BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radio merupakan salah satu media komunikasi yang digunakan
masyarakat untuk mendapatkan atau memberikan informasi-informasi yang
mereka butuhkan. Misalkan untuk keperluan bisnis atau usaha, masyarakat
dapat menggunakan radio sebagai media penyampai untuk mempromosikan
atau memasarkan produk dan usaha mereka kepada konsumen. Hal ini
mendorong munculnya radio-radio swasta, terutama pemancar radio FM.
Persyaratan utama untuk siaran FM ialah fidelity yang sangat baik,
karena bahan utama adalah musik. Modulasi frekuensi dalam beberapa cara
berfungsi untuk memperbaiki fidelity ini. Pertama, karena siaran FM berada
pada jalur VHF dari 87,5 sampai 108 MHz, dapat digunakan jalur dasar
(baseband) yang jauh lebih lebar. Lebar jalur dasar utama yang sekarang
banyak digunakan ialah 50 Hz sampai 15 kHz, dengan deviasi maksimum yang
diizinkan sebesar 75 kHz. Jarak antar saluran adalah 200 kHz dan keluarankeluaran daya yang dipakai dapat mencapai hingga 100 kW. (Roddy, 1993 :
361)
Pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan siaran yang
menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi bila dibandingkan dengan
Rentang pita frekuensi radio yang digunakan adalah 87,5 108 MHz;
b.
c.
d.
e.
f.
Lebar pita (band width) untuk deviasi maksimum + 75 kHz dan 100%
modulasi maksimum 372 kHz;
g.
dapat mengunci level sinyal relatif rendah (misalnya sinyal CW), meskipun
terdapat desah acak yang lebih besar dari sinyal yang kita inginkan itu sendiri.
Pulsa-pulsa tersebut sebaiknya dianggap tidak ada. Hal ini membuat PLL
sangat baik sebagai penguat gelombang kontinyu dan tapis desah. ( Horn,1992
: 75)
Tanggapan PLL hanya pada daerah jangkauan atas jalur frekuensi tertentu,
sehingga kita dapat menggunakan komponen ini sebagai penguat lulus-jalur
termodifikasi. Satu dari kebanyakan pemakaian PLL adalah pada demodulasi
FM. Jika IF (frekuensi antara) dipakai sebagai pusat frekuensi VCO, dan sinyal
FM dipakai sebagai masukan PLL, pengambilan sinyal kesalahan pada
keluaran tapis akan memberikan pada kita program modulasi sinyal.
PLL juga banyak dipakai dalam transmisi data digital. Sinyal-sinyal digital
terdiri dari dua level khusus. Masing-masing levelnya dapat dinyatakan dengan
frekuensi khusus untuk transmisi saluran telepon, atau untuk menyimpan pada
perekam pita suara. Hal ini disebut FSK (frequency shift keying). PLL dapat
dipakai untuk mengubah penyandian FSK. Frekuensi logika VCO dalam PLL.
Frekuensi logika 0 sedikit lebih rendah dari frekuensi nominal VCO.
PLL juga sering dipakai untuk sinkronisasi data. Pada pemakaian
komputer dan aplikasi digital lainnya, dua atau lebih rangkaian harus
mempunyai sinyal clock untuk menggerakkan rangkaian tersebut. Beberapa
alat harus memakai sinyal clock yang sama, atau alat ini akan bekerja, dan data
ditransmisikan kembali selanjutnya diantara keduanya tidak terjadi kesalahan.
Dengan rangkaian sinkronisasi data PLL, tidak diperlukan lagi saluran
transmisi sinyal clock yang berdiri sendiri.
PLL juga banyak dipakai untuk sintesa frekuensi. Pendekatan ini sering
dipakai pada radio CB 40 kanal dan pemancar radio FM.
