Anda di halaman 1dari 12

EFFECT OF SOURSOP (Annona muricata Linn.

) FRUIT JUICE AND SOURSOP


LEAF STEW EFFECTS ON IL-1 LIVER TISSUE LEVELS IN RIFAMPICIN
INDUCED WISTAR RATS
Raharjo, Arief S*, Dewi, Ariani R**, Fadli, M.Zainul **
*Undergraduate Programme, Medical Faculty, Islamic University of Malang
**Lecturer, Medical Faculty, Islamic University of Malang

ABSTRACT
Introduction: Rifampin is an anti-tuberculosis drug which can cause liver sel damage by increasing free
radical. Soursop (Annona muricata Linn.) fruit juice and soursop leaf stew contain antioxidants and
antiinflammation agents, which is expected to prevent liver damage and restore liver function through
inhibiting ROS (Reactive Oxygen Species) production and inflammation process. This study aims to compare
the effect of soursop fruit juice and soursop leaf stew in reducing IL-1 liver tissue levels in wistar rats which
induced by rifampin.
Methods: This is a control group posttest only experimental study, use 28 male wistar rats which divided into
4 groups: negative control group, positive control group which supplementation of rifampin 10mg/kgBB,
treatment group 1: supplementation of rifampin 10mg/kgBB + soursop fruit juice 100% and treatment group
2: supplementation of rifampin 10mg/kgBB + soursop leaf stew 100%. The study runs for 6 weeks and then
levels of IL-1 was measured. Statistical analysis of this study was using one-way ANOVA followed by post
hoc test with LSD (least significant difference), statistical significance was set on p value <0,05.
Results: The average of IL-1 liver tissue in negative control group was 547.4511.78 ng/ml, positive control
group was 642.028.46 ng/ml, treatment group 1 was 569.749.65 ng/ml, and treatment group 2 was
549.029.62 ng/ml. Statistic analysis shows that induction 10mg/kgBB rifampin for 6 weeks can increase
levels of IL-1 liver tissue significantly (p <0.05). Soursop (Annona muricata Linn.) fruit juice and soursop
leaf stew can reduce levels of IL-1 liver tissue significantly (p <0.05). Giving soursop leaf stew can reduce
levels of IL-1 close to normal conditions.
Conclusions: This study finds that induction of rifampin can significantly increase IL-1 liver tissue levels in
rats. Soursop fruit juice and soursop leaf stew can reduce IL-1 liver tissue levels in rifampin induced wistar
rats in 6 weeks supplmentation. Soursop leaf stew is more capable in reducing to reduce the levels of IL-1
liver tissue than soursop fruit juice.
Keywords: soursop fruit juice, soursop leaf stew, rifampin induction, IL-1

EFEK PERASAN BUAH DAN REBUSAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.)
TERHADAP KADAR IL-1 JARINGAN HEPAR TIKUS GALUR WISTAR YANG
DIINDUKSI RIFAMPISIN
Raharjo, Arief S*, Dewi, Ariani R**, Fadli, M.Zainul **
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang
**Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang dapat merusak sel hepar melalui
peningkatkan radikal bebas. Perasan buah dan rebusan daun A. muricata Linn. mengandung antioksidan dan
antiinflamasi yang diharapkan mampu mencegah kerusakan hepar dan mengembalikan fungsi hepar, dengan
menghambat pembentukan ROS (Reactive Oxygen Species) dan menghambat respon inflamasi. Penelitian ini
bertujuan membandingkan efek rebusan daun dengan perasan buah sirsak (A. muricata Linn) terhadap
penurunan kadar IL-1 jaringan hepar tikus wistar jantan yang diinduksi Rifampisin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan control group post test only,
menggunakan 28 tikus wistar jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok, yakni kelompok kontrol negatif,
kelompok kontrol positif yang diinduksi rifampisin 10mg/kgBB, kelompok induksi rifampisin + perasan buah
sirsak 100% dan kelompok induksi rifampisin + rebusan daun sirsak 100% yang diberikan secara personde
lambung selama 6 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan kadar IL-1. Analisa data menggunakan uji one
way ANOVA, dilanjutkan dengan Post Hoc LSD Test dengan signifikansi p< 0.05.
.
Results:
Rata-rata IL-1 Jaringan hepar tikus pada kelompok kontrol negatif 547.4511.78 ng/ml, kelompok kontrol
positif 642.028.46 ng/ml, kelompok perlakuan 1 (perasan buah 100%) 569.749.65 ng/ml, kelompok
perlakuan 2 (rebusan daun 100%) 549.029.62 ng/ml. Hasil analisa statistik menunjukkan Induksi rifampisin
10mg/kgBB selama 6 minggu dapat meningkatkan kadar IL-1 hepar secara signifikan (p<0,05). Pemberian
rebusan daun dan perasan buah A. muricata Linn. mampu menurunkan kadar IL-1 hepar secara signifikan
(p<0,05). Pemberian rebusan daun A. muricata Linn. mampu menurunkan kadar IL-1 hingga mendekati
kondisi normal
Kesimpulan: Induksi rifampisin mampu meningkatkan kadar IL-1 hepar tikus Wistar. Pemberian rebusan
daun dan perasan buah sirsak mampu menurunkan kadar IL-1 hepar tikus Wistar yang diinduksi Rifampicin.
Pemberian rebusan daun sirsak (A. muricata Linn) lebih mampu menurunkan kadar IL-1 hepar dibanding
pemberian perasan buahnya.
Kata kunci : rebusan daun, perasan buah sirsak, induksi rifampisin, IL-1.

macam penyakit seperti reumatik dan neuralgia.


