PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic noncommunicablediseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular
(communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem
vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini
sebelum pasienmengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke,
penyakit jantung koroner,gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury
acuterenal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba
atau parah padafungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh
peningkatan
konsentrasikreatinin
serum
atau
azotemia
(peningkatan
BAB II
PEMBAHASAN
yg
disebabkan
oleh
faktor-faktor
diluar
ginjal
(prerenal/postrenal)
2. Etiologi
Sampe saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi Gagal
Ginja Akut dengan tiga katagori meliputi: pra renal, renal dan pasca renal.
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
a. Kondisi Pra Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum
yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
1) Hipofolemik (perdarahan post partum, luka bakar, kehilangan
cairan dari gastro intestinal, pankreatitis, pemakaian diuritik
berlebihan).
2) fasodilatasi (sepsis atau anfilaksis).
3) penurunan curah jantung (distritmia, infak miokardium, gagal
jantung konghesif, shok kardiogenik, emboli paru).
4) obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombopsis).
b. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus
atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1) trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat terbakar
2) iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pasca bedah).
3) reaksi transpusi (DIC akibat transfusi tidak cocok).
air yg difiltrasi
Stadium Penyembuhan
Berlangsung s/d setahun membaik sedkit demi sedikit
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
1) Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2) Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
4) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
5) Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia
atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6) Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi
dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
7) Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah,
Hb, Mioglobin, porfirin.
8) Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal,
contoh
glomerulonefritis,
kehilangankemampuan
untuk
piolonefritis
memekatkan;
menetap
dengan
pada
saluran
kemih.
EKG
mungkin
abnormal
menunjukan
keluarga dengan penyakit ginjal, tanyalah dokter anda obat apa yang
aman bagi anda
c. Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga rutin.
d. Jangan merokok dan jangan memulai untuk merokok
e. Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan dokter jika kondisi
tersebut meningkatkan risiko gagal ginjal.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer yang
menyebabkan gagal ginjal akut tersebut, dan berdasarkan keadaan klinis
yang muncul.
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan
keseimbangan
cairan
didasarkan
pada
pelepasan
NaCL ke makula
densa
obstruksi
tubulus
kebocoran
filtrasi
penurunan
GFR
Gagal Ginjal
Akut
penurunan produksi
urine
retansi
cairan
edema
paru
DX: pola nafas
tdk efektif
perfusi
serebral
defisit neurologik
risiko tinggi
jantung
deurisis
ginjal
ekskresi kalium
ketidak
seimbangan
elektrolit
DX: defisit
vol cairan
PH pd
cairan
serebro
kerusakan
hantaran
impuls saraf
hiperkale
mi
perubahan
kondisi elektrikal
jantung
DX: resiko
aritmia
DX:curah
jantung
10
kerusakan
glumerulu
s
ultrafiltras
i
glumerulus
respon
psikologis
kecemasan pemenuhan
informasi
metaboli pd
ajringan otot
keram
otot
metabolik
pada
gastrointestinal
mual
muntah
kelemahan fisik
respon nyeri
nyeri
gangguan
ADL
intake nutrisi
td kadekuat
DX:
pemenuhan
nutrisi
DX: intoleransi
11
12
berkonsentrasi,
tingkat
kesadaran
kehilanggan
(azotemia,
memori,
kacau,
ketidakseimbanggan
Symtom
:
klien
Etiologi
penurunan produksi urine
mengeluh tidak
bias BAK
DO :
produksi urine
tidak ada
klien edema
deurisis ginjal
13
Problame
Defisit volume
cairan
DS
klien
sulit
mengatakan
retansi cairan
menari nafas.
DO :
klien tampak
edema paru
efektif
menarik nafas,
RR <16 kali/
menit
N teraba lemah.
