Paper Dea
Paper Dea
PENDAHULUAN
Usia kehamilan atau usia gestasi janin pada umumnya berlangsung selama 40
minggu atau 280 hari, jika dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
Perhitungan ini, dengan simpang baku sekitar 2 minggu, dengan asumsi bahwa
ovulasi dan konsepsi terjadi pada hari ke 14 dari siklus hais, dimana siklus haid
umunya berlangsung selama 28 hari.
Dalam setiap kehamilan penting untuk mengetahui usia gestasi janin,
pengetahuan ini menjadi sangat penting jika kehamilan tersebut bermasalah dan
untuk menghindari kesalahan dalam pengelolaan selanjutnya. Usia gestasi janin dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus Naegele, dimana tanggal persalinan ang
diperkirakan didapat dari tanggal HPHT ditambah 7, bulan dikurangi 3 dan tahun
ditambah 1. Untuk itu dipastikan bahwa siklus haid teratur, lama haid dalam batas
normal dan perdarahan haid terakhir bulan merupakan akibat dari metode kontrasepsi
yang digunakan sebelum kehamilan.
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu (294 hari)
atau lebih, dihitung dari HPHT dengan lama siklus haid rata-rata 28 hari. Pada
umumnya kehamilan lewat waktu dianggap berkaitan erat dengan kesakitan pada
janin maupun ibunya. Terdapat dua pilihan macam pengelolaan kehamilan lewat
waktu yaitu dengan pengelolaan aktif/progresif dengan melakukan induksi persalinan
secara rutin pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu, atau pengelolaan
ekpektatif/pasif dengan pemeriksaan kesejahteraan janin dan induksi persalinan
dilakukan apabila serviks sudah matang atau timbul komplikasi obstetri yang menjadi
indikasi untuk mengakhiri kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah kehamilan lewat bulan mempunyai beberapa sinonim yaitu: post-term
pregnancy, kehamilan postdatisme, prolonged pregnancy, extended pregnancy,
kehamilan postmatur, kehamilan serotinus, late pregnancy, post maturity pregnancy.
Kehamilan lewat bulan (KLB) adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT dengan lama siklus haid rata-rata 28 hari.
Beberapa penulis juga menyatakan KLB sebagai kehamilan melebihi 42 minggu. Jika
ditinjau dari segi bayi yang dilahirkan maka lebih dianjurkan menggunakan istilah
postmatur, dimana istilah ini merujuk pada fungsi. Jika ditinjau dari segi bayi, maka
usia gestasi dilihat dengan memeriksa tanda-tanda fisik dan laboratorium yang
ditemukan pada bayi dan dengan melakukan penilaian menurut score maturity rating.
Beberapa istilah yang perlu dimengerti antara lain: janin aterm adalah janin
pada kehamilan minggu ke 38-42 setelah HPHT, dengan asumsi ovulasi terjadi 2
minggu setelah HPHT. Preterm dimaksudkan untuk kehamilan dan janin adalah saat
sebelum minggu ke 38 dari HPHT, sedangkan bayi prematur adalah bayi yang lahir
pada minggu ke 37 atau kurang. Prematuritas adalah bayi yang lahir hidup dengan
berat badan 2.500 gram atau kurang. Istilah postmature sering digunakan secara
keliru sebagai kehamilan yang terus berlangsung melewai taksiran persalinan.
Sebenarnya istilah tersebut digunakan bagi bayi baru lahir dari KLB yang terbukti
terjadi gangguan nutrisi intra uterin dan bayi lahir dengan dismature yaitu dengan
adanya tanda-tanda sindroma postmaturitas.
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian KLB rata-rata 10%, bervariasi antara 3,5%-14% dan 4%-7,3%
diantaranya kehamilan berlangsung melebihi 43 minggu. Perbedaan yang lebar ini
2.3 Etiologi
Sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan lewat tanggal maupun lewat
waktu masih belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan
bahwa terjadinya kehamilan tersebut adalah sebagai akibat dari gangguan terhadap
timbulnya persalinan. Beberapa teori yang diajukan antara lain(3):
Pengaruh progesteron
Penurunan
hormon
progesteron
dalam
kehamilan
dipercaya
terjadinya
kehamilan
lewat
waktu
adalah
karena
masih
Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat
waktu memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan
oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan
lewat waktu.
Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus(3). Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek,
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan lewat waktu.
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan lewat waktu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat waktu pada kehamilan berikutnya(3).
2.4 Patofisiologi
1) Sindrom Postmatur
Deskripsi Clifford 1954 tentang bayi postmatur didasarkan pada 37 kelahiran
secara tipikal terjadi 300 hari atau lebih setelah menstruasi terakhir. Ia membagi
postmatur menjadi tiga tahapan:
Stadium 1: cairan amnion jernih, kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
maserasi
berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium 2: kulit berwarna hijau, disertai mekonium.
