Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang menjadi masalah
kesehatan

masyarakat

di

Indonesia

karena

prevalensinya

yang

tinggi

dan

penyebarannya semakin luas.1,2


Sejak ditemukan pertama kali di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968,
prevalensi DBD terus meningkat dan pada tahun 1988 terjadi epidemic dengan jumlah
penderita 47.573 (27.1 per 100.000 populasi) dengan jumlah yang meninggal 1527
orang. Pada tahun 1989 insidensi DBD menurun tajam menjadi 6,1 per 100.000
populasi, tetapi meningkat lagi menjadi 12,7 per 100.000 populasi pada tahun 1990.
Setelah itu insidens DBD cenderung menurun namun pada tahun 1995 meningkat
kembali pada ahun 1998 terjadi wabah di 16 propinsi dengan jumlah penderita 72.133
orang (35.19 per 100.000 populasi) dengan jumlah penderita meninggal 1414 (case
fatality rate/CFR 2%). Pada tahun 1999 jumlah penderita menurun menjadi 21.134
orang (10,17 per 100.000 populasi) dengan jumlah yang meninggal 422 orang(CFR
2%).1,2
Untuk mengurangi kecenderungan penyebarluasan wilayah terjangkitnya DBD,
mengurangi kecenderungan peningkatan jumlah penderita dan mengusahakan agar
angka kematian tidak melebihi 3% maka pemerintah terus menyempurnakan program
pemberantasan DBD. Strategi pemberantasan DBD lebih ditekankan pada upaya
preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan masal sebelum penularan penyakit di
desa/kelurahan endemmis DBD, yang merupakan pusat penyebaran penyakit ke
wilayah lainnya. Strategi itu diperkuat dengan menggalakkan pembinaan peran serta
masyarakat

dalam

kegiatan

pemberantasan

nyamuk

(PSN),

melaksanakan

penanggulangan focus di rumah penderita dan disekitar tempat tinggal penderita guna
mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan melaksaankan penyuluhan kepada
masyarakat melalui berbagai media.1,2
Infeksi virus dengue pada manusia terutama pada anak mengakibatkan suatu
spectrum

manifestasi

klinis

yang

bervariasi
1

antara

penyakit

ringan

(mild

undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD)
dan sindrom syok dengue (SSD); yang terakhir dengan mortalitas tinggi di sebabkan
renjatan dan perdarahan hebat . gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat di
samakan dengan sebuah gunung es. DBD dan SSD sebagai kasus - kasus yang dirawat
di rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas permukaan laut,
sedangkan kasus - kasus dengue ringan (demam dengue dan silent dengue infection)
merupakan dasar gunung es. Di perkirakan untuk setiap kasus renjatan yang dijumpai di
Rumah sakit, telah terjadi 150 200 kasus silent dengue infection.1,2
. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di
Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan
penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat
ditekan.2
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue usia 0-15 tahun di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
pada bulan Januari-Desember 2014.

1.3
Tujuan Penelitian
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue usia 0-15 tahun di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan
Januari-Desember 2014.
I.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
berdasarkan jenis kelamin di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan
Januari-Desember 2014.
b. Mengetahui gambaran penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue usia
0-15 tahun yang hidup yang meninggal di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
pada bulan Januari-Desember 2014.

c. Mengetahui Gambaran penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue


usia 0 -15 tahun yang mempunyai penyakit penyerta di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada bulan Januari-Desember 2014.
d. Mengetahui Gambaran penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
usia 0 -15 tahun yang menjadi Sindrom Syok Dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus.
e. Mengetahui lama perawatan pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
usia 0 -15 tahun di RSUD dr. Doris Sylvanus.
1.4.
Manfaat Penelitian
I.4.1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan tentang Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
usia 0 -15 tahun serta angka kejadiannya di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka
Raya.
I.4.2. Bagi institusi
Menambah bahan referensi yang mungkin diperlukan dalam penelitian selanjutnya.
I.4.3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengetahui gambaran Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. DEFINISI
3

Demam dengue (DD) dan Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan/atau
nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeni, dan diatesis
hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan Hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom Syok Dengue
(SSD) adalah demam berdarah dengue yang ditandai dengan renjatan/syok.3
II.2. ETIOLOGI
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4 serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3 merupakan serotipe
yang dominan di Indonesia dan paling banyak berhubungan dengan kasus berat.3
II. 3. PATOGENESIS
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa
terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi
kompleks antigen antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi. 3,4
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut :
1

Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat


dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan.
Pada DSS kadar C3 dan C5 menurun masing-masing sebanyak 33% dan 89%.
Nyata pada DBD pada masa renjatan terdapat penurunan kadar komplemen dan
dibebaskannya anafilatoksin dalam jumlah besar, walupun plasma mengandung
inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a dan C5a agaknya perannya dalam
proses

terjadinya

renjatan

telah

mendahului

proses

inaktivasi

tersebut.

Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak mampu untuk membebaskan histamin dan ini
4

terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang meningkat dalam air seni 24
jam pada pasien DBD. 3,4
2

Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan Adenosin Difosfate akan


mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis
akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat trombositopenia
hebat dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin
vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat meninggikan permeabilitas kapiler
dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular. 3,4

Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen
akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin yang
penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation produk. Disamping itu aktivasi
akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah. 3,4
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari ke-

3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan meningkatnya reaksi imunologis, yang
dasarnya sebagai berikut: 3,4
1

Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan sel
kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi virus dengue.

Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel,
bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan
sel fogosit mononukleus.

Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah
terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DBD dan DSS ialah jumlah sel yang
terinfeksi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan

gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam
pada DD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah dibawah kulit. 3,4
5

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan


DD dengan DBD ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskular. Berakibat berkurangnya volum plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan. Plasma merembes selama
perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya saat
renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih
dari 30%.3,4
Adanya

kebocoran

plasma

ke

daerah

ektravaskular

dibuktikan

dengan

ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. 3,4
Perdarahan pada DBD umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan
fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan
dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit dalam sistem
retikuloendotelial. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis dengan terdapatnya sistem koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan
hati yang fungsinya memang terganggu oleh aktivitasi sistem koagulasi. 3,4
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) secara potensial dapat juga terjadi
pada pasien DBD tanpa renjatan. Pada awal DBD, pernah DIC tidak menonjol dibanding
dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan
renjatan, maka akan memperberat DIC sehingga perannya akan menonjol. 3,4

Gambar II. 3.2. Peran Imunologi terhadap Virus Dengue

Gambar II. 3.3. Manifestasi Klinis Virus Dengue

II. 4. MANIFESTASI KLINIK


Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik
(silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan
demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).3,5

Tabel 1. Manifestasi klinis infeksi virus dengue3,5


Spektru
m Klinis
DD

Manifestasi Klinis

DBD

DSS

Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut:
nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan
leukopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke
rongga peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok

Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).


Gejala syok :
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.

Nafas cepat, nadi teraba lemah hingga tidak teraba.

Tekanan darah turun, tegangan nadi < 20 mmHg.

Akral dingin, capillary refill turun > 2 detik.

Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:

Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan


saluran Gastrointestinal lebih dominan pada DBD.

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan


permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan
haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.

Uji torniquet positif : terdapat >10 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1
inchi).

II.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Uji laboratorium meliputi : 6,7
1

Isolasi virus
Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada :

Biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan mamalia.


Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang ditunjukkan
dengan immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic effect) pada biakan
jaringan manusia.

Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk


Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen dengue pada kepala
nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.

Pemeriksaan Serologi

NS-1

Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)

Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)

Uji Netralisasi (Neutralization Test)

Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)

Uji IgG Elisa indirek

10

Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi dan USG Kasus DBD, terdapat beberapa kerlainan yang
dapat dideteksi yaitu : 3, 6,7
1

Dilatasi pembuluh darah paru

Efusi pleura

Kardiomegali dan efusi perikard

Hepatomegali, dilatasi V. hepatika dan kelainan parenkim hati

Cairan dalam rongga peritoneum (ascites)

Penebalan dinding vesika felea

II.6. DIAGNOSIS
Kriteria klinis : 6,7
1

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah, nyeri
pada punggung, tulang, persendian , dan kepala, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie, ekimosis,


epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

Hepatomegali

Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi 20 mmHg, atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.

Kriteria laboratorium : 6,7


1

Trombositopenia ( 100.000/l)

Hemokonsentrasi (kadar Ht 20% dari orang normal)


Dua gejala klinis pertama ditambah 2 kriteria laboratorium dianggap cukup untuk

menegakkan diagnogsis kerja DBD. 6,7,8


Diagnosis banding: Demam Tifoid, Malaria, Idiopatik Trombositopenia Purpura
dengan Febris, Syok Septik sulit dibedakan dengan Sindrom Syok Dengue.8

11

Tabel 2. Derajat penyakit DBD menurut WHO


Derajat

Kriteria

Penyakit

DBD derajat Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan
I

ialah uji torniquet positif.

DBD derajat
II
DBD derajat
III

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.


Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tegangan nadi menurun
( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, dan anak tampak gelisah.

DBD derajat Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
IV
tidak dapat diukur.
Tanda klinik apabila diduga adanya perdarahan: 8
1.

Gelisah, kesakitan

2.

Hipokondrium kanan nyeri tekan

3.

Abdomen membuncit

4.

Lingkaran perut bertambah (ukur tiap hari)

Jika terdapat tanda klinik diatas maka lakukan monitoring: 8


1. Hb, Ht (menurun atau meningkat)
2. Awasi pasca syok lama
3. Penurunan Hb, Ht saat penyembuhan disebabkan hemodilusi, bukan
perdarahan

12

II.7. PENATALAKSANAAN
1. Demam Dengue
Medikamentosa:

Antipiretik (apabila diperlukan) : paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.