DS
:
klien
mengatakan.
dan
mengalami
nafas
pendek
DO :
klien
Penurunan
curah jantung
Susah
nafas
ekskresi kalium
tanpak
lemas
denyut jantung
hiperkalemi
teraba lemah
DX:curah jantung
DS : klien
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
mual muntah
tubuh
mengatakan
sering mengalami
mual muntah
DO : kelien
tampak pucat,
14
mukosa kering
DS:
Intoleransi
aktivitas
Klien
mengatakan
kurang
mmpu
keram otot
melakukan
aktivitas
karena
melakukan
intoleransi aktifitas
aktivitas
dengan
bantuan
dari
keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal ginjal akut
b. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan Ph pada cairan
serebrospinal
c. Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper
kalemia.
d. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan
cairan, ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
vomitus, nausea.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
3. Intervensi
a. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap,
turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, urine >600 ml/hari
15
Intervensi
a. Monitorsetatus
(turgor
b.
kulit
cairan
membran
Rasional
a. Jumlah
dan
pengganti
tipe
cairan
ditentukan
dari
c. Kaji
warna
kulit,
suhu,
dialisis
akan
dalam
menjaga
memudahkan
perawat
b. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada Cairan
Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
16
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 1620x/menit
Intervensi
Rasional
a. kaji faktor penyebab asidosis a. untuk mengatasi penyebab dasar
metabolik
b. monitor ketat TTV
jantung
kunjungan
akan
cairan
ringer
O2.
laktat g. untuk
secara intravena
memperbaiki
keadaan
asisosis metabolik.
c. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper
kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV
dalam batas normal, kadar kalium serum dalam batas normal.
17
Intervensi
Rasional
a. kaji faktor penyebab dari keadaan a. penanganan disesuaikan dengan
individu
dan
faktor-faktor
hiperkalemi
b. beri diet rendah kalium
faktor penyebab
b. makanan
kalium
yang
tinggi
mengandung
yang
harus
untuk
hiperkalemi
e. untuk mencegah
mencegah
terjadinya
terjadi
hipokalemi
f. memonitor klien yang mendapat infus
klien
yang
Rasional
a. Untuk
18
mengetahui
teratur
b.
jantung
b. Untuk mengetahui tingi TD
karena
peningkatan cairan
c. Untuk mengetahui sekala
memprediksi
terjadinya anemia,
juga anemia
adekuat
kriteria hasil: Menunjukan BB stabil
Intervensi
Rasional
19
a. Observasi
status
klien
keefektifan diet.
kebutuhan nutrisi dalam tubuh
b. Berikan dorongan hygiene oral b. Untuk mendapatkan Higiene oral
yang baik sebelum dan setelah
makan.
sumber
protein
utama,
garam
memungkinkan
tetapi
sering.
emetic.
dan
muntah
dan
dapat
pasien
dalam
Rasional
a. Memberi
penentuan
panduan
dalam
pemberian
bantuan
efek ketidakmampun
c. Karena
mempunyai
akumulasi
(sepanjang
efek
factor
psykologis)
yang
dapat
aktifitas
pemeriksaan
laboratorium darah.
perawatan
diri
yang
berlanjutnya
yang
dibutuhkan
menggangu
fungsi
21
22
23
adalah:
a. Penurunan GFR
24
kehilangan kemampuan
25
5. Manifestasi Klinik
a. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
b. Pulmoner
a. KrekelS
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
c. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
d. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
f. Reproduksi
26
a. Amenore
b. Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)
Pada sumber yang lain jg di jelaskan sebagai berikut:
a. Padapenurunancadanganginjal,tidaktampakgejala-gejalaklinis.
b. Padainsufisiensiginjal,dapattimbulpoliuri(peningkatanpengeluaranurin
e)karenaginjaltidakmampumemekatkanurine.
c. Padagagalginjal,pengeluaranurineturunakibatGFRyangsangatrendah.H
alinimenyebabkanpeningkatkanbebanvolume,ketidakseimbanganelektr
olit,asidosismetabolik,azotemiadanuremia.
d. Padapenyakitganjilstadiumakhir,terjadiazotemiadanuremiaberat.Asidos
ismetabolikmemburuk,yangsecaramencolokmerangsangkecepatanpern
apasan.Timbulhipertensi,anemi,osteodistrofi,hiperkalemia,ensefalopati
uremik,danpruritus(gatal).Dapatterjadigagaljantungkongestifdanperikar
ditis.Tanpapengobatanterjadikomadankematian
6. Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut,
terutama dengan retriksi protein dan obat-obat anti hipertensi.
Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk
mengoreksi
Dimana
tujuan
penatalaksaan
adalah
untuk
28
29
DX:
kelebihan
vol cairan
gangguan
kondisi elektrikal
otot ventrikal
DX: nutrisi
kurang dari
hipertensi
sistemik
beban kerja
jantung
DX: curah
penurunan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan
30
osteodistrofi
DX: intoleransi
ginjal
aktivitas
Arif Muttaqin, dkk. (2011).
perubahan proses
fikir
32
33
Symtom
DS : klien mengeluh tidak
Etiologi
penumpukan toksik
Problame
kelebihan
volume
bisa BAK
DO :
produksi urine tidak ada
klien edema
cairan
ketidak seimbangan
cairan dan elektroli
DS : klien mengatakan
gastrointestinal
muntah
mual muntah
intake nutrisi td
kadekuat
DX: pemenuhan
nutrisi
hipertensi sistemik
Penurunan curah
jantung
nafas pendek
DO :
klien tanpak lemas
denyut jantung teraba
DS
: klien
lemah]
DS:
Klien
mengatakan.
karena
merasa
slit
melakukan
dan
aktivitas
bantuan
Intoleransi aktivitas
gangguan kondisi
elektrikal otot ventrikal
meningkat
dari
keluarga.
penurunan perfusi
serebral
34
DS:
klien
mengeluh,
GFR menurun
Gangguan integritas
menyebabkan
kulit
Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan
dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah
c. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
natrium
sekunder
terhadap
penurunan
fungsi
ginjal
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam, tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil:klien tidak sesak nafas , edema ekstermitas berkurang,
produksi urine >600ml/hari
Intervensi
a. kaji adanya edema ekstermitas
Rasional
yang
bertujuan
untuk
mengurangi edema.
d. sebagai salah satu cara untuk
f. berikan
oksigen
tambahan
mengetahui
peningkatan
jumlah
yang
cairan
diketahui
meningkatkan
35
dapat
dengan
beban
kerja
diet
garam
berikan
diet
dari
tanpa
meningkatnya
tekenan
darah
tiba2
dari
spironolakton,
menunjukan
berat
badan
keseimbangan
cairan.
g. untuk meningkatkan sediaan
hidronolakton)
a. lakukan dialisis
oksigen
untuk
kebutuhan
cairan
meningkatkan
plassma.
untuk
dan
volume
menurunkan
yang
meningkatkan
BUN.
akan
diet
energi
mengurangi
katabolisme
protein.
untuk menurunkan volume
plasma
dan
menurunkan
retensi cairan.
untuk menurunkan volume
cairan yang berlebihan.
36
dan
Rasional
a. untuk mampu Mengetahui
kebutuhan
tubuh
b. untuk
nutrisi
tetap
dalam
menjaga
d. Berikan
makanan
sedikit
nutrisi
kurang
dari
tapi
kebutuhan tubuh.
sering, sajikan makanan kesukaan d. Untuk
mempertahankan
keseimbangan
energi
e. untuk
nutrisi
tetap
dan
menjaga
perubahan nutrisi
yang adekuat
Kriteria Hasil
TD dan HR dalam batas normal
37
Intervensi
Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan
a. untuk
paru
b.
mengetahui
Adanya
lokasi,
rediasi,
tingkat
dan
kronik
d. Untuk mengetahui respon terhadap
aktivitas
produk
sampah
dan
prosedur
dialisa
kelelahan,
tidur
Rasional
,
a. untuk mengetahui tingkat
istirahat
b. Kaji kemampuan toleransi aktivitas
c. Identifikasi
faktor
yang
menimbulkan keletihan
d. Rencanakan
periode
adekuat
e. Tingkatkan
toleransi,
istirahat
aktivitas
istirahat.
b. untuk
seberapa
dan
pola
mengetahui
jauh
tingkat
sesuai
aktifitas
sakit.
c. untuk mengetahui faktor
yang
dapat
mempengaruhi keletihan.
d. untuk mendapatkan
e. istirahat yang adekuat
f. untuk
membantu
38
menjalankan
aktivitas
secara bertahap
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi integritas kulit
Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada kulit berkurang.
