Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma Akuminata adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (sexually
transmitted disease). Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan masyarakat
di seluruh negara, termasuk Indonesia. IMS dapat melalui hubungan seksual (HUS), baik secara
genito-genital, oro-genital, maupun ano-genital pada HUS yang berlainan jenis atau sesama
jenis. 1
Kondiloma Akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang disebabkan oleh
infeksi Human Papilloma Virus (HPV), paling sering ditemukan di daerah genital dan jarang di
selaput lendir. Sering terkait dengan HPV 6 dan 11 dengan masa inkubasi 3 minggu sampai 8
bulan. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan yang
berlebihan dari vagina. Penyakit ini biasanya asimptomatik dan terdiri dari papilomatous papula
atau nodul pada perineum, genital dan anus. Ada dua bentuk umum kondiloma akuminata, yaitu
kondiloma akuminata dan gigantea, yang dikenal sebagai tumor Buschke-Lowenstein.1
Kontak seksual yang terinfeksi HPV pada individu mempunyai peluang 75% untuk
terjadi kondiloma akuminata, penularan dari ibu yang telah terinfeksi sebelumnya ke janin atau
bayi dapat meningkatkan resiko terjadinya karsinoma sel skuamosa. Baik laki-laki maupun
perempuan rentan untuk terjadi infeksi.
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai : kutil kelamin, kutil kemaluan, kutil genital,
genital warts, veruka akuminata, venereal wart, dan jengger ayam.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A . Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh human papilloma virus tipe tertentu,
bertangkai, dan permukaanya berjonjot.3
B . Epidemiologi
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS). Frekuensinya pada pria
dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.3
Prevalensi terbesar adalah pada usia 17-33 tahun, dengan insiden yang memuncak pada
usia 20-24 tahun.4
C . Etiologi
Virus penyebabnya adalah Humanus Papilloma Virus (HPV), merupakan virus DNA
yang tergolong dalam keluarga virus papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe
HPV, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang
pernah ditemui pada kondiloma akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 40,
41, 42, 44, 51, 52, 56. 3

Gambar 1 . HPV

Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan
18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks.
Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia
intraepithelial serviks derajat ringan.2
D . Faktor Resiko
a. Usia dan jenis kelamin
Pakar mengemukakan, usia adalah faktor resiko independen pada kondiloma
akuminata, 80 % kondiloma akuminata terjadi pada usia 17-33 tahun, puncak usia
menderita penyakit ini di usia 20-24 tahun. Pria rata-rata di usia 22 tahun bisa menderita
kondiloma akuminata dan wanita di usia 19 tahun, pria dan wanita proporsi adalah 1:1,4.
b. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang
mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1
orang (multiple). Winer et al, pada penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswa3

mahasiswi yang sering berganti-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui
pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun
memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami
kekambuhan dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, WAVE III
yang melibatkan wanita berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual
dengan pasangan yang berbeda berpotensi untuk terinfeksi HPV.
c. Kehamilan
Resiko kondiloma akuminata meningkat 2 kali pada kehamilan, beberapa teori
mengatakan terjadi akibat perubahan fisiologis saat kehamilan, dimana saat kehamilan
terjadi peningkatan vaskularisasi di daerah perineum, servix dll, terjadi perubahan
anatomi organ genitalia interna dan eksterna, terjadi penurunan kekebalan tubuh dan
terjadi perubahan hormonal sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan pertumbuhan
HPV.
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat menghalangi
lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga
menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada saluran nafas)
pada bayi baru lahir.
Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina
dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya.

d. Imunitas
Kekebalan tubuh lemah individual seperti tumor ganas, penderita HIV, pasien
yang menjalani kemoterapi imunosupresif. Persentase menderita kondiloma akuminata
serta persentase kambuh juga tinggi dan jumlah kutil pun bertambah banyak.
e. Merokok dan Minuman beralkohol
4

Merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh, Minuman alkohol juga bisa
menghambat kekebalan tubuh. Selain itu merokok dan minuman alkohol juga bisa
menghambat sistem saraf pusat , meningkatkan libido, dan resiko seksual juga
bertambah, sehingga dapat meningkatkan resiko kekambuhan pada kondiloma
akuminata.
f. Penggunaan Kontrasepsi
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum
jelas. Berdasarkan banyak hasil penelitian menunjukan infeksi HPV bisa di cegah dimana
harus menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian lain menunjukan, persentase kondiloma
akuminata meningkat pada wanita yang menggunakan obat kontrasepsi dibandingkan
tidak memakai obat kontrasepsi.
E . Patofisiologi
Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak langsung dengan penderita yang
terinfeksi HPV. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin
dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel. HPV
adalah epiteliotropik yang sifatnya mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel.
Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA
(Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid
dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superficial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV
dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan
keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel epidermis
dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus
dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan
tahunan. Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan
rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata
5

Hubungan seksual

(morphologic atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi


sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu
sampaiHPV
8 bulan atau dapat lebih lama.
Kontak dengan
HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan disekitar
PV 6 & 11 masuk melalui
mikro lesi

genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini
bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena
Penetrasi melalui kulit
pelepasan virus bersama epitel.6
HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang
Ditumpangi
oleh patogen
pelepasan
mediator
inflamasi yaitu Mikroabrasi
histamine yang
permukaan
dapatepitel
menstimulasi saraf perifer.

Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang
HPV masuk lapisan basal

nervus ke dorsal spinal


kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal
Keputihan
Respon cord
radang
disertai infeksi
dikorteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan
mikrorganisme
Mengambil alih DNA
Merangsang mediator
disertai infeksi mikroorganisme
kimia: histamin yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman
Bau, berwarna
kehijauanpada saat melakukan hubungan seksual.6 HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer
Gatal dan terasa
terbakar

Menghantarkan pesan
gatal ke otak

Tidak nyaman saat


melakukan
hubungan seksual

Impuls elektronikimia (gatal)


sepanjang nervus ke dorsal
spinal cord

Gangguan pola
fungsi seksual

Thalamus
Korteks (intensitas) dan
lokasi gatal dipersepsikan
Persepsi gatal
Gangguan rasa
nyaman : Gatal

Bereplikasi
Tidak terkendali
Nodul kemerahan di
sekitar genitalia

Penumpukan nodul merah


membentuk seperti bunga kol

Pecah/muncul lesi

Gangguan citra
diri
Gang. Integritas
kulit

Lesi terbuka,
terpajan
mikroorganisme
Pelepasan virus
bersama sel epitel
Resti
penularan

F . Manifestasi Klinis
Kondiloma akuminata pada umumnya asimptomatik, tetapi dapat menimbulkan
ketidaknyamanan karena mengakibatkan gatal, lembab, perdarahan, dispareunia, rasa
terbakar dan menimbulkan discharge.5
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah
genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis, dengan bentuk
bervariasi dari lesi kecil tak bertangkai hingga proliferasi papillaris besar yyang garis
tengahnya beberapa sentimeter. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina,
kadang-kadang pada portio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan flour albus atau
wanita yang hamil pertumbuhan penyakit lebih cepat. 5
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih
baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaanya berjonjot (papillomatosa) sehingga pada
pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder
warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Ukuran tiap
kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-8 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai

pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh
dengan cepat dan bisa memiliki tangkai.

Gambar 2 . Kondiloma akuminata pada penis,anus dan vulva vagina


Manifestasi infeksi HPV pada kelamin dapat berupa kondisi berikut :
a. Infeksi Klinis
Morfologinya dapat berbentuk :
1 . Kondiloma akuminata, bentuk klasik dari genital wart seperti bunga kol yang
Menonjol
2 . Papula halus (smooth popular form/sessile), papul kecil, berwarna seperti daging
atau papul hiperpigmentasi yang mungkin bergabung membentuk plaque.
3 . Papula keratotik atau seperti veruka vulgaris
4 . Veruka plana

Pada laki-laki berupa papul verrucous tetapi kadang juga didapatkan flat wart.
Pada wanita , di vulva bentuk verrucous sedangkan di vagina bentuk flat.3,7
b. Infeksi Subklinis
Hanya tampak dengan alat bantu, misal : asam asetat 3-5%, lensa pembesar, dan
kolposkopi, namun secara histopatologi menunjukan adanya infeksi HPV.
c. Infeksi Laten
Tidak tampak infeksi HPV baik secara klinis, dengan alat bantu, maupun secara
histopatologi. DNA HPV dapat dideteksi pada epitel yang tampak normal dengan
tekhnik biologi molekuler.
Daerah predileksinya sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna,
korpus, pangkal penis, perineum (pria), labia, klitoris, vagina, serviks, perianal, anal,
rektumdan orofaring. Didaerah vagina dan serviks, kondiloma akuminata bentuk flat
(datar).

Gambar 3 . Kondiloma akuminata pada daerah gland penis dan vulva. Tampak vegetasi yang bertangkai.

Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk, yaitu :


1 . Bentuk Akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan daerah yang lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jengger ayam. Beberapa
kulit dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang
kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami flour albus ,
pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.
2 . Bentuk Papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi sempurna,
seperti batang penis, vulva bagian lateral daerah perianal, dan perinrum. Kelainanya
berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multiple dan tersebar secara
diskret.
3 . Bentuk Datar (Flat)
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali
tidak tampak dengan mata telanjang ( infeksi subklinis ), dan baru terlihat setelah
dilakukan tes asam asetat.
Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ke tiga
bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk bentuk peralihan. Selain ketiga bentuk klinis

10

diatas, dijumpai juga bentuk klinis yang lain yang telah diketahui berhubungan dengan
keganasan pada genitalia, yaitu :

a. Giant Kondiloma Buschke-Lowenstein


Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan
derajat rendah. Hubungan antara kondiloma akuminata dengan Giant Kondiloma
Buschke-Lowenstein diketahui dengan ditemukanya HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi
yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang pada vulva dan anus. Klinis
tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasive lokal dan tidak bermetastasis.
Secara histologi Giant Kondiloma Buschke-Lowenstein tidak berbeda dengan kondiloma
akuminata. Giant Kondiloma Buschke-Lowenstein ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan.

Gambar 4 . Giant Kondiloma Buscke-Lowenstein

b. Papulosis Bowenoid

11

Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat
berkonfluens menjadi plakat. Ada juga lesi yang berbentuk macula eritematosa dan lesi
yang mirip leukoplaka atau lesi subklinis. Umumnya lesi multiple dan kadang
hiperpigmentasi. Berbeda dengan kondiloma akuminata , permukaan lesi Papulosis
Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa.
G . Diagnosa
1 . Anamnesa

Pasangan seksual multiple dan usia coitus yang lebih muda merupakan factor resiko
kondiloma akuminata

Umumnya 2/3 dari individu yang memiliki pasangan kontak seksual dengan
kondiloma akuminata, lesi dapat berkembang dalam waktu 3 bulan

Keluhan utama biasanya salah satu dari : benjolan nyeri, adanya bintil-bintil atau
kutil, pruritus atau discharge.Terlibatnya lebih dari 1 area sering terjadi. Riwayat lesi
multiple.

Lesi pada mukosa oral, laring atau trakea ( jarang ) mungkin terjadi karena kontak
oral genital

Riwayat hubungan seksual anal baik laki-laki maupun perempuan dapat


menyebabkan lesi pada perianal

Perdarahan uretra atau obstruksi uretra meskipun jarang dapat terjadi, dapat
disebabkan oleh kondiloma yang terdapat di meatus

12

Riwayat pasien dengan PMS sebelumnya atau sedang terjadi.

Perdarahan saat koitus dapat terjadi. Perdarahan vagina selama kehamilan terjadi
karena erupsi dari kondiloma.4

2 . Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis

Erupsi popular single atau multiple dapat diobservasi. Erupsi mungkin muncul
mutiara, filiform, kembang kol (caulifowler) atau plaquelike. Semuanya ini dapat
secara halus ( terutama pada penis ), verukosa atau lobular. Erupsi ini mungkin tidak
berbahaya atau dapat mengganggu penampilan

Warna erupsi mungkin sama dengan warna kulit atau dapat juga eritem atau
hiperpigmentasi. Periksa ketidakteraturan dalam bentuk, warna yang mensugesti
melanoma atau keganasan.

Kecenderungan pada gland penis pada pria dan daerah vulvovagina dan serviks pada
perempuan

Lesi meatus uretra dan mukosa bisa terjadi

Mencari adanya klinis dari PMS lainya ( misalnya ulserasi , adenopati, vesikelm
discharge)

Melihat lesi perianal, terutama pada pasien dengan riwayat atau resiko dari
imunosupresi atau hubungan seksual secara anal.4
13

3 . Pemeriksaan Penunjang

Tes Asam Asetat ( Acetowhitening )


Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5% dalam akuadest, dapat menolong
mendeteksi infeksi HPV subklinis atau untuk menentukan batas pada lesi datar.
Pemeriksaan ini menolong dalam membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus.
Sensitivitas acetowhitening pada infeksi HPV cukup baik dan untuk beberapa lesi
hasil pemeriksaan tersebut lebih baik dibandingkan dengan hasil pemeriksaan
histopatologi pada biopsy rutin . Acetowhitening pada lesi genitalia eksterna tidak
spesifik untuuk kondiloma.

Gambar 5 . IVA Test

Kolposkopi (stereoskopi Mikroskopik )

14

Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum


digunakan secara luas di bagian penyakit kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna
untuk melihat lesi kondiloma akuminata yang subklinis, dan kadang-kadang
dilakukan bersama dengan tes asam asetat. Kolposkopi menggunakan sumber cahaya
yang kuat dan lensa binokular sehingga lesi dari infeksi dari HPV dapat di
identifikasi. Biasanya kolposkopi digunakan bersama dengan asam asetat untuk
membantu visualisasi dari jaringan yang terkena.

Gambar 6 . Kolposkopi

Walaupun awalnya kolposkopi didesain untuk memeriksa alat kelamin wanita,


aplikasi dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk memeriksa penis dan anus.
Servikal kolposkopi dan anoskopi resolusi tinggi biasanya dilakukan setelah tes
sitologi yang abnormal pada skrining dari kanker serviks dan anus.

Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi di indikasikan untuk lesi yang atipikal, rekurent setelah terapi awal
berhasil atau resisten terhadap pengobatan atau pasien dengan resiko tinggi untuk
neoplasia atau imunosupresi. Biopsi tidak diperlukan untuk kutil anogenital yang
15

khas. Pemeriksaan ini juga diindikasikan untuk mengkonfirmasikan SCCIS atau


Squamousa cell carcinoma invasive.

Gambar 7 . Histopatologi Kondiloma akuminata

Pada kondiloma akuminata didapatkan akantosis dan papilomatosis pada lapisan


Malphigi, dengan penebalan dan elongasi rete ridge. Pada lapisan malphigi bagian
atas didapatkan banyak sel vakuolisasi, tetapi distribusinya terbatas dan tidak
ditemukan pada seluruh bagian, pembuluh darah kapiler berliku-liku dan meningkat.
Lapisan tanduk mengalami parakeratosis, tertutama pada lesi dipermukaan mukosa.
Stratum korneum tidak terlalu tebal. Dapat pula diperoleh gambaran mitosis,
koilositosis nucleus, dobel nucleus dan apoptisis keratinosit.

Deteksi DNAHPV
Salah satu metode yang dipertimbangkan untuk standard baku emas deteksi DNA
HPV adalah Southern blot hybridization. DNA total diekstraksi dari bahan biopsy
atau dari sel yang terlepas dan didigesti dengan endonukleus resriksi. DNA kemudian
dipisahkan dalam fragmen menggunakan elektroforesis gel dan didenaturasi dalam
gel dengan alkalin menjadi DNA serat tunggal, yang kemudian ditransfer ke filter
16

nitroselulosa menggunakan tekhnik Southern blot. Filter kemudian dihibridasi


dengan probe DNA HPV tipe spesifik yang dilabel dengan radioaktif atau
nonadioaktif.
Penggunaaan metode polymerase chain reaction ( PCR ) dengan amplifikasi
target sekuens DNA yang spesifik merupakan metode yang menjajikan untuk
diagnose infeksi HPV.

Pap Smear
Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Papsmear secara rutin, karena HPV merupakan penyebab utama pada pathogenesis

kanker serviks.
Serologi
Kejadian kondiloma akuminata merupakan pertanda kegiatan seksual yang tidak
aman sehingga tes serologi untuk sifillis dilakukan pada seluruh pasien untuk
menyingkirkan koinfeksi dengan Treponema pallidum (untuk membedakan dengan

kondiloma lata pada sifilis), dan seluruh pasien dilakukan tes HIV.
H . Diagnosa Banding
1 . Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai , kering dan berwarna keabu-abuan atau sama
seperti warna kulit. Terutama terdapat pada anak-anak, tetapi dapat juga pada dewasa dan
orang tua. Tempat predileksinya tertutama di ekstermitas bagian ekstensor, walaupun
penyebaranya dapat ketubuh bagian lain termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini
bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikular, permukaanya kasar (verukosa).
Dengan goresan dapat timbul autoinkolusi sepanjang goresan ( fenomena kobner ).3

17

Gambar 7 . Veruka Vulgaris

2 . Kondiloma Latum
Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif, permukaanya datar dan
Serologic Test for Sifillis (STS) positif, ditemukan banyak Spirochaeta pallidum pada
mikrosop lapangan gelap.3,8

Gambar 8 . Kondiloma Latum

3 . Karsinoma Sel Skuamosa


Vegetasi yang seperti kembang kol , mudah berdarah dan berbau busuk.
Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa tingkat
kematangan, dapat intraepidermal , dapat pula bersifat invasif dan bermetastasis jauh.
Umur yang paling sering adalah 40-50 tahun.3

18

Gambar 9 . Karsinoma sel skuamosa

4 . Moluskum Kontangiosum
Penyakit yang disebabkan oleh virus pox, klinis berupa papul-papul, pada
permukaanya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum.
Penyakit ini merupakan penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Transmisinya melalui
kontak kulit langsung. Lokalisasi di daerah muka, badan dan ekstermitas, sedangkan pada
orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.4

Gambar 10 . Moluskum Kontangiosum

19

I . Penatalaksanaan
Ada beberapa cara pengobatan kondiloma akuminata, yaitu terapi topical ( podofilin,
podofilotosin, asam triklorasetat, imiquimod, 5-fluorourasil), tindakan bedah dan terapi
sistemik ( interferon, isoprinosin ).3,7,8
1 . Kemoterapi
Terapi Topikal
a. Podophyllin
Podophyllin pertama direkomendasikan untuk pengobatan kondiloma oleh Culp
dan Kaplan pada tahun 1942, bahan ini adalah agen sitotoksik yang berasal dari resin
podofilum emodi dan peltatum podofilum yang mengandung senyawa lignin biologis
aktif, termasuk podofilox, yang merupakan komponen paling aktif terhadap kondiloma
akuminata. Podophyllin memiliki keuntungan menjadi mudah digunakan dan sangat
murah.
Yang digunakan ialah Tingtur podofilin 25%. Kulit disekitarnya dilindungi
dengan vaselin atau pasta agat tidak terjadi iritasi, setelah 4-6 jam kemudian dicuci. Jika
belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan
melebihi 0.3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual,
muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia.
Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.7

20

Beberapa kelemahan, termasuk keterbatasan penggunaan dan toksisitas sistemik.