Tidak dianjurkan pemberian asam asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai
DD/DBD.9,10

Edukasi orang tua: 9,10

Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.

Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.

Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau
sup. Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.

Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun.
Pada fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua
perlu waspada.

Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus,
tidak sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.

2. Demam Berdarah Dengue


Fase demam9,10

Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.

Antipiretik: paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.

Perbanyak asupan cairan oral.


13

Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun.

Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.

Penggantian volume plasma9,10

Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status dehidrasi


pasien dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.

Jenis cairan adalah kristaloid : Ringer Laktat, NaCl, Ringer Asetat.

Tabel 3. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang


Jumlah Cairan

Berat Badan (Kg)

(ml/kg BB/hari)

<7

220

7 11

165

12 18

132

>18
Tabel 4. Kebutuhan cairan rumatan

88

Berat Badan (Kg)

Jumlah cairan (ml)

10

100 per kg BB

10 20

1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)

>20

1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)

14

Tabel 5. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien


Kriteria rawat inap

Kriteria memulangkan pasien

Ada kedaruratan:

1. Tidak demam selama 24 jam

1. Syok

tanpa antipiretik

2. Muntah terus menerus

2. Nafsu makan membaik

3. Kejang

3. Secara klinis tampak perbaikan

4. Kesadaran turun

4.Hematokrit stabil

5. Muntah darah

5. Tiga hari setelah syok teratasi

6. Berak hitam
7. Hematokrit cenderung meningkat setelah 2
kali pemeriksaan berturut-turut
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Tanda klinik apabila diduga adanya perdarahan: 9,10
-

Gelisah, Kesakitan

Hipokondrium kanan nyeri tekan

Abdomen membuncit

Lingkaran perut bertambah (ukur tiap hari)

15

6. Trombosit > 50.000/uL


7. Tidak dijumpai distres
pernafasan

Jika terdapat tanda klinik diatas maka lakukan monitoring: 9,10


-

Hb, Ht (menurun atau meningkat)

Awasi pasca syok lama

Penurunan Hb, Ht saat penyembuhan disebabkan hemodilusi, bukan perdarahan

Penatalaksanaan DBD disesuaikan dengan derajat terlampir sebagai berikut:13,14,15

16

Bagan 1. Tatalaksana infeksi virus Dengue pada kasus tersangka DBD.

17

Bagan 2. Tatalaksana DBD stadium I atau stadium II tanpa peningkatan Ht.

18

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD dengan peningkatan Ht > 20%

19

Bagan 4. Tatalaksana Kasus Sindrom Syok Dengue

20

II.8. KOMPLIKASI DBD


Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh lemah / lelah
(fatigue) saat fase pemulihan.11
Penyebab kematian pada deman berdarah dengue:

Syok berkepanjangan (Prolonged shock)

Kelebihan cairan

Perdarahan masif

Manifestasi yang jarang :


Ensefalopati dengue
Gagal ginjal akut

Ensefalopati DBD11,12

Diduga akibat disfungsi hati, udema otak,

perdarahan kapiler serebral

atau kelainan metabolik

Ditandai dengan kesadaran menurun dengan atau tanpa kejang, baik pada DBD
dengan atau tanpa syok

Ketepatan diagnosis
-

Bila ada syok, harus diatasi dulu

21

Pungsi lumbal setelah syok teratasi, hati-hati trombosit < 50000/ul

Transaminase, PT/APTT, gula darah, analisa gas darah, elektrolit, amoniak


darah

II.9 . KERANGKA TEORI

22

II.10. KERANGKA KONSEP

23

Demam Dengue dan Demam


Berdarah dengue

Pengobatan

Usia 0-15 tahun,


Jenis Kelamin,
hidup dan meninggal
Tanpa
dan
dengan
penyakit penyerta
Menjadi SSD
Lama Perawatan Inap,
Perdarahan dan tanpa
perdarahan

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

BAB III
METODE PENELITIAN
24

Rawat jalan

III.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif-analitik dengan
metode cross sectional. Cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran
variabelnya dilakukan hanya setiap satu kali, pada satu saat. Peneliti mencari hubungan
antara variable bebas dan variable tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat. Desain
cross sectional dapat dipergunakan untuk penelitian Deskriptif-Analitik, namun juga dapat
dilakukan untuk penelitian analitik.
III.2 Tempat dan waktu penelitian
III.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya.
III.2.2 Waktu peneltian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari mengambil data lama pada bulan
Januari-Desember 2014 (Retrospektif).
III.3 Populasi Penelitian
III.3.1 Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak yang dirawat inap di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
III.3.2 Populasi terjangkau
Semua pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue anak usia 0 -15
tahun yang dirawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sejak bulan JanuariDesember 2014.
III.4 Sampel dan tekhnik penambilan sampel
Sampel adalah jumlah total populasi selama 12 bulan pada pasien Demam Dengue
dan Demam Berdarah Dengue anak usia 0 -15 tahun yang dirawat inap di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya sejak bulan Januari-Desember 2014. Cara penelitian sampel
dengan non-probablity sampling. Cara ini lebih mudah dan praktis. Jenis yang diambil
adalah Consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
III.5 Kriteria Pemilihan (Inklusi dan Eksklusi)
25

