PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri jasa saat ini memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian
suatu Negara. Ditengah persaingan global yang semakin tinggi, perusahaan yang
bergerak di bidang pelayanan/ jasa dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas
layanan (Service Quality). Kualitas layanan yang baik dapat menciptakan
pembelian berulang, loyalitas pelanggan dan diferensiasi produk yang kompetitif.
Selain itu, kualitas layanan yang baik mampu meningkatkan WOM (Word of
Mouth) atau pernyataan yang positif dari pelanggan terhadap pelayanan tersebut
dan juga mampu meningkatkan profitabilitas (Rangkuti, 2013).
Industri penerbangan merupakan industri yang bergerak di bidang pelayanan/
jasa. Saat ini industri penerbangan memiliki peranan yang sangat penting dalam
bidang pariwisata. Melalui transportasi udara, wisatawan dimudahkan untuk dapat
mengunjungi suatu tempat tujuan wisata dengan mudah dan lebih menghemat
waktu jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi darat atau laut.
Indonesia memiliki banyak maskapai penerbangan sebagai pilihan untuk
wisatawan.
Setiap maskapai memiliki strategi pemasaran yang berbeda untuk bisa
bersaing dengan maskapai lain sehingga dapat melakukan penjualan kursi (seat)
sebanyak-banyaknya dan memperoleh laba/profit. Jenis maskapai penerbangan
dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu maskapai dengan pelayanan penuh (full service
carrier) dan maskapai tariff rendah (low cost carrier). Kedua jenis maskapai
1
tersebut baik full service carrier atau low cost carrier memiliki keunggulan
masing-masing di mata penumpang/calon penumpang, baik dari segi pelayanan,
kenyamanan, harga dan faktor lain yang tentunya mempengaruhi keputusan calon
penumpang dalam memilih jenis maskapai.
Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan full service
carrier yang memberikan pelayanan penuh kepada para penumpang. Sebagai
contoh pelayanan di dalam pesawat, penumpang dapat menikmati hidangan
berupa makanan dan minuman yang sudah termasuk ke dalam satu kali tiket
perjalanan menggunakan Garuda Indonesia.
Meskipun harga yang ditawarkan oleh Garuda Indonesia dapat dikatakan
relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan maskapai lain yang ada di Indonesia,
terutama maskapai dengan jenis layanan low cost carrier, penumpang masih tetap
menggunakan jasa layanan penerbangan yang diberikan oleh Garuda Indonesia.
Peneliti melakukan penelitian terhadap motivasi penumpang untuk menggunakan
maskapai Garuda Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui prioritas utama
penumpang dalam memilih jasa penerbangan.
Motivasi penumpang dalam memilih untuk menggunakan Garuda Indonesia
sebagai pilihan tentunya memiliki alasan tersendiri selain dari sisi harga. Dalam
pengambilan keputusan, konsumen melalui 7 tahap proses pengambilan keputusan
(Blackwell, 2001 via Rangkuti 2013) yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, pembelian, pemakaian, evaluasi setelah pemakain,
dan pelepasan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian
keinginan
penumpang
untuk
memilih
dan
menggunakan
jasa
lain
dalam
peningkatan
mutu
layanan
terhadap
pemasaran Garuda, dan apakah SCA dapat digunakan sebagai strategi pemasaran
Garuda dalam menghadapi persaingan di industri jasa penerbangan di Indonesia.
Pada tahun 2012, Archana melakukan penelitian terhadap 270 responden
penumpang Indian Airlines yakni untuk mengetahui kepuasan penumpang
berdasarkan pelayanan di dalam pesawat (in-flight service), pelayanan digital di
dalam pesawat (in-flight digital service), dan operasional di balik pelayanan
(back-office operation). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penumpang
merasa puas dengan pelayanan di dalam pesawat seperti kebersihan kabin pesawat
(cabin), kebersihan toilet (lavatory), kenyamanan tempat duduk (seat), makanan
minuman di dalam pesawat (on board catering), ketersediaan koran/majalah,
keramahan tenaga kabin (cabin staff), kemampuan berbahasa awak kabin (cabin
crew), dan ketersediaan bantal serta selimut di dalam kabin.
Sudrajat (2014) menulis jurnal yang membahas tentang penanganan keluhan
dari penumpang maskapai low cost carrier di Indonesia dan pemulihan terhadap
layanan (service recovery) yang dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penanganan keluhan penumpang dan pemulihan terhadap layanan yang selama ini
dilakukan masih belum optimal sehingga mempengaruhi tingkat kepuasan
penumpang.
Dari hasil tinjauan pustaka, peneliti menemukan beberapa kemiripan dengan
tema yang peneliti ambil untuk penulisan skripsi. Namun, yang menjadi
perbedaan ialah fokus penelitian dan rumusan masalah yang diambil. Penelitian
yang dilakukan pada studi ini ingin mengetahui hubungan atau keterkaitan
pelayanan, harga, citra dan keamanan yang diberikan oleh maskapai Garuda
5
tersebut
menjelaskan
bahwa
perusahaan
harus
mampu
Welcoming
Complaint
Improving
Performance
Customer
Satisfaction
10
online melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Path dan surat elektronik
atau e-mail (electronic mail). Pada kuesioner dituliskan bahwa responden mengisi
kuesioner berdasarkan pengalaman mereka menggunakan maskapai Garuda
Indonesia dengan tidak dibatasi rute penerbangannya. Penyebaran melalui media
sosial dirasa cukup mudah dan cepat penyebarannya. Selain itu, penyebaran
kuesioner melalui media sosial menghemat waktu dan biaya dalam proses
pengumpulannya. Hasil survey yang masuk selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan analisis uji chi-square (X2) untuk mampu menjawab rumusan
masalah yang ada.
Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini
yaitu dengan menggunakan rumus Slovin (Consuelo, Sevilla. G via Prasetyo dan
Jannah, 2005). Berikut perhitungan menentukan sampel dengan rumus Slovin
pada penumpang Garuda Indonesia sebagai populasi.
n = N / 1 + N (e)
n = 15.000.000 / 1 + 15.000.000 (0,01) = 15.000.000 / 150.001 = 99,999 = 100
= Jumlah sampel
= Jumlah populasi
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan
rumus
Slovin,
didapatkan jumlah sampel yang akan diambil untuk penelitian ini sebanyak 100
orang responden.
3) Hipotesis
11
Garuda
Indonesia
dalam
menentukan
penggunaan
layanan