ABSTRAK
Novi Kurniawati (Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya) Sutrisno (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) Grahita
Chandrarin (Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka)
Novi Kurniawati: Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 04
November 1979. Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Terhadap Manajemen Laba
Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi. Ketua Pembimbing: Sutrisno, Komisi
Pembimbing: Grahita Chandrarin.
Penelitian ini menguji pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan terhadap
manajemen laba dengan kualitas audit sebagai variabel pemoderasi. Manajemen laba dalam
penelitian ini diukur dengan akrual diskresioner. Pengujian dilakukan pada 72 perusahaan
manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2009. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi moderasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Namun, penelitian ini tidak dapat memberikan
bukti bahwa kualitas audit bisa memoderasi hubungan antara tingkat pengungkapan laporan
keuangan dan manajemen laba. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Temuan penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan yang semakin
tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangannya akan semakin menekan terjadinya perilaku
oportunistik manajemen.
Kata Kunci: Tingkat pengungkapan laporan keuangan, manajemen laba, kualitas audit
ABSTRACT
Novi Kurniawati (Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya) Sutrisno (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) Grahita
Chandrarin (Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka)
Novi Kurniawati, Postgraduate Economics and Business Faculty of Brawijaya University,
November 4th, 1979. The Effect of Disclosure to Earnings Management by Audit Quality as
Moderating Variable. Supervisor: Sutrisno, co-supervisor: Grahita Chandrarin.
This research examines the effect of disclosure to earnings management by audit quality as
a moderating variable. Earnings management in this research were measured by discretionary
accruals. The examination was held in 72 manufacturing companies that go public in Indonesia
Stock Exchange during 2008-2009. Data analysis technique used in this research is moderated
regression analysis (MRA).
The results of this research indicate that disclosure negatively affect earnings management.
However, this research can not provide evidence that audit quality may moderate the relationship
between disclosure and earnings management. The size of the company as a control variable has
positive influence on earnings management. The research findings indicate that companies with
higher disclosure level will further suppress the occurrence of opportunistic behavior of
management.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh tingkat pengungkapan laporan
keuangan
terhadap
manajemen
laba.
Manajemen laba merupakan salah satu topik
yang sangat menarik perhatian peneliti. Deteksi
atas kemungkinan dilakukannya manajemen
laba dalam laporan keuangan diteliti melalui
penggunaan akrual. Peran akrual sebagai
ukuran ringkas kinerja perusahaan menjadi
pertanyaan penting dalam riset akuntansi. Laba
akrual dipandang sebagai ukuran kinerja
perusahaan yang lebih superior daripada aliran
kas karena akrual mengurangi masalah waktu
dan ketidakcocokan (mismatching) yang melekat
dalam pengukuran aliran kas (Dechow, 1994).
Walaupun demikian, karena adanya fleksibilitas
GAAP, akuntansi akrual menjadi subjek
kebijakan manajerial. Adanya ketidaksepakatan
(misalignment) antara manajer dan pemegang
saham
mendorong
manajer
untuk
menggunakan fleksibilitas yang diberikan oleh
GAAP untuk mengatur laba secara oportunistik
yang menyebabkan distorsi atas laba yang
dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1986: 165181).
Banyak
variabel
yang
dapat
mempengaruhi manajemen laba antara lain;
asimetri informasi (Richardson, 2000) yang
menunjukkan bahwa ketika asimetri informasi
tinggi, stakeholders tidak memiliki sumber daya
yang cukup, insentif, atau akses atas informasi
yang relevan untuk memonitor tindakan
manajer,
dimana
hal
ini
memberikan
kesempatan atas praktek manajemen laba.
Selain itu asimetri informasi juga merupakan
suatu kondisi yang diperlukan dalam
manajemen laba (Dye, 1988; Trueman dan
Titman, 1988); leverage (Lobo dan Zhou, 2001)
yang menunjukkan bahwa total utang
perusahaan (leverage ) yang diukur melalui debt
to equity ratio juga berpengaruh pada
manajemen laba; ukuran perusahaan (Lobo dan
Zhou, 2001; DeFond dan Park, 1997) yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi manajemen laba dimana
perusahaan
besar
memiliki
aktivitas
operasional yang lebih kompleks sehingga
pada tingkat pengungkapan laporan keuangan.