Secara farmakologi, flavonoid berfungsi sebagai
zat antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan
antibakteri (Manoi, dkk, 2009). Flavonoid
berpotensi sebagai scavenger Reactive Oxygen
Species (ROS) dan membatasi terjadinya stress
oksidatif. Flavonoid juga memiliki efek anti
inflamasi dengan kemampuan untuk menghambat
transcription factors nuclear kappa-B (NF-kB)
dan menghambat enzim yang terlibat dalam jalur
eicosanoid,
termasuk
fosfolipase
A2,
cyclooxygenases dan lipoxygenases, sehingga
membatasi produksi mediator inflamasi seperti
prostaglandin dan leukotrien. (Akhlaghi and
Bandy, 2008).
Melihat potensi kandungan zat aktif sirsak
serta efek samping hepatotoksik dari pengobatan
TB, maka dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui perbandingan efek pemberian perasan
buah dan rebusan daun sirsak sebagai antioksidan
dan anti inflamasi terhadap kadar IL-1 jaringan
hepar yang diinduksi rifampisin.

PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis (TB) hingga kini masih
menjadi penyebab tertinggi angka kesakitan dan
kematian khususnya Indonesia (Kadun,Depkes,
2007). Terapi TB memerlukan waktu yang cukup
lama dan tanpa putus, sehingga menguji
kepatuhan dari pasien dalam menjalankan terapi.
Selain itu efek samping dan toksisitas obat TB
juga merupakan ancaman dalam melanjutkan
terapi, salah satu efek samping terbanyak ialah
kerusakan hepar (Kishore, dkk, 2010). Salah satu
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) penyebab
hepatotoksik adalah Rifampisin (Zulkarnain,
1996).
Rifampisin menginduksi hepatotoksik melalui
peningkatan radikal bebas akibat metabolisme
pada hepar yang menggunakan enzim sitokrom P450 (Sodhi, et.al, 1997). Hasil metabolisme obat
akan melepaskan OH yang bersifat molekul
reaktif (Droge, 2002). Molekul reaktif ini dapat
bereaksi
dengan
makromolekul
selular
diantaranya protein, lipid, dan DNA sehingga
menyebabkan disfungsi protein, peroksidasi lipid,
kerusakan DNA, dan stress oksidatif. Mekanisme
tersebut menyebabkan apoptosis dan nekrosis
hepatosit yang dapat mengaktivasi sistem imun
innate (misalnya, sel Kupffer) yang bekerja
dengan memproduksi sitokin proinflamasi,
misalnya, IL-1 (Holt et al., 2005). Oleh karena
itu tubuh membutuhkan antioksidan untuk
mengurangi reaksi hepatotoksik, dimana salah
satu sumbernya antara lain adalah sirsak (Annona
muricata Linn) (Sudarjanto, 2010).
Sirsak di masyarakat sudah banyak di
konsumsi untuk memelihara kesehatan dan
kebugaran tubuh. Masyarakat menggunakan
rebusan daun sirsak atau dengan jus buah sirsak
(Marjuki, 2009). Buah sirsak mengandung
vitamin C, vitamin B1, vitamin E, vitamin A, caroten (Lim, 2012). Kandungan pada daun sirsak
yaitu alkaloid, flavonoid, acetogenin, tannin
(Jannah, 2011).
Berdasarkan
penelitian
terdahulu,
uji
fitofarmaka dengan menggunakan metode
perebusan daun menghasilkan zat aktif berupa
flavonoid (Wiryowidagdo, 2005). Studi oleh
Sousa (2010) mengenai uji aktivitas sirsak sebagai
antiinflamasi dan antinociceptive mendapatkan
bahwa sirsak mengandung alkaloid, acetogenin,
flavonoid yang dapat digunakan pada berbagai

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental laboratorik dengan control group
post test only design menggunakan hewan coba
tikus Wistar jantan sebanyak 28 ekor, umur 2-2,5
bulan, dengan berat badan 120-140 gram yang
diinduksi rifampisin selama 6 minggu serta diberi
perasan buah sirsak atau rebusan daun sirsak.
Penelian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia
Fakutas Kedokteran Universitas Islam Malang
dan di Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Tahapan Kerja
Pengelompokan dan Adaptasi Hewan Coba
Pembagian kelompok perlakuan dilakukan
secara acak menjadi empat kelompok yaitu
kontrol negatif (tanpa induksi), kontrol positif
(induksi rifampisin 10 mg/kgBB), perlakuan 1
(induksi rifampisin 10 mg/kgBB dan pemberian
perasan buah sirsak 100%), perlakuan 2 (induksi
rifampisin 10 mg/kgBB dan pemberian rebusan
daun sirsak 100%), masing-masing perlakuan
diberikan selama 6 minggu, dan sebelumnya di
adaptasi selama 1 minggu.

Induksi Rifampisin
Rifampisin ditimbang dengan dosis 10
mg/kgBB/ekor kemudian dilarutkan dalam
aquades 2ml/ekor. Diberikan per sonde selama 6
minggu pada kontrol positif, perlakuan 1, dan
perlakuan 2 setelah tikus diadaptasi selama 1
minggu.

Kolmogorov-Smirnov. Hasil dikatakan bermakna


bila nilai p 0,05.

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan hewan coba
tikus (Rattus novergicus) jantan strain Wistar,
berumur sekitar 2-2,5 bulan, berat badan 120-140
gram. Tikus ini diinduksi dengan rifampisin dan
kemudian diinduksi dengan perasan buah sirsak
atau rebusan daun sirsak. Karakteristik populasi
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Pembuatan Perasan Buah Sirsak


Buah sirsak sebelumnya sudah dideterminasi
oleh Balai Materia Medika Malang. Sebelum
ditimbang, dilakukan pemilihan buah yang tidak
kering dan tidak busuk, kemudian dicuci bersih
dan dipisahkan dari kulit serta bijinya. Buah sirsak
diperas diambil sarinya saja tanpa penambahan
air. Diberikan sebanyak 2ml/ekor per sonde setiap
hari, 5 jam setelah pemberian rifampisin.