Pengangkatan judul PEMANCAR FM DENGAN OSILATOR PLL
(PHASE LOCKED LOOP), karena melihat betapa pentingnya sifat dari PLL
ini dimanfaatkan untuk membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan
frekuensi keluaran yang stabil dengan membandingkan beda fasa antara
frekuensi referensi yang sangat stabil dengan keluaran yang di umpanbalikkan.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Frekuensi dari osilator cenderung untuk sedikit berubah dengan
berjalannya waktu; penyimpangan (drift) ini disebabkan karena suhu, usia, dan
unsur-unsur lainnya. (Malvino, 1996 : 239). Suatu pemancar FM harus
mempunyai stabilitas frekuensi tengah sebesar maksimum (+) 200 Hz dan
maksimum (-) 200 Hz dari frekuensi tengah. Maka dari itu osilator PLL
dimanfaatkan untuk membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan
frekuensi keluaran yang stabil dengan membandingkan beda fasa antara
frekuensi referensi yang sangat stabil dengan keluaran yang di umpanbalikkan.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan yang berhubungan dengan pemancar FM, dalam
pembuatan tugas akhir ini pembatasan masalah mencakup permasalahan
sebagai berikut:
1). Waktu dan biaya yang digunakan untuk pelaksanaan tugas akhir, maka
spesifikasi pemancar yang dibuat sebagai berikut
a). Daya yang dipancarkan antara 0.5 sampai 3 Watt.
b). Frekuensi yang digunakan 93.0 Mhz karena pada frekuensi ini tidak
digunakan oleh salah satu stasiun radio.
2). Keterbatasan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tugas
akhir.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan pada pembuatan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1). Bagaimana merancang pemancar FM dengan sistem PLL.
2). Bagaimana membuat pemancar FM dengan sistem PLL.
3). Bagaimana menguji pemancar FM dengan sistem PLL.
C. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang pemancar FM dengan
menggunakan osilator PLL sebagai pengontrol frekuensi sehingga didapatkan
frekuensi yang stabil sesuai dengan standar penyiaran. Untuk dijadikan salah
satu media komunikasi yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan atau
memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan
D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan bagi masyarakat pada umumnya. Adapun manfaat yang dapat diambil
diantaranya adalah :
1. Sebagai salah satu media komunikasi yang digunakan masyarakat untuk
mendapatkan atau memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan,
sesuai dengan standar penyiaran.
2. Sebagai pengembangan dan melengkapi peralatan laboratorium Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, permasalahan,
penegasan istilah, tujuan dan sistematika tugas akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem pemancar FM
Pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan siaran yang
menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi bila dibandingkan dengan
penggunaan pemancar AM. Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM
memiliki beberapa keunggulan diantaranya :
1. Lebih tahan noise
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi
87.5 MHz 108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif
bebas dari gangguan baik dari atmosfir maupun interferensi yang tidak
diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh jika
dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya
lebih panjang. Sehingga noise yang diakibatkan oleh penurunan level daya
hampir tidak berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).
2. Bandwidth yang lebar
Lebar (band) siar FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency)
dari spektrum frekuensi dimana tersedia bandwidth yang lebih lebar
daripada band siar AM dengan panjang gelombang medium (MW =
Medium Wave). Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga
memungkinkan untuk memuat dua saluran data atau audio tambahan yang
disebut SCA (Subsidiary Communication Authorization).
3. Fidelitas tinggi (Hi-Fi)
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (minimum pada interval 50
Hz sampai 15 KHz), distorsi dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise
yang sangat rendah, diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian
saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan
menyediakan hubungan radio dengan noise rendah.
Audio
in
Osilator
Penyangga
(Buffer)
Penguat daya
(Booster)
Exciter
Pemancar
TAPE/ CD
PLAYER
MIXER
MIC
Sumber suara
RF
out
1. Pemancar FM
a). Osilator
Osilator adalah suatu rangkaian yang menghasilkan sinyal keluaran yang
amplitudonya berubah-ubah terhadap waktu. Perbedaan antara penguat dengan
osilator adalah penguat memerlukan sinyal masukan untuk menghasilkan
sinyal keluaran sedangkan osilator tidak ada sinyal masukan, hanya ada sinyal
keluaran saja, yang frekuensi dan amplitudonya dapat dikendalikan. Ada tiga
osilator yaitu osilator RC, osilator LC, dan osilator relaksasi. Osilator RC dan
LC menghasilkan sinyal berbentuk sinusoidal, sedangkan osilator relaksasi
menghasilkan sinyal berbentuk gigi gerjaji, kotak, segitiga, pulsa dan lain-lain.
