Anda di halaman 1dari 2

3.6.

Formasi Kompleks yang Diikuti oleh Hidrolisa Enzimatik


Pada tahun 2009, Kim et al. mengembangkan suatu proses baru untuk mendapatkan nanopartikel
pati (SNP) berdasarkan pembentukkan kompleks antara pati amylomaize (>50% amilosa), nbutanol, dan selanjutnya hidrolisis enzimatik. Pertama, larutan pati encer ditempatkan pada
bagian/ruang atas dari alat filtrasi kaca (Milipore, Billerica, MA, USA) dan membiarkan larutan
pati encer tersebut secara gravimetrik melewati membran filter (Polytetrafluoroetilen/PTFE,
ukuran pori 10 m, diameter 47 mm, Milipore, MA, USA) menuju bagian/ruang bawah, dimana
telah terisi oleh n-butanol. Alat filtrasi disimpan pada suhu 70oC di dalam oven konveksi selama
6 hari. Kompleks pati-butanol diisolasikan sebagai endapan dan dicampur -amilolisis (pankreas
alpha-amilase babi, EC3.2.1.1, aktivitas 1.122 unit / mg). Karena amilosa-butanol complex yang
terbentuk di lapisan butanol terkandung sebagian besar matriks amorf, penghapusan selektif ini
diperlukan untuk mengisolasi nanopartikel. Perlakuan enzimatik selanjutnya membuat SNP
berbentuk bulat atau oval dengan diameter 10-20 nm. Namun, ada kerugian yang signifikan
dengan hidrolisis (85-90%) dari pati, dan dengan demikian hasil keseluruhan dari nanopartikel
sangat rendah.
3.7. Hidrolisa Enzimatik dan Rekristalisasi
Sun et al. menyarankan metode yang ramah lingkungan dan mudah untuk memperoleh
nanopartikel dari pati proso millet. Pati yang telah dimasak di beri perlakuan oleh pullulanase
dan kemudian larutannya disimpan pada suhu 4 oC agar pati dapat terekristalisasi. Pati yang
direkristalisasi dapat diisolasi dengan sentrifugasi sebagai SNP dengan berbagai ukuran antara 20
dan 100 nm. Riset menunjukkan bahwa debranching (pemutusan ikatan) dengan pullulanase
memfasilitasi pengrekristalisasian rantai pati. Dibandingkan dengan proses hidrolisis asam
konvensional, pendekatan ini memiliki keuntungan menjadi agak cepat dan menyajikan hasil
yang lebih tinggi (sekitar 55%). Proses ini juga memiliki kelebihan lain yaitu tidak adanya
pereaksi kimia yang ditambahkan selama proses preparasi.
3.8. Emulsi-Silang (Emulsion-crosslinking)
Teknik Emulsi-Silang baru baru ini telah dilaporkan sebagai salah satu metode yang digunakan
untuk mensintesa SNP. Teknik ini melibatkan disperse fasa larutan yang mengandung materialmaterial hidrofilik alami seperti pati dan penyilangan fasa minyak dengan emulsifier. Emulsinya

dapat menghasilkan partikel-partikel kecil melalui reaksi silang (cross-linkers). Namun, partikelpartikel yang diperoleh dari reaksi emulsi-silang ini relatif besar dalam skala mikro. Fang et al.
(2008), dan Franssen dan Hennink (1998) diamati mikrosfer pati yang dihasilkan reaksi ini
mempunyai diameter rata-rata 19 m dan
partikel-partikel ini, emulsi mengandung

berkisar 2,5-25m. Untuk mengurangi ukuran


tetesan skala nano (nano-scale droplets), yang

umumnya disebut miniemulsi, submikron emulsi atau nano emulsi. Hal ini karena tetesan emulsi
mempertahankan bentuk dan ukuran mereka dalam fase terdispersi. Zhou et al. (2014) berusaha
untuk mengurangi ukuran partikel dengan menggunakan sistem mikroemulsi, cairan ionik dalam
minyak (IL / O) dari pada pendekatan emulsi tradisional, air dalam minyak (W / O). Dengan
menggantikan fase air dengan menggunakan 1-oktil-3-methylimidazolium asetat, nanopartikel
pati dapat diperoleh dengan diameter rata-rata 96,9 nm. Studi lain dari Zhou et al. (2014)
menyatakan bahwa adanya kemungkinan produksi SNP melalui sistem mikroemulsi air dalam
cairan ionik (W / IL). Pendekatan ini efisien dan ramah lingkungan karena tidak ada reagen
organic beracun seperti sikloheksana yang digunakan sebagai fasa minyak. Miniemulsi dapat
diproduksi dengan merancang khusus alat yang dapat memberikan energi mekanik yang cukup
(misalnya, rotor-stator, sonicators, homogenizers bertekanan tinggi, dan sistem membran).
Dengan menggunakan perangkat mekanik ini maka efisiensi dari proses emulsifikasi dapat
meningkat dan menekan biaya dengan penggunaan surfaktan dengan jumlah yang kecil. Shi et al.
(2011) Homogenizer tekanan tinggi pada tekanan mulai dari 10 MPa sampai 60 MPa dapat
menghasilkan miniemulsi di mana bulatan nanopartikelnya baik dan distribusi ukuran relatif
seragam. Ukuran dari partikel-partikelnya bervariasi tergantung pada parameter proses termasuk
surfaktan, rasio air/minyak, konsentrasi pati, tekanan homogenisasi dan siklus. Dengan
menerapkan lebih banyak energi, ukuran emulsi dapat meningkat karena adanya perpaduan ulang
dari tetesan.

Anda mungkin juga menyukai