Hal ini dikarenakan laporan keuangan yang
merupakan bentuk pertangungjawaban pihak
manajemen adalah salah satu sumber informasi
tingkat
keuangan
2. Menguji pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan terhadap manajemen laba dengan
dimoderasi oleh kualitas audit.
1.4 Kontribusi Penelitian
1.4.1 Kontribusi Teoritis
1. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk riset yang
akan datang.
2. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
3. Bagi pengembangan ilmu akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya materi
pembelajaran terkait dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan, manajemen laba serta
kualitas audit.
1.4.2 Kontribusi Praktis
1
Bagi akademisi, sebagai materi proses pembelajaran dibidang akuntansi keuangan dan
pasar modal berkaitan dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan, manajemen laba dan
kualitas audit.
2
Bagi peneliti, sebagai salah satu acuan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
3
Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan
dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kualitas laba yang
dilaporkan dalam laporan keuangan.
4
Bagi pengelola pasar modal, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan tambahan dalam
pengambilan keputusan mengenai sejauh mana pengungkapan yang diharuskan bagi para emiten
dengan mempertimbangkan asas biaya dan manfaat yang ditimbulkan.
5. Bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen mengenai
pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengungkapan laporan keuangan.
1.4.3 Kontribusi Kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang bisa dijadikan sebagai masukan
bagi pembuat kebijakan atau regulasi (Bapepam dan IAI) untuk menilai apakah perlu menambah,
mengembangkan atau mengubah kebijakan tentang pengungkapan yang
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu
standard tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan
(Scott, 1997: 368).
Manajemen laba dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu good side earnings
management dan bad side earnings management. Berdasarkan sudut pandang good side earnings
management, manajemen laba dapat dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif kontraktual dan
perspektif pelaporan keuangan. Sementara bad side earnings management terjadi saat manajer
menggunakan GAAP untuk melakukan manajemen laba yang terlalu jauh dengan berperilaku
oportunistik terhadap kontrak yang ada, sehingga dapat merugikan perusahaan dalam jangka
panjang (Handajani et al., 2009). Peneliti dalam penelitian ini lebih memandang manajemen laba
dari sudut pandang bad side earning management. Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
dalam perusahaan bersamaan dengan asimetri informasi di dalam perusahaan semakin
memperluas kemungkinan tindakan oportunistik oleh manajer yang mempunyai tujuan berbeda
dengan stakeholders, dan setiap pihak ingin memaksimalkan kepentingannya sendiri. Manajemen
laba akan meningkatkan biaya agensi, karena manajer menjaga kepentingannya dengan
menerbitkan laporan keuangan yang tidak menunjukkan gambaran ekonomi perusahaan secara
akurat, sehingga shareholders atau stakeholders lainnya tidak dapat membuat keputusan investasi
yang optimal.
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer
sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham). Jensen dan Meckling (1976)
menggambarkan hubungan agensi dimana terdapat kontrak yang menjadi landasan satu pihak
(principal/pemilik) mempekerjakan pihak lain (agent) untuk mengelola perusahaan atas nama
perusahaan. Menurut Scott (2009: 7-8) terdapat dua jenis asimetri informasi, yaitu; adverse selection
dan moral hazard.
Penelitian ini memfokuskan pada akrual diskresioner karena akrual diskresioner
memungkinkan manajer memberikan informasi privat dan meningkatkan kemampuan laba untuk
mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Pada saat yang sama, akrual diskresioner sendiri
memungkinkan manajer untuk terlibat dalam pelaporan yang oportunistik untuk memaksimalkan
kemakmuran manajer sendiri. Auditor meningkatkan kredibilitas pelaporan akrual diskresioner
dengan meminimalkan noise dalam akrual diskresioner yang dilaporkan dan oleh karena itu
meningkatkan nilai informasi akrual diskresioner.
2.1.2 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Wolk et al., (2008: 281-282) mendefiniskan tingkat pengungkapan sebagai berikut Disclosure is
concerned with information in both the financial statements and supplementary communications including
footnote, poststatement events, managements discussion and analysis of operations for the forth coming year,
financial and operating forecasts, the summary of significant accounting policies and additional financial
statements covering segmental disclosure and extensions beyond historical costs. Atas dasar definisi
tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengungkapan laporan keuangan merupakan informasi
yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan
kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen tentang operasi yang akan datang,
peramalan keuangan dan operasi, serta laporan keuangan tambahan.
Jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar ada
dua, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh
peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam). Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen
perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang
relevan sebagai dasar untuk membuat keputusan oleh para pemakai laporan tahunan (Suripto dan
Baridwan, 1999). Melalui pengungkapan sukarela diharapkan para pemakai laporan akan semakin
lengkap informasinya dalam memahami kegiatan operasional perusahaan publik, serta dengan
adanya pengungkapan sukarela semakin menunjukkan ketransparan keadaan perusahaan
(Prayogi, 2003).
mereka mempunyai reputasi yang lebih baik. KAP yang lebih besar mempunyai sumber daya
manusia lebih banyak, dan mereka bisa memperoleh karyawan yang lebih terampil. Auditor Big 5
seringkali dihubungkan dengan audit berkualitas tinggi daripada auditor non Big 5.
Auditing merupakan bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan untuk menurunkan
biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bondholder) dan pemegang
saham (Jensen dan Meckling, 1976; Watts dan Zimmerman, 1986: 312). Nilai auditing timbul karena
auditing menurunkan pelaporan yang salah (misreporting) atas informasi akuntansi. Proksi yang
paling sering digunakan untuk kualitas audit adalah variabel dummy untuk anggota KAP Big 5 dan
non Big 5, beberapa penelitian telah mendukung surogasi ini (Palmrose, 1988; Francis dan Wilson,
1988; DeFond, 1992; DeFond dan Jiambalvo, 1991, 1993; Davidson dan Neu, 1993).
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata
tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada umumnya perusahaan besar memiliki total aktiva yang
besar pula sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi (Wijaya, 2009).
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif antara ukuran
perusahaan dengan manajemen laba (Lobo dan Zhou, 2001; DeFond dan Park, 1997) dimana
perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan
dilakukannya manajemen laba. Field et al., (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan dan
leverage secara signifikan mempengaruhi perubahan metode akuntansi. Dengan kata lain ukuran
perusahaan dan leverage mempengaruhi perilaku manajemen laba.
Auditing mengurangi asimetri informasi yang ada antara manajemen dan stakeholders
perusahaan dengan memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas
laporan keuangan. Efektifitas auditing dan kemampuannya untuk mencegah manajemen laba
diharapkan akan bervariasi dengan kualitas auditor.
Kualitas audit biasanya dikaitkan dengan ukuran auditor yaitu Big dan non Big. Auditor
Big dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non Big. Auditor
yang diklasifikasikan sebagai Big juga dianggap akan lebih mampu membatasi praktek manajemen
laba dibandingkan dengan auditor non Big. Hal ini dibuktikan oleh penelitiannya DeAngelo (1981)
yang menganalisis hubungan antara kualitas audit dan ukuran auditor. Hasil penelitian
menyatakan bahwa auditor besar (Bigaudit) lebih berkualitas dibanding dengan auditor ukuran
kecil (non-Big audit). Kecakapan profesional auditor ukuran besar lebih memiliki kemampuan
teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya dibandingkan dengan
auditor ukuran kecil.
Beberapa penelitian dilakukan untuk menguji apakah ada pengaruh antara kualitas
auditor dengan luas pengungkapan yaitu antara lain; Lee et al., (1999) dan Hughes (1986) yang
menemukan bahwa semakin tinggi kualitas auditor maka akan meningkatkan tingkat
pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Subroto (2003)
dan Benardi (2009) yang menyatakan bahwa ukuran KAP (auditor) berpengaruh positif terhadap
variasi luas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Becker et al., (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen
laba. Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangkan praktik manajemen laba serta
membantu untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan.
Penelitian yang menguji hubungan kualitas audit dengan manajemen laba banyak dilakukan,
antara lain; Krishnan (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stock return dan
discretionary accrual yang lebih besar untuk perusahaan yang diaudit Big 6 dari perusahaan yang
diaudit non Big 6. Ebrahim (2001) menyatakan bahwa kualitas audit mempunyai hubungan negatif
dengan manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Meutia (2004) yang menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif antara kualitas audit dengan absolute discretionary accrual, dimana KAP
Big 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba di dalam suatu perusahaan.
