TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Penggunaan Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan dimana
tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang merenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Produktivitas hijauan pakan pada
suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lahan yang
memadai, dimana lahan tersebut harus mampu menyediakan hijauan pakan yang
cukup bagi kebutuhan ternak. Selain itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan air,
iklim dan topografi juga turut berpengaruh (Sawen dan Junaidi, 2011).
Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan
utama yakni padang penggembalaan alam, padang penggembalaan permanen yang
sudah diperbaiki, padang penggembalaan buatan (temporer), dan padang
penggembalaan
dengan
irigasi.
Vegetasi
yang
tumbuh
pada
padang
digembala dengan stocking rate yang tinggi, tanah menjadi kompak, padat dan
berakibat mengurangi aerasi akar dan daya tembus air. Pengambilan zat zat
makanan. Makin sering pastura dipotong makin sedikit daun yang gugur yang
menambah humus dan pada waktu yang sama, makin banyak zat-zat makanan
yang hilang. Berkurangnya produksi pastura yang terlalu tinggi menyebabkan
(Pertiwi, 2007).
Pemanfaatan padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan
sudah lama dilakukan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) di pedesaan.
Untuk memperoleh pakan hijauan bagi ternak yang dipeliharanya, peternak
umumnya menggembalakan ternaknya pada padang penggembalaan alami yang
berada di sekitar tempat tinggalnya. Pada kenyataannya, pemeliharaan ternak
ruminansia dengan sistem pemeliharaan tersebut cenderung memperlihatkan
bahwa produksi yang dihasilkan relatif rendah (Sawen dan Junaidi, 2011).
Pengelolaan padang penggembalaan yang digunakan untuk penggemukan
sapi dengan sistem pasture fattening adalah rotasi penggunaan padang
penggembalaan. Suatu areal padang penggembalaan dapat dibagi atas beberapa
petak dan diisi dengan beberapa ekor sapi yang digemukkan. Setiap petak harus
diamati terus agar dapat ditentukan saat yang tepat untuk melakukan rotasi
(Siregar, 2010).
Gambaran Umum Komposisi Botanis
Analisis botani padang penggembalaan mengidentifikasi spesies yang ada
dan proposal masing masing spesies. Komposisi botanis pasture terutama
legume sangat penting diperhatikan di padang penggembalaan karena
menunjukkan kualitas hiauan. Keberadaan legume di padang penggembalaan
menunjukkan pasture tersebut kualitasnya baik karena legume lebih tinggi kadar
protein, mineral dan daya cernanya disbanding rumput dan umumunya komposisi
legume sampai 50% sangat baik untik memperoleh produksi ternak yang tinggi.
Komposisi legume diatasnya kurang karena produksi dan kandungan energi
legume lebih rendah dari pada rumput. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menentukan komposisi botanis yaitu berat, metode rangking spesies berdasarkan
berat kering, penutupan, jumlah individu dan frekuensi (Hasan dkk., 2015).
Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura
yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis
komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung
komposisi botani yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi
masalah dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang diperlukan untuk
melihat kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani
yang ada secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode analisis
komposisi botani hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat (Priyanto dan
Yulistiani, 2005).
Komposisi botani suatu padang penggembalaan tidak konstan, hal ini
disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim,
kondisi tanah dan pemanfaatan oleh ternak. Analisis komposisi botani yang
meliputi suatu vegetasi padangan menunjukkan gambaran tentang adanya spesiesspesies tertentu serta proporsinya di padangan tersebut. Beberapa teknik telah
digunakan untuk menganalisa vegetasi, antara lain dengan menimbang berat
masing-masing komponen. Penimbangan masing-masing spesies atau kultivar
merupakan metode yang paling tepat dan obyektif dalam menentukan komposisi
adanya
ekosistem
padangan.
Komposisi
suatu
padangan tidak konstan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan susunan
akibat adanya pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh
ternak. Padang penggembalaan yang memiliki spesies hijauan yang bervariasi
antara rumput dan leguminosa terutama spesies tanaman yang berkualitas baik
akan meningkatkan kualitas hijauan (Sawen dan Junaidi, 2011).
Kualitas suatu tanaman hijauan pakan ditentukan oleh komposisi kimianya
melalui suatu analisa laboratorium terutama protein kasar. Kualitas hijauan dapat
tercapai apabila kecepatan fotosintesis lebih tinggi dari pada tingkat respirasi yang
dilakukan oleh tanaman. Fotosisntesis akan berjalan baik apabila ditunjang oleh
ketersediaan unsur hara, sinar matahari, air dan CO2 yang cukup. Akumulasi
biomassa dari hasil fotosintesis banyak tergantung pada umur sedangkan proporsi
dan komponen biomassa senantiasa berubah dari fase ke fase pertumbuhan sesuai
dengan tingkat kedewasaan dan umur. Tanaman yang dipotong pada saat masih
mudah kandungan nutrisinya masih tinggi namun bahan keringnya rendah
sehingga hasil yang diperoleh juga rendah. Sedangkan pemotongan yang
dilakukan pada saat tanaman terlalutua, bahan keringnya tinggi namun kandungan
nutrisinya rendah, struktural kabohidratnya tinggi sehingga tidak menguntungkan
karena mempengaruhi kecernaan dari hijauan tersebut. Tingkat kedewasaan
adalah faktor penting yang memperngaruhi komposisi kimia, perbandingan daun
dan batang, banyaknya biji atau butiran dimana sangat besar pengaruhnya
terhadap nilai nutrien suatu hijauan (Correia, 2010).