Osilator dengan frekuensi yang bisa diubah disebut VFO (Variable Frequency
Oscillator). VFO mempunyai kelebihan pada deviasi frekuensinya yang lebar.
Kesetabilan frekuensi dari osilator kristal dapat digabungkan dengan deviasi
frekuensi VFO yang lebar dengan menerapkan osilator terkontrol PLL. Pada
osilator terkontrol PLL, osilator kristal dipakai sebagai penghasil frekuensi
referensi. Dengan demikian akan didapatkan frekuensi referensi yang sangat
stabil.
f). Antena
Antena adalah bagian yang sangat penting dari pemancar. Antena
berfungsi sebagai alat yang dapat meradiasikan gelombang radio. Selain itu
juga antena berfungsi mengarahkan arah pancaran sesuai tujuannya (audience).
Beberapa parameter antena adalah:
1. Polarisasi
Polarisasi dibedakan menjadi polarisasi vertikal dan polarisasi horisontal.
Sebagai gambaran yang sederhana sebuah antena dapat dikatakan
mempunyai polarisasi vertikal jika antena tersebut diletakkan pada posisi
vertikal terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal akan menghasilkan
gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga. Begitu sebaliknya dengan
polarisasi horizontal, karena sebagai acuannya adalah dilihat peletakan pada
permukaan bumi.
Untuk dapat menangkap gelombang radio yang mempunyai polarisasi
vertikal, pada penerima radio juga dibutuhkan dengan polarisasi yang sama.
2. Penguatan Antena
Antena adalah komponen pasif. Secara harfiah antena tidak mungkin
menguatkan sinyal yang diberikan padanya. Penguatan pada antena
sebenarnya adalah seberapa banyak antena tersebut meradiasikan gelombang
radio ke arah yang diinginkan.
3. Pengarahan
Antena dibedakan menjadi omnidirectional (segala arah) dan bidirectional
(dua
arah).
Antena
omnidirectional
dapat
dikatakan
meradiasikan
B. Modulasi
Modulasi didefinisikan sebagai proses penumpangan atau penyisipan
sinyal frekuensi rendah terhadap sinyal yang berfungsi tinggi sehingga
dihasilkan output dengan parameter baru. Proses ini menyebabkan sifat-sifat
sinyal pembawa berubah-ubah sebanding dengan perubahan sifat sinyal
informasi.
Proses modulasi pada sistem komunikasi ini dilakukan karena :
1. Transmisi langsung sinyal informasi akan mengalami permasalahan
interferensi selama gelombang radio yang ditransmisikan berada pada
frekuensi yang sama atau mendekati.
Va
(a)
(b)
Vc
Vo
(c)
Gambar 3.
(a) Sinyal informasi pada modulasi frekuensi
(b) Sinyal pembawa tanpa modulasi pada frekuensi
(c) Sinyal pembawa dengan modulasi FM
3. Frekuensi informasi
Kecepatan perubahan frekuensi simpangan dalam satu detik dinamakan
frekuensi informasi
D. Modulator FM
Modulator merupakan bagian utama dari pemancar FM yaitu suatu alat
yang digunakan untuk melakukan modulasi. Jadi modulator FM dapat
didefinisikan sebagai alat penghasil sinyal FM. Sinyal FM dapat diperoleh dari
suatu rangkaian dengan komponen utama adalah
linear. Piranti non linear yang sering digunakan antara lain adalah transistor
dan dioda varactor.