Intervensi
a. Kaji terhadap kekeringan kulit,
Rasional
a. untuk mnjaga kesetabilan kulit dan
kelembaban.
b. untuk mempertahankan turgor kulit
purpura
c. monitor lipatan kulit dan area yang
yang optimal
c. untuk mempertahankan kulit yang
edema
sendiri.
d. untuk tetap mempertahankan
kebersihan kuku
Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan
intervensi adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengertian
Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding
kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat
39
riwayat
meningkatkan
penggunaan
resiko
cyclophosphamide,
kanker kandung
kemih
dan
merokok
(Di Giulio,et
al.,
Etiologi
Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:
a. Host
1) Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun
kanker lain seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan
menimbulkan resiko kanker kandung kemih.
2) Life style
Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis,
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obatobatan tertentu seperti cyclophosphamide akan meningkatkan
resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang pernah
mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan
memiliki resiko.
b. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
c. Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat),
pabrik rokok, penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar
oleh bahan karsinogen (senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin
dan 4 aminobifamil).
3
Patofisiologi
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena
beberapa faktor yaitu, usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi
pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar
daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas seseorang turun
sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle seperti
kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket
kulit bagian pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi
darah daan masuk ke dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dengan urin secara terus menerus
dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi radikal bebas,
radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional sehingga
terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka tubuh akan
malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal,
jika tidak maka akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari
genom sel somatik ada 3 hal yang terjadi pertama adalah pengaktifan
onkogen
pendorong
pertumbuhan,
kedua
perubahan
gen
yang
41
Manifestasi klinis
Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy
2014)
a. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri.
b. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus
karsinoma
c. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
d. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan
pengososngan buli yang tidak lampias
e. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
f. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh
infiltrasi nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah
lanjut
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
a. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada
wanita dilakukan di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli,
mobilitas, fiksasi, dan keras tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi
bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli
relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli-buli.
Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina
sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah
suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi
perawat dalam pemeriksaan bimanual adalah untuk mengetahui apakah
teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi
sesuai prosedur.
b. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)
1 Laboratorium rutin.
Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal:
M
: 13-16 g/dl
F
: 12-14 g/dl
42
yang
tidak
maksimal
akan
Urin
Pemeriksaanair seni untuk melihat adanya darah dalam air
seni, khususnya yang kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui
adanya epitel, eritrosit, atau leukosit pada urin. Pemeriksaan
sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan meningkat pada
tumor tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk
menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang
terlepas bersama urin (biasanya nilai negatif palsu tinggi).
Sitologiurin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel
didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosis
kanker saluran kemih. Sitologiurin juga dilakukan untuk
penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi (misalnya
perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa
nyeri). Untukpenderita yang telah menjalani pengangkatan kanker
kandung kemih, sitologi digunakan untuk evaluasi dan follow up
Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat
mendeteksi
karsinoma
buli.
Pemeriksaan
ini
juga
dapat
penyebaran
penyakit.
pilihan
terutama
Pemeriksaan
CT
untuk
scan
43
pelvik.
Sistoskopi
Sitoskopi
merupakan
pemeriksaan
gold
standart
untuk
Penatalaksanaan
a Hematuria
1) Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang
b
44
urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain:
(Yosef, 2007)
a Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke
dalam sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena
b
intravesika
pasca
bedah
dengan
45
8. Pathway
Faktor-faktor resiko
Agent
Host
Environment
tindakan
Pekerjaan
style
penyakitObat/
dahulu
Genetik LifeRiwayat
Invasi(pabrik
kumancat, penyamak kulit, tembakau, pe
Yhb
Parasit (schistozomiasis)
4P,ISK,
merokok,
konsumsi
kopiCytoksan,
Ca. Colon,
Ca. Renal,
Ca Prostat,
cyclofosfamide
Ca. Rectum
Sistemik
Iritatif
Anemia
Hormon
Kencing sedikit
Pancaran
melemah
Hematuria
Hiperventilasi
Renin , angiostensin
FUNUD (frekuensi,
urgensi, nocturia, urge
incontinensia,
disuria) Aldosteron
Sesak nafas
MK: Gangguan eliminasi Urin
Vasokontriksi pembuluh da
Gangguan pompa Na dan K
MK:
46 Ketidakefektifan pola nafas
Hipertensi
Refluks
oedema
MK: Penurunan cardiac ou
Hidroureter
Hidronefrosis
MK:
Nyeri Akut
Mual muntah
MK: Mual
Penatalaksanaan
Stoma
Post .op
47
48
d.
e.
f.
g.
kemungkinanuntukkembalimemilikipenyakityangsama(Natio
nal Cancer Institute2010).
