Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL BERDASARKAN

INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS (IPSAS)


TERHADAP LAPORAN KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
DI KOTA MALANG

PROPOSAL SKRIPSI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Metodologi Penelitian
yang dibina oleh Ibu Dr. Puji Handayati, S.E., M.M., Ak. CA, C.MA

Oleh
Arhamedho Akbar
NIM 130422612323

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
DESEMBER 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, banyak entitas yang termasuk dalam kategori organisasi sektor
publik yang telah mengimplementasikan akuntansi dalam sistem keuangannya.
Akan tetapi, praktik akuntansi yang dilakukan oleh entitas-entitas tersebut
memiliki banyak perbedaan khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Hal
tersebut sangat dimungkinkan oleh belum banyaknya pemerintah suatu negara
yang menerbitkan standar baku akuntansi untuk mengatur praktik akuntansi bagi
organisasi sektor publik.
Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang signifikan
adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Perubahan di bidang
akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi
dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan
sesuai dengan tujuan masing-masing. Karena begitu eratnya keterkaitan antara
keuangan pemerintahan dan akuntansi pemerintahan, maka sistem dan proses
yang lama dalam akuntansi pemerintahan banyak menimbulkan berbagai kendala
sehingga belum sepenuhnya mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Penerapan akuntansi berbasis akrual ini merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan, sehingga kinerja pemerintah dapat lebih terukur. Hal tersebut
diharapkan mampu mendorong efisiensi atas kegiatankegiatan yang dilakukan dan
mendorong terwujudnya good and clean corporate governance, sehingga tujuan
pembangunan untuk kemakmuran seluruh rakyat dapat tercapai. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pemerintah pusat dan seluruh pemerintah daerah harus dapat

meningkatkan kualitas laporan keuangannya. Kualitas laporan keuangan


pemerintah dan pemerintah daerah secara umum tergambar dari opini yang
diberikan BPK.
These national and international reforms to modernize accounting tally with
th e concept of New Public Management (NPM) which aims to give the public
sector the benefit of the private sectors most effective management methods
(Bellanca,2013:22). Menurut Biswas (2015:468) .the accrual basis results in
increasing the accountability of government to its clients, better financial
management of public service managers, and increasing the performance
comparability in different areas.
Chan (dalam Alshujairi, 2014:1) menyatakan The government
accounting reform is regarded as part of improving information system in
public financial management based on accruals as a tool to gain a wider
accountability in a democratic system and in a free market. The movement to
accrual accounting was pioneered by the developed countries as a part of the
public sector reform (Hassan (dalam Alshujairi, 2014:1). Thus, the annual
financial statements play a significant role in the accountability of
governments to their citizens and their elected representatives Huges (dalam
Alshujairi, 2014:1). Therefore, the priority of the developing countries was
moving from the cash to the accrual basis of accounting, Tudor & Mutiu
(dalam Alshujairi, 2014:1)
Perubahan basis akuntansi dari basis kas menjadi basis akrual penuh sudah
disyaratkan oleh peraturan perundangundangan sebelumnya. Yaitu UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara pada pasal 36 ayat 1
yang menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual dilaksanakan selambatlambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selain itu,

dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada


pasal 70 ayat 2 juga menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambatlambatnya pada tahun anggaran
2008. Berdasarkan kedua peraturan tersebut, pelaksanaan basis akrual seharusnya
dilaksanakan pada tahun 2008. Namun dalam pelaksanaannya baru dapat
dilaksanakan pada tahun 2015.
Perubahan basis akuntansi dari basis kas menuju basis akrual dimulai
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang merupakan standar
akuntansipemerintahan pada masa transisi dari basis kas menuju basis akrual
penuh (basis cashtoward accrual). SAP tersebutmulai diberlakukan untuk
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD Tahun
Anggaran 2005. Kemudian, baru pada tahun 2010 ditetapkan PP Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang mengatur penerapan standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual. PP Nomor 71 Tahun 2010 tersebut
dikeluarkan menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005, dan dalam PP tersebut
mengamanatkan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual secara penuh harus
diterapkan pada Tahun Anggaran 2015.
Standar Akuntansi Sektor Publik internasional mengatur akuntansi oleh
entitas sektor publik, dengan pengecualian bisnis pemerintah, bahwa Standar
Internasional Sektor Publik Akuntansi (IPSAS) pada saat ini berada di titik fokus
dari revolusi global dalam pemerintahan akuntansi dalam menanggapi panggilan
untuk akuntabilitas keuangan pemerintah dan transparansi yang lebih besar.
Kebutuhan untuk pengakuan yang diperbaiki pengukuran, penyajian dan
pengungkapan persyaratan dalam transaksi hubungan dan peristiwa dalam tujuan