Tabel 1. Karakteristik Populasi


Komponen

Pembuatan Rebusan Daun Sirsak


Daun sirsak sebelumnya sudah dideterminasi
oleh Balai Materia Medika Malang. Dipilih daun
yang segar, tidak keriting, dan tidak berbintik.
Daun diambil pada baris ke 4-6 dari pucuk batang,
sebanyak 10-12 lembar, kemudian dicuci bersih
dan direbus pada suhu 90C dengan menggunakan
3 gelas (600 cc) aquabides. Perebusan dilakukan
sampai air menjadi 1 gelas (200 cc) selanjutnya
dimaserasi 24 jam. Diberikan per sonde
sebanyak 2ml/ekor setiap hari.

BB Awal (g)
BB Akhir (g)
Jenis kelamin
Usia-Awal
(minggu)
Lama
adaptasi
(hari)
Usia-Akhir
(minggu)
Pemberian
induksi
rifampisin
personde
(mg/kgBB)
Pemberian
perasan buah
sirsak
Pemberian
rebusan daun
sirsak
Jumlah tikus
per kelompok
Dosis perasan
buah
sirsak
/ekor/hari
Dosis rebusan
daun
sirsak/ekor/ha
ri
Keterangan:
Kontrol Negatif

Pembedahan Hewan Coba


Pembedahan hewan coba diawali dengan
anastesi secara inhalasi menggunakan kloroform,
kemudian tikus dibedah secara vertikal mengikuti
garis tengah (linea mediana) dari abdomen
menuju ke torak dengan gunting, sampai seluruh
rongga abdomen dan torak terbuka. Kemudian
diambil organ hepar 1 gram untuk dilakukan
pemeriksaan IL-1.
Pemeriksaan Kadar IL-1 Jaringan Hepar
Pemeriksaan kadar IL-1 jaringan hepar tikus
dilakukan dengan menggunakan metode ELISA
Indirect dan kemudian diukur menggunakan
ELISA reader dengan panjang gelombang 450
nm.
Pengelolaan Data Penelitian
Data kadar IL-1 jaringan hepar tikus
dianalisis menggunakan uji one way ANOVA dan
dilanjutkan dengan Post Hoc LSD Test. Sebelum
dilakukan one way ANOVA dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan uji one-sample

Kontr
ol
Negati
f
120140
210230
Jantan
8-10

Kelompok
Kontr
Perlakua
ol
n1
Positif

Perlakua
n2

120140
150170
Jantan
8-10

120-140

120-140

180-200

170-190

Jantan
8-10

Jantan
8-10

16-18

14-16

14-16

16-18

10

10

10

Sonde
(-)

Sonde
(-)

Sonde
(+)

Sonde
(-)

Sonde
(-)

Sonde
(-)

Sonde
(-)

Sonde
(+)

100%

100%

:tanpa induksi

Kontrol Positif

:kelompok induksi rifampisin 10mg/kgBB

Perlakuan 1

:kelompok induksi rifampisin 10mg/kgBB


dan diinduksi perasan buah sirsak 100%

Perlakuan 2

:kelompok induksi rifampisin 10mg.kgBB


dan diinduksi rebusan daun sirsak 100%

Linn. konsentrasi 100% per sonde selama 6


minggu dapat dilihat pada Tabel 3. Pemeriksaan
kadar IL-1
jaringan hepar tikus Wistar
dilakukan pada minggu ke 7. Hasil perlakuan 1
dan perlakuan 2 dibandingkan dengan kelompok
positif. Penelitian ini mendapatkan bahwa kadar
IL-1 jaringan hepar setelah pemberian perasaan
buah A. muricata Linn konsentrasi 100% pada
tikus Wistar yang diinduksi rifampisin memiliki
nilai rerata 569.749.65 ng/ml sedangkan
pemberian rebusan daun sirsak memberikan nilai
rerata 549.029.62 ng/ml, keduanya menunjukkan
perbedaan signifikan dibandingkan dengan
kontrol positif yang memiliki nilai rerata
642.028.46
ng/ml
(p<0.05).
Hal
ini
menunjukkan bahwa perasan buah maupun
rebusan daun A. muricata Linn. memiliki
kemampuan yang signifikan dalam menurunkan
kadar IL-1 jaringan hepar tikus Wistar yang
diinduksi rifampisin.
Rerata kadar IL-1 kelompok perlakuan 2
yang diberikan rebusan daun sirsak (549.029.62
ng/ml) tidak berbeda signifikan dengan nilai
rerata kadar IL-1 kelompok kontrol negatif
(547.4511.78ng/ml) (p>0.05). Hal tersebut
membuktikan bahwa rebusan daun A. muricata
Linn. mampu menurunkan kadar IL-1 jaringan
hepar tikus wistar yang diinduksi rifampisin
hingga hampir mendekati kadar normal.
Secara
singkat,
hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa pemberian rebusan daun
sirsak maupun perasan buah sirsak dapat
menurunkan kadar IL-1 secara signifikan
dibandingkan kelompok kontrol positif, dimana
perasan rebusan daun sirsak memiliki kemampuan
menurunkan kadar IL-1 hingga tidak berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol negatif
(normal). Hal ini diperkuat dengan analisis
statistik dan dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Gambar 3.

Pengaruh Pemberian Rifampisin tehadap


Kadar IL-1 Hepar.
Efek induksi rifampisin terhadap kadar IL-1
jaringan hepar dapat dilihat pada kelompok
kontrol positif (Tabel 2). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kadar IL-1 jaringan hepar
tikus kelompok kontrol positif mengalami
peningkatan yang signifikan 642.028.46
(p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
negative 547.4511.78. Hal ini membuktikan
bahwa paparan rifampisin dengan dosis 10
mg/kgBB dapat mengakibatkan kerusakan hepar
yang ditandai dengan meningkatnya kadar IL-1
yang merupakan salah satu mediator proinflamasi.
Tabel 2. Rerata Kadar IL-1 Jaringan Hepar
No
1.
2.

