Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Audit Bab 1-6

BAB 1
AUDITING DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Definisi Auditing
Definisi Auditing sesuai dari ASOBAC ( A Statement Of Basic Auditing Concepts ) :
Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif
mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Dari definisi tersebut ada tujuh (7) elemen yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Proses yang sistematis
Rangkaian proses & prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisasi.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Mengungkapkan fakta apa adanya, tidak bias, tidak memihak dan tidak berprasangka buruk.
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.
Pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi yang merupakan hasil proses akuntansi dan
yang dinyatakan dalam satuan uang dan harus dipertanggung jawabkan oleh manajemen.
4. Menentukan tingkat kesesuaian (degres of correspondence)
Penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dengan maksud untuk menentukan dekat
tidaknya pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditentukan.
Merupakan standar pengukuran berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) , aturan
spesifik yang ditentukan oleh badan legeslatif atau anggaran/ukuran lain kinerja manajemen.
6. Menyampaikan hasil-hasilnya.
Hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian
antara aseri-asersi dengan kriteria yang telah ditentukan.
7. Para pemakai yang berkepentingan.
Meliputi : investor maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun
calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen dan public pada umumnya.
Sedangkan definisi menurut Auditing Practices Committee (APC) dapat disimpulkan menjadi
tiga (3) elemen fundamental dalam auditing yaitu :
1. Seorang auditor harus independen.
2. Auditor bekerja mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung pendapatnya.
3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report)
Tipe / Klasifikasi Audit
Menurut Kell dan Boyton klasifikasi audit berdasarkan tujuannya dibagi dalam 3 (tiga) kategori :
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar (fairness)
sesuai kriteria PABU (Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum) dan dilakukan oleh External
Auditor
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai

dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan, misalnya ketepatan
SPT-Tahunan dengan UU Pajak Penghasilan.
3. Audit Operasional (Operasional Audit)
Tujuan untuk menilai prestasi, mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan, dan membuat
rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih lanjut.
Ukuran kesesuaiannya adalah keefisienan (perbandingan antara masukan dengan keluaran),
keefektifan (perbandingan antara keluaran dengan target yang ditetapkan), serta kehematan/
keekonomisan. Audit ini sering disebut Manajemen audit atau performance audit.
Klasifikasi Berdasarkan Pelaksana Audit.
1. Auditing Eksternal
Merupakan kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk
pihak luar perusahaan dengan tujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan. Pelaksana adalah Akuntan Publik yang dibayar oleh manajemen perusahaan yang
diperiksa.
2. Auditing Internal
Merupakan kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektifitas organisasi dan
hasilnya untuk manajemen organisasi itu sendiri. Auditor internal ini bertanggung jawab
terhadap pengendalian intern perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektifitas dan ekonomis
serta ketaatan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Fungsi auditor internal adalah
membantu manajemen dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan.
3. Auditing Sektor Publik
Merupakan kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat
seperti pemerintah pusat maupun daerah. Auditor ini dibayar oleh pemerintah.
Klasifikasi Atas Dasar Audit Operasional
Menurut Ricchiute tipe audit selain financial statements audit meliputi :
Operational Audits yakni suatu audit yang dirancang untuk menilai efisiensi dan efektifitas dari
prosedurpprosedur operasi manajemen. Pelaksananya adalah Auditor Internal.
Financial dan Compliance Audits, yakni audit yang menyerupai audit laporan keuangan tetapi
dapat dilakukan oleh sektor publik serta audit eksternal .
Economy dan Efficiency Audits, yakni menyerupai operasional audit tetapi dilakukan oleh
sektor publik atau sektor pemerintahan.
Program Results Audits yakni audit yang dilakukan oleh pemerintah.
Untuk menentukan apakah suatu entitas mencapai hasil-hasil yang diinginkan oleh lembaga
legislative, dan apakah entitas tsb telah mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia
dengan hasil yang sama tetapi dengan biaya yang lebih rendah.
TIPE AUDITOR
1. Auditor Internal
Pelaksana merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuannya
adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
2. Auditor Pemerintah
Pelaksana adalah auditor yang bekerja di Instansi pemerintah dengan tujuan utamanya untuk
melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam
pemerintahan. Misalnya : BPKP dan BPK serta auditor perpajakan.
3. Auditor Independen (Akuntan Publik)
Para praktisi individual atau anggota akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional
kepada klien.

PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Dasar : menurut Pasal 6 SK. Menkeu No. 43/1997 , izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik
(KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sbb. :
1. Berdomisili di wilayah Indonesia
2. Memiliki Registier Akuntan
3. Menjadi anggota IAI
4. Lulus ujian Sertifikasi AKuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI
5. Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit umum
sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik.
6. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya 1
tahun.
7. Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.
Menurut sejarah untuk menjalani profesi akuntan publik harus memiliki register akuntan yang
keluarkan oleh Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat 4 Undangundang No. 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan. Nomor register hanya dapat
dberikan oleh Departemen Keuangan R.I kepada :
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri yang telah mendapat
persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
b. Telah lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA)
HIRARKI KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Hirarki staf oraganisasi kantor akuntan publik sbb. :
1. Partner (1 orang)
Merupakan Top Legal Client Relationship dengan tugas me-review (menelaah) pekerjaan audit,
menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan
penanggungjawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
2. Manajer (1-2 orang)
Merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi langsung pelaksanaan
tugas-tugas audit, me-review lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas
fee audit.
3. Akuntan Senior (3-4 orang)
Merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan audit,dan me-review pekerjaan para akuntan yunior yang dibawahinya.
4. Akuntan Yunior (5-6 orang)
Merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas pekerjaa lapangan.
JASA YANG DIBERIKAN AKUNTAN PUBLIK
1. Jasa Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen
dan kompeten mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang signifikan, asersi suatu entitas
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ada 4 (empat) jenis jasa atetasi yang diberikan oleh kantor akuntan publik :
1) Audit
Contoh : Audit atas laporan keuangan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan.
2) Pemeriksaan (Examination)
Contoh : pemeriksaan proyeksi bisnis atau laporan keuangan prospektif, dan pemeriksaan
kesesuaian pengendalian internal perusahaan dengan kriteria yang ditetapkan pemerintah.
3) Penelaahan (Review)

Dilakukan dengan wawancara dengan manajemen dan analisis komparatif informasi keuangan
suatu perusahaan.
4) Prosedur yang disepakati bersama (Agreed-Upon Procedures)
Contoh : auditor dan klien sepakat bahwa prosedur tertentu akan dilakukan atas elemen tertentu
laporan keuangan misalnya akun atau rekening kas dan surat berharga.
2. Jasa Nonatestasi.
Jasa ini diberikan oleh Kantor AKuntan Publik meliputi ;
Jasa Akuntansi
melalui aktifitas pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan laporan
keuangan klien serta perancangan sistem akuntansi klien)
Jasa Perpajakan
Meliputi pengisian surat laporan pajak, perencanaan pajak dan juga penasihat dalam masalah
perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang menerima jasa sedang mengalami
permasalahan dengan Kantor Pajak
Jasa Konsultasi Manajemen
Fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk
peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan klien.
STANDAR PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Sesuai Standar Profesional Akuntan Publik / SPAP (IAI, 2001) ada 6 (enam) tipe yaitu :
1. Standar Auditing.
Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini terdiri 10 standar yang
dirinci dalam bentuk PSA (Pernyataan Standar Auditing) yaitu : Interpretasi Pernyataan Standar
Auditing (IPSA) yang merupakan intrepretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan PSA.
2. Standar Atestasi
Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat
keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan
atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan
yang lebih rendah (review, pemeriksaan dan prosedur yang disepakati). Yang termasuk didalam
pernyataan standar atestasi adalah IPSAT ( Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review.
Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa
akuntansi dan review. Yang termasuk didalam jasa akuntansi dan review adalah IPSAR
(Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi dan Review).
4. Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa konsultasi bagi kliennya melalui
kantor akuntan publik. Jasa ini hanya menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi
5. Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian kualitas
jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
6. Aturan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.

