Anda di halaman 1dari 37

Membangun Manusia Indonesia:

Menuju Negara Sejahtera, Berkeadilan Sosial, dan Berkedaulatan Rakyat


Oleh: Dr. Berlian T.P. Siagian
Semenjak pergerakan bangsa Indonesia untuk merdeka tahun 1908, yang
dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda 1928, founding father bangsa Indonesia
men-cari2 bentuk negara yang paling sesuai untuk Indonesia. Demikian pula
mereka men-cari2 bentuk pemerintahan yang paling sesuai untuk mengisi
kehidupan bernegara sehingga harapan menghasilkan satu Negara Indonesia
yang sejahtera dapat diwujudkan. Negara dimana ada kemerdekaan sejati,
kemandirian, persamaan, persaudaraan diantara anak bangsa. Rasa senasib
sepenanggungan.
Keinginan itu merupakan sentimentalisme yang didambakan seluruh rakyat dan di
ekspresikan melalui sekelompok kecil anak bangsa yang sadar akan posisinya
sebagai bangsa jajahan. Pada saat yang sama lahir pula berbagai pemikiran awal
dan ideologi untuk mencapai Negara sejahtera tersebut. Ide komunisme,
sosialisme, nasionalisme sempit, universalisme yang dihadapkan langsung dengan
kebodohan, kepicikan, ketertinggalan, dan rendah diri yang dalam (inferiority
complex).
Dalam proses maka lahirlah partai2 berdasarkan ideologi sekuler, berdasarkan
agama, berdasarkan kedaerahan dan kesukuan. Dengan berjalannya waktu
ideologi2 itu ada yang tumbuh, berkembang, dan ada juga yang kemudian tidak
relevan lagi dan kehilangan pamor dan pengikut, sehingga kemudian mati. Pada
waktu itu dunia politik kita masih terkungkung dogma, apakah itu dogma politik,
dogma agama, atau dogma ekonomi. Masing2 dogma membawakan
kebenarannya sendiri2 dan menolak dogma yang lain. Sesuai dengan kemampuan
masing2, kelompok masyarakat berserikat, menjalankan roda organisasi, dan
mencari pengaruh. Kelompok2 ini ada yang menjadi kuat, ada yang tersingkir dan
mati. Sementara lebih seratus tahun sejak pergerakan nasional bangsa Indonesia,
atau lebih 66 tahun sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, cita2 Negara
sejahtera, Negara berdaulat, Negara kuat yang dapat berdiri setara dengan
1

bangsa2 lain terlihat masih jauh. Yang kita temukan malah kemunduran sosial,
rusaknya perilaku, dan budi pekerti. Banyak manusia Indonesia telah berubah
menjadi manusia bebal, pelanggar hukum, picik, lebih banyak menggunakan
emosi dan otot, sedikit menggunakan otak; buta strategi dan mudah dihasut.
Adakah yang salah dengan model Negara dan model pemerintahan kita? Jelas ada
yang salah. Kalau pertanyaan dilanjutkan lagi, bentuk pemerintahan dan model
Negara yang bagaikanakah yang memenuhi kaidah universal untuk membangun
manusia dan memanusiakan manusia?
Pertanyaan seperti ini akan mengundang debat yang menghasilkan berbagai visi,
yang satu dengan lainnya dapat bertentangan. Oleh karena itu sudah saatnya kita
melakukan analisa bentuk Negara dan bentuk pemerintahan untuk suatu Negara
kepulauan yang berjejer lebih dari 5.000 km membujur, dan lebih dari 1,800 Km
melintang, dihuni oleh lebih 1.000 suku. Belum ada nation yang dibangun dengan
kepelbagaian yang begitu luas.
Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang memungkinkan kita untuk menguji,
bentuk Negara dan bentuk pemerintahan yang bagaimanakah yang paling tepat
untuk mewujudkan Negara sejahtera, makmur, dan berperan menciptakan
perdamainan dunia. Kita akan menggunakan Non-Prametrics Statistics sebagai
dasar pemodelan mencari bentuk ideal Negara dan bentuk pemerintahan.
Founding fathers Indonesia dan banyak akhli tata Negara yang lahir kemudian
belum sepenuhnya terpapar pada teknologi Non-Parametrics. Pertama karena ,
ilmu itu baru lahir tahun 1970an dan berkembang pesat dengan berkembangnya
teknologi komputasi dan statistika. Kedua, karena kebiasaan bangsa Indonesia
yang terikat ketat pada dogma yang membuat ilmuan takut mempertanyakan
segala sesuatu yang masuk akal. Ketiga, teknologi ini telah digunakan secara luas
didalam riset ekonometri, sosiometri, dan psikometri. Trend pasar, ramalan
perekonomian kedepan selalu didasari oleh teknologi ini.
Lebih 66 tahun Republik Indonesia berkembang lebih lambat dibandingkan
cohortnya. Mengapa? Bukankah sepantasnya kita menggunakan alat ukur (proxy
measure) yang lebih baik, agar cita2 negara sejahtera, berkedaulatan rakyat, dan
berkeadilan sosial dapat kita capai berdasarkan ilmu dan akal sehat secara lebih
sistimatis dari yang selama ini kita lakukan. Sudah terlalu lama kita menggunakan
2

cara2 pokrol bambu, debat kusir, tawar menawar, dagang-sapi kepentingan


dalam menata bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Sekaranglah saatnya kita
melihat dengan sudut pandang baru, menggunakan seluruh potensi ilmu dan
teknologi, menggunakan otak terbaik anak negeri ini untuk menjawab pertanyaan
cara terbaik mencapai cita2 kita bernegara dan berpemerintahan.