Perlakuan
Kontrol Negatif
(tanpa induksi)
Kontrol positif
(Induksi
Rifampisin)

Rerata SD
(ng/ml)

547.4511.78

0.000

642.028.46a

0.000 a

Rerata Kadar IL-1


rerata
kadar IL-1
642.028.46a

700
600
500
400
300
200
100
0

547.4511.
78

rerata kadar
IL-1

I Neatif II
Kontrol
Gambar 5.2. Rerata Kadar IL-1 Hepar Tikus Kelompok
Kontrol Negatif dan Kontrol Positif
a
: p0.05 berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok
kontrol negative
Keterangan:
Kelompok I: Kelompok kontrol negatif, hanya diberikan aquabidest
Kelompok II: Kelompok kontrol positif, induksi rifampisin

Efek Pemberian Perasan Buah dan Rebusan


Daun Annona muricata Linn. terhadap Kadar
IL-1 Jaringan Hepar yang Diinduksi
Rifampisin
Kadar IL-1 Jaringan hepar tikus wistar jantan
yang diinduksi rifampisin 10 mg/kgBB dan diberi
perasan buah dan rebusan daun Annona muricata

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus


strain Wistar (Rattus novergicus), berjenis
kelamin jantan, berumur 2-2,5 bulan, dengan berat
badan 120-140 gram dalam kondisi sehat ditandai
dengan gerakan yang aktif. Pemilihan hewan coba
ini dengan pertimbangan bahwa hewan ini mudah
didapatkan, metabolisme tubuh mirip seperti
manusia, struktur DNA mirip manusia, mudah
dibiakkan, tahan terhadap kondisi laboratorium
dan berbagai perlakuan serta anestesi, dan
mempunyai sensitifitas tinggi terhadap obat
(Farris & Griffith, 1971 dalam Damayanti, 2007).
Tikus jantan dipilih karena tidak mengalami
siklus hormonal yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Pemilihan umur 2 bulan dengan
pertimbangan bahwa tikus sudah mencapai umur
dewasa,
sedangkan
berat
badan
dapat
menggambarkan
kesehatan
hewan
coba
(Hairrudin, 2006).

Tabel 3. Rerata Kadar IL-1 Jaringan Hepar Tikus


Wistar yang Diinduksi Rifampisin setelah
Pemberian Perasan Buah atau Rebusan Daun
Annona muricata Linn.
N
o
1.
2.

3.

4.

Perlakuan
Kontrol Negatif
(tanpa induksi)
Kontrol positif
(Induksi Rifampisin)
Perlakuan 1 (Persan
buah sirsak [100%]
dan Induksi
Rifampisin 10
mg/kgBB)
Perlakuan 2 (Rebusan
daun sirsak [100%]
dan Induksi
Rifampisin 10
mg/kgBB)

Rerata SD
(ng/ml)

547.4511.78

642.028.46a

569.749.65abc

549.029.62b

Efek Induksi Rifampisin terhadap Kadar IL1


Penelitian ini mendapatkan bahwa kadar IL-1
jaringan hepar tikus kelompok kontrol positif
yang dipapar rifampisin dengan dosis 10
mg/kgBB mengalami peningkatan yang signifikan
(p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif. Peningkatan kadar IL-1 yang merupakan
salah satu mediator proinflamasi ini menunjukkan
bahwa paparan rifampisin dengan dosis 10
mg/kgBB dapat mengakibatkan kerusakan hepar.
Kerusakan hepar akibat rifampisin ini sesuai
dengan penelitian Chen (2006) bahwa pemberian
rifampisin
bersifat
hepatotoksik
melalui
peningkatan proses peroksidasi lipid pada hepar.
Hal ini diperkuat pada penelitian Asnasari (2012)
yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kadar MDA (malondialdehyde, suatu tanda
adanya proses kerusakan sel hepar akibat adanya
radikal bebas pada membran lipid) hepar yang
merupakan tanda terjadi kerusakan hepar akibat
rifampisin. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Agustina (2012) yang manyatakan bahwa induksi
rifampisin tanpa pemberian perasan buah atau
rebusan daun sirsak dapat meningkatkan kadar
AST (aspartate transaminase) dan ALT (alanine
transaminase) hepar secara signifikan. Kerusakan
hepar akibat rifampisin ini juga sesuai dengan
penelitian Angraini (2012, in press, 2012)
mendapatkan bahwa induksi rifampisin 10
mg/kgBB dapat menyebabkan stress oksidatif
pada hepar yang menyebabkan nekrosis hepatosit.
Rifampisin masuk kedalam tubuh melalui
traktus gastrointestinal, diabsorbsi didalam usus

Rerata Kadar IL-1

rerata kadar IL-1


642.028.46a

700
547.4511.
600 78
500
400
300
200
100
0
I
II

569.749.65abc

549.029.62b

rerata kadar
IL-1

III

IV

Gambar 5.3. Rerata Kadar IL-1 Jaringan Hepar


Tikus pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
yang Diinduksi Rifampisin
Keterangan :
a:
p 0.05 berbeda signifikan (LSD post hoc test ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif
b
: p 0.05 berbeda signifikan (LSD post hoc test ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok kontrol positif
c: p 0.05 berbeda signifikan (LSD post hoc test ANOVA)
dibandingkan kelompok rebusan daun sirsak
Keterangan :
Kelompok I : kontrol negatif
Kelompok II : kontrol positif, induksi rifampisin (+)
Kelompok III : perasan buah sirsak (+), induksi rifampisin (+)
Kelompok IV : rebusan daun sirsak (+), induksi rifampisin (+)