III.5.1 Kriteria Inklusi


-

Pasien anak pengidap Demam Dengue dan Demam Berdarah dengue


Anak Usia 0 - 15 tahun
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Hidup dan meninggal
Pasien rawat inap
Penyakit penyerta seperti Infeksi saluran nafas, Diare akut, infeksi saluran

kemih, infeksi kulit dan tanpa penyakit penyerta


DSS dan tidak DSS
Perdarahan dan tidak perdarahan

III.5.2 Kriteria eksklusi


-

Penyakit lain yang menyebabkan Trombositopenia (Demam malaria, Demam

Tifoid, Idiopatik Trombositopenia Purpura)


Pasien rawat jalan

III.6 Variabel penelitian


- variabel bebas

: Usia 0-15 tahun, Jenis Kelamin, hidup dan meninggal,


Tanpa dan dengan penyakit penyerta, menjadi SSD, Lama
Perawatan Inap, Perdarahan dan tanpa perdarahan

- variable terikat

: Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue

III.7 Definisi Operasional


a. Demam Dengue
Definisi : Demam dengue (DD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia,
dapat disertai trombositopenia < 150.000/uL, tetapi tidak terjadi hemokonsentrasi dengan
atau tanpa sindrom syok dengue.
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

: 1. Demam Dengue
2. Tidak Demam Dengue

Skala ukur

: Nominal

26

b. Demam Berdarah Dengue


Definisi : Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot,
dan/atau nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia, hepatomegali, trombositopenia <
100.000/uL, disertai perdarahan, hemokonsentrasi dengan atau tanpa sindrom syok dengue .
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

: 1 Demam Berdarah Dengue


2.Tidak Demam Berdarah Dengue

Skala ukur

: Nominal

c. Jenis kelamin
Definisi : laki-laki atau perempuan seorang anak yang mengidap DD atau DBD.
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

: 1. Laki-laki
2. Permpuan

Skala ukur

: Nominal

d. Usia Anak
Definisi : Umur yang yang dicapai oleh seorang anak yang mengidap DD atau DBD
yang dinyatakan dalam tahun.
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

: 1. < 5 tahun
2. 6-10 tahun
3. 11-15 tahun

Skala ukur

: Interval

e. Penyakit Penyerta
27

Definisi : Penyakit lain yang menyertai DD dan DBD selama dirawat inap di RSUD
dr. Doris Sylvanus serta berkembang menjadi DSS
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

1. Dengan penyakit penyerta


2. Tanpa penyakit penyerta

Skala ukur

: Nominal

f. Sindrom Syok Dengue


Definisi : Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok), Gejala
syok Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis, nafas cepat, nadi teraba
lemah hingga tidak teraba, tekanan darah turun, tegangan nadi < 20 mmHg, akral dingin,
capillary refill turun > 2 detik.
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

1. SSD
2. Tidak SSD

Skala ukur

: Nominal

g. Perdarahan
Definisi : Perdarahan spontan yang timbul yang diakibatkan oleh manifestasi DD/DBD
minimal diprovokasi positif (Rumple Leed)
Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

1. Perdarahan
2. Tidak Perdarahan

Skala ukur

: Nominal

h. Lama perawatan
Definisi : Suatu upaya stimulasi mulainya proses Pemulihan di rumah sakit hingga Pasien
sembuh dari penyakit.
28

Alat ukur

: rekam medic

Cara ukur

: pencatatan ulang dari rekam medic

Hasil ukur

: 1. < 3 hari
2. 3-5 hari
3. > 5 hari

Skala ukur

: interval

III.8 Instrumen Penelitian


Instrument pengumpulan data berupa lembar daftar responden dari rekam medik.
III.9 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data di data sekunder diperoleh dari rekam medic RSUD
Dr.Doris Sylvanus Palanga Raya, Studi dokumentasi dan penulusuran sumber.
III.10 Cara Pengelolaan Data dan Analisis Data
III.10.1 Cara Pengelolaan Data
1. Teknik pengolahan data : menggunakan langkah-langkah berikut :
a. Coding (Pengkodean)
Jawaban atau hasil diklasifikasikan kedalam bentuk yang lebih ringkas
dengan menggunakan kode.
b. Editing (Pengeditan data)
Isian pada data yang diperoleh dari rekam medic diteliti kembali apalah
sudah baik, lalu di proses lebih lanjut.
c. Entry data (Pemasukan data)
Data yang telah selesai decoding dan diediting lalu dimasukkan ke dalam
table.
d. Cleaning data
Membersihkan data sehingga data sudah benar-benar bebas dari kesalahan.
III.10.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat (deskriptif)
untuk mengetahui distribusi frekuensi variable usia anak 0-15 tahun dan lama
perawatan pada pasien DD dan DBD dalam bentuk table.
III.11 Etika Penelitian