Stadium 3: kulit menjadi berwarna kuning-hijau pada kuku, kulit dan tali pusat.
Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran ini
berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan
pengurasan energy, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut bermata terbuka, tampak
luar biasa siaga, tua dan cemas. Kulit keriput dapat amat mencolok di telapak tangan
dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Kebanyakan bayi postmatur seperti
itu tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun di
bawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Namun, dapat terjadi hambatan
pertumbuhan berat, yang logisnya harus sudah lebih dahulu terjadi sebelum minggu
42 minggu lengkap.banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat
akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Beberapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak.
Insiden sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, 43 minggu masingmasing belum dapat ditentukan dengan pasti. Shime dkk (1984), dalam satu diantara
segelintir laporan kontemporer tentang kronik postmatur, menemukan bahwa sindrom
ini terjadi pada sekitar 10% kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33% pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata
meningkatkan kemungkinan postmaturitas. Trimmer dkk (1990) mendiagnosis
oligohidramnion bila kantung cairan amnion vertical maksimum pada USG
berukuran 1 cm atau kurang pada gestasi 42 minggu dan 88% bayi adalah postmatur.
2) Disfungsi Plasenta
2.5 Diagnosis.
Sering kali seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis
kehamilan lewat waktu karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan,
bukan terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai
kehamilan lewat waktu merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan.
Kasus kehamilan lewat waktu yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan
sebesar 22%. Dalam menentukan diagnosis kehamilan lewat waktu disamping dari
riwayat haid, sebaiknya diperiksa pula mengenai pemeriksaan antenatal(3,4).
a) Riwayat haid
Diagnosis kehamilan lewat waktu tidaklah sulit untuk ditegakkan apabila kita
mengetahui dengan pasti hari pertama haid terakhir (HPHT) pasien. Untuk
riwayat hadi yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:
-. Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya.
-. Siklus 28 hari dan teratur.
-. Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai
kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut:
Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat
menstruasi yang abnormal.
Tanggal haid terakhir diketahui secara jelas, tetapi terjadi kelambatan
ovulasi.
Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang
berlangsung lewat waktu (20 - 30% kasus dari seluruh penderita yang
diduga mengalami kehamilan lewat waktu).
e) Pemeriksaan Radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32
minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu,
dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jarang
dipakai karena seringkali sulit dilakukan dan pengaruh radiologiknya kurang
baik terhadap janin(3).
f) Pemeriksaan Laboratorium
Kadar lesitin/spingomielin
Bila lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka
umur kehamilan sekitar 22 - 28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
spingomielin: 28 - 32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio menjadi
2 : 1(3). Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan
lewat waktu, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin
cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah
kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.
Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Hastwell berhadil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat
waktu pembekuan darah. Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya
umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41 - 42 minggu ATCA berkisar
antara 45 - 65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu
didapatkan ACTA kurang 45 detik. Bila didapatkan ATCA antara 42 - 46
detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.
Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang pengandung lemak melebihi 10%, maka
kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka
umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai
sensitivitas 75%. Perlu diingat bahwa kematangan seviks tidak dapat
dipakai untuk menentukan usia gestasi.
Stadium II
Stadium III
Kulit
verniks +
kehilangan
maserasi Pewarnaan
Pewarnaan
kekuningan
kaseosa
dan
berupa
kulit
rapuh,
dan
mudah
mengelupas.
2.7 Penatalaksanaan.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat tanggal (postdate) dan
lewat waktu (postterm) adalah untuk menentukan keadaan janin, karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan risiko kegawatan(1). Penentuan keadaan janin dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Tes tanpa tekanan (non - stress test).
Bila memperoleh hasil non - reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan
oksitosin. Sedangakn, bila diperoleh hasil reaktif makan nilai spesifisitas
98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin dalam keadaan baik. Bila
ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas relatif rendah
tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.
2) Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (dengan rata - rata nilai
normalnya yaitu 7 kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi
(dengan rata - rata nilai normal yaitu 10 kali/20 menit), dapat juga ditentukan
dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG
(normalnya >1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban,
0
serviks 0
1-2
3-4
5-6
40 - 50%
60 - 70%
80%
-2
-1
+1 - +2
(cm)
Pendataran serviks
Penurunan
0 - 30%
kepala -3
diukur
dari
bidang
Keras
Sedang
Lunak
Posisi serviks
Posterior
Searah
Anterior
sumbu jalan
lahir
Bila nilai pelvis >8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
Bila nilai pelvis >5, maka dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila nilai pelvis 5, dapat dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu,
kemudian dilakukan pengukuran skor pelvis kembali.
2.8 Pencegahan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (ante
- natal care/ANC) yang teratur, yaitu pemeriksaan dilakukan setiap 4 minggu sampai
dengan kehamilan 28 minggu, dua minggu sekali antara 28 - 36 minggu, dan setiap
minggu ketika usia kehamilan melewati 36 minggu(7). Dengan dilakukannya