Riwayat Kesehatan Keluarga:Keluargayangmemilikiriwayat
kanker kandung kemihmaupun kankerlain seperti kanker
kolon dan kankerginjal(RCC) akan menimbulkanresiko
kanker kandung kemih (National Cancer Institute2010).
Riwayat psikososial dan spiritual:
- Kondisi lingkungan rumah:Pada area industri dengan
penduduk padat yang memungkinkan lingkungan terpapar
oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-naftilamin,
dan nitrat diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel
transisional (Joan dan Lyndon 2014).
- Kebiasaan sehari-hari : Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna,
pengawet, penyedap rasa), merokok, kopi.
Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri
tekan pada area ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
- Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
- Tanda-tanda vital:
Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi
aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi
pembulu darah yang berakibat pada hipertensi
Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi
penurunan Hb yang berakibat pada penurunan O2
Pemeriksaa persistem
- B1(Breathing) : Bisa ditemui pernapasan cuping hidung,
penggunaan otot bantu napas, retraksi dada yang
disebabkan karena hiperventilasi.
- B2 (Blood) :Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan,
gangguan pada fungsi aldosteron yang menyebabkan
vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi (peningkatan TD).Saat terjadi hematuria, maka
banyak darah yang dikeluarkan dan tubuh kekurangan Hb
berdampak pada anemia.
- B3 (Brain) : Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat,
mata: sklera icterus, conjunctiva pucat, pupil isokor, leher
tekanan vena jugularis normal. Persepsi sensori tidak ada
kelainan.
- B4 (Bladder)
Inspeksi:
49
DO:
Penurunan tekanan
Etiologi
Pre Operasi
Kanker kandung kemih
Hematuria
Kanker kandung
Hematuria
Penurunan Hb
Penurunan O2
Hiperventilasi
Sesak Napas
50
Masalah
Keperawatan
Ganggguan
Eliminasi Urin
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran udara
per menit
Menggunakan otot
pernafasan tambahan
Orthopnea
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
Penurunan kapasitas vital
Respirasi: < 11 24 x /mnt
DS:
Hipersalivasi
Penigkatan reflek menelan
Menyatakan mual / sakit
perut
DS:
Laporan secara verbal
DO:
Hidronefrosis
Ureum kembali ke
pembuluh darah
Uremia
BUN meningkat
Mual
BB menurun
Kanker kandung kemih
Refluks
Hidroureter
51
Mual
Nyeri Akut
Hidronefrosus
Nyeri pinggang
52
Post operasi
Kanker kandung kemih
TURB-T
Nyeri
53
Nyeri akut
nafsu
DS : Klien
mengeluhkan
merasa gatal di daerah
lukanya
DO : T: 37,5C
Leukosit 11.000/mm3
TURB-T
Luka insisi
Resiko Infeksi
Resiko Infeksi
B. Dignosa Keperawatan
Pra Operasi
a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
C. Intervensi Keperawatan
Pra Operasi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
No.
Keperawatan
Hasil
1
Gangguan
NOC:
eliminasi urin Urinary Elimination
berhubungan
Tujuan:
dengan
Setelah
dilakukan
obstruksi
tindakan keperawatan
54
Intervensi
NIC :
Irigasi Kandung Kemih
1 Jelaskan
prosedur
kepada klien
2 Atur suplai irigasi
anatomik
Ketidakefektifan
pola
napas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
NOC:
Respiratory Status:
Ventilation
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama
3x24
jam
ketidakefektifan
pola
napas pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
1 Respiratory rate
2 Irama pernafasan
3 Retraksi otot dada
4 Penggunaan otot
bantu nafas
5 Pursed lips
breathing
55
Mual
berhubungan
dengan tumor
lokal di kandung
kemih
NOC:
Nausea and Vomitting
Control
Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam mual
teratasi dengan kriteria
hasil:
1 Mengenali awitan
mual
2 Menjelaskan faktor
penyebab
3 Penggunaan
anti
emetik
56
efektif
diberikan
untuk
mencegah
mual
bila
memungkinkan.
