Seperti krisis ekonomi di Amerika Serikat yang sudah mempengaruhi perekonomian dunia dan
saat ini telah berimbas kepada perekonomian di Indonesia.
Perbaikan dan peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi) untuk beberapa tahun yang
lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber daya alam dan teknologi pertanian cukup
memadai dan berimbang dengan ketersedia-an lahan dan peningkatan jumlah penduduk.
Keadaan ini sulit untuk dipertahankan dimasa akan datang, kecuali ada pendekatan baru yang
mena-warkan ide dan teknik untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan rekayasa
genetika memiliki potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman krisis pangan tersebut.
Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan pembangunan pertanian yang tidak lagi dapat dipecahkan secara konven-sional.
Salah satu produk dari rekayasa genetika adalah tanaman transgenik . Perakitan tanaman
transgenik dapat diarahkan untuk memperoleh tanaman yang memiliki produksi tinggi, nutrisi
dan penampilan mempunyai kualitas yang baik maupun resisten terhadap hama, penyakit dan
lingkungan. Fragmen DNA organisme manapun melalui teknik rekayasa genetika dapat
disisipkan ke genom jenis lain bahkan yang jauh hubungan kekerabatannya. Pemindahan gen ke
dalam genom lan tidak mengenal batas jenis maupun golongan organisme.
II. Tanaman Transgenik dan Jenisnya
Apakah transgenik itu? Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang
berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup
kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke
tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify
the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan
yang tetap pada sel makhluk hidup). Teknologi transgenik atau kloning juga dilakukan pada
dunia peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu domba yang
ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei, menghasilkan ikan yang
resisten terhadap pembusukan dan penyakit.
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan Stanley Cohen.
Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman,
pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara
mengambil gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman,
penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya menggukan bakteri
Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil,
lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan
dari pe-ngembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah
1. menghambat pelunakan buah (pada tomat).
2. tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
3. meningkatkan nilai gizi tanaman, dan
4. meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan
kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.
Contoh Tanaman
Tomat
Tomat, kentang, jagung
Kapas
Kentang
Squash, Pepaya
Jagung, Padi, Kapas dan Canola
Kedelai, Canola, Kapas, Jagung,
Canola (high laurate oil), Kedelai (high
oleid acid oil), Padi (high beta-carotene)
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri
memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20% dari berat spora. Apabila
larva serangga memakan spora, maka di dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora
bakteri pecah dan mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat
pencernaan larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan tidak
dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian
diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk
kristal. Pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt
toksin (Winarno dan Agustina ,2007)
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama yang
menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin,
tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang
menonaktifkan ampisilin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi
insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama
tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat
direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman
transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya sinar ultraviolet
c. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik
yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat
protein) Johnson grass mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman
tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA dari
JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu
diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan menghasilkan tanaman transgenik yang
bebas dari serangan virus. Virus JGMV menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam
famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi
keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan
tidak panen sama sekali.
III. Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
Genetika
Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan keunggulannya dibandingkan
dengan tanaman biasa yang sejenis
a. Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3 juta ha
atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetika, dihasilkan
tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas
hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu
kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi
b. Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui teknologi
rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk
menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat
meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi
senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani
jagung transgenik secara nasional memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliun.
Keuntungan itu berasal dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga
penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung .
Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan produksi jagung
nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam
jangka panjang, penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh
industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan produksi
jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar. Pada
tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak langsung, penggunaan
tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah
mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen
yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen
dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi
para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan penggunaan
pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara efektif tanpa mematikan
tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di samping
dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini
lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan
beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga
dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika
Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas transgenik.
d. Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi belum matang. Hal ini
disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang. Dengan demikian, tomat memiliki umur
simpan yang pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami
hal tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini
disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang memperlambat
proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase
sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase
akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di
bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan
terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama
pemrosesan lebih sedikit.
e. Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika nebyetujui untuk mengomersialkan
kentang hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan
sebutan kentang New Leaf. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetic yang
memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle.
Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia
yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan hama, kentang
transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan
kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis serangga yang paling
destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi
tahunan kentang bila tidak ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis
sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui
kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam
jangkauan daya beli masyarakat.
IV. Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified
Organism)
WHO telah meramlakan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun 2020 sehingga
diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena kondisi tersebut, produksi
pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga kesinambungan manusia dengan bahan pangan
yang tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum
termanfaatkan karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah
tersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan memiliki peranan
yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam peningkatan produksi
pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh virus.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa genetika adalah
sebagai berikut :
1. Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang keras
seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang
ekstrim. Bila berhasil dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan
asam lemak linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu
dingin dan beku.
2. Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat mengganggu gulma, tetapi
tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat
mempertahankan kondisi bebas gulamnya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida
yang digunakan secara normal
3. Meningkatkan sifat-sifat fungsional yang dikehendaki, seperti mereduksi sifat atau daya
alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya
simpan yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA,
kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng
(deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak
yang lebih rendah.
4. Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan meningkatnya
kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat ini telah melanda banyak
negara di dunia terutama negara miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang
nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya,
dapat dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan senyatasenyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang memiliki
kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu menolong orang yang mengalami
defisiensi senyawa tersebut dan mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro kontra mengenai
penggunaan teknologi tersebut. Berikut ini hanya disebutkan berbagai pandangan yang setuju
terhadap tanaman transgenik karena mengacu pada judul yang disajikan.
1. Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman
konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca
sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat
dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta
memiliki produktivitas yang lebih tinggi.
2. Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat
tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas
lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama
dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat
Rate this:
Rate This