PEMBAHASAN

halus dan didistribusikan ke hepar untuk


dimetabolisme dengan bantuan enzim sitokrom P450. Rifampisin dimetabolisme oleh hepar dengan
bantuan O2 dan sebagai kofaktor NADPH yang
dapat menghasilkan radikal superoxide (O 2-).
Peningkatan metabolisme oksidatif oleh karena
induksi
rifampisin
akan
meningkatkan
terbentuknya radikal bebas. Radikal superoksida
yang terbentuk akan dikatalisis oleh antioksidan
enzimatik (SOD) menjadi hidrogen peroksida dan
air. Jika hidrogen peroksida mengalami reaksi
fenton maka akan terbentuk radikal hidroksil
(Schneider and Alvaro, 2004) sehingga akan
menginduksi terjadinya stress oksidatif sel hepar.
Terjdinya stress oksidatif akan menyebabkan
terjadinya kerusakan membrane sel hepatosit
sehingga akan menyebabkan peroksidasi lipid,
fragmentasi DNA dan fragmentasi protein sel
(Holt, 2005). Kerusakan membrane sel hepatosit
akan mengaktifkan enzim fosfolipase A2 yang
menyebabkan
pemecahan
fosfolipid
mengakibatkan destruksi fosfolipid yang akan
menstimulasi
terjadinya
respon
inflamasi
(Robbins dan Kumar, 2007). Jadi berdasarkan hal
di atas, diduga bahwa kadar IL-1 jaringan pada
hepar tikus kelompok kontrol positif (induksi
rifampisin) meningkat karena terjadi kerusakan
pada jaringan hepar oleh efek radikal bebas
sehingga terjadi peningkatan mediator-mediator
inflamasi yaitu IL-1.

flavonoid diketahui berfungsi sebagai antioksidan


dan anti inflamasi. Flavonoid sebagai antioksidan
bekerja dengan cara menghambat langkah
propagasi, yaitu memutus rantai autoksidasi atau
disebut juga chain-breaking antioxidants.
Senyawa fenol tersebut mendonasikan satu atom
hidrogen pada senyawa radikal peroksil (ROO.)
diikuti oksidasi lebih lanjut membentuk produk
akhir yang stabil nondestruktif. Produk akhir yang
dihasilkan tidak akan mempropagasi lebih lanjut
reaksi rantai, sehingga tahap propagasi terputus
dan pembentukan radikal selanjutnya dapat
dicegah (Handoko, 2008).
Chain-breaking antioxidants (AH) bisa
bereaksi dengan radikal peroksil dan alkoksil,
sehingga dapat menghambat pembentukan,
isomerisasi dan dekomposisi hidroperoksida
(Windono, 2001). Adanya penghambatan dalam
pembentukan radikal tersebut dapat menghambat
terjadinya lipid peroksidasi sehingga tidak terjadi
kerusakan sel.
Flavonoid sebagai anti inflamasi memiliki
kemampuan untuk menghambat enzim yang
terlibat dalam jalur eicosanoid, termasuk
fosfolipase
A2,
cyclooxygenases
dan
lipoxygenases, sehingga membatasi produksi
mediator inflamasi seperti prostaglandin dan
leukotrien. Flavonoid juga bekerja menghambat
gen yang diekspresikan oleh transcription factors
nuclear kappa-B (NF-kB), dapat menghambat
produksi sitokin pro-inflamasi, seperti Tumor
Necrosis Factor (TNF)-, interleukin (IL)-1, IL6, dan interferon-, serta agen chemotactic
(Akhlaghi and Bandy, 2008).
Perasan buah A. muricata Linn. mengandung
antioksidan Vitamin C, Vitamin E, flavonoid dan
mineral yang dapat memperbaiki fungsi sel hepar.
Kandungan antioksidan terbesar pada buah sirsak
adalah vitamin C (Lim, 2012). Vitamin C atau
asam askorbat merupakan scavenger kuat yang
dapat memecah proses autokatalitik dari proses
peroksidasi lipid membrane sel, sehingga dapat
memelihara integritas sel (Syahrizal, 2008). Selain
itu Vitamin C bisa langsung bereaksi dengan
anion superoksida, radikal hidroksi, dan peroksida
lipid.
Vitamin
C
mampu
menghambat
pembentukan radikal superoksida (O2-), radikal
hidroksil (OH-), radikal peroksil (ROO-), oksigen
singlet (O2), dan hidrogen peroksida (H2O2).
Secara in vitro, vitamin C juga berperan sebagai
koantioksidan pada regenerasi bentuk radikal tokoferol, gluthatione, dan -karoten. Sebagai
reduktor, vitamin C akan mendonorkan satu
electron membentuk radikal semidehidroaskorbat

Efek Pemberian Perasan Buah Sirsak atau


Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata Linn.)
terhadap Kadar IL-1 Jaringan Hepar Tikus
yang Diinduksi Rifampisin.
Hasil penelitian ini (Gambar 2) menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antara
kadar IL-1 tikus perlakuan 1 dan perlakuan 2
dengan kontrol positif. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian perasan buah A. muricata Linn.
atau pemberian rebusan daun A. muricata Linn.
dapat menurunkan kadar IL-1 jaringan hepar
tikus wistar yang diinduksi rifampisin. Hal ini
sesuai dengan penelitian Sousa (2010)
menyebutkan daun A. muricata Linn. bersifat
antiinflamasi dan didukung juga oleh penelitian
Wetwitayaklung (2012) dimana buah A. muricata
Linn terbukti sebagai antioksidan.
Daun Annona muricata Linn. mengandung
alkaloid, flavonoid, acetogenin, dan tanin.
Penelitian terdahulu oleh Wiryowidagdo (2005)
mendapatkan pada perebusan daun Annona
muricata Linn Annona muricata Linn, zat aktif
yang muncul adalah flavonoid. Senyawa

