BLOK 276
PUSKESMAS NELAYAN
FAIZ TEGAR PRATITA
110170020
ASMA BRONKIAL
(REFLEKSI)
A. Deskripsi Pengalaman
Pada refleksi kasus saya yang pertama pada minggu pertama ini saya mengambil
kasus Asma bronkial, saya mengambil kasus ini karena menurut saya kasus ini
menarik, saya juga diarahkan dan dibimbing dokter yangada di puskesmas untuk
menjadikan kasus ini sebagai refleksi kasus.
Pasien yang saya dapat adalah seorang anak umur 3 tahun diantar oleh
ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas. Sesak
dirasakan sejak semalam yang menyebabkan anak tidak bisa tidur.
Sesak hanya dirasakan saat cuaca dingin dan pada saat beraktivitas
atau saat anak kecapean. Keluhan juga disertai batuk berdahak dengan
warna bening tetapi tidak dirasakan pilek. Sebelumnya pasien
mengeluhkan demam. Konsumsi air hangat bisa meredakan keluhan
pasien. Pasien tidak merasakan keringat malam. Namun mengeluhkan
kaki terasa dingin. Pasien menderita penyakit asma sejak umur 2 tahun
dan dikeluarga pasien ada juga yang menderita asma yaitu ayahnya.
Tinjauan sistem tubuh lainya dalam batas normal.
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien komposmentis dan tampak
kesulitan bernafas. Pengukuran tanda-tanda vital frekuensi napas 60
kali/menit, frekuensi nadi 100 kali/menit, suhu 36,8 0C. Terlihat tarikan
dinding dada. Suara wheezing pada paru kanan atas ditemukan. Akral
teraba dingin. Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.
Pemberian antibiotik dan obat bronkodilator diberikan oleh dokter
puskesmas sebagai tatalaksana pada pasien ini.
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis. Ciriciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari
yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan
adalah mengi. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas,
yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri
patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas yang kadang disertai
dengan perubahan struktur saluran napas.
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma
dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur
imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I
(tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul pada
orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal
dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE
terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang
berhubungan erat dengan
menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat.
Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator.
Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor
kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal
pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi
saluran napas. Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera
yaitu 10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi
merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja
langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam
pajanan alergen dan bertahan selama 16- 24 jam, bahkan kadang-kadang sampai
beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen
Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan
napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,
sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh
mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa
melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap,
kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf.
Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya
neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related
Peptide
(CGRP).
Neuropeptida
itulah
yang
menyebabkan
terjadinya
Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih
kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak. Ras/etnik,
obesitas juga ermasuk salah satu faktor resiko genetik. Obesitas atau peningkatan
Body Mass Index (BMI), merupakan faktor risiko asma. Mediator tertentu seperti
leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya asma. Meskipun mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan
penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki gejala fungsi paru, morbiditas
dan status kesehatan.
Selain faktor resiko genetik ada juga faktor resiko dari lingkungan. Alergen dalam
rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit binatang seperti
anjing, kucing, dan lain-lain), alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
Kemudian faktor lainnya seperti alergen makanan (contoh: susu, telur, udang,
kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, kiwi, jeruk, bahan penyedap pengawet,
dan pewarna makanan), alergen obat-obatan tertentu (contoh: penisilin,
sefalosporin, golongan beta laktam lainnya, eritrosin, tetrasiklin, analgesik,
antipiretik), bahan yang mengiritasi (contoh: parfum, household spray), ekspresi
emosi berlebih (stres/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Di samping
gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami
stres/gangguan emosi perlu diberi nasihat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi, maka gejala asmanya lebih sulit
diobati), asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif (asap rokok berhubungan
dengan penurunan fungsi paru. Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah
kelahiran berhubungan dengan efek berbahaya yang dapat diukur seperti
meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma pada usia dini), polusi udara
dari luar dan dalam ruangan, exercise-induced asthma (pada penderita yang
kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas/olahraga tertentu. Sebagian besar
penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas
tersebut), perubahan cuaca (cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Serangan kadang-kadang berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga), dan status
ekonomi.
Pada pasien ini jelas dikeluhakan oleh pasien faktor resiko yang jelas
dirasakan. Suhu dingin dan aktivitas berat yang mendominasi keluahan asma
timbul. Hal ini saya ketahui dari anamnesis mengenai faktor yang mempengaruhi
(faktor yang memeperberat dan memperingannya). Selain itu faktor resiko yang
lainnya adalah genetik yaitu turunan dari ibu pasien. Kemungkinan penyakit asma
diturunkan dari ibu ke pasien.
Aspek utama yang menjadi fokus refleksi pada minggu pertama kali ini
yaitu bagaimana mengatasi penyakit dan mengedukasi kepada pasien supaya
keluhan-keluhan yang timbul tidak bertambah berat, mengingat asma merupakan
salah satu penyakit yang sulit untuk hiilang bilamana bahan alergen tidak
dihindari. Maka dari itu penting sekali edukasi kepada pasien penderita asma
sehingga keluhan bisa ditekan dan bisa dicegah.
