PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari
metaplasia epitel di daerah skuamkolumner junction yaitu daerah peralihan
mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks meruakan
kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya
antara uterus dan vagina. Kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa
yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal.
2.2 Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV(human
papilloma virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa
menganung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan
HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual.
Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah
aktivitas seksual terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan seksual yang
tinggi, dan adanya riwayat infeksi. Selain itu, bahan karsinogenik spesifik
dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini
dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV
mencetukan transformasi maligna.
2.3 Patofisiologi
Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi
kanker diakibatkan oleh adanya mutasi en pengendali siklus sel. Gen
pengandali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gen, dan repair gen.
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi
3
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, serviks dapat teraba membesar,
ireguler, dan teraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka
terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Histopatologi jaringan biopsi
Diagnosis kanker serviks dapat dilakukan melalui
pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Bila dijumpai lesi
seperti kanker secara kasat mata, harus dilakukan biopsi walau
hasil pemeriksaan pap smear masih dalam batas normal. Biopsi
lesi yang tidak nyata dapat dilakukan dengan bantuan
kolposkopi.
Displasia
adalah
bila
didapatkan
sel-sel
diskariotik
positif
apabila
terdapat
sel-sel
ganas
pada
metaplasia.
Pemeriksaan
kolposkopi
memerlukan
5. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah pelvik
limfangiografi yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik. Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan
intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal.
Pemeriksaan
radiologi
direkomendasikan
untuk
pielogravi
intravena,
enema
barium,
dan
2.5 Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dipastikan secara histologik dan sesduah
dikerjakan perencanaan oleh tim yang bisa melakukan rehabilitasi dan
pengamatan lanjutan, maka terapi karsinoma serviks dapat ditegakkan.
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal
seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada
lesi preanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (Loop Electrosurgical Excision
Procedure) atau konisasi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ, seluru kanker sering kali dapat diangkat
dengan bantuan pisau bedah ataupun LEEP atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena
kanker bisa kambuh kembali, maka pasien dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Penderita dapat melakukan
histerektomi apabila tidak memiliki rencana untuk hamil lai.
Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Histerektomi
merupakan bentuk tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks ataupun salah satunya. Biasanya
dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA. Umur pasien sebaiknya
dilakukan sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat
dilakukan pada pasien dengan usia kurang dari 65 tahun. Pasien juga
10
harus dalam kondisi bebas dari penyakit umum dengan resiko tinggi
seperti penyakit jantung, ginjal, dan hepar.
2. Radioterapi
Radioterapi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan limfe nodi pada pelvis. Kanker serviks stadium IIB, III, dan
IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metode radioterapi dapat bersifat
kuratif maupun paliatif. Pengobatan kuratif adalah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke
kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak
mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika
urinaria, usus halus, dan ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya
akan diberikan pada pasien dengan stadium I sampi IIIB. Apabila sel
kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya akan
bersifat paliatif dan diberikan secara selektif kepada stadium IVA.
Terapi radioaktif ada dua jenis, yaitu radioterapi eksternal, dan
radio
terapi
internal.
Radioterapi
eksternal
adalah penyinaran
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. Obat kemoterapi diguakan untuk membunuh sel kanker
dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi
tergantung pada jenis dan fase kanker. Kemoterapi diberikan untuk
mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak
mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir,
kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup
11
2.6 Prognosis
Prognosis pada kanker serviks bisa diketahui berdasarkan stadium
penyakit yang ditentukan dengan 5 years survival rate. Prognosis 5 years
survival rate untuk kanker serviks, yaitu :
Stadium I
: 85-92 %
Stadium II A : 75-83 %
Stadium II B : 58-67 %
Stadium III
: 25-35 %
Stadium IV
: 8-14 %
12
13
14
III. KESIMPULAN
15
I. Identitas Pasien
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Alamat
No RM
Tanggal masuk
Pukul
: Ny. S
: 50 Tahun
: Islam
: SMP
: IRT
: Jawa
: Jalan Temuning Sampalih
: 19.76.20
: 07-01-2016
: 10.23 WIB
Nama suami
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku
Alamat
: Tn. E
: 57 Tahun
: Islam
: STM
: Pegawai Swasta
: Melayu
: Jalan Temuning Sampalih
II. ANAMNESA
Ny. S, 50 tahun, P3A1, Islam, Jawa, SMP, IRT Istri dari Tn. E, 57 tahun, Islam,
Melayu, STM, Pegawai Swasta, Jalan Temuning Sampalih datang ke RS Haji
Medan pada tanggal 07-01-2016 pukul 10.23 wib dengan :
KU
: Nyeri Perut
Telaah
: Pasien datang ke RSHM dibawa oleh suaminya pada tanggal 7
januari 2016 pada pukul 10.23 wib. Dengan keluhan nyeri pada
perutnya. Hal ini sudah dirasakan os lebih kurang satu minggu ini,
sebelumnya satu tahun yang lalu os mengalami perdarahan dari
kemaluan. Darah yang keluar bergumpal dan haid yang dialami
juga lama, lebih dari 10 hari. Os juga ,mengaku haidnya tidak
teratur riwayat dikusuk (-), riwayat nyeri saat berhubungan (-),
riwayat keluar darah saat berhubungan (-), riwayat keputihan (-),
riwayat trauma (-), BAK dan BAB (+) Normal.