Podophyllin harus dicuci setelah 6 jam karena sangat mengiritasi kulit normal
disekitarnya dan menyebabkan reaksi local yang parah berupa dermatitis , nekrosis dan
jaringan parut.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang
baru, namun kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.
b. Podofilotoksin 0,5%
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah
pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA.
Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri
oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut.
c. Bichloracetic Acid atau Trichloracetic Acid
Bichloracetic Acid adalah keratolitik kuat dan telah berhasil digunakan untuk
terapi kondiloma akuminata. Seperti podophyllin, Bichloracetic Acid atau Trichloracetic
Acid murah dan mudah diterapkan, namun juga dapat menyebabkan iritasi kulit local dan
seringkali memerlukan kunjungan beberapa kali, umumnya pada interval mingguan.
Dalam sebuah studi oleh Swerdlow dan Salvati, Bichloracetic Acid dan Trichloroasetic
Acid lebih nyaman digunakan oleh pasien dan memiliki kemungkinan kekambuhan yang
minimal dibandingkan dengan yang lain. Mempunyai efek kaustik dengan menimbulkan
koagulasi dan nekrosis pada jaringan superfisialis terutama pada bentuk hiperkeratotik.
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat
diberikan pada wanita hamil.
d. Imiquimod
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama dengan imunomodulator. Salah satu obat yang saat ini
21

sering dipakai adalah Imiquimod. Imiquimod adalah bentuk krem, dioleskan 3x


seminggu, paling lama 16 minggu. Dicuci setelah 6-8 jam pemakaian. Imiquimod
kontraindikasi untuk wanita hamil dan tidak boleh digunakan pada daerah perianal,
uretra, vagina dan serviks.
e. 5-Fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, bersifat sebagai antimetabolit yang
dapat mengganggu sintesis DNA, dipakai terutama pada lesi di meatus uretra. 5-FU krem
1% digunakan 2 kali sehari secara periodik selama 2-6 minggu, dan krem 5% digunakan
4 kali sehari secara periodik selama 10 minggu. Sebaiknya penderita tidak miksi selam 2
jam setelah pengobatan.7,8
2. Terapi Sistemik (imunoterapi)
a. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intra lesi ) dan topikal (krim).
Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m, 3 kali seminggu selama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m selama 10 hari berturut-turut.
b. Imunoterapi (Isoprinosin)
Isoprinosin dapat digunakan terhadap berbagai infeksi virus. Pada penderita
kondiloma akuminata yang lama, luas dan resisten terhadap pengobatan , terjadi
defisiensi imunitas seluler. Bila system respon imun diperbaiki, akan terjadi regresi
lesi kondiloma. Dalam kondisi tersebut dapat diberikan isoprinosin dengan dosis 3x1
gram selama 4 minggu.3,7,8
3. Terapi Bedah
a. Bedah Listrik (Elektrokauterisasi)
Waktu lampau, spesialis kulit kelamin umumnya menggunakan pemotong listrik
high-frequency atau besi pemotong membakar nevus atau neoplasma kulit lainnya. Ini
dikarenakan sederhana dan cepat. Pemotong elektrik high-frequency secara langsung
membuang dan mengeringkan, pengobatan ini cenderung lebih aman, namun
22

penyembuhan luka dengan elektrokauter lebih lambat. Kesimpulannya, pengobatan


dengan elektrokauter dapat digunakan untuk bermacam kondiloma, namun dapat
membakar terlalu berlebihan dan dapat sedikit berbahaya. Dan harus juga
memperhatikan operasi yang aseptik, pencegahan terhadap infeksi. Pengobatan yang
efektif namun membutuhkan anestesi lokal. Digunakan pada jenis kondiloma yang
resisten terhadap pengobatan topikal, dengan kekurangan meninggalkan luka parut.
b. Eksisi Bedah (Bedah Skalpel)
Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata dengan
tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan elektrokauter dianggap sebagai gold
standard untuk pengobatan kondiloma akuminata.
c. Bedah Beku (N2, N2O cair)
Bedah beku merupakan metode pengobatan umum dermatologist, berbahan dasar
nitrogen atau karbondioksida cair, es beku kering penghancur kulit, penghancur kulit
untuk edema lokal, bertujuan untuk mencapai tujuan pengobatan. Virus kondiloma
akuminata menyebabkan terjadinya hiperplasia prostatik jinak pada kulit dan membran
mukosa. Ini memiliki pembuluh darah lecil dalam jumlah banyak, berproliferasi secara
cepat. Metode dapat menggunakan es beku untuk kondiloma akuminata, membentuk
edema lokal derajat tinggi. Keuntungan yang paling bagus dari bedah beku ini ialah
hanya bersifat lokal tanpa meninggalkan bekas, tingkat keberhasilan pengobatan kirakira 70%. Tersedia dalam metode semprot atau kontak langsung, mampu diaplikasikan
pada bentuk kecil. Dapat digunakan dalam 1 minggu sebanyak 2-3 kali. Bedah beku
ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil
dengan lesi yang banyak dan basah.
4 . Terapi Laser Karbondioksida