Human Development Index


Puluhan tahun negara2 mencari bentuk yang pas untuk mengukur kesejahteraan
suatu Negara. Upaya iitu akhirnya mencapai satu tonggak penting dengan
dirumuskannya Human Development Index atau HDI.
Mulai tahun 2011, UNDP mulai menganjurkan penggunaan HDI sebagai alat untuk
mengukur kemajuan. HDI didasarkan pada index sebagai berikut:

1. Life Expectancy Index (LEI)


2. Education Index (EI)
2.1 Mean Years of Schooling Index (MYSI)

2.2 Expected Years of Schooling Index (EYSI)

[4]

[5]

3. Income Index (II)


Pada akhirnya HDI adalah geometric mean dari tiga index yang telah
mengalami normalisasi:

Catatan:
LE: Life expectancy at birth
MYS: Mean years of schooling (Years that a 25-year-old person or older has spent in
3

schools)
EYS: Expected years of schooling (Years that a 5-year-old child will spend with his
education in his whole life)
GNIpc: Gross national income at purchasing power parity per capita

Rumus diatas mulai digunakan tahun 2011, sedangkan pada perode sebelumnya
masih digunakan cara penghitungan lama yang sudah tidak digunakan lagi,
mengingat secara empiris disimulasikan bahwa cara perhitungan baru
memberikan normalisasi yang lebih banyak, sehingga mempunyai predictive
power (daya duga) yang lebih tinggi.
Profile Indonesia saat ini diantara 187 negara adalah sebagai berikut:

Dari table diatas, Indonesia masih berada pada nomor ratusan dalam urutan HDI.
Pertanyaan hipothetis yang akan kita uji disusun menurut Negara kemudian
membuktikan bahwa variasi HDI antar negara ditentukan oleh berbagai faktor
penyebab yang bermakna (significant). Kita menguji apakah faktor2 berikut ini
merupakan penentu variasi HDI, antara lain yang telah diajukan para pengamat
adalah:
Bentuk Negara,
Jenis Pemerintahan,
4

Efektifitas Pemerintahan,
Kebebasan Mengajukan Pendapat,
Index Kekuasaan Hukum, Peradilan, dan Keadilan
Kepemimpinan Negara
Sumber Daya Alam,
Kemandirian Pangan,
Kemandirian Teknologi,
Index Pendidikan,
Index Kesehatan
Index Pelestarian Alam (Environmental Sustainability),

Kerangka analisa dibuat terbuka sehingga member kesempatan bagi analis yang
akan bekerja belakangan untuk membangun kerangka analisa baru dan dinamis
diats kerangka yang ada sekarang mengikuti perubahan pengukuran yang
dimaksud dan mengikuti kemajuan teknologi pengukuran.
Sejalan dengan tujuan mencari faktor penting dalam membangun manusia
Indonesia, analisa variasi HDI dikembangkan pula model Indeks Kebahagiaan
Warga Negara; dimana faktor penentu bermaknanya mungkin bersinggungan,
atau mungkin berbeda dari faktor penentu HDI.

Millennium Development Goals (MDGs)


Model HDI berkaitan dengan sasaran praktis (Goal) Millennium Development
sejagat, mencakup:
Goal
Goal
Goal
Goal
Goal
Goal
Goal
Goal

1. Penghapusan Kemiskinan Absolut dan Kelaparan


2. Mewujudkan Pendidikan Dasar yang Universal
3. Memajukan Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
4. Menurunkan Angka Kematian Anak
5. Memperbaiki Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui
6. Membasmi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit menular lainnya
7. Menjamin Pelestarian Alam (Environmental sustainability)
8. Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan
5

MDGs mencakup delapan jalur sasaran praktis yang dianjurkan dalam perbaikan
HDI. Penentuan sasaran praktis ini didasarkan atas konsensus diantara utusan
negara2 yang menghadiri sidang MDGs, dimana diputuskan delapan jalur sasaran.
Pengmbangan Model HDI yang dilakukan ini bertujuan mengidentifikasi dan
menguji manakah sasaran yang terbukti paling penting atas dasar analisa empiris
dan uji statistik.
Hasil pemantauan profile Indonesia sejak tahun 1980 sampai akhir tahun 2010,
menunjukkan kecenderungan perbaikan HDI Indonesia sebagai berikut:

Ada perbaikan HDI di Indonesia dari angka 0, 42 tahun 1980 menjadi 0,56 tahun
2010. Pada awal tahun 2011 perubahan cara perhitungan HDI memperbaiki posisi
Indonesia didalam skala yang baru.

Data Empiris Determinan HDI


Dengan menggunakan data empiris HDI yang diperoleh dari statistic UNDP tahun
2011 yang mencakup 187 negara, Indonesia menduduki nomor urut ke 124,
dengan HDI 0,617 dan Non-Income HDI 0,674.

Angka ini menunjukkan Indonesia masih berada dibawah rata2 regional Asia
Timur dan Pasifik yang saat ini berada pada posisi 0,671. Data dilengkapi dengan
data ekonomi, pemerintahan wilayah, industri, hukum, pertahanan dari beberapa
sumber yang dapat dipercaya.
Upaya penentuan determinan HDI menggabungkan hasil kompilasi data dari
berbagai sumber mewakili banyak Negara. Gabungan data yang lebih lengkap
mewakili 114 negara saja. Pertanyaan dasar adalah: Apakah yang membuat
variasi HDI diberbagai Negara?
Persyaratan dasar dalam menentukan determinant HDI adalah memasukkan
variabel yang bukan merupakan produk operasi matematis langsung dengan HDI.
7

