Oleh :
Chantika Bunga Nugraha
G99151013
Pertiwi Rahmadhany
G99151015
Medita Prasetyo
G99151017
Pembimbing:
dr. Rivan Danuadji, Sp.S, M.Kes
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. T
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
No. RM
: 01324147
Tanggal Masuk
: 23 Desember 2015
Tanggal Periksa
: 30 Desember 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kesemutan di kedua kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSDM dengan keluhan kesemutan sejak 6
bulan yang lalu, berawal dari kaki kanan. Dua minggu kemudian menjalar
ke kaki kiri dirasakan hingga ke dada. Pasien juga mengeluhkan kedua
kakinya terasa berat. Pasien mengaku sebelum muncul kesemutan pasien
demam selama 1 minggu. BAB dan BAK dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat jatuh
Riwayat stroke
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
2
: disangkal
Riwayat demam
Riwayat mondok
selama
minggu
di
RS
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat minum alkohol
: disangkal
Riwayat merokok
: disangkal
Riwayat olahraga
: jarang
6. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari tiga kali dengan porsi sedang. Konsumsi buah jarang.
Gizi pasien kesan cukup.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal di rumah ibunya bersama istri, kedua anak, satu menantu,
satu cucu, dan ibunya. Pasien bekerja sebagai petani. Pasien menggunakan
fasilitas kesehatan dari BPJS.
8. Anamnesis Sistem
a. Sistem saraf pusat
b. Sistem Indera
3
1) Mata:
berkunang-kunang (-), pandangan dobel (-), penglihatan kabur (-),
pandangan berputar (-)
2) Hidung:
mimisan (-), pilek (-)
3) Telinga:
pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-), darah
(-), nyeri (-)
c. Mulut:
sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), gigi tanggal (-), gigi
goyang (-), bicara pelo (-)
d. Tenggorokan:
nyeri saat menelan (-), suara serak (-), gatal (-), batuk / tersedak saat
makan (-)
e. Sistem respirasi:
sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi (-), tidur mendengkur
(-)
f. Sistem kardiovaskuler:
sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
g. Sistem gastrointestinal:
mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), susah BAB (-), perut sebah (-),
ampeg (-), kembung (-), nafsu makan berkurang (-), ampeg(-)
h. Sistem muskuloskeletal:
nyeri (-), nyeri sendi (-), kaku (-)
i. Sistem genitourinaria:
mengompol (-),tidak bisa kencing (+)
j. Extremitas superior:
luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan(-/-), bengkak
(-), kelemahan (-/-), sakit sendi (-), panas (-) berkeringat (-)
k. Extremitas inferior:
luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-), kesemutan (-/-), sakit
sendi lutut (-/-), kelemahan (-/-)
l. Sistem neurobehaviour:
kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
m. Sistem integumentum:
kulit coklat sawo, pucat (-), kering (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan umum
Pasien dalam keadaan sakit sedang, compos mentis, gizi kesan
cukup.
b. Vital Sign
TD
: 140/90 mmHg
Nadi
: 75 kali/menit
RR
: 15 kali/menit
Suhu
: 36,5 C
VAS
:6
2. Status Neurologis
a.
Kesadaran
: GCS E4V5M6
b.
Fungsi luhur
: dbn
c.
Meningeal sign
1) Kaku kuduk
: (-)
2) Tanda Brudzinski I
: (-)
3) Tanda Brudzinski II
: (-)
: (-)
5) Tanda Brudzinski IV
: (-)
6) Tanda Kernig
: (-)
d.
Nn. craniales
1) N. II, III
: pupil isokhor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+),
2) N. III, IV, V: gerak bola mata normal
3) N.VII, XII : dbn
e.
Fungsi motorik
Kekuatan
Tonus
R. Fisiologis
R. Patologis
+5
+5
+2
+2
+4
+4
+4
+4
f.
Fungsi otonom
: dbn
g.
Fungsi sensorik
h.
Fungsi koordinasi
: dbn/sde
i.
: dbn
D. ASSESMENT
K : parestesia inferior, paraparesis inferior UMN, hipoestesi setinggi Vth 9-10.