yang bersifat tidak reaktif. Selain itu, vitamin C


berfungsi sebagai antioksidan umum yang bekerja
pada sitosol dan cairan ekstraseluler karena
memiliki sifat yang larut dalam air (Murray et al.,
2003). Vitamin C juga berfungsi untuk
memperkuat
serta
meningkatkan
fungsi
antioksidan endogen yang berada di dalam hepar,
seperti glutathione tereduksi, superoksida
dismutase, dan katalase (Gajawat, et.al., 2006).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Nahdhiyah (2012) menyatakan bahwa dengan
pemberian buah sirsak mampu meningkatkan
kadar SOD (Superoksid dismutase, suatu enzim
yang berada dalam cairan intraseluler yang
berpartisipasi pada proses degradasi senyawa
radikal bebas intraseluler) Wresdiyati dkk., 2008)
hepar secara signifikan.
Buah sirsak juga mengandung vitamin E
(tokoferol) yang mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan karena kemampuannya dalam
menyumbangkan elektron kepada radikal lipid.
Vitamin E berpotensi menghambat peroksidasi
lipid karena sebagai scavenger radikal peroksil
lipid (LO2-)
dengan mendonorkan atom
hidrogennya kepada lipid peroksil radikal (LOO -)
dan digantikan dengan radikal -tokoferol yang
kurang reaktif (reaksi 1). -tokoferol (-TOH)
mungkin juga bereaksi secara langsung dengan
pencetus radikal untuk mencegah terbentuknya
LOO- (reaksi 2). LOO- juga dieliminasi melalui
reaksi antara radikal-radikal dengan -TO (reaksi
3). Setiap molekul -TOH mempunyai
kemampuan untuk bereaksi dengan dua radikal
(Suhartono, 2007).
Buah sirsak juga mengandung senyawa
polifenol (Franco, 2006). Senyawa polifenol
bekerja dengan menekan pembentukan radikal
bebas melalui penghambatan enzim yang terlibat
dalam reaksi inflamasi maupun metal ionic
chelating serta sebagai free radical scavenging
(Suhartono, 2007).
Hasil penelitian (Gambar 2) menunjukkan
rerata kadar IL-1 kelompok perlakuan 2 yang
diberikan rebusan daun sirsak tidak berbeda
signifikan dengan
nilai rerata kadar IL-1
kelompok kontrol negatif (p>0.05), sedangkan
rerata kadar IL-1 kelompok perlakuan 1 yang
diberikan perasan buah sirsak masih berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol negatif
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
baik perasan buah maupun rebusan daun A.
muricata Linn. mampu menurunkan kadar IL-1
jaringan hepar tikus wistar yang diinduksi
rifampisin namun pemberian rebusan daun A.

muricata Linn. mampu menurunkan kadar IL-1


hingga mendekati kondisi normal. Hal ini
dimungkinkan antara lain oleh adanya kandungan
antioksidan dan anti inflamasi dalam daun sirsak
sehingga lebih mampu dalam menurunkan kadar
IL-1
jaringan
hepar
yang
mengalami
hepatotoksik akibat Rifampisin dibandingkan
buah sirsak yang hanya memiliki kadar vitamin C
yang cukup tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan rifampisin dosis harian 10
mg/kgBB dalam jangka waktu 6 minggu
menyebabkan kerusakan hepar yang ditandai
dengan peningkatan kadar IL-1 jaringan
hepar tikus Wistar.
2. Pemberian perasan buah sirsak maupun
pemberian rebusan daun sirsak (Annona
muricata Linn.) dapat menurunkan kadar IL1 jaringan hepar tikus yang diinduksi
rifampisin.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, guna
pengembangan lebih lanjut peneliti menyarankan:
1. Melakukan penelitian lanjutan variasi dosis
perasan buah sirsak dan rebusan daun sirsak
yang berbeda untuk mengetahui dosis
minimal, dosis efektif, dan dosis maksimal
pada masing-masing perlakuan.
2. Melakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui kandungan dan kadar dosis
senyawa aktif yang terdapat dalam perasan
buah dan rebusan daun Annona muricata
Linn. beserta efek farmakologisnya baik
sebagai antioksidan maupun antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas,

A.K & Lichtman, A.H. 2004. Basic


Immunology Functions and Disorders of
the Immune System. 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier.
Adewole, S.O., Ojewole, J.A.O. 2009. Protective
effects
of
Annona
muricata
linn.
(Annonaceae) leaf aqueous extract on serum
lipid profiles and oxidative stress in
hepatocytes
of
Streptozotocin-treated
diabetic rats. Afr. J. Trad. Cam., 6(1), 30 41.

Agustina, Nur Laily. 2012. Efek Perasan Buah dan


Rebusan Daun Sirsak (Annona muricata
Linn.) Terhadap Kadar AST ALT Jaringan
Hepar Tikus Wistar yang Diinduksi
Rifampisin. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Malang.
Akhlaghi, M. and Bandy, B. 2008. Mechanisms of
Flavonoid Protection Against Myocardial
Ischemia-Reperfusion Injury. College of
Pharmacy and Nutrition, University of
Saskatchewan, Saskatoon, SK, Canada S7N
5C9.
Allen RG, Tressini M. 2000. Oxidative Stress and
Gene Regulation. Free Radical Biol Med,
28;2000:463-99.
Angraini, Yushi. 2012. Perbandingan Efek Perasan
Buah dan Rebusan Daun Sirsak (Annona
muricata Linn.) Terhadap Jumlah Nekrosis
Hepatosit Tikus Wistar yang Diinduksi
Rifampisin
Arief , Sjamsul. 2006. Radikal Bebas, Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr.
Soetomo
Surabaya.
(Online),
http://www.siumed.edu/dking2/crr/crguide.htm,
diakses 4 april 2009.
Aslam, M.;C.K. Tan.;A. Prayitno. 2003. Farmasi Klinis
(Clinical Pharmacy), Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Asnasari, Zaroch Tri, 2012. Perbandingan Efek
Antara Perasan Buah Dengan Rebusan Daun
Sirsak (Annona muricata Linn.) Pada Kadar
MDA JaringaN Hepar Tikus Wistar Yang
Diinduksi Rifampisin.
Bratawijaya dan Rengganis, 2010. Buku Imunologi
Dasar Edisi Ke-9, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
Bayupurnama, Putut. 2006. Hepatotoksisitas Imbas
Obat. Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
Chandrasoma K, Taylor. 2005. Patologi Anatomi. Edisi
6. EGC. Jakarta.
Chen., Tiang,Ti., and john., Y.L. 2006. Rifampicin
Induction of CY3A4 Requires PregnaneX
Receptor Cross Talk with Hepatocyte
Nuclear Factor 4 abd coactivators, and
Supression Of Small Heterodimer Partner
Gene Expression, Drug metabolism and
Deposition, 34;756-764
Crowther, J.R.2005. Methods in Mollecular Biology.
Volume 149: The ELISA Guidebook. New
Jersey: Humana Press.
Dinas
Kesehatan,
2011.
Rifampisin.
http://dinkes.tasikmalayakota.
go.id/index.php/informasi-obat/356rifampisin.html. Diakses 16 Maret 2012.
Droge, W. 2002. Free radicals in the physiological
control of cell function. Physiol Rev. 82;47-95.