umum keuangan. (N.B. Ijeoma. 2014:1) menyatakan bahwa The need for the
development of unified accounting standards has been the primary driver of
international public sector Accounting Standards for public sector financial
reporting. While the commercial entities across the world are moving toward
international financial Reporting standards (IFRS), governments are harmonizing
with International Public sector Accounting Standards (IPSAS).
Berdasarkan kebutuhan tersebut, International Federation of AccountantsIFAC (Federasi Akuntan Internasional) membentuk sebuah komite khusus yang
bertugas menyusun sebuah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang
berlaku secara internasional yang kemudian disebut International Public Sector
Accounting Standards-IPSAS (Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik).
Dalam pelaksanaannya, komite tersebut tidak hanya menyusun standar tetapi juga
membuat program yang sistematis yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitasentitas publik di seluruh dunia. Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi
seluruh organisasi sektor publik termasuk juga lembaga pemerintahan baik
pemerintah pusat, pemerintah regional (provinsi), pemerintah daerah
(kabupaten/kota), dan komponen-komponen kerjanya (dinas-dinas).
Pelaksanaan akuntansi keuangan daerah menurut PP 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun
2005, merupakan regulasi pemerintah yang mengatur penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual murni, meskipun di dalam peraturan tersebut juga
masih diakomodir pilihan menerapkan basis kas menuju akrual sebagaimana yang
diatur didalam PP nomor 24 tahun 2005 selama masa transisi dimana pelaksanaan
akrual murni paling tidak harus diterapkan paling lambat empat (4) tahun setelah
peraturan ini diterbitkan. Atau dalam hitungan waktu akan mulai penuh diterapkan
pada tahun 2015. Aturan ini sebelumnya juga telah dimuat dalam UndangUndang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UndangUndang Nomor 1


Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dimana pemerintah diwajibkan
menerapkan basis akuntansi akrual paling lambat tahun anggaran 2008, atau 5
tahun sejak UU No.17 Tahun 2003 tersebut diundangkan.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada
saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan. SAP Akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
dikembangkandari SAP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi
Indonesia. Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah
dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah (PUSAP).
Akuntansi Berbasis Akrual mulai dilaksanakan tahun 2015 untuk
menghindari kesalahan dalam pengelolaan keuangan. Badan Pengelola keuangan
Aset Daerah (BPKAT) menganggap perlu adanya Sosialisasi sesuai amanat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang berdasarkan
peraturan perundangundangan yang harus diterapkan pada TA 2015 akan
membawa dampak positif dalam mewujudkan pengelolaan keuangan pemerintah
yang lebih transparan dan efisien. Ini karena dalam basis akrual akan dihasilkan
tiga jenis laporan yang sebelumnya tidakada dalam basis kas menuju akrual, yaitu
laporan operasional (LO), laporan perubahan ekuitas, dan laporan perubahan saldo
anggaran lebih (LP SAL). Laporan paling krusial yang menunjukkan penerapan

basis akrual penuh adalah laporan operasional, di mana dalam laporan tersebut
tergambar pengakuan pendapatan dan beban yang sebelumnya dicatat secara basis
kas menjadi dicatat secara basis akrual. Sedangkan laporan perubahan SAL
adalah laporan yang menghubungkan LRA (yang disajikan secara basis kas)
dengan neraca, dan laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang
menghubungkan LO (basis akrual) dengan neraca.
Manfaat pelaporan secara akrual pada instansi pemerintah telah banyak
diungkapkan oleh para peneliti dan pemerhati. Study #14 IFAC Public Sector
Committee (2002) dalam Modul Gambaran Umum Akuntansi Berbasis Akrual,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2014, menyatakan bahwa pelaporan
berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya
jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual,
pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya,
bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan
pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya.
Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk
mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan dan
mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.
(Hamzah dkk, 2014:17-18) menyatakan bahwa, Sistem Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan sehingga Sistem Akuntansi Pemerintahan pada
pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang
mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.
Contoh transaksi yang membedakan basis kas dan basis akrual adalah
dalam peristiwa pada saat pemerintah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