Pembahasan ini menghasilkan hipotesis kedua yaitu: H 2: Semakin tinggi tingkat
pengungkapan laporan
keuangan akan semakin
menurunkan manajemen laba,
khususnya jika diaudit oleh
auditor yang memiliki kualitas
yang tinggi.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian penjelasan (explanatory). Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan
penelitian dengan penekanan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian secara angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan
Supomo, 2002: 12).
3.2
laba lebih baik dibandingkan dengan modelmodel lainnya sejalan dengan hasil penelitian
Dechow et al., (1995). Model perhitungan
sebagai berikut: TACCit = EBXTit
OCFit ...............(1) TACCit/Ai,t-1 = 1(1/A i,t1)+2((REVit-RECit)/A i,t-1)+3(PPEit/ A i,t-1) +
it............(2)
Berdasarkan persamaan regresi
(2) di atas, NDACC dapat dihitung dengan
memasukkan kembali koefisienkoefisien hasil
regres ke dalam persamaan (3). NDACCit =
1(1/A i,t-1)+2 ((REVitRECit)/A i,t-1)+3
(PPEit/ A i,t-1) ..............(3) DACCit = (TACCit/Ai,t-1)
NDACCit.(4) Keterangan :
OCFit
:Operating
Cash
Flow
perusahaan i pada periode t
NDACCit :Nondiscretionary accruals
perusahaan i pada periode t
DACCit
:Discretionary
accruals
perusahaan i pada periode t
A i,t-1 : Total assets perusahaan i pada
periode t-1
REVit : Revenue perusahaan i pada
periode t
kemudian
berubah
menjadi
Big
dan
: Error term
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif
memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan
untuk menguji apakah persamaan regresi yang
telah ditentukan merupakan persamaan yang
dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias.
Uji asumsi klasik ini terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan dengan tujuan
untuk mengetahui bahwa penaksir yang
digunakan dalam model analisis tidak bias dan
konsisten dimana dengan meningkatnya
ukuran sampel secara tidak terbatas, penaksir
mengarah ke (converage) nilai populasi yang
sebenarnya. Model regresi yang baik adalah
distribusi datanya normal atau mendekati
normal. Uji normalitas data menggunakan
analisis grafik dan uji statistik Kolmogorov
Smirnov.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas
adalah
suatu .......................................... (5)
kondisi yang menunjukkan satu atau lebih
variabel independen terdapat korelasi dengan
variabel independen lainnya. Dengan demikian
dalam multikolinearitas terdapat korelasi yang
sempurna atau pasti diantara beberapa variabel
independen di dalam model regresi. Adanya
multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance
value atau nilai variance, Variance Inflation Factor
(VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan
batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance
dibawah 0,01 atau nilai VIF diatas 10 maka
terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi Uji autokoreIasi bertujuan
menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antar kesalahan penganggu
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu
varian pengganggu yang tidak mempunyai
varian yang sama untuk setiap observasi,
sehingga mengakibatkan penaksiran regresi
yang tidak efisien. Salah satu cara untuk
menguji adanya heteroskedatesitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik plot Scatterplot antara
variabel terikat dengan residualnya. Apabila
pola pada grafik yang ditunjukkan dengan
titik-titik membentuk suatu pola tertentu maka
telah terjadi heteroskedatesitas dan sebaliknya
apabila titik-titik grafik tidak membentuk suatu
pola
tertentu
maka
tidak
terjadi
heteroskedatisitas.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menafsir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fit. Secara statistik, goodness of fit
setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t
(Ghozali, 2002: 83).
1. Koefisien Determinasi (R )
Koefisien determinasi (R ) bertujuan
mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi antara satu dan nol.
2. Uji Keberartian Model (Uji statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan
dalam
model
mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk
menguji apakah semua parameter dalam
model merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen digunakan
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).
H0 : 1 = 2 = = k = 0 (artinya semua
variabel independen bukan merupakan
penjelas terhadap variabel dependen).
Ha : 1 2 k 0 (artinya semua
variabel independen merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel
dependen).