Komponen Spesies
Penggembalaan
Rumput,
Legum
dan
Gulma
pada
Padang
legum yang dapat ditanam bersama- sama yaitu Trifolium repens, Trifolium
procumbens,
Trifolium dubium
gizinya, maka legum lebih tinggi kandungan protein kasarnya dari pada rumput.
Peranan legum sangat penting untuk satwa, legum juga mempunyai peranan
sangat penting untuk padang rumput antara lain yaitu memperbaiki kualitas
produksi suatu padang rumput, karena kadar protein kasar legum yang lebih
tinggi dari pada rumput. Memanfaatkan transfer nitrogen dari legum untuk
menjaga produksi rumput padang rumput karena pelapukan akar serta rontokan
daun legum akan menyumbangkan N pada tanah setelah melewati proses
dekomposisi. Hal tersebut pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas
satwa yang hidup pada padang rumput tersebut (Arnold, 2014).
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang mampu menghambat
bahkan mematikan hijauan pakan yang tumbuh bersamanya. Kerusakan yang
diakibatkan oleh gulma dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu kerusakan ringan,
sedang dan berat. Kerusakan ringan adalah kerusakan yang diakibatkan oleh
gulma yang mencakup 10-30% total lahan. Kerusakan sedang ketika gulma telah
merusak tatanan padang penggembalaan 31-50% dari total lahan. Kerusakan berat
terjadi ketika gulma telah merusak tatanan padang penggembalaan sebesar 5180% atau bahkan 100% dari total lahan (Hasan, 2012).
Keberadaan gulma padang penggembalaan rumput dinilai sangat
merugikan. Gulma yang tumbuh di padang penggembalaan dapat menurunkan
produktivitas padang penggembalaan karena merupakan pesaing terhadap hijauan
pakan, baik terhadap air, unsur hara, maupun cahaya. Pada kondisi yang
menguntungkan, gulma dapat tumbuh dengan cepat karena mempunyai daya saing
90%,
yang
putih (Chromolaena
ditemukan 67,16% rumput, 1,49% legum, 11,94% dapat dikonsumsi, dan 19,40%
hijauan non pakan (Yuko dkk., 2012).
Metode Rangking Penentuan Komposisi Botanis
Komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang dapat
mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisis komposisi
botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung komposisi
botani yang ada di suatu pastura. Namun hal ini tentu akan menjadi masalah
dalam menentukan akurasi jenis botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat
kondisi botani dan waktu yang diperlukan untuk melihat kondisi botani yang ada
secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan metode analisis komposisi botani
hijauan makanan ternak yang cepat dan tepat (Diwyanto dan Handiwirawan,
2004).
Metoda analisis komposisi botani menurut Diwyanto dan Handiwirawan
(2004) :
1.
Metoda langsung
Pemisahan dengan menggunakan tangan dan penimbangan hijauan makanan
ternak yang ternak yang telah dipotong. Metode ini paling teliti jika digunakan
jumlah sampel yang cukup banyak, tetapi memerlukan waktu yang lama dengan
fasilitas pengeringan yang memadai.
2. Metoda pendugaan
1.
2.
3.
METODE PRAKTIKUM
Waktu danTempat
Praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat
mengenai Penentuan Komposisi Botanis, dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 April
1 Mei 2016 pukul 10.00 WITA sampai selesai, bertempat penggembalaan PT.
Berdikari United Livestock (PT.BULS) Kabupaten Sidrap.
Materi Praktikum
Alat yang digunakan dalam melakukan praktikum Tatatlaksana Padang
Penggembalaan Peternakan Rakyat
adalah jerami padi/rumput kering, air, kantong plastik, tali rafia dan koran
Metode Praktikum
Berat Komponen Spesies
Melemparkan
memotong
semua
kuadrat
hijauan
secara
di dalam
acak di padang
penggembalaan,
Melemparkan kuadrat secara acak pada padang rumput dan catat semua
spesies yang ada. Ukuran kuadrat tidak terlalu kritis tetapi asalak cukup luas
sehingga sekurang-kurangnya tiga spesies yang masuk di dalamnya . Untuk
padang penggembalaan tropis, kuadrat dengan ukuran 4,9,25 atau 40 dm2 cukup
baik digunakan, memperkirakan spesies yang menempati ranking pertama kedua
dan ketiga dalam hal produksi bahan kering. Apabila tidak ada perbedaan ranking
pertama dan kedua, ranking kedua dan ketiga secara sama pada kedua atau ketiga
spesies, kemudian mengulang prosedur di atas banyak kali, lebih disukai antara
50-100 kali sehingga menghasilkan sekumpulan data, kemudian data ditabulasi
untuk memberikan proporsi kuadrat dimana tiap spesies menempati ranking
pertama, kedua dan ketikga. Proporsi kuadrat dimana spesies menempati ranking
pertama, kedua dan ketiga masing-masing dikalikan dengan faktor 70, 19, 21, 0,
dan 73, kemudian jumlah proporsi kuadrat suatu spesies setelah dikalikan dengan
faktor tersebut merupakan komposisi botanis spesies tersebut.