29

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder. Dalam melakukan


penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Anonimity (Tanpa nama)
Nama obyek tidak di cantumkan dalam lembar pengisian, cukup dengan menulis
kode obyek yang telah dibuat oleh peneliti agar kerahasiaan tetap terjaga.
2. Confidentially
Informasi yangtelah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

BAB IV
HASIL
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya di bagian SMF
Kesehatan Anak dan Remaja pada Bulan Januari sampai Desember 2014 dengan cara
30

mengambil data sekunder dari rekam medik. Diperoleh sampel yang digunakan dalam
penelitan sebesar 139 pasien anak usia 0-15 tahun yang mengidap penyakit Demam Dengue
dan Demam Berdarah Dengue.
Hasil penelitian ini akan menggambarkan kejadian Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue berdasarkan jenis kelamin, pasien pada usia 0-15 tahun yang hidup
maupun yang meninggal, dan berdasarkan lama perawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus.
Berikut adalah jumlah pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue di
RSUD dr. Doris Sylvanus pada bulan Januari Desember 2014.
Tabel 4.1. Jumlah pasien DD dan DBD berdasarkan jenis kelamin yang dirawat inap pada
Bulan Januari Desember 2014
Penyakit
Demam Dengue
Demam Berdarah
Dengue
Total

Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Hidup
132 (61,39%) 83 (38.60%)
215 (100%)
182 (56,87%) 138 (43,12%) 316 (98,75%)
314 (58,69%) 221 (41,31%)

531(99,25%)

Meninggal
0 (0%)
4 (1,25%)

Total
215 (100%)
320 (100%)

4(0,75%)

535 (100%)

120.00%
100.00%
98.75%

100.00%
80.00%
60.00%

61.39%
56.87%

DD

40.00%

43.12%
38.60%

DBD

20.00%
1.25%

0.00%
LAKI

PEREMPUAN

31

HIDUP

0.00%
MATI

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa pada pasien Demam Berdarah Dengue
lebih banyak jumlahnya dibandingkan Demam Dengue di RSUD dr. Doris Sylvanus
Berdasarkan Jenis Kelamin jumlah pasien pada Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan yang
dirawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus
Berdasarkan Tabel Di atas jumlah pasien yang meninggal pada pasien pengidap
Demam Dengue tidak ada (0,00%) dan Demam Berdarah Dengue yang meninggal
sebanyak 4 (0,75%) dari penderita panyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue.
Berikut adalah jumlah Insidensi Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
pada pasien usia 0-15 tahun pada Bulam Januari-Desember 2014 yang dirawat di RSUD dr.
Doris Sylvanus.

Tabel 4.2. Insidensi Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada usia 0-15 tahun
pada Bulan Januari-Desember 2014
Bulan

Kejadian

Hidup

Meninggal

Presentase

2
1
2
8
17
6
6
6
10
24
26
29

0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1

1,43 %
0,71 %
1,43 %
5,75 %
12,9 %
4,31 %
4,31 %
4,31 %
7,19 %
17,23 %
18,70 %
21,58 %

DD/ DBD
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

2
1
2
8
18
6
6
6
10
24
26
30

32

Total

139

137

100%

KEJADIAN DD DAN DBD


25.00%

21.58%
18.70%
17.23%

20.00%
15.00%

12.90%
KEJADIAN DD DAN DBD

10.00%
5.00%

5.75%

7.19%

4.31% 4.31% 4.31%

1.43% 0.71% 1.43%

0.00%

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah terbanyak kejadian Demam


Dengue dan Demam Berdarah Dengue pasien anak usia 0-15 tahun adalah pada bulan
Desember, diikuti bulan November dan Oktober. sedangkan jumlah terbanyak yang
meninggal adalah pada bulan Mei dan Desember dimana jumlahnya sama 0,71% dari 139
jiwa.
Tabel 4.3. Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada usia 0-15 tahun dengan
atau tanpa penyakit penyerta serta menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) pada Bulan
Januari-Desember 2014.
Bulan

Januari
Februari
Maret
April
Mei

2
1
2
8
18

Kejadian

Dengan

Tanpa

DD/ DBD

Penyakit

penyakit

penyerta
0 (0,00%)
0 (0,00%)
1 (0,72%)
5 (3,59%)
6 (4,31%)

penyerta
2 (1,43%)
1 (0,72%)
1 (0,72%)
3 (2,15%)
12 (8,63%)

33

DSS

0 (0,00%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
4 (2,87%)

Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total

6
6
6
10
24
26
30
139

0 (0,00%)
3 (2,15%)
1 (0,72%)
3 (2,15%)
6 (4,31%)
6 (4,31%)
10 (7,19%)
41 (29,50%)

6 (4,31%)
3 (2,15%)
5 (3,59%)
7 (5,03%)
18 (12,95%)
20 (14,38%)
20 (14,38%)
98 (70,50%)