T : intradural-ekstramedular (IDEM)
E : suspek tumor medula spinalis (IDEM) dd HNP
E. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
F. PLANNING
1. Rawat inap di bangsal
2. Foto rontgen thorax, thorakolumbal AP/Lat/Obliq
3. MRI kontras thorakolumbal
4. Cek lab lengkap
5. Konsultasi Rehab Medik
G. EVALUASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah (26 Desember 2015)
Pemeriksaan
Hematologi Rutin.
Hasil
Satuan
Rujukan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hemostasis
PT
APTT
INR
Kimia Klinik
Gula Darah Puasa
Kreatinin
Ureum
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chloride
13.0
37
4.2
251
4.14
g/dL
103/mL
103/mL
106/mL
13.5 17.5
33 45
4.5 - 11.0
150 450
4.50 5.90
13.7
34.2
1.110
Detik
Detik
-
10.0 - 15.0
20.0 - 40.0
-
90
0.8
21
mg/dL
mg/dL
mg/dL
70-110
0.9 -1.3
< 50
136
3.8
107
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.3-5.1
98- 106
Kesan:
1. Stenosis parsial aliran liquor cerebrospinalis setinggi VL 4-5
2. Spondylosis toracholumbalis dengan degenerative disc disease
terdiri dari:
a. Bonemarrow changing VTh 7, 10, 12, VL 1, 2, 5 sesuai modic
type II dan VL 1, 2 sesuai modic type I
:dubia ad bonam
Ad sanatioam
:dubia ad bonam
Ad fungsionam
:dubia ad bonam
10
J. PROGRESS REPORT
Tanggal
Subjective
24 12 2015 (DPH 1)
Kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 140/90 mmHg
Nadi: 73 kali/menit
Respirasi: 18 kali/menit, regular
Suhu: 36,20C (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Objective
RF +2
+2
RP -
+4
+4
T : IDEM
E : suspek tumor medula spinalis (IDEM) dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
Planning
Tanggal
11
Subjective
Kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 140/90 mmHg
Nadi: 73 kali/menit
Respirasi: 18 kali/menit, regular
Suhu: 36,20C (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Objective
RF +2
+2
RP -
+3
+3
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
Planning
Tanggal
Subjective
Objective
RF +2
+2
RP -
+3
+3
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
Planning
Tanggal
Subjective
Objective
5. Amitriptilin 1 x 25 mg
27 12 2015
kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 150/90 mmHg
Nadi: 80 kali/menit
Respirasi: 20 kali/menit, regular
Suhu: 36,50C (per axilla)
13
RF +2
+2
RP -
+3
+3
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
Planning
Tanggal
Subjective
Objective
5. Amitriptilin 1 x 25 mg
28 12 2015
kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 140/90 mmHg
Nadi: 86 kali/menit
Respirasi: 20 kali/menit, regular
Suhu: 36,30C (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:-
14
Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
N.III, IV, VI gerak bola mata dbn
N.VII, XII dbn
Motorik:
K
RF +2
+2
RP -
+3
+3
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
2. Inj Vit B12 500 mg/12 jam
3. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
Planning
4. Paracetamol 2 x 1000 mg
5. Amitriptilin 1 x 25 mg
Plan:
MRI Thoracolumbal dengan kontras tanggal 31 Desember
Tanggal
Subjective
Objective
2015
29 12 2015
kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 140/90 mmHg
Nadi: 84 kali/menit
Respirasi: 19 kali/menit, regular
Suhu: 36,3oC (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
15
RF
+2
+2
+3
+3
RP
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
2. Inj Vit B12 500 mg/12 jam
3. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
Planning
4. Paracetamol 2 x 1000 mg
5. Amitriptilin 1 x 25 mg
Plan:
MRI Thoracolumbal dengan kontras tanggal 31 Desember
Tanggal
Subjective
Objective
2015
30 12 2015
kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 130/80 mmHg
Nadi: 64 kali/menit
Respirasi: 12 kali/menit, regular
