Anda di halaman 1dari 19

ALKALOID

Pendahuluan

Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang mengandung


nitrogen dan aktif secara farmakologis.

Alkaloid terdapat pada tanaman, mikroba dan hewan.

Di dalam kebanyakan alkaloid, atom nitrogen merupakan


bagian dari sistem cincin.

Alkaloid secara biosintesis diturunkan dari asam amino.

Nama alkaloid berasal dari kata alkalin yang berarti basa


larut-air.

Sifat-sifat alkaloid

Alkaloid bersifat basa, dan membentuk garam larut air


dengan asam mineral.

Sebagian besar alkaloid berupa padatan kristalin dan


memiliki rasa pahit.

Umumnya tidak larut di dalam air (beberapa sangat


sedikit larut dalam air)

Larut dalam senyawa organik polar atau sedikit polar,


larut juga dalam larutan pekat hidroalkoholik.

Golongan Alkaloid

Alkaloid secara umum digolongkan berdasarkan asam


amino yang mengandung atom nitrogen dan struktur
dasar alkaloidnya.

Alkaloid dapat pula dikelompokkan berdasarkan


kemiripan struktur umumnya.

Biosintesis

Piperina

Rumus molekul C17H19NO3

Suatu komponen dari lada hitam (Piper nigrum)

Digunakan dalam penyiapan obat-obatan


tradisional dan juga sebagai insektisida

Memiliki beragam efek pada enzim metabolisme


manusia

Dijual dengan merk dagang Bioperine, untuk


membantu meningkatkan bioavailibilitas dari
sejumlah suplemen diet, khususnya kurkumin

Koniin

Koniin atau (S)-2-propilpiperidin, memiliki


rumus molekul C8H17N

Merupakan akaloid beracun yang ditemukan di


tanaman cemara dan kantong semar
(Sarracenia flava)

Berperan terhadap bau busuk dari cemara

Merupakan neurotoksin, menyebabkan


kelumpuhan pernapasan dan beracun pada
manusia

Nikotin (1)

Rumus molekul C10H14N2

Komponen aktif utama dari tembakau, Nicotiana tabacum

Juga ditemukan secara luas di spesies lain dari famili


Solanaceae, seperti tomat, kentang, dan cabe hijau.

Berupa cairan berminyak yang higroskopis, dan dapat


mudah bercampur dengan air

Memiliki dua sistem cincin nitrogen: satu sebagai piridin,


yang lain sebagai pirolidin.

Nikotin (2)

Nikotin merupakan senyawa yang beracun terhadap


saraf

Termasuk di dalam pembuatan insektisida

Di konsentrasi rendah, menjadi stimulan (meningkatkan


aktivitas, kewaspadaan dan ingatan)

Nikotin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah,


namun mengurangi nafsu makan

Di dosis yang lebih tinggi, nikotin bertindak sebagai


depresan

Lebih tinggi lagi, nikotin dapat menyebabkan mual dan


muntah

Kokain
Rumus

molekul C17H21NO4

Merupakan

alkaloid tropan berupa kristalin putih


yang ditemukan terutama di tanaman koka

Kokain

berpengaruh terhadap sistim saraf pusat


berupa stimulan dan menekan nafsu makan

Karena

memiliki efek euforia (menimbulkan rasa


senang), kokain ditemukan di banyak
penyalahgunaan obat

Kokain

digunakan juga sebagai anestesi topikal


pada pembedahan mata, kerongkongan dan hidung

Kuinin

Rumus molekul C20H24N2O2

Tergolong alkaloid kuinolin

Berupa kritalin putih

Diisolasi dari kulit kayu pohon kina (Cinchona


succirubra)

Dikenal sebagai obat anti malaria

Senyawa ini sangat pahit

Juga memiliki sifat antipiretik, analgesik dan


antiinflamasi

Digunakan pula untuk menangani kram kaki


dan artritis

Morfin
Rumus

molekul C17H19NO3

Tergolong

dalam obat analgesik Kelas A

Penyusun

utama dalam biji bunga opium

Berpengaruh

langsung pada sistim saraf [usat untuk


mengurangi rasa sakit

Morfin

digunakan untuk perawatan rasa sakit pascaoperasi dan sakit kronis (misalnya sakit karena
kanker), dan sebagai antitusif untuk beberapa batuk

Efek

samping perawatan dengan morfin umumnya


berupa kerusakan mental, euforia, rasa kantuk,
kehilangan nafsu makan, konstipasi, lesu, dan
penglihatan rabun

Identifikasi Alkaloid

Pereaksi Mayer

Pereaksi Dragendorff

Pereaksi Wagner

Ammonium reineckate

1. Pereaksi Mayer

Larutan I: larutkan 1,36 g HgCl2 dalam 60 mL air

Larutan II: larutkan 5 g KI dalam 10 mL air

Prosedur:

Campurkan kedua larutan dan encerkan


dengan air hingga 100 mL.
Tambahkan beberapa tetes pada larutan
ekstrak yang sudah diasamkan (dengan HCl
atau H2SO4 encer)
Jika terdapat alkaloid, endapan putih
kekuningan akan muncul
Campuran tidak untuk diaduk, karena endapan
bisa terlarut kembali

2. Pereaksi Dragendorff

Larutan I: larutkan 8,0 g bismut subnitrat [Bi(NO3)3.H2O] dalam


HNO3 30% w/v

Larutan II: larutkan 27,2 g KI dalam 50 mL air

Prosedur:

Gabungkan kedua larutan dan diamkan selama 24 jam, kemudian


saring, dan encerkan menjadi 100 mL dengan air deionisasi

Sampel yang sudah diasamkan akan menghasilkan endapan jinggakecoklatan jika mengandung alkaloid

Alkaloid dapat diperoleh-kembali dengan pengolahan menggunakan


Na2CO3 dan ekstraksi bertahap menggunakan dietil eter

Reaksi ini juga dapat dilakukan pada kertas


saring atau plat KLT dengan menambahkan
satu tetes pereaksi pada spot dari sampel

3. Pereaksi Wagner

Larutan : larutkan 1,27 g I2 dan 2 g KI dalam 20 mL air,


dan tepatkan hingga 100 mL.

Prosedur:

Tambahkan pada larutan sampel yang telah diasamkan

Jika terdapat alkaloid, maka endapan coklat akan muncul

4. Ammonium reineckate

Larutan: tambahkan 0,2 g hidroksilamina pada larutan


jenuh 4% ammonium reineckate
{NH4[Cr(NH3)2(SCN)4].H2O}, dan asamkan dengan HCl
encer

Prosedur:

tambahkan larutan pada ekstrak

Endapan merah-muda akan muncul jika terdapat alkaloid

Endapan larut dalam 50% aseton

Anda mungkin juga menyukai