Kriteria pengambilan keputusan dilakukan
dengan membandingkan nilai statistik F
dengan tingkat signifikansi p (nilai p), dengan
tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar
5%. Jika nilai statistik F mempunyai nilai
probabilitas
(p) lebih kecil dari tingkat signifikansi = 5%,
maka H0 ditolak dan Ha diterima; dalam hal ini
menyatakan bahwa semua variabel
independen merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2
Sumber: Lampiran 3
Tabel 4.1b Gambar 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif P-P Plot Untuk Memeriksa Variabel Kategori
Frekue Persenta Distribusi Normal Data Residual nsi se Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Kualitas Non Big 4 82
56,9 Audit Big 4 62 43,1 Dependent Variable: ML (AUDIT) Sumber: Lampiran 3
1.0
Sumber: Lampiran 4
Dependent Variable: ML
Regression Standardized Residual
3
-1
-2
-3
-3-2-101 2
4.4
Berdasarkan
grafik
scatterplot
gambar 4.5 nampak bahwa titik-titik
tersebar di atas dan di bawah nol pada
sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
masalah
heteroskedastisitas pada model.
Uji Ketepatan Model dan Koefisien
Determinasi
Regression
Standardized Predicted Value
penelitian
ini
mendukung
keuangan
itu
berpengaruh
negatif
pengungkapan
laporan
keuangan
mengindikasikan
betapa
pentingnya
pengungkapan yang mendekati full disclosure
yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang
membutuhkan informasi perusahaan untuk
mencegah terjadinya asimetri informasi yang
kemudian
akan
memancing
terjadinya
manajemen laba.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa
keterlibatan profesi akuntan juga mempunyai
peran yang penting. Kualitas audit yang
biasanya diklasifikasikan terhadap Big 4 dan
non Big 4 merupakan satu ukuran yang cukup
penting dalam menilai validitas informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
Implikasi lain dari penelitian ini bagi pengatur
ataupun pembuat standar akuntansi adalah
semakin minimum pengungkapan yang
diwajibkan
untuk
perusahaan
dapat
memainkan
peran
yang
penting
atas
kemampuan perusahaan untuk melakukan
manajemen laba. Oleh karena itu, hasil
penelitian ini mendukung upaya Bapepam
untuk
memberikan
prasyarat
tingkat
pengungkapan yang lebih ketat pada
perusahaan yang menjual sahamnya di bursa.
Bapepam memberikan prasyaratan yang lebih
banyak bagi perusahaan yang ingin menjual
sahamnya di bursa saham. Semakin lengkap
dan luas tingkat pengungkapan akan
memberikan efek berkurangnya fleksibilitas
manajer untuk melakukan manajemen laba.
Selain itu dengan membatasi diskresi pada
standar
akuntansi
keuangan
akan
meningkatkan tingkat keinformatifan dari laba,
karena hal ini dapat membatasi manajemen laba
sehingga
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh
tingkat pengungkapan laporan keuangan
terhadap manajemen laba dengan kualitas
audit sebagai variabel pemoderasi. Studi ini
dilakukan pada perusahaan-perusahaan
Manufaktur yang go public di Indonesia selama
periode 2008-2009. Berdasarkan analisis dan
pembahasan
hasil
penelitian
diperoleh
kesimpulan bahwa tingkat pengungkapan
laporan
keuangan
berpengaruh
negatif
terhadap manajemen laba. Semakin tinggi
tingkat pengungkapan laporan keuangan maka
semakin menekan tindakan manajemen laba.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lobo dan Zhou (2001),
Hasil
lain
dari
penelitian
ini
mengungkapkan bahwa interaksi antara tingkat
pengungkapan laporan keuangan dengan
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti kualitas audit
tidak dapat berfungsi sebagai variabel yang
memoderasi pengaruh tingkat pengungkapan
laporan keuangan terhadap manajemen laba.
Walaupun secara parsial kualitas audit itu
berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini disebabkan antara lain
karena pengauditan itu sendiri memang tidak
ditujukan untuk mendeteksi manajemen laba
akan tetapi untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan. Rendahnya tuntutan litigasi
yang dihadapi oleh KAP membuat pengawasan
yang dilakukan oleh KAP menjadi semakin
tidak maksimal. Selain itu, faktor lain yang juga
cukup berperan adalah adanya hubungan saling
ketergantungan antara manajemen dan KAP
sehingga kondisi ini membuat pengawasan
yang dilakukan auditor terhadap perusahaan
(manajemen) menjadi tidak maksimal.
Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol
dalam penelitian ini juga berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Penelitian ini
mendukung hasil penelitian Moses (1987),
Michelson et al., (1995), Lobo dan Zhou (2001)
serta Defond dan Park (1997), yang menemukan
bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki
insentif yang lebih besar untuk merubah
pendapatan dibandingkan dengan perusahaanperusahaan kecil, dimana perusahaan besar
memiliki aktivitas operasional yang lebih
kompleks
sehingga
memungkinkan
dilakukannya manajemen laba.
5.2 Saran-saran
1. Pemerintah melalui Bapepam dapat
memperketat peraturan mengenai standar
minimum yang harus diungkapkan oleh
pihak perusahaan untuk meningkatkan
kebermanfaatan informasi sehingga dapat
mencegah perilaku yang dapat merugikan
perusahaan dan pihak lain dalam jangka
panjang.
2. Perusahaan lebih meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas melalui
pengungkapan laporan keuangan yang
semakin tinggi sehingga diharapkan dapat
mencegah perilaku oportunistik yang
dilakukan oleh manajer serta meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
3. Kantor akuntan publik dapat
meningkatkan kualitas auditornya untuk
menjadi auditor yang independen dan
1
Sampel yang diambil dalam penelitian
ini hanya pada perusahaan industri
Manufaktur, sehingga hasil penelitian ini hanya
dapat untuk generalisasi perusahaan pada
sektor Manufaktur saja tidak bisa digeneralisasi
untuk semua perusahaan yang listing di BEI, hal
ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik
pelaporan keuangan antara perusahaan sektor
Manufaktur dan non Manufaktur khususnya
perusahaan sektor finansial.
2
Penelitian ini hanya mengukur kualitas
audit dengan proksi ukuran KAP saja tidak
menggunakan ukuran yang lain.
3
Penelitian ini hanya menggunakan
Jones modified model untuk menghitung akrual
diskresioner sebagai proksi dari manajemen
laba.
4
Skor indeks pengungkapan dinilai oleh
peneliti berdasarkan interpretasi terhadap
informasi laporan tahunan perusahaan sampel,
sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan
penilaian antar perusahaan karena penafsiran
peneliti yang subyektif.
5
Implikasi Untuk Penelitian
Selanjutnya
Keterbatasan dalam penelitian ini dapat
memberi arah bagi pengembangan penelitian
selanjutnya.
1
Penelitian selanjutnya disarankan
22
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure
in The Annual Reports of Japanese Listed Corporations. Accounting and Business Research,
22 (87): 229-237.
Chow, C. W dan A. Wong-Boren. 1987. Voluntary Financial Disclosure by Mexican
Corporation. The Accounting Review, (July): 533
540.
Creswell, A. T., J. R. Francis dan S. L. Taylor. 1995. Auditor Brand Name Reputations and
Industry Specialization. Journal of Accounting and Economic, 20: 297-322.
Davidson, R. A dan D. Neu. 1993. A Note on the Association Between Audit Firm Size and
Audit Quality. Contemporary Accounting Research, 9 (Spring): 479-488.
DeAngelo, L. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics, 3
(3):183-199.
Dechow, P. M., R .G. Sloan dan A. P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The
Accounting Review, 70: 193-225.
. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance: The Role of
Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics, 18: 3-42.
DeFond, M dan C. Park. 1997. Smoothing income in Anticipation of Future Earnings.
Francis, J dan E. Wilson. 1988. Auditor Changes: A Joint Test of Theories Relating to Agency Costs
and Auditor Differentiation. The Accounting Review, 63 (October): 663-682.
Ghozali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Glosten, L dan P. Milgrom. 1985. Bid, Ask and Transaction Prices in a Specialist Market with
Heteogeneouly Informed Traders. Journal of Financial Economics, 26 (March): 71-100.
Gumanti, T. A. 2001. Earning Management dalam Penawaran Saham Perdana di BEJ. Jakarta. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, 4 (2): 165-183.
Halim, J., C. Meiden dan R. L. Tobing.