Oleh karena itu variabel yang mewakili Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan,
Indeks Penghasilan tidak dapat digunakan lagi didalam Model HDI. Ke-empat
variabel tersebut secara matematis linier telah terwakili didalam HDI.
Data dari 114 negara meliputi 104 variabel telah disusun untuk uji kprelasi dengan
Pearson Correlation bagi variabel continuous scale and Dummy Variable
Continuous scale dan uji dengan Spearman Rho untuk variabel ordinal scale.
Hasil pengujian menghasilkan hubungan korelasional antara HDi dengan
predictornya dan hasil korelasinya didapatkan berikut:

HDI terhadap Variabel2


Economy-sub-Index
Safety and Security sub-Index
Government Effectiveness
Rule of Law
Democratic Accountability
Entrepreneurship and
Opportunity
Personal Freedom
Social Capital
Gov Type Republic / State
Gov Type Monarchy
Legal System - Civil Law
Legal System - Common Law
Chief of State-President
Chief of State - Monarch
Head of Govern - President
Head of Govern - Prime
Minister
Cabinet - Appointed by
President
Cabinet - Appointed by
Congress

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Jumlah Pair


.745**
.000
110
**
.783
.000
110
**
.795
.000
114
**
.752
.000
114
**
.630
.000
114
110
.915**
.000
.579**
.616**
-.258**
.290**
.189*
-.195*
-.302**
.301**
-.338**

.000
.000
.006
.002
.044
.039
.001
.001
.000

.331**

.000

-.320**

.001

.262**

.005

110
110
114
114
114
113
114
114
114
114
114
113

HDI terhadap Variabel2


President elected by Citizen
Area Coastline (km)
Tax-as-portion-of-GDP 2011
Import (billion ) data 2010
Natural Gas Consume (billion
m3) data 2010
Debt External (billion) data
2011
Debt External per Capita 2011
GDP Agricultural
GDP Service
GDP Industrial + Service
Gini Index
Population below poverty line
Inflation data 2010
Electricity Consumed (kWh )
per capita 2008
Electricity Production ( kWh)
per capita 2009
Discount rate 2010
Commercial Bank prime
Civil Liberties 2011 Free
Civil Liberties Partly Free
Civil Liberties 2011 Not Free
Political Right Free
Political Right Partly Free
Political Right Not Free

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Jumlah Pair


-.415**
.000
114
*
.186
.047
114
**
.509
.000
111
**
.321
.000
114
113
.206
.029**
.347

.000**

113

.448**
-.853
.515**
.673**
-.417
-.698
-.395**

.000
.000**
.000
.000
.000*
.000**
.000

.550**

.000

113
114
114
114
103
98
114
113

.538**

.000

-.600**

.000

.652**
-.514**
-.238*
.567**
-.390**
-.267**

.000
.000
.012
.000
.000
.005

113
111
110
110
110
110
110
110

Hasil berbagai pengukuran yang mempunyai korelasi significant dengan HDI dan
bukan merupakan produk perhitungan langsung seperti Indeks Kesehatan,
Pendidikan, dan Penghasilan menjadi bagian dari daftar variabel predictor
(Independent variable) yang akan digunakan membangun Model HDI. Ditemukan
39 variabel layak digunakan untuk membangun Model HDI. Kepatutan Hak-Hak
Sipil (Civil Liberties) dan Kebebasan Berpolitik (Political Right) warga Negara
9

sejalan bila dilakukan pengujian dengan rank-order Non-Parametric Correlation


(Spearmans Rho) setelah kedua variabel itu ditransformasikan menjadi Dummy
Variabel. Hasilnya adalah sebagai berikut:
HDI terhadap Variabel2
Political Right 2011
Civil Liberties 2011

Spearman's rho
Sig. (2-tailed) Jumlah Pair
**
-,635
,000
109
**
-,683
,000
109

Demikian pula hasil uji korelasi antara HDI dengan variabel asli kebebasan politik
dan variabel hak2 sipil dalam ordinal scale (1-7, dimana 1-2 = free; 3-4-5 = Partly
Free; 6-7 = Not Free) sejalan dengan pengukuran dengan transformasi skala
ordinal dibawah ke dummy variabel continuous scale. Dummy variabel Hak-hak
Sipil dan variabel Kebebasan Berpolitik dilakukan agar memenuhi syarat untuk
disertakan sebagai calon predictor didalam membangun Model Human
Development Index.
Berbagai temuan awal dapat dilihat dari matrix korelasi diatas, menunjukkan HDI
yang lebih tinggi ditemukan dinegara2 yang memiliki ciri2:

Pemerintahan yang efektif


Hukum berwibawa dan memerintah
Akuntabilitas Demokrasi
Jaminan Keamanan
Index Ekonomi yang lebih tinggi
Kebebasan Individual
Lingkungan Usaha (Opportunities and Enterpreneurship) yang lebih bebas
Kepala Pemerintahan adalah Perdana Menteri
Proporsi Pajak yang dikumpulkan lebih tinggi
Import yang lebih tinggi dengan neraca berimbang
Konsumpsi Gas Alam per kapita yang lebih tinggi
Proporsi penduduk yang memperoleh kehidupan dari Industri dan Jasa
tinggi
Kebebasan ber politik
10

Perlindungan hak2 sipil


Sebaliknya akan ditemukan HDI yang lebih rendah dinegara2 bila ditemukan ciri2:

Pemerintah berbentuk Republik


Kepala Negara adalah Presiden
Kepala Pemerintahan adalah Presiden
Anggota Kabinet ditunjuk oleh Presiden
Presiden dipilih langsung oleh Rakyat
Proporsi penduduk yang memperoleh kehidupan dari Pertanian tinngi
Proporsi penduduk yang hidup dibawah garis kemikinan tinggi
Kepincangan distribusi penghasilan yang diukur dengan Gini-Index tinggi
Suku bunga bank komersial tinggi
Tingkat Inflasi tinggi
Kehidupan berpolitik tidak bebas sama sekali atau hanya sebagian bebas
Hak-hak sipil tidak bebas sama sekali atau hanya sebagian bebas