Suhu: 36,3oC (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
N.III, IV, VI gerak bola mata dbn
N.VII, XII dbn
Motorik:
K
16
RF
+2
+2
+3
+3
RP
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
2. Inj Vit B12 500 mg/12 jam
3. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
Planning
4. Paracetamol 2 x 1000 mg
5. Amitriptilin 1 x 25 mg
Plan:
MRI Thoracolumbal dengan kontras tanggal 31 Desember
Tanggal
Subjective
Objective
2015
31 12 2015
Kesemutan (+)
GCS E4V5M6
Tensi: 150/90 mmHg
Nadi: 78 kali/menit
Respirasi: 20 kali/menit, regular
Suhu: 37,2oC (per axilla)
Fungsi luhur: dbn
Meningeal sign:Nn. craniales:
N.II, III pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
N.III, IV, VI gerak bola mata dbn
N.VII, XII dbn
Motorik:
K
RF
+2
+2
+3
+3
T
RP
17
Koordinasi: sde
K : parestesia inferior, paraparesis inferior UMN, hipoestesi
Assessmen
T: myelum Th 4-5
E: susp. tumor medula spinalis dd HNP
Terapi:
1. Inf Nacl 0.9% 20 tpm
2. Inj Vit B12 500 mg/12 jam
Planning
Tanggal
Subjective
Objective
+2
+2
+3
+3
T
RP
T: myelum Th 4-5
E: HNP
Terapi:
Planning
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
1. Vertebra
Tulang punggung manusia terdiri dari beberapa segmen yang
disebut columna vertebralis. Vertebra terdiri dari 33 tulang yang
dibagi menjadi 7 tulang cervical, 12 tulang thorax, 5 tulang lumbal, 5
tulang bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk
tulang ekor (coccyx) (Martini, 2009).
Setiap ruas dari vertebra memiliki beberapa struktur yang dapat
diidentifikasi
dari
superior
yaitu
corpus
vertebra,
processus
median
yaitu
ligamentum
longitudinalis
anterior,
19
corpus
vertebra
dan
periosteumnya,
articulatio
20
2. Medulla Spinalis
Medula spinalis bentuknya mirip dengan bagian ujung lembing
atau tombak dan mempunyai diameter antero-posterior lebih kecil
daripada diameter lateral sehingga bentuknya agak pipih. Pada
beberapa tempat organ ini tampak melebar karena adanya konsentrasi
sel saraf yang lebih banyak di tempat itu dan ujungnya lancip
membentuk conus medullaris. Pelebaran tersebut ditemukan pada
daerah segmenta cervicalia (intumescentia cervicalis) dan daerah
segmenta lumbalia (intumescentia lumbosacralis) karena di kedua
daerah itu berturut-turut berlokasi badan sel motoris yang mengurus
membrum superius (plexus brachialis) dan mebrum inferius (plexus
lumbosacralis). Bagian depan dan belakang pada garis tengah tampak
adanya lekukan yang dinamakan fissure mediana anterior dan sulcus
mediana posterior. Bantuk fissure mediana anterior yang dalam tidak
sama dengan sulcus medianus posterior yang dangkal. Di kiri kanan
sulcus medianus posterior terlihat sulcus intermedius posterior dan di
lateralnya lagi dapat dijumpai sulcus posterolateralis tempat masuknya
serabut saraf sensoris ke dalam medulla spinalis. Tempat keluar
serabut efferent motoris dinamakan sulcus anterolateralis. (Wibowo,
2008).
B.
21
Tumor ekstraduler
: neurofibroma, meningioma
22
suhu sisi
kontralateral
- Gangguan
propioseptif sisi
kolateral
- Timbul dini
- Tanda yang penting
- Timbul dini
- Jelas
- Tidak jelas
- Sifat segmental
Sering dan umum
Tidak jelas
Jelas
8
9
Terjadi dini
Jarang
Terjadi akhir
Sering
10
fasikulasi
Blok LCS dan
- Lambat
- Sedikit diatas stadium
- Jelas
- Meningkat stadium
Nyeri radikuler
Tanda UMN
Tanda LMN
5
6
7
peningkatan protein
dini
dini
Etiologi
Penyebab tumor medula spinalis sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih
dalam tahap penelitian adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia
yang bersifat karsinogenik (Ginsberg dan Lionel, 2008). Adapun tumor
sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari
23
bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut (Malhotra, et al., 2010).