23

Umum digunakan pada pengobatan kulit dan penyakit menular seksual.


Merupakan pengobatan yang tergolong cepat dan kondiloma dapat hilang. Ini mirip
dengan elektrokauterisasi, namun ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan
menimbulkan nyeri pasca operasi, keuntunganya luka lebih cepat sembuh dan sedikit
meninggalkan jaringan parut. Pengobatan dengan laser hanya dapat diaplikasikan pada
kondiloma ukuran kecil dimana jika digunakan pada kondiloma dengan ukuran besar
mudah untuk kambuh.7,8
5 . Diet
Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang pada
program 24ygiene untuk memastikan pasien mendapatkan 24ygien imun yang optimal.
Dietari Program :
1. vitamin B-kompleks, penting untuk multiplikasi sel
2. vitamin C, antiviral
3. L-Cystein, suplai sulfur, sebagai preventasi dan perawatan kutil
4. Vitamin A, menormalkan kulit dan epitel membrane
5. vitamin E, meningkatkan aliran darah dan membantu perbaikan jaringan
6. Zinc, meningkatkan imunitas tubuh melawan virus
J . Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Tidak ada medikasi yang efektif 100%. Vaksin HPV dapat dilakukan dan telah
disetujui oleh FDA. The Advisory Committee on Immunization Practice ( ACIP )
merekombinasikan vaksinasi rutin untuk perempuan usia 11-12 tahun dan vaksinasi
catch-up untuk perempuan usia 13-26tahun.
Sexual abstinence (tidak berhubungan dengan orang lain selain pasangan)
Kondom dapat mencegah terjadinya penularan
K . Komplikasi
Transformasi untuk keganasan genitourinaria pada laki-laki maupun perempuan
Penularan pada neonates
Kondiloma akuminata yang berulang
Pre-cancer dan cancer
L . Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisinya dicari,
misalnya 24ygiene, adanya flour albus, atau kelembapan pada pria akibat tidak disirkumsisi.
24

Banyak pasien baiik itu gagal untuk merespon pengobatan atau rekuren. Tingkat
kekambuhan lebih dari 50% setelah 1 tahun dihubungkan dengan :
Infeksi berulang dari kontak seksual
Masa inkubasi yang panjang dari HPV
Lokasi virus pada lapisan kulit superfisialis
Lesi yang dalam
Lesi subklinik
Anunderlying immunosuppression

BAB III
KESIMPULAN
Kondiloma Akuminata merupakan penyakit menular seksual yang umum terdapat
dimasyarakat. Penyebabnya adalah human papiloma virus (HPV). Sekitar 90% kondiloma
akuminata berhubungan dengan subtype HPV 6 dan 11, yang memiliki potensial yang lebih
rendah menimbulkan keganasan. Namun, apabila terkait dengan HPV tipe 16 dan 18 cenderung
untuk transformasi onkogenik. Terapi yang diberikan terdapat beberapa macam yaitu kemoterapi
( podophylin, asam trikloroasetat, 5-Florourasil), terapi bedah ( bedah eksisi, electrokauterisasi,
laser theraphy), imunoterapi dan interferon. Vaksin HPV mungkin secara signifikan dapat
mengurangi beban penyakit dengan mencegah infeksi dan penularan virus.