Hal yang ditemukan pada uji korelasi ini sebagai anomali adalah HDI yang tinggi
ditemukan justru pada pada negara2 dimana ditemukan:
Jumlah Hutang Luar Negeri yang tinggi
Telaah lebih lanjut menunjukkan justru hutang luar negeri yang tinggi ditemukan
di sentra keuangan dunia seperti Amerika Sekikat dengan New York City, Kerajaan
Inggeris Raya dengan London, Switzerland, Netherland, Sweden, Austria, dan
Hongkong. Hutang luar negeri yang tinggi di negara2 tersebut berkaitan dengan
kemakmuran negara tuan rumah dan kepercayaan dunia menitipkan uangnya
disana. Hanya Iceland satu2nya negara yang hutang luar negerinya banyak yang
tidak terkait dengan kekuatan perekonomian di kancah global.

Membangun Model HDI


Kita membangun Model HDI dengan menggunakan variabel terseleksi yang
mempunyai korelasi significant dengan HDI sebagai variabel predictor. Seleksi
11

dilakukan dengan menggunakan semua variabel yang distribusinya telah


ternormalisasi, sehingga akan dihasilkan model yang menjelaskan bagian paling
besar dari variasi HDI di antara negara2 yang dalam pengamatan. Hasilnya
diharapkan akan membantu menjelaskan Bentuk Negara dan Bentuk
Pemerintahan yang bagaimanakah yang paling tepat untuk mewujudkan negara
sejahtera, suatu negara yang turut berperan dalam menciptakan kemakmuran
dan perdamaian dunia. Strategi yang bagaimana yang harus ditempuh, agar dapat
menghantar bangsa Indonesia lebih tepat dan lebih cepat menghasilkan negara
sejahtera yang dicita2kan.
Secara umum, proses membangun Model HDI ini mempunyai ketelitian yang
cukup tinggi, dimana 91,9 % dari variasi HDI di 114 negara dijelaskan oleh Model
HDI yang dihasilkan.

Hanya 8,1% variasi HDI antar Negara yang tidak dapat dijelaskan.
Scattergram HDI sebagai mana yang telah ditetapkan semua predictor terpilih l
menghasilkan distribusi yang hampir linear linear menunjukkan bahwa Model HDI
menghasilkan ramalan yang hampir linear sebagai berikut:
12

Hubungan yang hampir linear antara HDI negara yang diramalkan oleh Model HDI
terhadap HDI sesunguhnya. Hasil scattergram diatas terlihat hampir linear.
Temuan ini memastikan bahwa kelayakan skala yang digunakan memadai,
sehingga tidak diperlukan transformasi skala variabel lebih jauh.
Adapun variabel predictor yang terpilih dan kekuatan peramalannya tercermin
pada grafis dibawah ini.

13

Arah Predictor mempengaruhi HDI dapat dilihat dari Tabel Korelat HDI terpilih
berdasarkan jumlah variasi HDI yang dijelaskan, sebagai berikut:
HDI terhadap Predictor Terpilih Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Jumlah Pair
Entrepreneurship and
110
.915**
.000
Opportunity
GDP Agricultural
-.853
.000**
114
**
Population below poverty line
-.698
.000
98
**
Rule of Law
.752
.000
114
*
Legal System - Common Law
-.195
.039
113
**
Tax-as-portion-of-GDP 2011
.509
.000
111
**
Democratic Accountability
.630
.000
114

14

Upaya memunculkan dan menciptakan peluang untuk menumbuhkan


Kewirausahaan (Entrepreneurship) dan membuka peluang kerja dan usaha yang
sama bagi semua (Opportunity) memberikan pengaruh positip pada peningkatan
HDI. Demikian pula percepatan upaya memerdekakan rakyat semakin jauh dari
Pertanian akan mempercepat peningkatan HDI. Rupanya semakin dekat dan lama
penduduk terkungkung dalam lingkungan pertanian tradisional, semakin besar
kemungkinan masyarakat petani tertinggal dalam meningkatkan HDI kelompok
petani tradisional. Temuan dengan teknologi terkini mengabadikan teorem
Clifford Geertz dalam bukunya Agriculture Involution yang didasarkan pada
riset Geertz di Jawa Timur tahun 1954-1957. Transformasi Pertanian tradisional
menjadi Industri rumah tangga dengan basis di pedesaan menjadi sangat penting.
Konsep ini sesuai dengan konsep Transformasi dan Industrialisasi Pedesaan.
Upaya pengentasan kemiskinan yaitu dengan program yang semakin mengurangi
rakyat yang berada dibawah garis kemiskinan melalui pembukaan kesempatan
kerja dan kesempatan usaha di pedesaan akan semakin meningkatkan percepatan
perbaikan HDI.
Ketiga upaya diatas tidak berkaitan dengan ideology dan sistim politik yang dianut
saat ini. Partai2 politik dengan ideologi Nasionalis, Nasionalis-Agamis, Agamis
sama sekali tidak berpengaruh pada perbaikan HDI. Nyatalah bahwa cetak biru
partai2 politik yang ada sekarang secara konsepsional tidak menyentuh proses
peningkatan HDI. Tidak ada satupun dari sembilan partai politik ditambah
NasDem sebagai partai baru yang telah meletakkan strategi pengembangan
bangsa secara pas. Model HDI juga tidak menyentuh secara bermakna bentuk
pemerintahan parlementer sungguhpun pada analisa korelasi menunjukkan sistim
parlementer didunia tercermin pada HDI yang lebih tinggi. Tentunya variasi ini
memerlukan telaah yang lebih teliti.
Bila dikaitkan dengan Ketuhanan yang Maha Esa, atau Agama Dalam Politik dalam
Model HDI, sejak awal variabel Ketuhanan / Agama Dalam Politik tidak termasuk
didalam daftar korelat HDI yang bermakna, apalagi bila secara dogmatis banyak
orang percaya bahwa Agama sebagai penentu utama dalam membina kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang akan membawa negara bangsa semakin dekat
dengan kesejahteraan ternyata tidak berdasar. Temuan sederhana ini secara
empiris menunjukkan bahwa pandangan / anggapan bahwa falsafah politik yang
kita kenal mengenai bentuk Negara, Aliran Kepercayaan / Agama ternyata
bukanlah sesuatu unsur yang hakiki / essential dalam upaya menuju Negara
15