Faktor Resiko
Faktor risiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok ras, insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat
pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (okrionitil, tinta, pelarut, minyak
pelumas). Namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik
berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit
neurofibomatosis (Ginsberg dan Lionel, 2008).
Patogenesis
Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi
kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut.
Riwayat genetik kemungkinan besar sangat berperan dalam peningkatan
insiden
pada
anggota
keluarga
(syndromic
group)
misal
pada
24
tumor
yang
terletak
intradural-ekstramedular, sedang
tumor
25
awalnya
dapat
berupa
kelemahan
otot,
spastisitas,
dan
ketidakmampuan untuk menahan kencing atau buang air besar. Jika tidak
diterapi gejala dapat memburuk termasuk diantaranya atrofi otot dan
kelumpuhan. Bahkan, pada beberapa orang dapat berkembang menjadi
ataksia.
Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak
tumor di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada
bagian tubuh yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor.
Contohnya, pada tumor di tengah medula spinalis (pada segmen thorakal)
dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke dada depan (girdleshape
pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor
yang tumbuh pada segmen cervical dapat menyebabkan nyeri yang dapat
dirasakan hingga ke lengan, sedangkan tumor yang tumbuh pada segmen
lumbosacral dapat memicu terjadinya nyeri punggung atau nyeri pada tungkai
(NINDS, 2005)
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang
terihat dalam Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis
Lokasi
Foramen
Magnum
26
kelemahan ekstremitas.
Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular
yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal,
diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat
kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang
lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks
tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu
jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada
lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk
Torakal
Ekuina
khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai
dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
Pemeriksaan Penunjang
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor
medula spinalis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang
seperti di bawah ini.
1.
Laboratorium
Cairan spinal dapat menunjukkan peningkatan protein dan
xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam
mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor
medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah
menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang
komplit.
2.
polos
seluruh
tulang
belakang
67-85%
abnormal.
CT-scan
28
MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan
yang mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan
gambar tumor yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas
dibandingkan dengan CT-scan.
Diagnosis Banding
1. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
2. Lumbar (Intervertebral) Disk Disorders
3. Mechanical Back Pain
4. Brown-Sequard Syndrome
5. Infeksi Medula Spinalis
6. Cauda Equina Syndrome
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor medulla spinalis dapat dilakukan dengan terapi
medikamentosa, radioterapi, dan pembedahan (Malhotra, 2010). Pada tumor
ekstramedular dapat diberikan: (1) analgetik; (2) kortikosteroid; (3) terapi
radiasi; (4) kemoterapi; dan (5) terapi hormonal, sedangkan pada tumor
intramedular dapat dilakukan: (1) pembedahan; (2) pengangkatan tumor
intramedular terutama pada ependimoma dan hemangioblastoma (Price dan
Wilson, 2006).
1.
Medikamentosa
29
Radioterapi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular
yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54
Gy.
Pembedahan
Pembedahan merupakan sebagian besar penatalaksanaan tumor
medulla
spinalis
intramedular
maupun
ekstramedular.
Tujuan
Indikasi pembedahan:
30
C.
Kehilangan
protein
dalam
polisakarida
dalam
diskus
31
tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan
aktivitas, olahraga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang
lama, merokok, berat badan berlebih, batuk lama dan berulang (Martini,
2009).
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat
menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh
karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Columna
vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang
dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae
dikelompokkan sebagai berikut : cervicales (7); thoracicae (12); lumbales
(5); sacroles (5, menyatu membentuk sacrum); coccygeae (4, 3 yang
bawah biasanya menyatu) (Martini, 2009).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh
ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri
dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus
fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis
anterior
32
Patogenesis
Herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai
Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah
penyebab tersering nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang.
Penonjolan, ruptur dan pergeseran adalah istilah yang digunakan pada
nucleus yang terdorong keluar diskus. Apabila nucleus mendapat tekanan,
sedangkan nucleus berada diantara dua end plate darikorpus vertebra yang
berahadapan dan dikelilingi oleh annulus fibrosus maka tekanantersebut
menyebabkan nucleus terdesak keluar, yang disebut Hernia Nucleus
Pulposus. Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering
Trauma
Perubahan degeneratif
terjadi pada satu sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral
(proses penuaan)
tetapi lebih berat ke satusisi. Penyebabnya sering oleh karena trauma
fleksi, dan terutama trauma berulangdapat mengenai ligamentum
Kompresi
longitudinal
posterior dan annulus fibrosus yang telahmengalami
proses
protein polisakarida
berat
dalam diskus
degenarasi.