25

KONDILOMA AKUMINATA PADA KEHAMILAN


A . Kehamilan dan kondiloma akuminata/HPV
Wanita yang terpapar HPV selama kehamilan memiliki kekhawatiran bahwa virus ini
akan membahayakan bayi nya. Dalam kebanyakan kasus HPV tidak mempengaruhi
perkembangan janin.
B . Pengaruh kondiloma akuminata selama kehamilan
Jika seorang wanita terpapar kondiloma selama kehamilan, maka kondiloma akan
cepat tumbuh dan berkembang, Kemungkinan karena pada saat kehamilan terjadi
peningkatan vaskularisasi di daerah perineum, servix dll, terjadi perubahan anatomi
organ genitalia interna dan eksterna,terjadi peningkatan secret vagina, terjadi penurunan
kekebalan tubuh dan terjadi perubahan hormonal sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan pertumbuhan HPV.
C . Pengaruh kondiloma akuminata/HPV terhadap bayi
HPV tidak mempengaruhi kehamilan dan kesehatan bayi secara langsung. Resiko
transmisi virus ini terhadap bayai sangt rendah.
Jika bayi terpapar virus saat kehamilan atau saat melahirkan maka transmisi ini bisa
menyebabkan terjadinya perkembangan wart/kutil pada korda vokalis dan kadang pada
daerah lain pada infan atau anak-anak. Kondisi ini disebut recurrent respiratory
papillomatous (RRP), hal ini sangat berbahaya , namun hal ini sangat jarang terjadi.
Menurut Sinal, Woods (2005), melahirkan melalui jalan lahir dari vagina yang terinfeksi
dapat menyebabkan lesi (semacam luka) dipernafasan bayi. Kutil kelamin memang
ditularkan ke bayi baru lahir atau pasanganya, dan ada kemungkinan untuk berulang
(kambuh).
Pada persalinan dengan kondiloma genital, adanya kondiloma beresiko :
1 .Resiko penularan ke anaknya kalau dilahirkan pervaginam
2 .Resiko terjadi perdarahan bila dilahirkan melalui vagina, yaitu bila jaringan yang
26

mengalami infeksi kondiloma itu mengalami rupture ( mudah robek ) , bisa menimbulkan
perdarahan banyak.
Karena resiko tersebut, dipertimbangkan untuk lebih baik dilahirkan melalu seksio sesarea.
D . Aktivitas
Tidak ada restriksi, kecuali menghindari hubungan seksual.
E . Diet
Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang pada
program dietary untuk memastikan ibu mendapatkan system imun yang optimal.
Dietari Program :
Sangat Penting
1 . Vitamin B-kompleks , penting untuk multipikasi sel
2 . Vitamin C , antiviral
Penting
1 . L-Cystein , suplai sulfur, sebagai preventasi dan perawatan kutil
2 . Vitamin A , menormalkan kulit dan epitel membrane
3 . Vitamin E, meningkatkan aliran darah dan membantu perbaikan jaringan
4 . Zinc, meningkatkan imunitas tubuh melawan virus

LAPORAN KASUS

I . IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. DSN

Umur

: 27 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Baloi Persero 5/1 , Lubuk Baja

Pekerjaan

: IRT

Suku

: Jawa

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah


27

Tanggal Periksa

: 11 April 2014

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama :
Terdapat bintil-bintil pada alat kelamin
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G3P2A0 datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Embung Fatimah Batam dengan
keluhan adanya bintil-bintil pada alat kelaminya sejak 3 bulan yang lalu. Bintil-bintil awalnya
berukuran kecil dan makin lama makin membesar dan menyebar ke sekitarnya. Bintil-bintil
tidak terasa nyeri dan tidak mudah berdarah, namun sering terasa gatal.
Sejak 8 bulan yang lalu pasien sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari alat
kelamin, cairan yang dikeluarkan jumlahnya banyak berwarna putih kekuningan konsistensinya
cair, berbau busuk dan terasa gatal di alat kelaminya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak pernah
mengalami penyakit pada alat kelaminya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama .
Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas , namun tidak diberikan obat dan dianjurkan
untuk datang ke poli Kulit dan kelamin RSUD Embung Fatimah.
28

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis

Kesadaran

: Kompos mentis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Status Gizi

: Gizi baik (normoweight)

2. Status Dermatologis
Distribusi : Regional
Lokasi

: Genitalia eksterna ( vulva : daerah Sekitar klitoris dan labium minus )

Efloresensi :
Pada Labium minus : Terdapat papul-papul dengan vegetasi bertangkai, berwarna
kemerahan dengan permukaan papilomatosa ( berjonjot ).
29

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Tidak dilakukan
V. DIAGNOSA BANDING
- Kondiloma Akuminata
- Kondiloma Lata
- Karsinoma Sel Skuamosa

VI. USULAN PEMERIKSAAN


-

Uji Asam Asetat 5%

Kolposkopy

Histopatologi (PA)

VII. DIAGNOSA KERJA


Kondiloma Akuminata
VIII. PENATALAKSANAAN
I . Non Medikamentosa :
Edukasi Pasien :
-

Mencuci dan membersihkan daerah vulva, menjaga tetap kering.