Sejahtera. Program terstruktur yang mendorong tumbuhnya kewirausahaan,


Transformasi desa Pertanian menjadi Desa Industri dan Upaya pengentasan
kemiskinan dengan program yang menjangkau banyak orang miskin melalui
pembangunan pedesaan padat karya, Pendidikan yang mendorong tumbuhnya
disiplin bermutu yang ditujukan pada tumbuhnya kewirausahaan merupakan
program yang mendekatkan negara bangsa menuju negara sejahtera yang
berkeadilan sosial. Dapatkah negara berkeadilan sosial ditegakkan tanpa
membangun kedaulatan rakyat dalam arti yang sesungguhnya? Sejarah
menunjukkan bahwa keadlilan sosial akan semakin dimunculkan bila ada rakyat
yang sungguh2 berdaulat.
Empat predictor yang berpengaruh selanjutnya, walaupun tidak sehebat yang
dijelaskan oleh tiga variabel terdahulu, adalah:
Pemerintahan berdasarkan hukum dimana Hukum sebagai lembaga
tertinggi (Rule of Law),
Proporsi Pajak yang semakin besar dibandingkan dengan Gross Domestic
Product (GDP),
Akuntabilitas Demokrasi berpengaruh positip pada peningkatan HDI, dan
Sebaliknya system Hukum berdasarkan Common Law masih berpengaruh
negatip terhadap peningkatan HDI.
Kontrol atas mutu Model HDI yang dihasilkan menunjukkan bahwa Model sangat
layak dipercaya yang diukur dari variasi HDI antar Negara yang belum dapat
dijelaskan oleh ke-tujuh predictor terpilih melalui histogram residual yang
dihasilkan. Mean residual HDI = -0.004 dengan Std Deviation = 1.011.

16

Temuan2 ini sungguh mengagetkan, karena menyimpang dari keyakinan politik


bangsa Indonesia selama lebih seratus tahun. Pengujian yang lebih rinci dan lebih
"rigourous" sangat dianjurkan, kalau boleh dilakukan dari berbagai segi untuk
menunjukkan stabilitas Model HDI sebagai model kerja bagi negara dan
pemerintahan menuju masyarakat sejahtera.

Koefisien dari masing2 Predictor digambarkan dari hasil Multiple regression dari
HDI atas ketujuh variabel terpilih digambarkan sebagai berikut:

17

18

Proses yang dilakukan dalam membangun Model HDI ini diselesaikan dalam 7
(tujuh) Step dalam MultipleRegression, yang dinyatakan dalam grafis berikut:

Proses pengolahan data tidak ada yang menyalahi kaidah, sehingga sampai saat
ini dapat kita tetapkan bahwa Model HDI yang diperoleh cukup layak, dan dengan
urutan2 dalam menjelaskan variasi HDI antar negara dalam urutan yang cukup
logis. oleh karena itu secara arithmatika Model HDI dapat disimpulkan sebagai
berikut:

19

Tabel coefficients of regression dapat dituliskan sebagai persamaan aljabar biasa:

20

HDI = 0,778 + 0,054 Enterpreneurship 0,513 GDP Agricultural


- 0,176 PopPropPovertyLine 0,041 Rule of Law
- 0,021 Common Law + 0,105 TaxPropDGP
+ 0,013 Democratic Accountability + e
dengan variasi HDI yang dijelaskan (R-Square) = 91,9% dengan
e (error terms) = 8.1 %
dimana:
Enterpreneurship
GDP Agriculture
PopPropPovertyLine

= Enterpreneurship and Opportunity Index


= Proporsi GDP yang dihasilkan dari sector Pertanian
= Proporsi penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan
Rule of Law
= Indeks Kekuasaan Hukum
Common Law
= Kehadiran Common Law
TaxPropDGP
= Proporsi Pajak dalam Gross Domestic Product
Democratic Accountability = Indeks Akuntabilitas kehidupan berdemokrasi
e (error term)
= Kesalahan perhitungan Model HDI.

Perkiraan Model HDI dapat juga dinyatakan dengan ke-tujuh variabel Predictor
dimana Konstanta (Intercept) dihilangkan, sehingga dihasilkan Model HDI yang
sudah di standardisasi sebagai berikut:
HDI = 0,623 Enterpreneurship - 0.355 GDP Agricultural
- 0,190 PopPropPovertyLine 0,251 Rule of Law 0,065 Common Law
+ 0,075 TaxPropDGP +

0,078 Democratic Accountability + e

dengan variasi HDI yang dijelaskan (Adjusted R-Square) = 91,2 % dengan


e (error terms) = 8.8 %
Perlakuan dengan menghitung Model HDI yang di-adjust, yaitu dengan memaksa
model HDI dijelaskan semata2 oleh ke-tujuh predictor tidak memperbaiki variasi
21