RPT / RPO
: (-)
16
RPK
: (-)
Riwayat Haid
Menarche
Lama haid
Siklus haid
Darah haid
Dysmenorrhea
Riwayat Pernikahan
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Persalinan
: 13 tahun
: 5 - 7 hari
: Tidak teratur.
: 2-3 x ganti pembalut/hari
: (-)
: 1 kali
: (-)
: P3A1
1. Abortus
2. Anak perempuan, aterm, BBL 3.000gr, PSP, di tolong oleh bidan,
hidup, umur sekarang 25 tahun.
3. Anak laki-laki, aterm, BBL 3.100gr, PSP, di tolong oleh bidan, hidup,
umur sekarang 22 tahun.
4. Anak laki-laki, aterm, BBL 3100gr, PSP, di tolong ole3h bidan, hidup,
umur 18 tahun
Riwayat Operasi : (-)
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Sens
TD
HR
RR
T
TB
BB
: CM
: 120/80 mmHg
: 80 x/i
: 20 x/i
: 36,50 C
: 157 cm
: 65 kg
Anemis
Ikterik
Dyspnoe
Sianosis
Oedem
: (-/-)
: (-/-)
: (-)
: (-)
: (-)
B. Status Generalisata
Kepala
Mata
Leher
Thorax
: (+) N
BAB
: (+) N
P/V
: (-)
C. STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo :
Erosi : (-)
Darah : (+)
Uterus
:
: uterus anteflexi lebih besar dari biasanya teraba
Parametrium
massa
Adnexa
Cavum douglas
: tidak menonjol
18
Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Nilai
12,9
4,2
8,800
37,4
235.000
Nilai Rujukansatuan
12 16
g/dl
3,9 - 5,6
10*6/l
4,000- 11,000
/l
36-47
%
150,000-450,000
/l
90,0
31,0
34,4
80 96
27 31
30 34
Kimia Klinik
Hitung jenis leukosit
fL
pg
%
Nilai Rujukan
Eosinofil
13
Basofil
01
N.Stab
2 6
N. Seg
69
5375
Limfosit
23
2045
Monosit
48
LED
0-10
Golongan Darah
mm/jam
O
19
100mg/dL
<140 mg/dl
20
Identifikasi ligamentum
POST OPERASI
Tindakan Operasi : Total abdominal Histerektomi (TAH) + BSO
Temuan Post Operasi : ditemukan massa berukuran 8 x 8 x9 cm
Intruksi post Operasi :
IVFD RL 20 gtt/i
Sens
Compos mentis
Anemis
: -
TD
110/70 mmHg
Ikterik
: -
HR
85x/i
Dyspnoe
: -
RR
22x/i
Sianosis
: -
37,1 C
Oedem
: -
SL
Abdomen
L/O
P/V
(-)
BAK
BAB
(-)
Flatus
(+)
Th
IVFD RL 20 gtt/i
Sens
Compos mentis
Anemis
: -
TD
120/80 mmHg
Ikterik
: -
HR
72x/i
Dyspnoe
: -
RR
22x/i
Sianosis
: -
36,4 C
Oedem
: -
SL
Abdomen
L/O
P/V
(-)
BAK
BAB
(-)
Flatus
(+)
Th/
:
IVFD RL 20 gtt/i
Os sulit tidur
Sens
Compos mentis
Anemis
: -
TD
110/70 mmHg
Ikterik
: -
HR
88x/i
Dyspnoe
: 23
SL
RR
22x/i
Sianosis
: -
37,0 C
Oedem
: -
Abdomen
L/O
P/V
(-)
BAK
BAB
(+)
Flatus
(+)
sore)
Th/
:
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
(-)
Sens
Compos mentis
Anemis
: -
TD
110/70 mmHg
Ikterik
: -
HR
82x/i
Dyspnoe
: -
RR
22x/i
Sianosis
: -
36,2 C
Oedem
: -
SL
Abdomen
L/O
P/V
(-)
BAK
(+) Normal
24
BAB
(+) Normal
Flatus
(+)
Th/
(-)
Sens
Compos mentis
Anemis
: -
TD
110/70 mmHg
Ikterik
: -
HR
80x/i
Dyspnoe
: -
RR
20x/i
Sianosis
: -
36,5 C
Oedem
: -
SL
Abdomen
L/O
P/V
(-)
BAK
(+) Normal
BAB
(+) Normal
Flatus
(+)
Th/
Kesimpulan :
Cervisitis + Endometrial Polip + Cyst Lutein Berdarah + Cyst Folikel.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28