Prinsip kerja dari modulator adalah adanya tegangan bias dari sinyal
pemodulasi (informasi) yang akan berpengaruh pada nilai induktansi dari
transistor ataupun nilai kapasitansi dari dioda varactor. Perubahan nilai
induktansi maupun kapasitansi tersebut akan berpengaruh pada reaktansi
osilator sehingga dihasilkan pula perubahan frekuensi ataupun fasa dari
keluaran osilator sesuai dengan sinyal modulasi frekuensi yang dikehendaki.
Ada dua cara untuk menghasilkan sinyal FM yaitu modulasi langsung dan
tidak langsung.
dengan
frekuensi-frekuensi
yang
datang.
Dengan
demikian VCO dapat mengunci frekuensi yang datang. (Malvino, 1996 : 313).
Ketiga bagian ini dirangkai membentuk suatu loop tertutup sebagai
berikut:
Frekuensi
acuan
Detektor
fasa
Loop
Filter
Keluaran
yang
terkunci
VCO
Sinyal masukan berupa frekuensi acuan menjadi salah satu masukan bagi
alat detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO. Keluaran dari alat
detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO. Keluaran dari alat detektor
fasa, ditapis oleh penapis pelewat rendah (LPF). Dengan demikian frekuensifrekuensi awal, harmonik-harmoniknya, serta frekuensi jumlah disingkirkan.
Hanya frekuensi selisih (tegangan DC) yang keluar dari LPF. Tegangan DC ini
kemudian akan mengendalikan frekuensi VCO.
Sistem ini akan bekerja dengan baik, bila frekuensi VCO sama dengan
frekuensi acuan yang juga masuk ke detektor fasa. Dengan demikian alat
detektor fasa mempunyai dua masukan dengan frekuensi yang sama. Bila
frekuensi masuknya berubah, maka frekuensi VCO akan melacaknya. Secara
otomatis PLL membetulkan frekuensi dan sudut fasa VCO.
Pada pemancar FM ini, aplikasi PLL digunakan untuk mengunci frekuensi
kerja yang diinginkan. Bagian exciter terdiri dari dua bagian yaitu VCO dan
PLL dengan kalkulasi binari dan osilator yang dirangkai secara push-pull,
misalnya pada frekuensi 100 MHz, masing-masing osilator membangkitkan
sinyal RF 50 MHz kemudian dikombinasikan. Konfigurasi ini secara umum
sudah
dibuktikan
memiliki
banyak
kelebihan
dalam
hal
kestabilan
1
1
2
2
3
4
4
8
5
16
6
32
7
64
8
128
9
256
10
512
11
1024
12
2024
Dicari :
1024
512
1536
256
1792
128
1920
64
1984
16
2000
+
+
+
+
+
Dalam kondisi bebas LED indikasi tidak menyala, ini berarti PLL belum
berada pada posisi mengunci (locked), masih unlocked. Dalam kondisi
mengunci (locked) LED indikasi menyala, ini berarti PLL berada pada posisi
locked.
pendeteksi
fasa
adalah
pencampur
yang
penggunaannya
mengalami
penguatan yang lebih rendah. Dalam gambar 9 ditunjukkan bahwa filter LPF
mempunyai ciri suatu band pass frekuensi yang terletak dari nol hingga
frekuensi potong (cut off) fc. Idealnya respon filter di luar titik potong adalah
nol, tetapi dalam prakteknya terdapat suatu daerah peralihan yaitu antara fa dan
fs sebelum mencapai tepi dari bandstop. Bandstop terletak diatas fs dan secara
ideal transmisi melalui filter adalah nol. Dasar rangkaian LPF dan kurva
respons frekuensi dapat ditunjukkan pada gambar 9.
Pada batas tegangan keluaran diturunkan 3db dibawah tegangan batas ini,
tegangan keluaran makin kecil dan menurun tajam. Dengan menurunkan
sebesar 3 db dari tegangan maksimal akan didapat dari LPF. Penurunan 3 db
ini adalah tegangan efektif minimum yang masih dapat digunakan.