HDI antar negara. Variasi HDI yang dijelaskan dengan model dasar adalah sebesar
91,9% . sebaliknya variasi HDI yang dijelaskan dengan model yang di adjust malah
menurun menjadi 91,2 %. Oleh karena itu dapat diputuskan untuk menggunakan
HDI model dasar saja, dimana HDI sebesar 0,778 merupakan konstanta yang akan
terjadi secara normative tanpa intervensi apa2pun.
Apa makna dari konstanta HDI 0,778 ini?
Apabila negara2 melakukan tindakan atau intervensi positif pada masyarakat
maka angka HDI ini akan meningkat lagi melebihi 0,778. Posisi 10 besar dipegang
oleh negara2 berikut ini:
Negara

HDI

Norway

0,943

Australia
Netherlands

0,929
0,910

United States

0,910

Canada

0,908

Ireland

0,908

New Zealand
Germany
Sweden

0,908
0,905
0,904

Switzerland

0,903

Apabila negara2 melakukan intervensi negatif, maka angka HDI akan menurun
dibawah 0,778. Ditemukan 72 negara dari 114 negara dalam perbandingan
mempunyai HDI kurang dari 0,778. Indonesia ada pada urutan ke- 88 dari 114
negara dengan HDI 0,617 dan Mozambique berada pada urutan ke-114
(terendah) dengan HDI 0,322. Indonesia memerlukan peningkatan HDI sebesar
0,161 untuk berdiri sejajar dengan konstanta (negara hipotetis yang tidak berbuat
apa2), dan memerlukan peningkatan HDI sebesar 0,164 untuk dapat disejajarkan
dengan Romania.
22

Negara

HDI

Syria

0,632

Honduras

0,625

Namibia

0,625

South Africa
Indonesia

0,619
0,617

Vietnam

0,593

Nicaragua

0,589

Malta

0,582

Guatemala

0,574

India

0,547

Model HDI ini menunjukkan bahwa Indonesia satu dari 72 negara yang perlu
melakukan perbaikan2 agar HDI minimal sama dengan 0,778 (konstanta).
Tiga predictor paling dominan dalam besaran matematis adalah sebagai berikut:
Predictor
Proporsi GDP yang dihasilkan dari
sector Pertanian
Proporsi penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan
Proporsi Pajak dalam Gross
Domestic Product

Unstandardized Coefficient
(Beta)

Significancy

-0,513

0,000

-0,176

0,000

0,105

0,047

Artinya bila ada pengurangan proporsi GDP yang disumbang dari sektor pertanian
dari posisi tahun 2011 sebesar 15,5% menjadi 10,5% maka akan ada peningkatan
HDI sebesar 0,0257. Apabila ada penurunan proporsi penduduk yang hidup
dibawah garis kemiskinan dari posisi 2011 sebesar 13,3% menjadi 8,3%, maka
akan ada kenaikan HDI 0,0088. Apabila ada peningkatan penerimaan pajak dari

23

posisi tahun 2011 16,9% menjadi 21,9% akan diterjemahkan menjadi peningkatan
HDI sebesar 0,0052
Empat predictor lain berpengaruh pada HDI sebagai berikut:
Predictor
Enterpreneurship and
Opportunity Index
Indeks Kekuasaan Hukum
Kehadiran Common Law
Indeks Akuntabilitas kehidupan
berdemokrasi

Unstandardized Coefficient
(Beta)

Significancy

0,054

0,000

-0,041
-0,021

0,001
0,055

0,013

0,170

Tabel ini menunjukkan bila ada program pembinaan untuk menumbuhkan


semangat Enterpreneurship dan Indeks kemampuan menciptakan Peluang
(Opportinity Index) dalam skala -5 s/d +5)dari posisi tahun 2011 sebesar -1,10
menjadi 0 (NOL) maka akan ada peningkatan HDI sebesar 0,0595. Apabila ada
peningkatan Indeks Akuntabilitas Kehidupan berdemokrasi dari posisi 2011 -0,055
dalam skala -3 s/d +3 menjadi (NOL) maka akan ada kenaikan HDI 0,0007 saja,
sedangkan bila Index Akuntabilitas Kehidupan berdemokrasi naik menjadi 1
(SATU), maka HDI akan naik 0,0137. Satu anomali ditemukan dalam Model HDI ini,
adalah dalam Indeks Kekuasaan Hukum yang menunjukkan angka negatif.
Demikian pula bila Common Law (Ango-Saxon) digunakan menggantikan Hukum
Continental justru berpengaruh negatif pada pada HDI Indonesia.
Model HDI yang menghasilkan perfect fit dengan 91.8% variasi HDI dapat
dijelaskan menunjukkan bahwa proporsi terbesar peningkatan HDI masih berada
diluar faktor yang diketahui. Dalam hal ini hubungan korelasional dapat digunakan
walaupun belum dapat dikaitkan dengan daya ramal model. Transformasi Desa
Pertanian Tradisional menjadi Desa berbasis industri menjadi faktor yang sangat
dominan didalam model ini; dengan menaikkan HDI 0,0257 bila proporsi GDP
yang berasal dari sektor pertanian turun menjadi 10,5%. Peningkatan HDI sebesar
24

0,161 mewakili lebih dari enam kali transformasi desa agraris menjadi desa
industri.