BAB 2
ETIKA PROFESIONAL
Konsepsi Diri (Self)
Akuntansi merupakan suatu praktek moral sekaligus diskursif, ia menyangkut dimensi moral
(etis) individu (akuntan). Ini lantaran akuntansi merupakan praktek transformatif yang memiliki
potensi kuat untuk mengubah segala sesuatu didunia (Francis 1990)
Secara sederhana hirarki unsur-unsur yang membentuk diri manusia menurut Al-Ghazali, dalam
Triyuwono (1998) adalah :
1. Nafsu
Dorongan hewani yang agresif dan erotik yang bila tidak dikendalikan akan menjerumuskan
manusia pada derajat yang serendah-rendahnya. Tanpa nafsu manusia tidak akan eksis di dunia
yang berarti nafsu harus tetap ada dalam diri manusia dengan syarat harus tetap terkendali, agar
eksistensi manusia berada pada posisi mulia.
2. Akal
Daya pikir atau potensi intelegensia. Akal dapat memberikan penjelasan-penjelasan rasional atas
simbol atau fenomena yang dihadapi oleh manusia. Serta memberikan pertimbanganpertimbangan rasional bagi manusia dalam mengambil keputusan.
3. Kalbu
merupakan karunia tuhan yang halus, indah, bersifat ruhaniah serta ketuhanan. Kalbu merupakan
tempat bersemayamnya sifat-sifat ketuhanan.
4. Ruh
Merupakan unsur penghubung manusia dengan realitas absolute (Tuhan) dan sekaligus sift-sifat
(atribut) Ketuhanan. Dengan demikian realitas mikrokosmos (unsur materi dan non materi) yang
ada di alam ini termasuk manusia, pada dasarnya tidak terpisah secara independen tetapi eksis
secara dependen dan integral dan tidak dapat dipisahkan dengan realitas absolute (Tuhan).
Etika profesional meliputi : standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan
realistis, tetapi sedapat mungkin idealistis. Tuntutan Etika profesi harus di atas hukum tetapi di
bawah standar ideal (absolut) agar etika tersebut mempunyai arti dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
DELAPAN (8) PRINSIP ETIKA
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tenggungjawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa betindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen dan profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setup anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kahti-hatian, kompetensi, dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasian
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis profesional
yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tsb sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
ATURAN ETIKA
1. Keterterapan (Applicability)
Aturan etika harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan
anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberikan jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesiakuntan Indonesia yang diakui
pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah organisasi
para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor
akuntan publk.
Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional
(baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu
KAP.
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat yang
berwenang lainnnya untuk menjalankan prkatik akuntan publik.
2. Indepedensi, Integritas dan Obyektivitas
Indepedensi
Dalam menjalankan tugasnya harus selalu mempertahankan sikap mentak independen didalam
memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik
yang ditetapkan oleh IAI.
Integritas dan Obyektivitas
Dalam menjalankan tugasnya harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan
tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya
atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.
3. Melaksanakan Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Standar umum meliputi :

o Kompetensi profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan jasa profesional yang secara layak dan dapat diselesaikan
dengan kompetensi profesional.
o Kecermatan dan keseksamaan profesional
o Perencanaan dan supervise
o Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak
bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Kepatuhan terhadap Standar
Prinsip-prinsip Akuntansi
o Anggota KAP tidak diperkenankan menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa
laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau
o Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila
laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data
secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar
yang ditetapkan IAI.
4. Tanggung Jawab Kepada Klien
Informasi klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan dari klien.
Fee profesional
o Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang
dapat merusak citra profesi. Sedangkan besarnya fee tergantung : risiko penugasan, kompleksitas
jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tsb serta struktur
biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
o Fee Kontinjen ialah : fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tsb.
Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
o Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
o Komunikasi antar akuntan publik
o Perikatan Atestasi
Tanggung Jawab dan Praktik Lain
o Anggota tidak diperkenankan melakukan perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
o Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien dengan
pemasangan iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra
profesi.
Komisi dan Fee Referal
o Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan
kepada atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari/pihak lain. Anggota
KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila pemberian/penerimaan
komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
o Fee Referal (Rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesame penyedia