Menjaga Kebersihan diri
Tidak melakukan hubungan sexual selama masa pengobatan
Memilih cara persalinan dengan Seksio Caesarea
30

II . Medikamentosa :
-

Asam Trikloroasetat (TCA) 80-90% ditutul / larutan konsentrasi 50% oles setiap
minggu

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam, sering mengalami residif

FOTO PASIEN KONDILOMA AKUMINATA

31

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Pasien G3P2A0 datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Embung Fatimah Batam dengan
keluhan adanya bintil-bintil pada alat kelaminya sejak 3 bulan yang lalu. Bintil-bintil awalnya
berukuran kecil dan makin lama makin membesar dan menyebar ke sekitarnya. Bintil-bintil tidak
terasa nyeri dan tidak mudah berdarah, namun sering terasa gatal. Sejak 8 bulan yang lalu pasien
sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari alat kelamin, cairan yang dikeluarkan
jumlahnya banyak berwarna putih kekuningan konsistensinya cair, berbau busuk dan terasa gatal
di alat kelaminya. Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga
tidak pernah mengalami penyakit pada alat kelaminya. Dikeluarga pasien tidak ada yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas ,
namun tidak diberikan obat dan dirujuk ke RSUD. Pada pasien ini ditemukan gejala yang sesuai
dengan gejala penyakit kondiloma akuminata yakni adanya bintil-bintil kecil yang semakin

32

membesar dan menyebar pada alat kelamin, disertai adanya pengeluaran cairan yang banyak dari
alat kelamin dan adanya rasa gatal pada alat kelamin.
Pada pemeriksaan fisik, status dermatologisnya di labium minus didapatkan adanya
papul-papul dengan

vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan, permukaanya

papilomatosa (berjonjot). Hal ini sesuai dengan teori bahwa kelainan kulit pada kondiloma
akuminata berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan jika masih baru, jika telah
lama agak kehitaman, dan permukaanya papilomatosa ( berjonjot ). Predileksi penyakit pada
pasien ini juga sesuai dengan teori, dimana bahwa tempat predileksi kondiloma akuminata
adalah didaerah genitalia eksterna yaitu di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina dan
kadang pada porsio uteri (pada wanita).
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik ( status dermatologis ) pada pasien ini dapat
ditegakkan diagnosa kondiloma akuminata. Selain dari anamnesa dan pemeriksaan fisik (status
dermatologi) untuk mendiagnosa kondiloma akuminta dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti Tes Asam Asetat 5%, pemeriksaan Histopatologi, dan Kolposkopi, juga berfungsi untuk
menyingkirkan keganasan. Diagnosis banding pada kasus ini adalah, kondiloma lata (pada sifillis
stadium II), pada kondiloma lata klinisnya berupa plakat yang erosife, permukaanya datar dan
untuk menyingkirkan diagnosanya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu Serologic Test
for sifillis (STS), dan karsinoma sel squamosa, pada karsinoma sel skuamosa klinisnya berupa
vegetasi seperti kembang kol, mudah berdarah dan berbau busuk, untuk menyingkirkan
diagnosanya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan histopatologi.
Terapi terbaik pada pasien ini (G3P2A0) adalah terapi kemoterapi secara topikal dengan
Asam Triklorasetat, karena dalam literatur juga disebutkan bahwa Asam Triklorasetat ini kurang
33

menimbulkan iritasi local dan jarang menimbulkan toksisitas sistemik, sehingga dapat digunakan
untuk wanita hamil. Anjuran kepada pasien untuk melahirkan secara seksio secarea untuk
mencegah terjadinya penularan ke bayinya dan mencegah timbulnya kondisi recurrent
respiratory papillomatous (RRP), karena dalam literatur dikatakan bahwa melahirkan melalui
jalan lahir dari vagina yang terinfeksi dapat menyebabkan timbulnya lesi di saluran pernafasan
bayi.

Prognosa pada pasien ini untuk Quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena kondiloma
akuminata pada wanita cenderung bisa berkembang menjadi keganasan seperti kanker servix.
Quo ad fungtionam adalah dubia ad bonam karena kondiloma akuminata pada wanita cenderung
bisa berkembang menjadi keganasan seperti kanker servix .Quo ad sanationam adalah dubia ad
bonam karena penyakit ini dapat sembuh atau residif.

34

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.webmd.com/sexual-conditions/hpv-genital-warts/hpv-virus-informationabout-human-papillomavirus
2. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK
UNAIR/RSU Dr. SOETOMO SURABAYA. 2007 : 224
3. Handoko, RP. Penyakit Virus. Dalam : Djuanda Prof. Dr. dr. Adhi, Utama Hendra dr,
editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007 : 113-14
4. http://medicastore.com/penyakit/245/Genital Kondiloma Akuminata.html
5. Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2.
EGC : Jakarta
6. Valarie, Yanofsky, Patel, & Goldenberg. Genital Warts: A Comprehensive Review. The
Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. June 2012: Vol 5:61
7. Lacey, Woodhall, Wikstorm, Ross. European Guideline for the Management of
Anogenital Warts.2011:130911.
8. Ghadishah, Delaram.Reference: Condyloma-Acuminata.

35

36

Anda mungkin juga menyukai