0 (0,00%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
1 (0,72%)
2 (1,43%)
2 (1,43%)
5 (3,59%)
14(10,07%)

16%
14%
12%
10%
8%
6%

DENGAN PENYAKIT PENYERTA

TANPA PENYAKIT PENYERTA

4%
2%
0%

34

SINDROM SYOK DENGUE


4%

4%

4%
3%

3%
3%
2%

DENGUE SHOCK SYNDROME

1%

2%

1%

1%

1%
1%
0%
0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

Pada tabel diatas di dapat hasil Gambaran Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue pada usia 0-15 tahun dengan atau tanpa penyakit penyerta dan yang menjadi
Sindrom Syok Dengue (SSD) pada Bulan Januari-Desember 2014. Didapatkan jumlah
terbanyak kejadian DD/DBD dengan

penyakit penyerta yaitu pada bulan

Desember

sebesar 7,19% per 139 pasien. Dan terbanyak ke dua yaitu pada bulan Mei, Oktober, dan
November sebanyak 4,31% per 139 pasien, selanjutnya pada bulan April sebanyak 3,59%,
kemudian pada bulan Juli dan September sama yaitu 2,15%, dan terakhir pada bulan Maret
sebesar 0,72%, sedangkan pada bulan Januari, Februari, Juni 0%.
Kejadian DD/DBD tanpa penyakit penyerta paling banyak adalah pada bulan
November dan Desember yaitu sebesar 14,38% dari 139 pasien, diikuti bulan Oktober
12,95%, bulan Mei 8,63%, September 5,03%, Juni 4,31%, Agustus 3,59%, April 2,15%,
Juli 2,15%, Januari 1,43%, dan terakhir pada Februari dan Maret sebanyak 0,72 % per 139
pasien DD/DBD di RSUD dr. Doris Sylvanus.
Dan pada pasien DD/DBD yang menjadi Sindrom Syok Dengue (SSD) terbanyak
pada bulan Desember 3,59%, diurutan kedua pada bulan Mei 2,84%, Oktober dan
November sebanyak 1,43%, dan terakhir pada bulan September 0,72 per 139 pasien.

35

Tabel 4.4. Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada usia 0-15 tahun dengan
manifestasi Perdarahan dan Tidak Perdarahan pada Bulan Januari-Desember 2014.

Demam Dengue
Demam Berdarah

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Tidak

Penderita
46 (33,09%)

16 (34,78 %)

perdarahan
30 (65,22%)

98 (70,50%)

98 (100%)

0 (0,00 %)

Jumlah

Penyakit

Dengue

Manifestasi
Perdarahan

0.00%
65.22%
100.00%
PERDARAHAN

TIDAK PERDARAHAN
34.78%

DEMAM DENGUE
DEMAM BERDARAH DENGUE

/
Pada tabel diatas di dapat hasil Gambaran Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue pada usia 0-15 tahun dengan atau tanpa perdarahan) pada Bulan Januari-Desember
2014. Pada Demam Dengue manifestasi Perdarahan 33,09% dari 46 pasien Demam dengue,
sisanya tidak mengalami perdarahan.
Sedangkan pada Demam Berdarah Dengue 100% mengalami perdarahan dari 98
pasien DBD dari total 139 pasien DD dan DBD yang dirawat di RSUD dr. Doris Sylvanus.
Tabel 4.5. Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada usia 0-15 tahun dengan
DSS dan Tidak DSS serta yang meninggal karena DSS pada Bulan Januari-Desember 2014.
Penyakit
Tidak SSD

Manifestasi
SSD
Meninggal
36

Total

Demam Berdarah
Dengue

84 (85,71%)

14 (14,28%)

2 (2,04%)

98 (100%)

85.71%

90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%

DSS

TIDAK DSS

MENINGGAL

14%

10%

2.04%

0%
DD/DBD

Dari tabel diatas dapat dilihat Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada
usia 0-15 tahun dengan SSD dan Tidak SSD yaitu sebanyak 85,71% pasien DBD yang
tidak SSD dan DBD menjadi DSS 14,28%, dan pasien anak yang meninggal sebanyak
2,04% dari total pasien DBD pada anak.
Tabel 4.2. Lama perawatan pasien anak pengidap Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue berdasarkan usia dan pada Bulan Januari-Desember 2014.
Lama Perawatan
Usia anak
0 - 5 tahun

< 3 hari
11 (7,91%)

3-5 hari
17 ( 12,23%)

> 5 hari
0 (0,00%)

6 -10 tahun

23 (16,55%)

26 (18,71%)

4 (2,875%)

11-15 tahun

27 (19,42%)

27 (19,42%)

4 (2,875%)

Total

61 (43,88%)

70 (50,36%)

8 (5,75%)

37

25.00%

20.00%

18.71%

19.42%
19.42%

16.55%
15.00%
< 3 HARI

12.23%

3-5 HARI
10.00%

5.00%

0.00%

> 5 HARI

7.91%

2.88%

0.00%
0-5 TAHUN

6-10 TAHUN

2.87%

11-15 TAHUN

Berdasarkan Tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah terbanyak pasien


Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue dengan lama perawatan kurang dari 3 hari
yaitu pada usia 11-15 tahun yaitu sebesar 19,42% dari 139 pasien, usia 6-10 tahun sebanyak
16,55%, dan pasien 0-5 tahun sebanyak 7,91% per 139 pasien. .
Sedangkan, pada perawatan 3-5 hari jumlah pasien terbanyak yaitu pada pasien
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue yang berusia 11-15 tahun yaitu sebesar
19,42%, diikuti pasien usia 6-10 tahun sebanyak 18,71%, dan pasien 0-5 tahun sebanyak
12,23% per 139 pasien.
Pada perawatan lebih dari 5 hari dimana jumlah pasien usia 6-10 tahun dan usia
11-15 tahun rasionya sama yaitu sama-sama sebanyak 2,875% per 139 pasien.

38

BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan

data rekam medik pasien di bagian SMF Anak RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya dari bulan Januari- Desember 2014 yang telah dikumpulkan,
didapatkan jumlah seluruh pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue yaitu
sebanyak 535 jiwa total seluruh pasien, dimana pasien pengidap Demam Dengue sebanyak
215 jiwa dan Demam Berdarah Dengue Sebanyak 320 jiwa dan khususnya total pada
pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue yang berusia 0-15 tahun sebanyak
139 yang berarti sekitar 26 % dari total penderita Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue di RDUD dr. Doris Sylvanus.
Jumlah pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue berdasarkan jenis
kelamin dimana jenis kelamin laki-laki presentasinya lebih banyak dibandingkan
perempuan yaitu sebesar 58,69%.
Jumlah terbanyak kejadian DD/DBD dengan penyakit penyerta yaitu pada bulan
Desember sebesar 7,19% per 139 pasien. Dan terbanyak ke dua yaitu pada bulan Mei,
Oktober, dan November sebanyak 4,31% per 139 pasien, jumlah ini cenderung meningkat
setiap bulannya.
Kejadian DD/DBD tanpa penyakit penyerta paling banyak adalah pada bulan
November dan Desember yaitu sebesar 14,38% dari 139 pasien, pada bulan Mei jumlah
pasien DD/DBD meningkat dan menurun lagi di bulan selanjutnya, kemudian meningkat
lagi dari bulan September Desember 2014.
Pada pasien DD/DBD yang menjadi Sindrom Syok Dengue (SSD) terbanyak pada
bulan Desember 3,59%, diurutan kedua pada bulan Mei 2,84%, Oktober dan November
sebanyak 1,43%, dan terakhir pada bulan September 0,72 per 139 pasien. cenderung
meningkat pada bulan September-Desember 2014. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah
kejadian DD/DBD dari bulan Januari Desember 2014, Hal ini karena penyakit DD/DBD
tidak mempunyai pola yang tidak spesifik sehingga seringkali kerabat pasien tidak tahu dan
terlambat membawa pasien untuk dirawat ke Rumah Sakit, sehingga untuk penanganan

39

DBD yang menjadi SSD lebih sulit dan lebih lama karena menimbulkan komplikasikomplikasi yang cukup serius dan seringkali mengancam jiwa pasien SSD
Pada Demam Dengue, manifestasi Perdarahan 33,09% dari 46 pasien, Sedangkan
pada Demam Berdarah Dengue 100% mengalami perdarahan dari 98 pasien DBD dari total
139 pasien DD dan DBD yang dirawat di RSUD dr. Doris Sylvanus dari bulan JanuariDesember 2014, ini menggambarkan bahwa ancaman perdarahan DBD lebih besar
dibandingkan DD.
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue pada usia 0-15 tahun dengan DSS
dan Tidak DSS yaitu sebanyak 85,71% pasien DBD yang tidak DSS dan DBD menjadi
DSS 14,28%, dan pasien anak yang meninggal sebanyak 2,04% dari total pasien DBD pada
anak.
Pada Lama perawatan pasien anak pengidap Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue berdasarkan usia anak dimana lama perawatan kurang dari 3 hari yaitu pada usia
11-15 tahun yaitu sebesar 19,42% dari 139 pasien. Sedangkan, pada perawatan 3-5 hari
jumlah pasien terbanyak yaitu pada pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
yang berusia 11-15 tahun yaitu sebesar 19,42%, Pada perawatan lebih dari 5 hari dimana
jumlah pasien usia 6-10 tahun dan usia 1-15 tahun rasionya sama yaitu sama-sama
sebanyak 2,875% per 139 pasien. Dan dapat dilihat bahwa rata-rata lama perawatan
tertinggi pada pasien usia 11-15 tahun dengan lama perawatan 3-5 hari.
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa resiko kematian DBD 4
kali lebih besar dibandingkan pada DD dan ini mengambarkan pada patofisiologi DBD
yang menimbulkan komplikasi yang berat dibandingkan DD.
Dan pada lama perawatan pada pasien ini karena diduga Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue bersifat self limiting disease dan mempunyai pola demam yang
khas bifasik yaitu pada hari ke 3 mulai terjadi penurunan sirkulasi dan menimbukan gejalagejala yang khas dan akan sembuh sendiri pada hari ke 7 sehingga lama perawatan pasien
DD dan DBD paling banyak pada rentang 3-5 hari. Sedangkan pada perawatan DD dan
DBD yang lebih dari 5 hari ini diduga karena pasien juga mengidap penyakit penyerta
seperti Diare akut, ISPA, Muntah, serta DBD yang berubah menjadi Sindrom Syok Dengue
(SSD), yang memerlukan waktu pemulihan dan perawatan lebih lama.
40