(SKP). Dalam basis kas, saat terbitnya SKP tersebut belum diakui sebagai
pendapatan, karena pemerintah belum menerima kas. Namun, dalam basis
akrual, terbitnya SKP tersebut oleh pemerintah sudah diakui sebagai pendapatan,
walaupun pemerintah belum menerima kas atas pendapatan pajak tersebut.
Dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia, dikenal basis kas menuju
akrual (cash toward accrual) yang menggunakan basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran, serta
menggunakan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam
Neraca. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akrual
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif dan lebih
baik bagi para pemangku kepentingan baik para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan basis kas menuju akrual yang selama ini dianut.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Informasi tentang posisi
keuangan tersebut menggambarkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada
suatu entitas implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis
akrual sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah maka tahun 2014 merupakan tahun
terakhir pemerintah diperkenankan menggunakan basis kas menuju akrual.
Tahun 2015 pemerintah pusat dan daerah harus sudah menggunakan basis akrual
dalam penyajian laporan keuangan.
(Hamzah, dkk, 2014:18) menyatakan bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan

untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang


telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi
Pemerintah Daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
peru ndang-undangan.dalam pengelolaan keuangan modern yang sesuai
dengan prinsip New Public Management (NPM) yang mengedepankan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Oleh karena itu, berdasarkan alasan yang telah diungkapkan sebelumnya,
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh dan dampak penerapan
akuntansi berbasis akrual berdasarkan International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan pemerintah daerah kota Malang,
khususnya pada instansi yang berbentuk badan usaha milik daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh akuntansi berbasis akrual berdasarkan International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan Badan Usaha
Milik Daerah di kota Malang?
2. Bagaimana penerapan akuntansi berbasis akrual berdasarkan IPSAS pada laporan
keuangan Badan Usaha Milik Daerah di kota Malang?
3. Apa sajakah kendala yang dihadapi Badan Usaha Milik Daerah di kota Malang
dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual IPSAS?
4. Apakah perbedaan laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah di kota Malang
ketika menerapkan akuntansi berbasis kas dengan ketika menerapkan akuntansi
berbasis akrual?
1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat


sebagai berikut.
1.3.1 Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
penerapan dan pengaruh akuntansi berbasis akrual berdasarkan International
Public Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan Badan
Usaha Milik Daerah di kota Malang.
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, wawasan dan informasi
tentang pengaruh akuntansi berbasis akrual berdasarkan International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan Badan Usaha
Milik Daerah di kota Malang. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan juga
diharapkan dapat digunakan sebagai sumber rujukan dan referensi bagi pembaca
jika hendak melakukan penelitian yang memiliki karakteristik sejenis dan di
bidang yang sama.
c. Bagi Universitas Negeri Malang
Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah referensi atau koleksi bahan
pustaka atau karya ilmiah di perpustakaan sehingga menjadikan perpustakaan
Universitas Negeri Malang sebagai tempat yang dapat dipercaya bagi semua
kalangan untuk mencari sumber rujukan.
d. Bagi Badan Usaha Milik Daerah di kota Malang
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan, saran, dan bahan
evaluasi untuk memperbaiki penerapan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan
keuangan.
1.3.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan, tuntunan, dan arahan untuk
melakukan penelitian dengan topik yang sejenis dan variabel-variabel yang
memiliki kemiripan dengan penelitian ini.
1.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi masalah penelitian agar tidak terlalu luas dan
menimbulkan banyak persepsi, Maka, ruang lingkup dalam penelitian yang akan
dilakukan adalah hanya pada pengelolaan keuangan pemerintah daerah instansi
pemerintahan yang berbentuk badan usaha milik daerah, dan objek penelitiannya
adalah laporan keuangan. Oleh karena itu, variabel-variabel yang diteliti
dipersempit hanya pada variabel Y (variabel bebas), yaitu pengaruh akuntansi
berbasis akrual terhadap, dan variabel X (variabel terikat), yaitu laporan keuangan
yang dihasilkan oleh Badan Usaha Milik Daerah.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
bab tersebut berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab tersebut membahas tentang teori-teori para ahli yang menjadi landasan untuk
membantu memecahkan masalah penelitian, hasil penelitian terdahulu mengenai
topik yang sama, dan pengembangan hiptesis yang menjadi asumsi awal
penelitian
BAB II METODE PENELITIAN
Bab tersebut menjelaskan mengenai desain atau rancangan penilitian, termasuk
pendekatan dan metode yang digunakan. Selain itu, dalam bab tersebut juga akan
dibahas tentang jenis data dan sumber data.hal lainnya yang akan dijelaskan, yaitu
teknik pengumpulan atau pengambilan data, populasi dan sampel dari penelitian
tersebut, teknik analisis data, serta kerangka konseptual yang menjelaskan
hubungan antar variabel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Pengertian Basis Akuntansi
(Rasyid, dkk, 2014:6) menyatakan, Basis akuntansi merupakan prinsipprinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian
harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Pada umumnya, terdapat dua
basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis of accounting) dan basis akrual
(accrual basis of accounting). Kedua basis ini membedakan cara pencatatan
transaksi ekonomi dan kejadian-kejadian lain.
(Ali, 2015: 2) mengungkapkan bahwa Basis akuntansi merupakan prinsipprinsip akuntansi yang menentukan kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian
harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Untuk menentukan kapan
suatu transaksi itu harus diakui, tentunya harus menganalisis pengaruh
transaksi terhadap perkiraan perkiraan pada laporan keuangan.
Pengertian Basis Akrual
Dalam IPSAS I (2011:32), dijelaskan bahwa Accrual basis means a basis
of accounting under which transactions and other events are recognized when
they occur (and not only when cash or its equivalent is received or paid).

Therefore, the transactions and events are recorded in the accounting records and
recognized in the financial statements of the periods to which they relate. The
elements 67 recognized under accrual accounting are assets, liabilities, net
assets/equity, revenue and expenses.
Simanjuntak (dalam Lelono, 2014) menyatakan bahwa akuntansi berbasis
akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa
lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai
dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi
yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat
Basis akrual menurut PSAP 01 adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Permendagri No.64 Tahun 2013 Pasal 1 ayat (10) menjelaskan bahwa
basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
metode pencatatan basis akrual lebih memberikan gambaran yang tepat mengenai
kondisi keuangan perusahaan. Dalam basis akrual, suatu transaksi ekonomi dan
peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan
dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan
pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan
berdasarkan pengaruh transaksi pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Dengan kata lain, basis

akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Akuntansi
berbasis akrual merupakan international best practice
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual
(accrual basis), namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna
merinci kebutuhan untuk basis kas (cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat
diadopsi oleh organisasi sektor publik yang sedang dalam proses perubahan dari
basis kas ke basis akrual. Jika demikian, maka organisasi sektor publik yang telah
memutuskan untuk mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus mengikuti
ketentuan waktu mengenai masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur
oleh IPSAS.
Pengertian Laporan Keuangan
Mardiasmo (2009:160) menyebutkan bahwa .... laporan keuangan
merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan.Dalam Standar Akuntnsi keuangan, laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan
keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai
laporan arus kas), catatan, laporan keuangan lain, dan materi penjelasan yang
bagian integral dari laporan keuangan.
(Ali, 2015: 4) berpendapat. Tahun 2015 pemerintah pusat dan daerah
harus sudah menggunakan basis akrual dalam penyajian laporan keuangan.
Laporan Keuangan yang dimaksud adalah:
Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan yang menyajikan perbandingan