Farris, E.J. And Griffith, J.Q. 1971. The Rat in


Laboratory
Investigation.
Lippincott,
Philadelphia. Pa.
Hairrudin, 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak
Jinten Hitam dalam Mencegah Stres
Oksidatif Akibat Latihan Olahraga Anerobik
pada Tikus Putih. Tesis. Surabaya: Program
Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Halliwell, B. and Gutteridge, J.M.C. 1999. Free
Radicals In Biology and Medicine Third
Edition. New York: Oxford University Press.
Handoko, Siswono Jati. 2008. Efek antioksidan
ekstrak etanol 70% daun Salam (Syzygium
polyanthum [wight.] Walp.) Pada hati Tikus
putih jantan galur wistar yang diinduksi
Karbon tetraklorida (CCl4).Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hargono, D.J., M.W. Winarno, A. Werawati. 2000.
Pengaruh Perasan Daun Ngokilo Terhadap
Aktivitas Sistem Imun Mencit Putih. Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran. No.127-hal.22-29.
Holt, Michael. P and Cynthia Ju. 2006. Mechanisms Of
Drug-Induced Liver Injury. Department of
Pharmaceutical Sciences, School of Pharmacy,
University of Colorado Health Sciences Center,
4200 E 9th Ave, Box C-238, Denver, CO 80262.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook
for the Fractionation of Natutal Extracts.
London: Chapman and Hall.
Istiantoro, Y.H. dan Setiabudy, Rianto. 2007.
Tuberkulostatik
dan
Leprostatik.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI.
Jannah, Rahmawati Nur. 2010. Uji Efektifitas Ekstrak
Daun Sirsak (Annona Muricata L) Sebagai
Pestisida Nabati Terhadap Pengendalian
Hama Tanaman Sawi (Brassica Juncea L).
Muhammadiyah Surakarta.
Jawi, I.M, et al., 2008. Sirup atau Ekstrak Air Umbi
Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L) Dosis 4
ml Efektif sebagai Antioksidan pada Tikus
Putih yang Diberikan Beban Aktifitas Fisik
Maksimal, Dexa Media. 21: 4.
Kalsum, Umi, et al., 2010. Efek Analgesia Daun
Sirsak pada Tikus Strain Wistar. Malang:
Universitas Brawijaya.
Kandun, I Nyoman, et al., 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2
Cetakan pertama. Dirjen P2M-PL. Departemen
Kesehatan. Jakarta.
Katzung, B. G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Edisisi 6. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Kishore PV, Palaian S, et al., 2007. Drug Induced
Hepatitis
with
Anti-tubercular
Chemotherapy: Challenges and Difficulties
in Treatment. Kathmandu University Medical
Journal, Vol. 5, No. 2, Issue 18, 256-260.
Kumar, Vinay., Cotran, R. S., Robbins, S. L. 2007.
Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 1, Ed. 7.
EGC. Jakarta

Kurniasih, R dan A. Wijaya. 2002. Peran Radikal Bebas


pada
Iskemia-Reperfusi
Serebral
dan
Miokardium.
Forum
Diagnosticum
1.
www.prodia.co.id/files/FD/fdiag_I_2002.pdf.
Diakses 22 Juli 2012.
Lee WM. 2003. Drug-Induced Hepatotoxicity. N Engl
J Med. 349: 474-85.
Lim, T. K. 2012. Edible Medicinal and NonMedicinal Planta. Volume 1, Fruits. London
New York. Business Media B. V.
Liska, DJ. 1998. The Detoxification Enzyme Systems.
Altern Med Rev. 3(3): 187-198.
Lllmann, Heinz. Et.al. 2000. Color Atlas of
Pharmacology. 2nd ed. Thieme Stuttgart. New
York.
Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia)(Ten)
Steenis Sebagai Obat. Jurnal Warta
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman
Industri. Volume 15 Nomor 1:3.
Mardiana, Lina. 2005. Dosis Aman Daun Anti
Kanker. Trubus 496-XLII. Hal 19.
Marjuki, Adhe. 2009. Uji Aktivitas Penangkap
Radikal Isolat dari Fraksi Ekstrak Etanol
Daun Dewandaru (Eugenia uniflora l.)
dengan Metode DPPH. Fakultas Farmasi
Universitas Surakarta. Surakarta.
Mclaughlin. 2008. Paw-paw and Cancer Annonaceous
Acetogenin from Discovery to Comercial
Products. Department of Medicinal Chemistry
and Molecular Pharmacology, School of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Purdue
University. 71(7):13111321
Mehta, Nilesh MD, et al., 2010. Drug-Induced
Hepatotoxicity.
Department
of
Gastroenterology and Hepatology.
Moncada S, Higgs A. 2001. Nitric oxide: role in
human disease. Encyclopedia of Life Sciences,
Disponvel em www.els.net em 20 des 2001.
Murray, RK, dkk. 2003. Metabolisme Xenobiotik.
Biokimia Herper. Edisi 25. Jakarta: EGC.
Murianto D.,2012 Efek Uji DPPH Pada Perasan Buah
Dan Rebusan Daun Sirsak (Annona murucata
L.),
Penelitian
Pendahuluan,
Program
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Malang.
Navarro, VJ. 2006. Drug-Related Hepatotoxicity. N
Engl J Med 354: 731-9.
Osorio, E., Arango G.J., Jimenez N., Alzate F., Ruiz
G., Gutierrez D., Paco M., Gimenez A.,
Robledo S. 2007. Antiprotozoal and Cytotoxic
Activities in Vitro of Colombian Annonaceae.
Journal of Ethnopharmacology: Vol 111 (630635)
Pratiwi, R.S. 2010. Suplementasi Pasta Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Meningkatkan
Kadar SOD dan Menurunkan MDA Jaringan
Paru Tikus Wistar yang Dipapar Asap Rokok
Subkronis. Skripsi. Malang: PPD UNISMA.