Sciatica, yang ditandai dengan nyeri yang menjalar ke arah
kaki sesuai dengan distribusi dermatom saraf yang terkena, adalah gejala
yang pada umumnya terjadi dan ditemukan pada Nukleus
40% daripulposus
pasien dengan
kadar cairan
tertekan
HNP (Merdjono, 2009; PPBNI, 2009).
Dehidrasi dan kolaps
Mencari jalan
keluar
Menyebar ke annulus fibrosus
Pertahanan diskus
Nukleus pulposus
mendorong ligamentum
longitudinalis (protusi)
Serabut saraf
mengalami hialinisasi
33
HERNIASI
Mendorong ligamentum
longitudinalis
Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan pada
kedua sisi. Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah
posterolateral dan menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi kearah
posterosentral, maka akan menekan medulla spinalis. Pada umumnya HNP
lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun penderita tidak menyadari
adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa trauma
tunggal yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang.
Derajat HNP dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
b. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih
didalam lingkaran annulus fibrosus.
c. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus
dan berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.
d. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus
ligamentum longitudinal posterior.
34
35
36
a) Traksi pelvis
b) Korset lumbal
c) Latihan dan modifikasi gaya hidup
d) Kompres pana
3) Terapi bedah
Perlu dipertimbangkan bila dalam satu bulan belum ada perbaikan
secara konservatif, ischialgia yang berat, defekasi dan seksual,
tergangguanya radix saraf adanya paresis otot tungkai bawah (Price
& Wilson, 2006).
4) Edukasi
a) Menghindari peregangan yang mendadak pada punggung
b) Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh
dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.
c) Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi
kambuhnya gejala setelah episode awal.
d) Saran yang harus dikerjakan
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara
kasur dan tempat tidur harus dipasang papan atau plywood
agar kasur jangan melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak
membantu lordosis lumbal yang lazim, maka bantal sebaiknya
ditaruh di bawah pinggang. Orang sakit diperbolehkan untuk
tidur miring dengan kedua tungkai sedikit ditekuk pada sendi
lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit, maka sikap
tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal
tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur
oleh posisi tempat tidur rumah sakit (Mutaqqin, 2008).
Istirahat mutlak di tempat tidur berarti bahwa orang sakit
tidak boleh bangun untuk mandi dan makan. Namun untuk
keperluan buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan
meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan
kecil di pot sambil berbaring terlentang justru membebani tulang
belakang lumbal lebih berat lagi. Analgetika yang non adiktif
perlu diberikan untuk menghilangkan nyeri.Selama nyeri belum
hilang fisioterapi untuk mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi
sebaiknya jangan dimulai setelah nyeri sudah hilang latihan
37
Bila
iskhilagia
sudah
banyak
hilang
tanpa
serta
nasehat
untuk
jangan
sekali-kali
38
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society (2009). Brain and Spinal Cord Tumor in Adults. [serial
online]. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/
Aminoff, MJ et al (2005). Lange medical book : Clinical Neurology. America :
Mcgraw-Hill.
Engelhard H, Villano J, Porter K, et al (2010). Clinical presentasion, histology,
and treatment in 430 patients with primary tumors of the spinal cord,
spinal meninges, or cauda equina. J Neurosurg Spine., Vol 13(1): 67-77.
39
40
Serban D et al (2012). The upper cervical spine tumor pathology C1-C2therapeutic attitude. Romanian Nurosurgery Journal., Vol 19(4): 251-263.
Shinde S, Gordon P, Sharma P, Gross J, Davis MP (2014). Original article: use of
nonopioid analgesicd as adjuvants to opioid analgesia for cancer pain
management in an inpatient palliative unit: does this improve pain control
and reduce opioid requierments. Suport Care Cancer., Vol 1:1-9.
41