Dengan edukasi yang baik kepada pasien penderita asma, gejala bisa
ditekan dan tujuan dari edukasi bisa tercapai dengan baik. Tujuan yang ingin
dicapai pada refleksi kali ini adalah cara mengedukasi yang baik kepada pasien
penderita asma. Upaya promotif dan preventif jelas merupakan hal yang paling
utama dalam pencegahan suatu penyakit.
Banyak penderita asma tidak diobati menurut pedoman mutakhir,
menimbulkan asma tidak terkontrol dan merupakan beban bagi penderita,
keluarga serta seluruh sistem perawatan kesehatan. Pemantauan dan penilaian
secara terus menerus penting untuk keberhasilan penanganan klinis. Menurut
konsep baru, penanganan asma dibuat dalam 3 golongan umur yaitu 0-4 tahun, 412 tahun dan diatas 12 tahun, serta menggunakan 2 domain dalam evaluasi derajat
berat dan kontrol asma, yaitu gangguan dan risiko. Bila diagnosis asma sudah
ditegakkan, setiap penderita dilakukan penilaian derajat berat asma, Derajat berat
adalah intensitas intrinsik proses penyakit yang diukur praterapi, dan dapat
dengan asap rokok, baik in utero atau setelah lahir, tidak ada bukti intervensi yang
dapat mencegah perkembangan asma. Hipotesis higiene untuk mengarahkan
sistem imun bayi kearah Th1, respons nonalergi atau modulasi sel T regulator
masih merupakan hipotesis.
Eksaserbasi asma dapat ditimbulkan berbagai faktor (trigger) seperti
alergen (indoor seperti tungau debu rumah, hewan berbulu, kecoa, dan jamur,
alergen outdoor seperti polen, jamur, infeksi virus, polutan dan obat. Mengurangi
pajanan penderita dengan beberapa faktor seperti menghentikan merokok,
menghindari asap rokok, lingkungan kerja, makanan, aditif, obat yang
menimbulkan gejala dapat memperbaiki kontrol asma serta keperluan obat. Tetapi
biasanya penderita bereaksi terhadap banyak faktor lingkungan sehingga usaha
menghindari alergen sulit untuk dilakukan. Hal-hal lain yang harus pula dihindari
adalah polutan indoor dan outdoor, makanan dan aditif, obesitas, emosi-stres dan
berbagai faktor lainnya. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk menghilangkan
dan mengendalikan gejala asma, agar kualitas hidup meningkat, mencegah
eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin, mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan
aktivitas lainnya, menghindari efek samping obat, mencegah terjadinya
keterbatasan aliran udara ireversibel, meminimalkan kunjungan ke gawat darurat
Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter dan pasien adalah hal
yang penting sebagai dasar penatalaksanaan. Diharapkan agar dokter selalu
bersedia mendengarkan keluhan pasien, itu merupakan kunci keberhasilan
pengobatan. Komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu
mengembangkan hubungan dokter pasien, identifikasi dan menurunkan pajanan
terhadap faktor risiko, penilaian, pengobatan dan monitor asma serta
penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2
golongan: Akut dan kronis. Serangan akut adalah keadaan darurat dan
membutuhkan bantuan medis segera, Penanganan harus cepat dan sebaiknya
dilakukan di rumah sakit/gawat darurat. Kemampuan pasien untuk mendeteksi
dini perburukan asmanya adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya
yang
dapat
menyebabkan
keter-lambatan
dalam
KESIMPULAN
Perasaan saya mengenai kasus ini saya merasa insyaallah apabia
mendapatkan kasus yang serupa bisa mengatasinya dengan ilmu dan teori yang
saya dapat dari bangku kuliah dan praktek di puskesmas. Dengan mengetahui
penyebab sampai dengan pencegahan dari asma saya bisa belajar banyak hal
untuk dipelajari dan menjadikan acuan kedepannya apabila menemukan kasus
yang serupa. Dengan pengalaman ini pola pikir saya mengenai menajemen
penyakit mulai meluar. Berfikir tidak hanya obantnya saja tetapi kita juga harus
memikirkan benar-benar dari penyebab, perjalanan penyakit, gejala dan tanda,
pemeriksaan
penunjang,
dignosis,
tatalksana,
komplikasi
dan
juga
pencegahannya. Selain itu aspek-aspek yang lain seperti kesigapan diri merawat
pasien dan menanggapi maslah-masalah atau keluahan-keluahan yang dirasakan
oleh keluarga pasien, rekan sejawat dan rekan kerja. Kasus ini mengajarkan saya
bagaimana berpola pikir yang luas tentang suatu penyakit dan mengajarkan saya
betapa tidak enaknya itu rasa sakit. Sehat itu penting dan sangat mahal harganya.