jasa profesional akuntan publik. Fee Referal hanya diperkenankan bagi sesame profesi.
BAB. 3
TEORI, KONSEP DASAR DAN STANDAR AUDITING
Teori di klasifikasikan berdasar sifatnya menjadi dua yaitu :
1. Teori Normatif adalah Teori yang seharusnya dilaksanakan
2. Teori Deskriptif adalah Teori yang sesungguhnya dilaksanakan.
Menurut Prof. C.W. Schandl pada tahun 1978 yang mengembangkan pemikiran dari Mautz dan
Sharaf, mengemukakan elemen-elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
1. Postulat yaitu : Konsep dasar yang harus diterima tanpa perlu pembuktian.
2. Teori yaitu : Dalil yang diterangkan oleh postulat.
3. Struktur yaitu : Komponen disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.
4. Prinsip yaitu : Kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktik.
5. Standar yaitu : Kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.
Menurut Lee dalam bukunya Corporate Audit Theory ada tiga kelompok postulat sebagai dasar
teori dalam auditing yaitu :
1. Postulat yang berkaitan dengan aspek keberadaan audit.
2. Postulat yang berfokus pada tindakan auditor dan aspek perilaku.
3. Postulat yang berfokus pada prosedur audit atau fungsional audit.
Teori Auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif. Konsep
adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi, dan dirancang untuk
memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subyek, dan perbedaan-perbedaannya dengan
subyek yang lain. Standar Auditing adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang
berubah. sedangkan Prosedur Audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk
melaksanakan standar, sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya berubah.
Menurut Mautz dan Sharaf teori auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu :
1. Bukti (evidence)
Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai dasar
untuk memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang dituangkan dalam pendapat auditor.
Secara umum usaha untuk memperoleh bukti dilakukan dengan cara , yaitu :
a. Authoritarianisme
Bukti diperoleh berdasar informasi dari pihak lain. Misalnya keterangan lisan manajemen dan
karyawan, dan pihak luar lainnya, serta keterangan lisan tertulis berupa doklumen.
b. Mistikisme
Bukti dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar, dan penelaahan terhadap
keterangan dari pihak luar.
c. Rasionalisasi
Merupakan pemikiran asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan kembalioleh auditor, dan
pengamatan terhadap pengendalian intern.
d. Emperikisme
Merupakan pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan pengujian secara fisik.
e. Pragmatisme
Merupakan hasil praktik. Misalnya kejadian setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (Due Audit Care)
Konsep kehati-hatian dalam pemeriksaan, didasarkan pada issue pokok tingkat kehati-hatian

yang diharapkan pada auditor yang bertanggung jawab. Yang disebut Prudent Auditor. Konsep
ini lebih dikenal dengan Konsep Konservatif
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar (Fair Presentation)
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak
bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas perusahaan.
Konsep ini dijabarkan lagi dalam 3 subkonsep, yaitu :
1) Accounting Propriety : berhubungan dengan penerapan prinsip akuntansi tertentu dalam
kondisi tertentu.
2) Adequate Disclosure : berkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapan atau penyajian
informasi
3) Audit Obligation : berkaitan dengan kewajiban auditor untuk independen dalam memberikan
pendapat.
4. Independensi (Independence)
Merupakan suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan
audit. Konsep independensi berkaitan dengan independensi pada diri pribadi auditor secara
individual , dan independensi secara bersama-sama.
5. Etika Perilaku (Ethical Conduct)
Etika dalam auditing berkaitan dengan perilaku yang ideal seorang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan audit.
STANDAR AUDITING
Standar Auditing merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat dicapai sebagaimana
mestinya yang harus diterapkan dalam setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor
independen. Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan
3. Standar Pelaporan
A. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor
Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi
auditor.
Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang auditing.
Pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. Ada 3 aspek independesi, yaitu :
Independensi senyatanya
Independensi dalam penampilan.
Independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan


3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling bergantung satu
dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu
standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. Materialitas dan Risiko Audit melandasi
penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Paragraf 4 SPAP SA Seksi 150 menjelaskan bahwa konsep Materialitas bersifat bawaaan
dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang lebih kuat harus dicari sebagai landasan
pendapat auditor independen atas unsur-unsur yang secara relatif lebih penting dan unsur-unsur
yang mempunyai kemungkinan besar salah saji material.
Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah debitur yang sedikit, dengan nilai piutang yang
besar, secara individual piutang itu adalah lebih penting dan kemungkinan terjadinya salah saji
material juga lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai jumlah nilai
piutang yang sama tetapi terdiri dari debitur yang banyak dengan nilai piutang yang relatif kecil.
Dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, persediaan umumnya mempunyai arti
penting, baik bagi posisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif
persediaan memerlukan perhatian auditor yang lebih besar dibandingkan dengan persediaan
dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.
Sedangkan paragraf 5 menjelaskan mengenai risiko audit. Pertimbangan atas risiko audit
berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika
dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara
lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan
pihak tidak terkait biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian
dalam perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat
kepentingan pribadi dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan.
Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah saji
terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian intern,
semakin rendah tingkat risiko pengendalian.

STANDAR UMUM
STANDAR PELAPORAN
STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
STANDAR AUDITING

8. Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai


9. Independensi dalam sikap mental.
10. Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
5. Perencanaan dan supervisi audit.
6. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern.
7. Bukti audit yg cukup dan kompeten
1. Pernyataan apakah LK sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum.
2. Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Pengungkapan informative dalam LK
4. Pernyataan pendapat atas LK secara keseluruhan.

Landasan Operasional Landasan Operasional


Pernyataan Standar Auditing
PSA
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
IPSA

Anda mungkin juga menyukai