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan hasil yang didapat maka dapat diambil

kesimpulan yaitu :
1. jumlah seluruh pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue yaitu
sebanyak 535 jiwa total seluruh pasien, dimana pasien pengidap Demam Dengue
sebanyak 215 jiwa dan Demam Berdarah Dengue Sebanyak 320 jiwa
2. Berdasarkan Jenis Kelamin jumlah pasien pada Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan yang dirawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus
3. jumlah terbanyak pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
berdasarkan lama perawatannya yaitu pada perawatan kurang dari 3 hari yaitu pada
usia 11-15 tahun, pada perawatan 3-5 hari jumlah terbanyak yaitu pada pasien
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue usia 11-15 tahun, dan pada
perawatan lebih dari 5 hari dimana jumlah pasien usia 6-10 tahun dan usia 11-15
tahun rasionya sama.
VI.2

Saran

1. Bagi Profesi Kesehatan


Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas kesehatan terhadap
orang tua dan pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue dan
menjelaskan berbagai komplikasinya.
2. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Perlu meningkatkan pengetahuan mengenai tanda dan gejala Demam
Dengue dan Demam Berdarah Dengue serta perawatannya dan kapan harus di rawat
inap.
3.

Bagi Peneliti selanjutnya


Perlu mengembangkan wawasan tentang Demam Dengue dan Demam
Berdarah Dengue pada anak.

41

DAFTAR PUSTAKA
1

Setiabudi D. Evalution of Clinical Pattern and Pathogenesis of Dengue


Haemorrhagic Fever. Dalam : Garna H, Nataprawira HMD, Alam A, penyunting.
Proceedings Book 13th National Congress of Child Health. KONIKA XIII.
Bandung, July 4-7, 2005. h. 329-

Hadinegoro SRS. Pitfalls & Pearls dalam Diagnosis dan Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue. Dalam : Trihono PP, Syarif DR, Amir I, Kurniati N, penyunting.
Current

Management

of

Pediatrics

Problems.

Pendidikan

Kedokteran

Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVI. Jakarta 5-6 September 2004.h. 633

Halstead SB. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever. Dalam : Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17.
Philadelphia : WB Saunders.2004.h.1092-4

Soedarmo SSP. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Jakarta : UI Press 1988

Halstead CB. Dengue hemorrhagic fever: two infections and antibody dependent
enhancement, a brief history and personal memoir . Rev Cubana Med Trop 2002;
54(3):h.171-79

Soewondo ES. Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Pengelolaan pada


Penderita Dewasa. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XIII. Surabaya 12-13
September 1998.h.342-50.

Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003.
Surabaya : Airlangga University Press 2004.h.1-9

World Health Organization Regional Office for South East Asia. Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever : Comprehensive Guidelines.
New Delhi : WHO.1999

Sutaryo. Perkembangan Patogenesis Demam Berdarah Dengue. Dalam :


Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Demam Berdarah Dengue: Naskah
Lengkap Pelatihan bagi Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam
dalam tatalaksana Kasus DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2004.h.32-43

42

10 Hadinegoro SRS. Imunopatogenesis Demam Berdarah Dengue. Dalam : Akib Aap,


Tumbelaka AR, Matondang CS, penyunting. Naskah Lengkap Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLIV. Pendekatan Imunologis
Berbagai Penyakit Alergi dan Infeksi. Jakarta 30-31 Juli 2001. h. 41-55
11 Hadinegoro SRS,Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue pada Anak. Naskah Lengkap Pelatihan bagi
Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam tatalaksana Kasus
DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2004.h. 80-135
12 Soedarmo SSP.Infeksi Virus Dengue. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro
SRS, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis.
Edisi pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2002.h.176-208
13 Samsi TK. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RS Sumber Waras.
Cermin Dunia Kedokteran 2000; 126 : 5-13
14 Panbio. Dengue. Didapatkan dari : URL: http://www.panbio.com.au/ modules.php?
name= ontent&pa=showpage&pid=33. Diunduh pada tanggal 27 Juni 2006.
15 Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulan Penyakit DBD. Edisi
1 Volume 2. Jakarta :Dinas Kesehatan 2002.

43

Anda mungkin juga menyukai