Prihatni, D.;I. Parwati.;I. Sjahid.;C. Rita. 2005. Efek


Hepatotoksik Anti Tuberkulosis Terhadap
Kadar Aspartate Aminotransferase Dan
Alanine Aminotransferase Serum Penderita
Tuberkulosis Paru. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory.
12(1): 1-5
Qi, C and Pekala, P.H. 2000. Tumor Necrosis Factor
Induced Insulin Resistance in Adipocyte.
Society for experimental Biology and Medicine.
233: 128-135.
Reynertson, K.A. 2007. Phytochemical Analysis of
Bioactive
Constituens
from
Edible
Myrtaceae Fruit. New York: Dissertation, The
City University of New York.
Robbins, S.L., Kumar, V., Cotran, R.S. 2007. Robbins
Buku Ajar Patologi I. Edisi 7. Alih Bahasa:
Pendit B.U. Jakarta: ECG, pp: 664-669.
Rossenwasser, L.J. 1998. Biologic Activities of IL-1
and its Role in Human Disease. J. Allergy Clin
Immunol. 102(3): 344-350
Saleem, Mohamed, et. al. 2008. Hepatoprotective
activity of Annona squamosa Linn. On
experimental animal model. Vol. 1(3).
International Journal of Applied Research in
Natural Products, Department of Pharmacology,
Himalayan Pharmacy Institute, Majhitar, East
Sikkim, India. Department of Pharmacology, K.
M. College of Pharmacy, Madurai, Tamilnadu,
India.
Schneider C.D., Alvaro R.O. 2004. Oxygen free
radicals and exercise:mechanism of synthesis
and application to the physical training. Rev
Bras Med Esporte Vol.10 No.4.
Setiawati, Arini, et al., 2007. Pengantar Farmakologi.
Farmakologi dan terapi. Gaya Baru. Dep.
Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta.
Sodhi, CP, et al. 1997. Study Of Oxidative-Stress in
Isoniazid-Rifampicin Induced Hepatic Injury
in Young Rats. Us National Library Of
Medicine National Institute Of Health.
Soegianto, Benny. 2008. Berbagai Bentuk Gangguan
Kesehatan yang Disebabkan oleh Radikal
Bebas.
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/mifi/article/vi
ewFile/964/ 961. Diakses tanggal 14 Maret
2010.
Sousa, Orlando Vieira de. 2010. Antinociceptive and
Anti-Inflammatory Activities of the Ethanol
Extract of Annona muricata L. Leaves in
Animal Models. International Journal of
Molecular Sciences. 1422-0067.
Stylianou, E.;J. Saklatvala. 1998. Interleukin-1. The
International Journal of Biochemistry & Cell
Biology. 30: 1075-1079
Sudarjanto.
2010.
Manfaat
Sirsak,
http://sudarjanto.multiply.com/journal/item/669
5.

10

Suhartono, Eko, dkk., 2007, Kapita Selekta Biokimia


Stres Oksidatif: Dasar & Penyakit,
Banjarmasin: Pustaka Benua.
Syahrizal, Dedy. 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C
Terhadap
Enzim
Transaminase
dan
Gambaran Histologi Hepar Mencit yang
Dipapar Plumbum. Sumatra: Universitas
Sumatra Utara
Tambunan, Lastioro Anmi. 2011. Bersandar Pada
Daunnya. Trubus 497-XLII. Hal 28.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Wetwitayaklung,
Penpun. 2012.
Antioxidant
Activities of Some Thai and Exotic Fruits
Cultivated in Thailand. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences. Vol 3: 0975-8585.
Winarsi,Henry. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal
Bebas, Kanisius. Yogyakarta
Windono T.,S. Soediman, U. Yudawati, et al. 2001. Uji
Peredam Radikal Bebas Terhadap DPPH

dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur


(Vitis vinivera L). Probolinggo biru dan Bali.
Artocarpus Media Pharmaceutika Indonesia.
Hal 34043
Wiryowidagdo, Sumali. 2005. Riset Ilmiah Tumbuhan
Sarang
Semut.
(http://www.sarangsemut.co.id/sarang-semut.html).

Wresdiyati Tutik , Made A., Dini F., et al. 2008.


Pengaruh -Tokoferol Terhadap Profil
Superoksida
Dismutase
dan
Malondialdehida pada Jaringan Hati
Tikus di Bawah Kondisi Stres, Jurnal
Veteriner.
Zaif.

2009. Sirsak (Annona muricata Linn).


http://biologionline.wordpress.com
Zuhud, E. A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak
Menumpas Kanker. Jakarta: Agromedia
Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai