Anda di halaman 1dari 5

SIFAT-SIFAT UMUM UNSUR TRANSISI

Berkenalan dengan unsur transisi

Unsur transisi sebenarnya tidak jauh dari kehidupan kita seharihari. Bagaimana kita mengetahui unsur transisi di sekitar kita? Kita
Kita dapat mengenali unsur-unsur transisi di kehidupan sekitar kita
dari sifat-sifatnya, antara lain:

1. Bersifat logam
Semua unsur transisi adalah unsur-unsur logam. Logam bersifat
lunak, mengkilap, dan penghantar listrik dan panas yang baik. Perak
merupakan unsur transisi yang mempunyai konduktivitas listrik paling
tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Namun
demikians sifat-sifat logam transisi agak berbeda dari logam pada
golongan utama, terutama diliat dari titik leleh dan titik didihnya.
Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih
keras, punya titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan s
(akan dijelaskan selanjutnya) , sehingga ikatannya semakin kuat (Mc.
Murry dan Fay, 2000: 867).

2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai
bilangan oksidasi +1 dan +2, unsur-unsur logam transisi mempunyai
beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium yang punya bilangan
oksidasi +2, +3, dan +4. Berikut contoh dari keberagaman tingkat
oksidasi unsur-unsur transisi periode keempat

Diambil dari McMurry dan Fay (2004)

3. Sifat Kemagnetan
Setiap

atom

dan

molekul

mempunyai

sifat

magnetik,

yaitu paramagnetik , di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat

ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak


berpasangan pada orbitalnya , dan diamagnetik , di mana atom,

molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh
elektron pada orbitnya berpasangan . Sedangkan pada umumnya
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai
elektron yang tidak berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat
paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan
Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik.
Untuk Fe, Co, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama
dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat (Brady, 1990:
698).
4. Ion-ion berwarna

Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir


sama menyebabkan timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal
ini terjadi karena elektron dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi
dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit
3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu
menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan

memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna


cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.
Misalnya Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna
merah muda, Co3+berwarna biru, dan lain sebagainya.
5.Unsur-Unsur Transisi dapat Membentuk Senyawa Kompleks
(Senyawa Koordinasi)

Senyawa koordinasi terdiri atas ion logam positif yang disebut juga
atom pusat dan sejumlah gugus koordinasi yang disebut ligan. Ion
positif bertindak sebagai asam Lewis dan ligan merupakan basa Lewis.
Pada umumnya kation yang dapat membentuk senyawa kompleks
adalah ion-ion unsur transisi, namun dikenal pula beberapa senyawa
koordinasi unsur representatif seperti Mg(III), Ca(II), Al(III), Pb(II),
Sn(II), Sn(IV), dan Sb(III).
Ligan yang merupakan basa Lewis sekurang-kurangnya harus
mempunyai sepasang elektron bebas dalam orbital ikatan.
Perbandingan besarnya ligan dan atom pusat menentukan jumlah ligan
maksimum yang dapat diikat.
Jumlah ikatan kovalen koordinasi yang dapat terbentuk pada
pembentukan kompleks disebut bilangan koordinasi dari ion pusat.
Nah itulah beberapa sifat-sifat unsur transisi. Ingat! Pembahasan di
sini tidak terlalu mendalam dan jika ingin mengerjakan tugas
bersumber dari sini harap cek kembali, karena ilmu pengetahuan
selalu berkembang.

Anda mungkin juga menyukai