A (db)
3 db
Hz
fc
fs
suatu sinyal datang, bila sinyal datang tersebut berada dalam rentangan
frekuensi capture.
b).
Respon transiennya,
yaitu
mencegah
overshoot
yang
dapat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mengunci
bagian-bagian
yang
sudah
diberi
lubang
dengan
Waktu
Kegiatan
Tempat Penelitian
1.
Juni 2005
2.
Juli 2005
Perakitan alat
Agustus 2005
Semarang, Tegal,
perakitan alat
Jakarta
4.
data
Tegangan
Tegangan
No.
No.
(Volt)
(Volt)
Tegangan
No.
(Volt)
(Volt)
1.
2,38
8.
15
5,95
22.
2.
9.
5,8
16.
0,2mV
23.
3.
10.
17,3mV
17.
5,95
24.
5,95
4.
0,7
11.
0,2mV
18.
5,95
25.
0,2mV
5.
5,9
12.
0,2mV
19.
0,2mV
26.
2,7
6.
5,9
13.
5,95
20.
5,95
27.
3,11
7.
14.
5,95
21.
5,95
28.
5,73
Tegangan
No
(Volt)
(Volt)
1.
9.
1,8
2.
2.59
10.
3.
11.
2,52
4.
12.
2,45
5.
13.
2,30
6.
14
2,37
7.
15
0,3
8.
16.
Tegangan
No.
(Volt)
(Volt)
1.
5,36
5.
2.
0,44
6.
0,58
3.
0,73
7.
4.
8.
1,9
Tr 2,3
Tr 4,5
Tr 6
Tr 7
(BC 548)
(BF 494)
(BF 494)
(2SC2053)
(2SC1970)
Basis
0,5
4,2
1,3
2,3
Kolektor
1,17
8,16
7,8
10,14
13,7
Emitor
4,1
0,9
1,3
Kaki
100101001001
87.6
111001001001
87.7
101001001001
87.8
110001001001
87.9
100001001001
88.0
111110001001
88.1
101110001001
88.2
110110001001
88.3
100110001001
88.4
111010001001
88.5
101010001001
88.6
110010001001
88.7
100010001001
88.8
111100001001
88.9
101100001001
89.0
110100001001
C. Langkah-langkah Pengujian
Langkah-langkah pengujian untuk pemancar FM adalah sebagai berikut :
1. Hubungkan voltmeter pada catu daya dan atur tegangan sesuai dengan
yang dibutuhkan.
2. Hubungkan output catudaya dengan alat menggunakan kabel penghubung.
3. Tentukan posisi saklar DIP pada frekuensi yang ditentukan kemudian atur
VC lock sampai posisi lock (lampu indikasi menyala), sambil mengamati
frecuency counter sampai didapat frekuensi yang tepat.
4. Ukur tegangan pada masing-masing kaki IC dan transistor.
5. Atur VC pada bagian RF power amplifier sampai didapatkan daya yang
ditentukan sambil mengamati RF Powermeter.
Daya yang dihasilkan pesawat pemancar FM sebesar 0.5 Watt, daya pancar
mencapai jarak 400 meter menggunakan antena groundplane 5/8 , dan kabel
transmisi menggunakan kabel merk Belden tipe 50 , dengan ketinggian antena
sekitar 5 Meter dari permukaan tanah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH
A. Deskripsi Data
IC MC 145151 merupakan IC program dengan 14 masukan paralel jalur
data untuk pencacah N dan tiga input untuk pencacah R. Terdiri atas osilator
referensi, pemilihan referensi pembagi, detektor fasa digital, dan 14 bit
program pembagi oleh pencacah N.
IC SN 74163 merupakan IC sinkronasi pencacah biner 4 bit, yang
disajikan mempunyai semua clock flip-flop yang simultan, sehingga keluaran
berubah bersamaan waktu satu sama lain oleh masukan pencacah dan gerbang
masukan.