antara realisasi pendapatan danbelanja dengan anggarannya
Neraca
Neraca merupakan Laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
tertentu
Laporan Operasional
Laporan Operasional merupakan laporan yang menyediakan informasi ttg
seluruh kegiatan operasional keuangan yang mencakup pendapatan-LO, beban,
dan surplus/defisit operasional, yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas meupakan laporan yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun berjalan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan
Perbedaan antara PP 71 dengan PP 24 juga terdapat pada komponen
laporan keuangan, dimana pada PP 24 terdapat empat (4) jenis laporan keuangan
yaitu : 1. Neraca 2. Laporan Arus Kas 3. Laporan Realisasi Anggaran 4. Catatan
atas Laporan Keuangan. Didalam PP 71 laporan keuangan yang harus disusun
oleh Pemda bertambah menjadi enam (6) jenis laporan keuangan yaitu: Laporan
Realisasi Anggaran Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) Neraca
Laporan Arus Kas Laporan Operasional Laporan Perubahan Ekuitas Catatan
atas Laporan Keuanggan.
Pengertian Keuangan Daerah

Pengertian keuangan daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 58


Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu: Keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Abdul Halim (2004:18), menyatakan tentang keuangan daerah,
Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang
yang

dapat

dijadikan

kekayaan

daerah

sepanjang

belum

dimiliki/dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta


pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah/ Akuntansi Sektor Publik
Abdul Halim (2004:84) mengemukakan bahwa Akuntansi Keuangan
Daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota
atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak ekstern entitas pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau provinsi) yang memerlukan. Mardiasmo (2009:14)
mengungkapkan bahwa akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik
bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
(N.B. Ijeoma. 2014:1) menyatakan bahwa Public sector accounting is a
system or process which gathers, records, classifies and summarizes as reports

the financial events existing in the public or government sector as financial


statements and interprets as required by accountability and financial
transparency to provide information to information users associated to public
institutions. It is interested in the receipts, custody, disbursement and rendering of
stewardship of public funds entrusted.
Bastian (2007:15) menungkapkan bahwa akuntansi sektor publik dapat
didefinisikan sebagai "Mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemendepartemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan
sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta".
Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Darise (dalam Langelo, 2015:3) menyatakan bahwa sistem Akuntansi
keuangan daerah adalah suatu susunan yang teratur dari suatu asas atau teori
untuk proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi
ekonomi dari entitas pemerintah daerah, pemda (kabupaten, kota atau provinsi)
yang disajikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi
yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawasan keuangan,
investor, kreditur dan donator,analis ekonomi dan pemerhati pemda yang
seharusnya ada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
1. Kema (dalam Langelo, 2015) dengan judul Analisis Penyajian Laporan

Keuangan Daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah


Kota Manado. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyajian laporan
keuangan daerah pemerintah Kota Manado sesuai dengan SAP. Metode yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Pemerintah Kota Manado pada tahun 2011 dalam penyajian laporan keuangan
daerah belum mengacu pada SAP, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan
pemerintah Kota Manado telah berpedoman pada SAP.

2. Faradillah (dalam Langelo, 2015) dengan judul Analisis Kesiapan Pemerintah


Daerah dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.71 Tahun
2010). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan pemerintah kota
Makasar dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual. Metode yang digunakan
adalah metode kualitatif menggunakan pendekatan interpretif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kompleksitas laporan keuangan menjadi faktor utama dalam
sikap resisten pengelola keuangan pemerintah dalam implementasi SAP berbasis
akrual.
3. Kusuma (dalam Langelo, 2015) dengan judul Analisis Kesiapan Pemerintah
Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual (Kasus Pada
Kabupaten Jember). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan Pemda
Kabupaten Jember, mengetahui kendala dalam implementasi PP No.71 Tahun
2010 dan untuk mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No.71
Tahun 2010 tentang SAP. Metode yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten
Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan

SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap.
4. Md. Rouf Biswas, Sk. Mahrufur Rahman, Mirza Arifur Rahman (2015). Artikel
tersebut berfokus kegunaannya tentang basis akrual. Penelitian tersebut juga
berfokus pada keterbatasan basis kas akuntansi di laporan keuangan. Studi ini
juga menunjukkan bagaimana basis akrual lebih efektif daripada basis kas
akuntansi. Perbedaan mendasar antara dua basis akuntansi dijelaskan dalam
laporan penelitian tersebut.
5. Ijeoma. N. B., Oghoghomeh. T. (2014). Penelitian ini menguji harapan,
manfaat dan tantangan penerapan standar akuntansi sektor publik internasional
(IPSAS) di Nigeria. Tujuan penelitian ini menentukan dampak dari penerapan
IPSAS di Tingkat Akuntabilitas dan Transparansi dalam Sektor Publik Nigeria
dan untuk memastikan kontribusi adopsi IPSAS dalam meningkatkan
komparabilitas dan praktik terbaik internasional. Dari temuan penelitian, diamati
bahwa adopsi IPSAS diharapkan dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas dan
transparansi di sektor publik dari Nigeria. Ditemukan bahwa adopsi IPSAS akan
meningkatkan komparabilitas dan praktik terbaik internasional. Juga, itu
dilambangkan bahwa adopsi standar berdasarkan IPSAS akan memungkinkan
memberikan informasi lebih bermakna bagi para pengambil keputusan dan
meningkatkan kualitas sistem pelaporan keuangan di Nigeria. Selain itu,
ditemukan bahwa penerapan IPSAS oleh pemerintah Nigeria akan meningkatkan
daya banding informasi keuangan yang dilaporkan oleh entitas sektor publik di
Nigeria dan di seluruh dunia.
6. Mohammed Huweish Allawi Alshujairi (2014). Penelitian tersebut meneliti
kebutuhan mereformasi sistem akuntansi pemerintah di Irak sebagai negara

berkembang melalui penerapan akuntansi akrual berdasarkan IPSAS.


Berdasarkan hal tersebut, penelitian tersebut bertujuan untuk berkontribusi dalam
pengembangan akuntansi sektor publik dan mengevaluasi secara komprehensif
kegunaan, kelayakan dan kemampuan mengadopsi IPSAS basis akrual melalui di
Irak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pemerintah Irak perlu
direformasi. Pemerintah seharusnya menerapkan akuntansi berbasis akrual
berdasarkan standar IPSAS.
7. Sabrina Bellanca & Julien Vandernoot (2013). Tujuan penelitian tersebut
adalah untuk menggambarkan sistem akuntansi publik Belgia saat ini dan untuk
menganalisis kepatuhan mereka dengan IPSAS 1, 6 dan 22, poin-poin penting
dari akuntansi modern. Penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan reformasi
akuntansi 2003 yang sesuai dengan standar IPSAS sangat bervariasi antara satu
dengan entitas yang lain. Di Belgia, akuntan publik sedang dimodernisasi, tetapi
IPSAS tidak menarik bagi otoritas publik. Meskipun akuntansi akrual semakin
banyak digunakan di lembaga publik, IPSAS memiliki kelemahan dalam
memenuhi persyaratan dari sektor publik.

2. 3 Pengembangan Hipotesis
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan hipotesis asosiatif untuk
memberikan jawaban pada permasalah yang bersifat hubungan/ pengaruh,
sedangkan menurut sifat hubungannya, hipotesis penelitian ini merupakan
hipotesis kausal. Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagi berikut.
H0: tidak ada pengaruh akuntansi berbasis akrual berdasarkan International
Public Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan Badan
Usaha Milik Daerah di kota Malang

Ha: ada pengaruh akuntansi berbasis akrual berdasarkan International Public


Sector Accounting Standards (IPSAS) terhadap laporan keuangan Badan Usaha
Milik Daerah di kota Malang

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain/ Rancangan Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. (Siregar, 2012:121) mengungkapkan, pendekatan

kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan


harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
(Siregar, 2012:108) menyatakan bahwa, Metode deskriptif megngambarkan objek
penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan sebagaimana adanya,
kemudian dianalisis, dan diinterpretasikan, bentuknya berupa survei atau studi
perkembangan. Berdasarkan hasil yang ingin dicapai penelitian ini adalah
penelitian terapan. (Siregar, 2012:102) penelitian terapan adalah penelitian terapan
adalah penelitian yang mempunya alasan praktis, keinginan untuk mengetahui,
bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang jauh lebih baik dan efisin.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner tertutup
yang berbentuk pilihan ganda. Skala pengukuran instrumen menggunakan skala
Likert.
Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan mengingat tahun 2014
merupakan tahun terakhir pemerintah pusat dan daerah diperkenankan
menggunakan sistem akuntansi berbasis kas menuju akrual dan diwajibkannya
penerapan sistema akuntansi berbasis akrual pada pengelolaan keuangan
pemerintah, khususnya pada pelaporan keuangan. Tujuan akhir yang ingin dicapai
adalah menjelaskan bagaimana pengaruh penerapan akuntansi berbasis akrual
pada laporan keuangan yang dibuat oleh instansi yang berbentuk bada usaha yang
berada di bawah naungan pemerintah daerah, memberikan deskripsi statistik,
menaksir, dan meramalkan hasilnya.

3.2 Data Penelitian

Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini menurut sifatnya adalah data
kuantitatif, karena data berupa angka dan dapat dianalisis dengan menggunakan
teknik perhitungan statistik. Menurut cara memperolehnya, data yang akan
diambil adalah data primer, yaitu seluruh laporan keuangan tahun 2015 yang
dibuat oleh semua Badan Usaha Milik Daerah di Kota Malang yang diperoleh dan
dikumpulkan secara langsung dari sumber pertama, sedangkan sumber datanya
adalah Badan Usaha Milik Daerah di Kota Malang. Data tersebut termasuk data
kuantitatif. Skala pengkuran data yang digunakan adalah skala interval.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak yang
berada di semua Badan Usaha Milik Daerah di Kota Malang yang terkait dengan
pembuatan laporan keuangan tahun 2015 Badan Usaha Milik Daerah di Kota
Malang
3.4 Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling,
yaitu metode sampling yang setiap anggota populasi memiliki peluang sama untuk
terpilih sebagai sampel. Populasi penelitian ini adalah seluruh instansi pemerintah
daerah yang berbentuk Badan Usaha Milik Daerah di Kota Malang. Sampel
penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik saturation sampling (sampling
jenuh), yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Selain
itu, penelitian ini juga menggunakan simple rando sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setipa


anggota yang ada dalam suatu populasi untuk dijadikan sampel.
3.5 Teknik Analisis
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk
menguji generalisasi suatu penelitian berdasarkan suatu sampel menggunakan uji
statistik. Apa bila Ho diterima, berarti hasil penelitian dapa digeneralisasikan.
3.5.2 Analisis Asosiatif
Analisis asosiatif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk mneguji
ada tidaknya hubungan keberadaan variabel dari dua kelompok atau lebih. Apabila
Ha diterima, berarti hasil penelitian menyatakan ada hubungan antarvariabel.
3.5.3 Uji Asumsik Klasik.
3.5.3.1 Uji Normalitas Residual.
Uji normalitas residual digunakan untuk mengetahui apakah databerdistribusi
normal atau tidak. Sebelum dilakukan uji normalitas residual maka dilakukan uji
normalitas data untuk melihat apakah data ini dapat menggunakan uji analisis
parametrik atau nonparametrik. Pengujian ini menggunakan metode Kolmogorov
Smirnov dengan kriteria pengujian = 0,05 sebagai berikut :
a. Jika sig berarti data sampel berdistribusi normal.
b. Jika sig berarti data sampel tidak berdistribusi normal.
3.5.3.2 Uji Heterokedastisitas.
Ghozali (2001:105) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penilitian ini, uji
heterokedastisitas yang digunakan adalah grafik plot regresi antara nilai prediksi
variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik plot antara SRESID dan ZPRED. Sumbu Y
adalah yang telah dipreksi dan sumbu X adalah residual. Selain itu, untuk
mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji Gletser.

Jika probabilitas signifikan di atas 5% dapat disimpulkan model regresi tidak


mengandung adanya heterokedastisitas.
3.5.3.3 Uji Model
Untuk dapat menganalisis seberapa besar suatu variabel penyebab
mempengaruhi variabel akibat, maka analisis data yang digunakan adalah analisis
jalur (path analysis). Diagram jalur merupakan sebuah struktur yang lengkap
dari hubungan kausal antar variabel, yang terdiri dari hubungan substruktur yang
menyerupai struktur regresi.
3.5.3.4 Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan signifikan
atau tidak. Jika Fhitung > dari Ftabel, maka koefisien jalur dapat dilanjutkan atau
diterima. Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau
() = 0,05
3.5.3.5 Uji Hipotesis (Uji t)
Pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007:128).
Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi atau kepercayaan 95% atau ()
= 0,05 dengan kriteria pengujian :
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 dan eta dengan arah positif, maka hipotesis
1,2 dan 3 diterima.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 dan eta dengan arah negatif, maka hipotesis
1,2 dan 3 ditolak.

3.6 Kerangka Konseptual


Variabel
Bebas

Variabel
Terikat

Akuntansi berbasis akrual berdasarkan


laporanIPSAS
keuangan Badan Usaha Milik Daerah di Kota Malang

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Pahmil. 2015. Penerapan Basis Akrual Pada Laporan Keuangan
Pemerintah, (Online), (http://bdkmedan.kemenag.go.id/wpcontent/uploads/Penerapan-Basis-Akrual-Pada-Laporan-KeuanganPemerintah.pdf), diakses 9 Desember 2015.
Alshujairi, Mohammed Huweish Allawi. 2014. Government Accounting System
Reform and the Adoption of IPSAS in Iraq. Research Journal of Finance
and Accounting, 5 (24). (Online),
(http://www.iiste.org/Journals/index.php/RJFA/article/download/18490/19
035), diakses 6 Desember 2015.
Bellanca, Sabrina. & Vandernoot, Julien. 2013. Analysis of Belgian Public
Accounting and Its Compliance with International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) 1, 6 and 22. International Journal of
Business and Management, 9 (8). (Online),
(http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijbm/article/download/22819/1
6349), diakses 6 Desember 2015.
Direkorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2014. Modul Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah Dan SKPD. Jakarta: Kementerian Keuangan RI
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul, dan Syam Kusufi. 2012. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
Sektor Publik, dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari
Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.
__________________________. 2004. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
___________. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
International Public Sector Accounting Standards Board. 2011. Transition to the
Accrual Basis of Accounting: Guidance for Public Sector Entities, Study
14. Third Edition, IFAC. New York, USA.
Langelo, Friska., Serang, David Paul Elia., Alexande, Stanly.Winylson. 2015.
Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Bitung.
Jurnal EMBA, (Online), 3 (1): 1-8,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=292031&val=1025&
title=ANALISIS%20PENERAPAN%20STANDAR%20AKUNTANSI%0
PEMERINTAHAN%20BERBASIS%20AKRUAL%20%20DALAM%2P
ENYAJIAN%20LAPORAN%20KEUANG.AN%20PADA%20PEMERIN
TAH%20KOTA%20BITUNG), diakses 9 Desember 2015.
Lelono, Khoirul Maarif Joko. 2014. Tingkat Pemahaman Akuntansi Berbasis Akrual
Pada Penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Skpd Di
Lingkungan Pemerintah Kota Salatiga). Skripsitidak diterbitkan. Salatiga:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis: Universitas Kristen Satya Wacana
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI

N.B., Ijeoma, dan T.,oghoghomeh. 2014. Adoption of international public sector


accounting standards in Nigeria: Expectations, benefits and challenges.
Journal of Investment and Management, (Online), 3(1): 21-29,
(http://article.sciencepublishinggroup.com/pdf/10.11648.j.jim.20140301.1
3.pdf), diakses 6 Desember 2015.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 270/Pmk.05/2014
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Pusat. (Online),
(http://sipir.info/regulasi/pmk_270_14.pdf), diakses 9 Desember 2015.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Pada Pemerintah Daerah. (Online),
(https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/02/Permendagri-Nomor-64Tahun-2013_243_1.pdf), diakses 9 Desember 2015 diakses 9 Desember
2015.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Presiden Republik Indonesia.
(Online),

(http://www.ksap.org/pp%2071/LAMPIRAN1/lampiran

%201_1.pdf), diakses 9 Desember 2015 diakses 9 Desember 2015.


Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah Pusat. 2014. Modul Gambaran
Umum Akuntansi Berbasis Akrual. Jakarta: Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.

Rouf Biswas, Sk, Md. Rahman, Mahrufur. Rahman, Mirza Arifur. 2015.
Effectiveness of accrual basis accounting as compared to cash basis
accounting in financial reporting. International Journal of
Multidisciplinary Research and Development , 2 (10). (Online),
(http://www.allsubjectjournal.com/archives/2015/vol2issue10/PartH/51.pd
f), diakses 9 Desember 2015.
Siregar, Sofyan. 2012. Satistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali
Pers..

Anda mungkin juga menyukai