Skenario Peningkatan HDI dengan Panduan Model HDI


Tujuan pendirian Negara Republik Indonesia adalah untuk menciptakan
kesejahteraan, rasa aman, mengangkat harga diri bangsa diantara bagsa-bangsa,
meningkatkan taraf hidup rakyat, dan turut serta dalam menciptakan perdamaian
dunia.
Sejauh mana kita sudah menghantar negara bangsa Indonesia menciptakan
negara sejahtera? Pengukuran obyektif dengan menggunakan Human
Development Index menunjukkan posisi Indonesia yang berada pada peringkat ke
- 124 dari 187 negara. Pengukuran ini dilakukan oleh UNDP diyakini terbebas dari
tujuan politik sempit.
Peringkat Indonesia memang naik perlahan dalam 20 tahun terakhir. Apakah
kenaikan peringkat itu dapat dipercepat? Faktor apa saja yang berakibat positip
pada kenaikan peringkat dalam HDI? Bagaimana melakukan intervensi dengan
referensi pada Model HDI agar dapat meningkat HDI lebih cepat?
Apakah Struktur Negara, Bentuk Pemerintahan, Kebijakan, Strategi
Pembangunan, Praktek Politik yang dilakukan termasuk jumlah partai politik,
Ideologi Negara, Peran Agama dalam Bernegara, Pemerataan Penghasilan,
Pendidikan, Program Kesehatan, Kesempatan Usaha yang lebih luas, Investasi
dalam negeri, investasi asing, pengamanan lingkungan, dan Kebijakan Enersi
merupakan faktor penentu utama dalam meningkatkan Human Development
Index?
Model HDI menyatakan penentu peningkatan HDI Indonesia baru dapat dijelaskan
oleh tiga variabel predictor utama, yaitu Transformasi Pedesaan yang agraris
menjadi Pedesaan yang berbasis Industry (Industrial Transformation). Upaya ini
25

sudah dilakukan dengan hasil baik di Jepang semasa restorasi Meiji, di Taiwan
setelah tahun 1950 dan di Korea selatan setelah tahun 1960. Transformasi desa
Indonesia sehingga menjadi basis industri rumah tangga (Home Industry)
menuntut perubahan mendasar dalam budaya dan kebijakan pendidikan.
Penanaman disiplin agar sesuai dengan irama industri, ketepatan jadwal dan
dukungan hukum yang efektif untuk menjamin terlaksananya transaksi pasar yang
setara. Praktek Ijon, rentenir, dan premanisme harus dihilangkan. Rule of Law
harus ditegakkan dalam menjamin berlangsungnya budaya industri ditingkat
pendesaan. Industri juga sudah dapat didorong mengikuti pola Inti dan Plasma
yang sempat sangat menjanjikan ditahun 1990 awal, kemudian ditinggalkan
karena kita terjebak masuk kedalam pola industri korporatis yang cenderung
memangsa industri2 yang lebih kecil. Industri besar harus dicegah menjadi
konglomerasi yang mematikan pesaing2 dengan berbagai regulasi dan insentif.
Kelompok masyarakat miskin dan sangat miskin harus dimobilisasi dan dijadikan
asset nasional dan disertakan dalam proses menuju industri rumah tangga yang
mampu bersaing. Kelompok yang kadang2 termasuk mereka yang sering disebut
tidak terjangkau (untouchable) dipacu untuk melahirkan innovasi yang
dikembangkan sendiri oleh mereka tanpa terlalu banyak didikte oleh birokrasi.
Reformasi birokrasi sangat diperlukan. Birokrasi menjadi pelayan masyarakat.
Abdi Negara yang sesungguhnya saat ini bahkan lebih berfungsi sebagai penarik
rente ekonomi dan bagian dari mesin politik pencari uang. Perbaikan birokrasi
juga berkaitan dengan manajemen pajak yang lebih menyeluruh, progressive, dan
memberikan dorongan pada innovasi dan investasi. . Innovasi dibidang
perpajakan ini yang kuat kaitannya dengan peningkatan HDI.

Saran Peningkatan Model HDI dengan Panduan Model HDI


Mengingat variasi HDI yang terwakili dalam Model HDI ini didominasi oleh
konstanta, maka satu2nya cara yang lebih elegan adalah mengembangkan model
lanjutan adalah dengan basis Propinsi atau kalau mungkin berdasarkan data
26

Kabupaten. Pandangan ini kiranya dapat didukung menggunakan data SUSENAS


yang dilakukan secara ketat dan dengan pengawasan mutu kerja lapangan yang
tidak asal jadi.

Kepustakaan
http://hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html
http://mdgs.un.org/unsd/mdg/Data.aspx
Geertz, Clifford (1970), Agricultural Involution: The Processes of Ecological
Change in Indonesia. University of California Press
SPSSPC version 20

Ucapan Terima Kasih


Penulis melakukan analisa secara independen atas dasar data yang dikumpulkan
sebagian besar dari statistik UNDP untuk menghindari debat dalam masalah
pengukuran. Penulis didukung penuh oleh rekan2 dari Forum Indonesia Sejahtera
Media Diskusi, khususnya Bung Mangihut Hendri S, dan Basri Hasan.
Pembentukan Model HDI teoritis awal dari riset ini ini sangat dibantu berkat kritik
membangun dari Bung Mephistopheles Faustus, Syamsul Maarif, Helman Fatria
Gautama, dan Chris Komari.
Paparan riset ini secara informal ditayangkan pada tanggal 5 Mei 2012 dan
dibahas bersama oleh Bung Basri Hasan, Mangihut Hendri S, Hadidjojo
Nitimiharjo, dan Andoko Prihatmoko.
Analisa Statistik dan interpretasi sepenuhnya tanggung jawab penulis.

