyambung, miofibroblas, dan sel-sel otot
polos. Bercak PEYERI (Peyers path).
Submukosa pada bagian permulaan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang,
bergelung yang bernuara ke dalam kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum
(Brunner), yang berfungsi menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung,
melindungi mukosa duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi
usus halus ke pH optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas. Sel-sel kelenjar Brunner
mengandung uragastron yaitu suatu hormon yang menghambat sekresi asam klorida
lambung.
Disamping kelenjar duodenum, submukosa usus halus sering mengandung nodulus
limfatikus. Pengelompokkan nodulus ini membentuk struktur yang dinamakan bercak Peyer.
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya (rektum)
dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan mempunyai daerah
kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:
1. untuk absorpsi air dan
2. pembentukan massa feses,
3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel goblet.
Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering menyebar
ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan serosa ditandai oleh
suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa appendices epiploidices (usus
buntu).
Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum
rectails Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti oleh epitel berlapis
gepeng. Pada daerah ini, lamina propria mengandung pleksus vena-vena besar yang bila
melebar berlebihan dan mengalami varikosa mengakibtakan hemoroid.
Appendix merupakan diverticulum kecil langsing dan buntu yang berasal dari caecum.
Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas yang tidak teratur,
sering mengandung debris sel dan dapat menyumbat seluruh lumen appendix. Epitel
permukaan terutama tersusun oleh sel silindris dengan striated border, dan sel gobletnya
sedikit. Di dalam kriptus, terdapat sedikit sel Paneth, dan banyak sel enteroendokrin.
Muscularis mucosa biasanya tidak sempurna. Submukosa tebal dan mengandung pembuluh
darah dan saraf, dan muscularisnya tipis tetapi masih memperlihatkan kedua lapisan. Tunica
serosa identik dengan yang meliputi usus lainnya.
Appendix seringkali menjadi tempat peradangan akut dan kronik, sehingga sukar
mendapatkan appendix yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil dalam lamina
propria dan submucosa. Dalam jumlah banyak, eosinofil dan neutrofil berturut-turut
menunjukkan adanya infeksi menahun dan infeksi akut.
mural),
kebanyakan
kongenital
1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative), hernia
(inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chrons disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan
intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu.
LO.3.4. Memahami dan menjelaskan patofisiologi ileus obstruktif
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam
saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber
kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas
akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat
di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik melawan
obstruksi dalam usaha mendorong isi usus melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik
kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering
timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum.
Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi,
maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan mulainya
tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih
dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium,
kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan
alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih
lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan
cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan
oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul
azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi pada usus mencakup
volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan gas yang mendistensi lumen
dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke
dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke
dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar
(penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian dinding usus
yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang
memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan
eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen usus cepat
menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar suatu gelung usus
tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya,
karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus
obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu
gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam
gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena.
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus) dibandingkan ileus
obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi cairan dan hanya menerima
sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan
cairan yang cepat. Sehingga dehidrasi cepat bukan suatubagian sindroma yang berhubungan
dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi.
Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus
halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup
dan distensi kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di
sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding
organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung
itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini yang biasanya
pecah pertama.
LO.3.5. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis ileus obstruktif
Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan
sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri
yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan.
Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung sumbatan. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama
pada obstruksi komplit. Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada
pasien yang kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat didengar sesuai
dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda
strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
massa menunjukkan adanya strangulasi.
LO.3.6. Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding ileus obstruktif
ANAMNESIS
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa adhesi
dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejalaumum berupa syok,oliguri
dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan diusus,
hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu
serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus
atau defekasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Fisik
Gambaran fisik pasien yang menderita ileus obstruktif bervariasi dan tergantung kapan
dilakukan pemeriksaan. Jika pemeriksaan dilakukan beberapa jam atau sehari setelah
mulainya obstruksi mekanik sederhana, maka akan terbukti beberapa gejala-gejala ileus.
Tetapi jika dibiarkan lewat beberapa hari, maka tanda tambahan akan bermanifestasi. Alasan
ini didasarkan atas respon patofisiologi terhadap ileus obstruktif. Gambaran pertama dalam
pemeriksaan pasien yang dicurigai menderita ileus obstruktif merupakan adanya tanda
generalisasi dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah
kering. Karena lebih banyak cairan disekuestrasi ke dalam lumen usus, maka bisa timbul
demam, takikardia dan penurunan tekanan dalam darah. Dalam pemeriksaan abdomen
diperhatikan kemunculan distensi, parut abdomen (yang menggambarkan perlekatan pasca
bedah), hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus bukti gelombang peristaltik
terlihat pada dinding abdomen dan dapat berkorelasi dengan nyeri kolik.
Tanda demikian menunjukkan obstruksi strangulata. Gambaran klasik dalam mekanik
sederhana adalah adanya episodik gemerincing logam bernada tinggi dan bergelora (rush)
pada waktu penderita dalam kondisi tenang. Gelora tersebut bersamaan dengan nyeri kolik.
Pada obstruksi strangulata tidak ditemukan tanda ini. Selanjutnya yang diharuskan dari
pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis. Apabila dalam pemeriksaan ini
ditemukan tumor serta adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan terjadinya
obstruksi di proksimal. Jika darah makroskopik ditemukan di dalam rektum, maka sangat
mungkin bahwa obstruksi didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus.
Pemeriksaan colok dubur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X dan foto abdomen yang tegak dan berbaring sangat bermanfaat dalam
mendiagnosa ileus obstruktif. Jika penderita tidak dapat duduk selama 15 menit, maka posisi
dekubitus lateral kiri dapat dilakukan untuk foto abdomen. Adanya gelung usus yang
terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola anak tangga pada foto tegak
menggambarkan bahwa penderita menderita ileus obstruktif. Hal ini karena fakta bahwa
udara biasanya tidak terlihat pada usus halus dan hanya terbukti pada usus yang terdistensi.
Informasi dari foto juga dikumpulkan sebagai bahan diagnosa. Pada foto abdomen, gelung
usus berbeda pada usus halus dan kolon. Usus halus ditandai dengan posisinya yang berada di
dalam abdomen sentral dan adanya valvulae conniventes yang muncul sebagai garis yang
melintasi keseluruhan lebar lumen. Kolon teridentifikasi dengan posisinya di sekeliling
abdomen dan dibatasi oleh adanya tanda haustra yang hanya sebagian melintasi diameter
lumen. Pada obstruksi mekanik sederhana lanjut pada usus halus, tak ada gas yang terlihat di
dalam kolon. Obstruksi kolon dengan valva ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam
kolon merupakan satu-satunya gambaran penting. Jika valva ileocaecalis inkompeten, maka
distensi usus halus dan kolon ada. Pada obstruksi strangulasi, perjalanan klinik lebih cepat
dan harus segera dilakukan pemeriksaan. Distensi usus (jika ada) pada obstruksi strangulasi
lebih sedikit dibandingkan pada obstruksi mekanis sederhana.
C. Pemeriksaan Penunjang Lain
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat
akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+
dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives
melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan
haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat
sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi.
DIAGNOSIS BANDING
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi
distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala
dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut
juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.
LO.3.7. Memahami dan menjelaskan tatalaksana ileus obstruktif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk
mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
Metoklopramid
a. Bekerja di CTZ
b. ES : karena blokade reseptor dopamin di SSP gangguan pergerakan pada anak2 dan
dewasa muda, mengantuk, fatigue/lemah. Stimulasi release prolaktin galaktore dan
gangguan menstruasi. Efek pada motilitas usus diare
Domperidone
a. Antagonis reseptor D2. Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat
kemoterapi kanker
b. ES : diare
Phenothiazine
Dapat digunakan untuk vomitting karena rangsangan pada CTZ. Tidak efektif untuk muntah
karena rangsangan di lambung. Cara kerja antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat
reseptor histamine dan muskarinik. Pemberian p.o., rektal, atau parenteral
4. Antagonis serotonin
Contoh : ondansetron, granisetron
a. Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik. Pemberian p.o, injeksi IV
pelan, infus
b. ES : sakit kepala, gangguan GIT
5. Cannabinoid
a. Derivat cannabinol sintetik menurunkan muntah karena rangsangan pada CTZ.
b. ES : drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahan
mood,hipotensi
postural,
halusinasi, dan reaksi psikotik
6. Steroid
Glukokortikoid deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja belum diketahui dan sinergisme dengan ondansetron
PENCAHAR
1. Bulk Laxative : meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
Contoh : Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida tidak dapat dipecah. Mekanisme kerja menahan air di lumen usus
merangsang peristaltis abeberapa hari. ES : ringan
2. Osmotic Laxative : meningkatkan jumlah air
Meningkatkan volume cairan di lumen bowel mempercepat transfer makanan ke usus halus
massa yg sangat besar masuk kolon distensiekspulsi faeces
3. Faecal Softener : mengubah konsistensi faeces
Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh dari
penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di mana dia
diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut dokter adalah
operasi. Tidak sedikit penyakit dimana kesembuhannya tergantung setelah operasi medis,
tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan membahayakan, jika tim medis
melakukannya dan penderita sembuh dengan izin Allah berarti mereka telah
menyelamatkannya.Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang dipuji. Adapun dari sunnah maka
ada beberapa hadist yang bisa dijadikan pijakan dalam menetapkan dibolehkannya operasi
medis, di antaranya:
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari).
Dari
Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata
aku tidak meninggalkan
tempat ini sebelum kamu berbekam karena aku mendengar rasulullah saw bersabda
Padanya terdapat kesembuhan.(HR. Al-Bukhari). Hadits tersebut menetapkannya
disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwa hijamah dilakukan dengan
membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk menyedot darah kotor dan
membuangnya.Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar dibolehkannya membedah
tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.
2. Hadits Jabir bin Abdullah Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW mengirim
seorang tabib kepada Ubay bin Katab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya
dan menempelnya dengan besi panas. (HR. Muslim). Dalam hadis ini nabi SAW
menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang
dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satu bentuk operasi medis yaitu pemotongan
terhadap anggota tertentu. Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada
operasi
tidak
lepas
dari
dua kemungkinan
yaiut
menyelamatkan
hidup dan menjaga kesehatan, pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai
tingkat dharurat maka tidak ada alasan yang rajih menolak operasi medis.
Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak
membolehkan
secara mutlak, syariat meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan pada
tempatnya, masing-masing diberihak dan kadarnya. Jika operasi medis memenuhi syaratsyarat yang diletakkan syariat maka dibolehkan karena dalam kondisi ini target yang
diharapkan yaitu kesembuhan dengan izin allah bisa diwujudkan, sebaliknya jika tim
medis berpandangan bahwa operasi tidak bermanfaat, tidak diwujudkan sasarannya atau
justru menambah penderitaan penderita maka dalam kondisi ini syariat melarangnya.
Inilah
syarat-syarat dibolehkannya operasi medis
yang diletakkan oleh
fuqaha Islam dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah
syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.