Manufaktur yang Termasuk dalam LQ-45. Solo: Simposium Nasional Akuntansi VIII: 117-135.
Handajani, L., Sutrisno dan G. Chandrarin. 2009. The Effect of Earnings Management and
Corporate Governance Mechanism to Corporate Social Responsibility Disclosure: An
Empirical Study at Public Companies in Indonesia Stock
Exchange. The Indonesian Journal of Accounting Research, 12 (3): 233-248.
Healy, P. M dan K. G. Palepu. 2000. A Review of The Empirical Disclosure Literature.
Working Paper. Prepared for The 2000 JAE Conference.
dan J. Wahlen. 1999. A Review of The Earnings Management Literature and Its
Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, 13 (4): 365-383.
. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and
Economics, 7: 85-107.
Hughes, P. 1986. Signaling by Direct Disclosure Under Asymmetric Information. Journal of
Accounting and Economics, 8: 119
142.
Imhoff, E dan J. Thomas. 1994. Accounting Quality, In Asset Valuation. The Center for
Economic and Management Research. The University of Oklahoma: 25-53.
Indriantoro, N dan B. Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Isnugrahadi, I. 2009. Pengaruh Kecakapan Managerial Terhadap Managemen Laba Dengan
Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Unpublished Tesis S2, Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
Jensen, M dan W. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 305-360.
Kinney, W dan R. Martin. 1994. Does Auditing Reduce Bias in Financial Reporting? A Review of
Audit-Related Adjustment studies. Auditing: A Journal of Practise and Theory, 13: 149-156.
Krishnan, G. 2002. Audit Quality and The Pricing of Discretionary Accruals. Auditing: A Journal of
Practice and Theory, 22 (1): 109126
Koeswantoyo. 2009. Analisis Variabel-Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada
Perusahaan Consumer Goods Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia). Unpublished Tesis S2,
Malang: Universitas Brawijaya.
Lang, M. H dan R. J. Lundholm. 1996. Corporate Disclosure Policy and Analyst Behavior. The
Accounting Review, 71 (4): 467
492.
Lee, B. B dan B. Choi. 2002. Company Size, Auditor Type and Earnings Management. Journal of
Forensic Accounting, 3: 27-50.
Lee, P., D. Stokes dan T. Walter. 1999. The Association between Audit Quality, Accounting
Disclosures and Firm-Specific Risk: Evidence from The Australian IPO Market. Social
Science Research Network Electronic Paper Collection.
Lobo, G. J dan J. Zhou. 2001. Disclosure Quality And Earnings Management. Social Science
Research Network Electronic Paper Collection.
Mardiyah, A. A. 2002. Pengaruh Informasi Asimetri dan Disclosure terhadap Cost of
Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 5 (2): 229-256.
572.
Meek, G. K., B. R. Clare dan S. J. Gray. 1995. Factors Influencing Voluntary Annual Report
Disclosures by U.S., U.K., and Continental European Multinational Corporisons. Journal of
International Business Studies, 26 (Third Quater): 555
Meutia, I. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP
Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 7 (3): 333-350.
Michelson, S. E., J. J. Wagner dan C. W. Wootton. 1995. A Market Based Analysis of Income
Smoothing. Journal of Business Finance and Accounting, 22 (8): 1179-1193.
Moses, D. O. 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Using Accounting
Changes. The Accounting Review, 72 (2): 259
377.
Mpaata, K. A dan A. Sartono. 1997. Factor Determining Price-Earning (P/E) Ratio. Kelola,
15 (6): 133-150.
Naim, A dan F. Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, 15 (1).
Palmrose, Z. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service Quality. The Accounting
Review, 63: 55-73.
Piot, C dan R. Janin. 2005. Audit Quality and Earnings Management in France. Social Science
Research Network Electronic Paper Collection.
Prayogi. 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela laporan
Keuangan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Unpublished Tesis S2,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Richardson, V. J. 2000. Information Asymmetry And Earnings Management: Some Evidence.
Review of Quantitative Finance and Accounting, 5 (4): 325-347.
Sanjaya, I. P. S. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, 11 (1): 97-116.
Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Theory 5 edition. Canada: Pearson Prentice Hall.
th
26
.. .. .. ....
...... ..