Ranking
Proporsi(kg/ m
1
2
3
1
2
3
Rumput
7
1
1
46
16
25
Legum
5
2
2
33
33
50
Gulma
3
3
1
20
50
25
Jumlah
15
6
4
99
99
1
Sumber : Hasil Praktek Lapang Tatalaksana Padang Pengembalaan Rakyat
PT.BULS, 2016.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa spesies tanaman yang
paling banyak adalah graminae (rumput), yang kedua legum dan yang ketiga
gulma. Pada Praktek Lapang Tata Laksana Padang Pengembalaan Peternakan
Rakyat PT. Berdikari Unit Live Stock di Kabupataen Sidrap mengenai Penenetuan
Komposisi Botanis melalui jenis komponen spesies tidak terjadi perbedaan yang
signifikan pada rumput, legum dan gulma, dikarenakan komposisi tanaman pada
suatu padang penggembalaan tidak selalu tetap dipengaruhi oleh iklim dan
kepadatan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sawen dan Junaidi (2011)
menyatakan bahwa komposisi suatu padangan tidak konstan, disebabkan karena
adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim, kondisi tanah dan
terutama
PENUTUP
Kesimpulan
spesies
Berdasarkan
Padang Pengembalaan
DAFTAR PUSTAKA
Correia, B.A., Ligia, L.G., Joao, Rendes, Cruz, M dan Afonso, A. 2010. Analisis
komposisi botani dan komposisi kimia padang penggembalaan alam di
pertengahan dan akhir musim hujan pada dataran tinggi dan rendah di
Kabupaten Lautem. Direktorat Bina Sarana Usaha Peternakan, Direktorat
Jenderal Peternakan Departamen Pertanian Indonesia.
Damry. 2009. Produksi dan kandungan nutrient hijauan padang penggembalaan
alam Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. 16(4): 296
300.
Diwyanto, K. Dan E. Handiwirawan. 2004. Peran Litbang Dalam Mendukung
usaha agribisnis pola integrasi tanaman ternak. Prosiding Sistem Integrasi
Tanaman dan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan CropAnimal Systems Research Network (CASREN), Bali.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press. Bogor.
Hasan, S., Rusdy, M., Nompo, S., Nohong, B. 2015. Bahan Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pertiwi, E. 2007. Upaya Pelestarian Alam Sebagai Padang Penggembalaan
Bersama Peternak Tradisional Yang Berwawasan Lingkungan di
Kabupaten Sumbawa. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Priyanto, D. dan D. Yulistiani. 2005. Estimasi Dampak Ekonomi Penelitian
Partisipatif Penggunaan Obat Cacing Dalam Meningkatkan Pendapatan
Peternak Domba di Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
Sawen, D dan Junaidi, M. 2011. Potensi padang penggembalaan alam pada dua
kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Siregar, B.S. 2010. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudaryanto, B dan Priyanto, D. 2009. Degradasi padang penggembalaan. Balai
Penelitian Ternak, Yogyakarta.
Yuko, O., Supriyantono, A., Widayati, T dan Sumpe, I. 2012. Komposisi botani
dan persebaran jenis jenis hijauan local padang penggembalaan alam di
Papua Barat. Jurusan Peternakan Fakultas Peterankan Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Papua, Manokwari. 4(2):62-65.
LAMPIRAN
Rumput:
Proporsi 1=
=
100
100
= 0,46 100
2
= 46 kg/ m
Proporsi 2=
=
100
100
= 0,16 100
2
= 16 kg/ m
Proporsi 3=
=
100
100
= 0,25 100
2
= 25 kg/ m
Legum :
Proporsi 1=
=
100
100
= 0,33 100
2
= 33 kg/ m
Proporsi 2=
=
100
100
= 0,33 100
2
= 33 kg/ m
Proporsi 3=
100
2
4
100
= 0,5 100
2
= 50 kg/ m
Gulma
Proporsi 1=
=
100
100
= 0,2 100
2
= 20 kg/ m
Proporsi 2=
=
100
100
= 0,5 100
2
= 50 kg/ m
Proporsi 3=
100 = =
1
4
100
= 25
= 0,25 100
Laporan Praktikum
Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat
PRAKTIKUM VI
PENENTUAN KOMPOSISI BOTANIS
NAMA
NIM
KELOMPOK/GEL : VIII/II
ASISTEN
: ISNAWATI MUHAJIR