7 Identifikasi strategi
yang telah berhasil
menghilangkan mual
8 Dorong pasien untuk
tidak mentolerir mual
tapi bersikap tegas
dengan
penyedia
layanan
kesehatan
dalam memperoleh
bantuan farmakologis
dan nonfarmakologi
9 Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur
untuk memfasilitasi
bantuan mual
10 Dorong
makan
sejumlah
kecil
makanan
yang
menarik bagi orang
mual
11 Bantu untuk mencari
dan
memberikan
suport emosional
Vomitting Management
1 Pastikan
obat
antiemetik
yang
efektif
diberikan
untuk
mencegah
muntah,
bila
memungkinkan.
2 Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3 Pertahankan
jalan
napas melalui mulut
4 Berikan
dukungan
fisik selama muntah
5 Berikan kenyamanan
57
10
11
12
13
14
15
58
selama
episode
muntah
Tunjukkan
penerimaan muntah
dan
berkolaborasi
dengan orang ketika
memilih
strategi
pengendalian muntah
Bersihkan area yang
tekena
muntah
setelah
episode
muntah
sebelum
menawarkan
lebih
banyak cairan untuk
pasien
Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari
karbonasi
Secara
bertahap
tingkatkan cairan jika
tidak ada muntah
terjadi selama 30
menit
Ajarkan penggunaan
teknik
non
pharmakological
untuk
mengelola
muntah
Kaji emesis untuk
warna, konsistensi,
darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
Ukur atau estimasi
volume emesis.
Sarankan membawa
kantong plastik untuk
muntah penahanan.
Catat
riwayat
pengobatan
awal
lengkap.
Identifikasi
faktor-
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury
NOC :
Pain Control
Setelah dilakukan
asuhan selama 3 x 24,
nyeri teratasi dengan
kriteria hasil:
1 Kenali awitan nyeri
2 Jelaskan
faktor
penyebab nyeri
3 Gunakan
obat
analgesik dan non
analgesik
4 Laporkan nyeri yang
terkontrol
59
Pasca Operasi
Diagnosa
No.
Keperawatan
1
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
injury
Intervensi
NIC :
Pain Management
1 Tentukan
dampak
nyeri
terhadap
kualitas hidup klien
(misalnya tidur, nafsu
makan,
aktivitas,
kognitif, suasana hati,
hubungan,
kinerja
kerja, dan tanggung
jawab peran).
2 Kontrol
faktor
lingkungan
yang
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien
(misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3 Pilih dan terapkan
berbagai
cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4
60
Observasi
tandatanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan
prosedur invasif
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas
atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5 Observasi
tandatanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang
mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
NIC:
Infection protection
1 Lakukan
tindakan
pencegahan
neutropenia
2 Isolasi
semua
pengunjung
untuk
penyakit menular
3 Pertahankan asepsis
untuk pasien berisiko
4 Periksa kondisi setiap
sayatan bedah atau
luka
5 Pantau tanda-tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
6 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
7 Pantau
perubahan
tingkat energi atau
malaise
NOC:
Infection Severity
Tujuan
:
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
pasien
tidak
mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
1 Klien
tidak
demam
2 Klien
tidak
mengalami
peningkatan
jumlah sel darah
putih
Bayi
9000
baru
30.000 /
Lahir
mm3
Bayi/an 9000
ak
12.000/m
Infection control
m3
1 Bersihkan
Dewasa
4000lingkungan
setiap
10.000/m
3
kali
setelah
m
digunakan pasien
2 Isolasi dengan orang
yang
terkena
61
penyakit menular
Batasi
jumlah
pengunjung
yang
sesuai
Tingkatkan
cara
mengajar
mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
Anjurkan
pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
Instruksikan
pengunjung
untuk
mencuci tangan saat
memasuki
dan
meninggalkan
ruangan pasien
Gunakan
sabun
antimikroba
untuk
mencuci yang sesuai
Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak mampu
mengangkut sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya.
62
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin
normal.Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan
hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin
normal.
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap
yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga
ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala
sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam
kasus yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi
lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker
cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat
penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker
kandung kemih (Di Giulio,et al., 2007).Kanker kandung kemih (karsinoma
buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan
menyerang laki-laki (Nursalam 2009).
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat Bagi mahasiswa. Dengan adanya Askep
ini
semoga dapat memahami asuhan keperawatan gagal ginjal akut, kronis dan
kanker kandung kemih.
63