IC
CA
3140
merupakan
IC
penguat
operasional
yang
9.2 dB, pada tegangan 13.5V, Po = 1W, f = 175 MHz. transistor ini
banyak diaplikasikan pada penguat akhir dan penguat driver pada jalur VHF
dengan daya sekitar 0.8 sampai 1W.
yang
dip switch
10
11
12
Konstanta
16
32
64
128
256
512
1024
2024
+
+
+
+
+
Dalam kondisi bebas LED indikasi tidak menyala, ini berarti PLL belum
berada pada posisi mengunci (locked), masih unlocked. Dalam kondisi
mengunci (locked) LED indikasi menyala, ini berarti PLL berada pada posisi
locked.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari suatu pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih
sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang yang
termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frequency) yang berupa keluaran daya
yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan.
Pada kenyataannya, pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi
kebutuhan siaran yang menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi.
Hal ini disebabkan karena nilai S/N (Signal to Noise Ratio) yang tinggi dapat
diperoleh dengan daya pemancar FM yang relatif rendah, juga faktor kualitas
terhadap gangguan siaran yang lebih baik.
Jika dibandingkan dengan sistem AM, FM mempunyai beberapa
keungulan diantaranya :
1. Lebih tahan noise
2. Mempunyai bandwidth yang lebih lebar
3. Mempunyai fidelitas yang tinggi
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi
87.5-108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari
gangguan baik dari atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan.
Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh jika dibandingkan pada sistem
modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang.
Secara umum sistem pemancar terdiri dari bagian-bagian :
1. Audio Input
2. Pemancar FM
-
Osilator
Penyangga
Penguat Daya
3. Catu daya
4. Saluran Transmisi
5. Antena
Pada Pemancar FM ini, digunakan PLL sebagai pengontrol frekuensinya
karena PLL ini membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan frekuensi
yang stabil dengan dengan membandingkan beda fasa antara frekuensi
referensi yang sangat stabil dengan frekuensi keluaran yang diumpanbalikkan.
Secara umum PLL terbagi menjadi tiga bagian pokok yaitu detektor fasa,
loop filter dan VCO (Voltage Control Oscilator). Secara singkat prinsip kerja
sistem PLL adalah sinyal masukan berupa frekuensi acuan menjadi salah satu
masukan bagi alat detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO.
Keluaran dari alat detektor fasa ditapis oleh penapis pelewat rendah (LPF).
Dengan demikian frekuensi-frtekuensi awal, harmonik-harmoniknya, serta
frekuensi jumlah disingkirkan. Hanya frekuensi selisih (tegangan DC) yang
B. Saran
Dalam sistem pemancar FM ini diberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kinerja sistem pemancar FM, dibutuhkan respon
yang seragam terhadap frekuensi audio, distorsi dengan amplitudo sangat
rendah, dan tingkat noise yang sangat rendah.
2. Penggunaan frekuensi untuk keperluan siaran FM, sebaiknya memenuhi
persyaratan standar penyiaran.
3. Saat merakit sistem secara keseluruhan, sebaiknya jangan tergesa-gesa
tetapi dikerjakan tiap bagian supaya kemungkinan kesalahan dapat
dideteksi sejak awal.
DAFTAR PUSTAKA
Horn, Delton T. 1992. Teknik Merancang Rangkaian Dengan IC. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Komputindo, Elex Media. 1995. Data Praktis Elektronika. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo
Malvino, Paul Albert. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Malvino, Paul Albert. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Roody, Dennis dan John Coolen. 1993. Komunikasi Elektronika jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
S. Wasito. 1989. Vademekum Elektronika. Jakarta : Gramedia.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek29.html
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek34.html
http://members.tripod.com/Malzev/comp/mc145151.htm
http://www.geocities.com/inoor_9000
http://www.kkpi.go.id/list_uu/telekomunikasi
http://www.bogor.net/idkf/idkf-1/community-broadcasting/pemancar-fm
http://www.uoguelph.ca/~antoon/gadgets/pll/pll.html