27

Appendix 1
Correlations of Sensible Significant Variables to HDI

HDI
Economy-sub-Index
Safety and Security sub-Index

Government Effectiveness

Rule of Law
Democratic Accountability
Entrepreneurship and
Opportunity
Personal Freedom
Social Capital

Gov Type Republic / State

Gov Type Monarchy

Legal System - Civil Law

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

.745**
.000
110
.783**
.000
110
.795**
.000
114
.752**
.000
114
.630**
.000
114
.915**
.000
110
.579**
.000
110
.616**
.000
110
-.258**
.006
114
.290**
.002
114
.189*
.044
114
28

HDI
Pearson Correlation
Legal System - Common Law
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Chief of State-President
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Chief of State - Monarch
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Head of Govern - President
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Head of Govern- Prime Minister Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Cabinet - Appointed by President Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Cabinet - Appointed by Congress Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
President elected by Citizen
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Area Coastline (km)
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Tax-as-portion-of-GDP 2011
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Import (billion ) data 2010
Sig. (2-tailed)
N

-.195*
.039
113
-.302**
.001
114
.301**
.001
114
-.338**
.000
114
.331**
.000
114
-.320**
.001
114
.262**
.005
113
-.415**
.000
114
.186*
.047
114
.509**
.000
111
.321
.000**
114

29

HDI
Pearson Correlation
Natural Gas Consume (billion m3)
Sig. (2-tailed)
data 2010
N
Pearson Correlation
Debt External (billion) data 2011 Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
GDP Agricultural
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
GDP Service
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
GDP Industrial + Service
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Gini Index
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Population below poverty line
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Inflation data 2010
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Electricity Consumed (kWh ) per
Sig. (2-tailed)
capita 2008
N
Pearson Correlation
Electricity Production ( kWh) per
Sig. (2-tailed)
capita 2009

.206
.029**
113
.347
.000**
113
-.853
.000**
114
.515**
.000
114
.673**
.000
114
-.417
.000*
103
-.698
.000**
98
-.395**
.000
114
.550**
.000
113
.538**

N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

113
-.600**
.000
111

Discount rate 2010 Commercial


Bank prime

.000

30

HDI
Civil Liberties 2011 Free
Civil Liberties Partly Free

Civil Liberties 2011 Not Free

Political Right Free


Political Right Partly Free

Political Right Not Free

Debt External per Capita 2011

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

.652**
.000
110
-.514**
.000
110
-.238*
.012
110
.567**
.000
110
-.390**
.000
110
-.267**
.005
110
.448**
.000
113

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

Nonparametric Correlations

HDI on Variables
Political Right 2011
Civil Liberties 2011

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Spearman's rho
-,635**
,000
109
-,683**
,000
109

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

31

Appendix 2
List of Outlier countries in the Scattergram
Country
Belize
Kuwait
Paraguay
Qatar
South Africa
Mozambique
Burma
Zimbabwe
Australia
Yemen

HDI
0.699
0.760
0.665
0.831
0.619
0.322
0.483
0.376
0.929
0.462

Cook's Distance
0.039
0.042
0.046
0.047
0.053
0.060
0.063
0.081
0.087
0.096

32

Appendix 3
HDI Model Building Process

Automatic Linear Modeling

33

Model Summary
Mod
el

.959a

R
Square

Adjusted R
Square

Std. Error
of the
Estimate

.919

.912

.044567

a. Predictors: (Constant), Democratic Accountability, Legal


System - Common Law , Population portion below poverty line,
Tax-as-Portion-of-GDP 2011, GDP Agricultural, Rule of Law,
Entrepreneurship and Opportunity

Model

Sum of
Squares

ANOVAa
df

Mean
Square

Regressio
n

1.918

.274

Residual

.169

85

.002

2.087

92

Total

F
137.97
1

Sig.

.000b

a. Dependent Variable: HDI


b. Predictors: (Constant), Democratic Accountability, Legal System - Common Law ,
Population portion below poverty line, Tax-as-Portion-of-GDP 2011, GDP Agricultural,
Rule of Law, Entrepreneurship and Opportunity

34

Regression

Coefficientsa
Model

Unstandardized
Coefficients

Std. Error

(Constant)

.778

.020

Entrepreneurship
and Opportunity

.054

.007

GDP Agricultural

-.513

Population portion
below poverty line

Standardiz
ed
Coefficient
s

Sig.

Beta
38.170

.000

.623

8.151

.000

.070

-.355

-7.297

.000

-.176

.041

-.190

-4.340

.000

Rule of Law

-.041

.012

-.251

-3.420

.001

Legal System Common Law

-.021

.011

-.065

-1.948

.055

Tax-as-Portion-ofGDP 2011

.105

.052

.075

2.018

.047

Democratic
Accountability

.013

.009

.078

1.383

.170

a. Dependent Variable: HDI

35

Descriptives

Descriptive Statistics
N

Minimum Maximu
m

Statisti
c

Statistic

Statistic

Statistic

114

Entrepreneurship
and Opportunity

3.87694 .2089178 1.9215143


110 4.035628
30
00
168
0

GDP Agricultural

114

.0000

.5380

.110482

.1138689

98

.0116

.7000

.264068

.1651183

Rule of Law

114 -1.80103 1.97110 .1129384

1.0172155
8

Legal System Common Law

113

Tax-as-Portion-ofGDP 2011

111

.02400

Democratic
Accountability

114 -2.09358 1.61825 .0648922 .99955476

Valid N (listwise)

.943

Std.
Deviation

HDI

Population portion
below poverty line

.322

Statistic

Mean

.70975

.31

.158865

.464

.57100 .2915946 .12319832

93

36

Descriptive Statistics
Skewness
Statistic
HDI

Kurtosis

Std. Error

Statistic

Std. Error

-.629

.226

-.477

.449

.223

.230

-.861

.457

1.620

.226

2.577

.449

Population portion below


poverty line

.875

.244

.227

.483

Rule of Law

.343

.226

-1.049

.449

Legal System - Common Law

.834

.227

-1.328

.451

Tax-as-Portion-of-GDP 2011

.307

.229

-.566

.455

-.270

.226

-.924

.449

Entrepreneurship and
Opportunity
GDP Agricultural

Democratic Accountability
Valid N (listwise)

37

Anda mungkin juga menyukai