Anda di halaman 1dari 43

ABSTRAK

M. Kasirin Jamain. 2006. Pemancar FM Dengan Osilator PLL (Phase


Lock Loop). Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas negeri
Semarang.
Tujuan dari pemancar FM (Frekuensi Modulasi) adalah untuk merubah
satu atau lebih sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang
termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output
daya yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam
bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power
amplifier RF dalam satu unit. Kestabilan frekuensi dari osilator direct FM tidak
cukup bagus, untuk itu dibutuhkan Phase Lock Loop (PLL) yang menggunakan
sebuah kristal osilator stabil sebagai frekuensi referensi. Simpal pengunci fasa
[phase-locked loop (PLL)] adalah simpal umpan balik dengan alat pendeteksi
fasa, penapis pelewat rendah, penguat dan osilator yang dikendalikan tegangan
[voltage contrroled oscilator (VCO)]. Pengangkatan judul PEMANCAR FM
DENGAN OSILATOR PLL (PHASE LOCKED LOOP), karena melihat betapa
pentingnya sifat dari PLL ini dimanfaatkan untuk membentuk suatu sistem yang
dapat menghasilkan frekuensi keluaran yang stabil dengan membandingkan beda
fasa antara frekuensi referensi yang sangat stabil dengan keluaran yang di
umpanbalikkan.
Daya yang dihasilkan pesawat pemancar FM ini sebesar 0.5 Watt, daya
pancar mencapai jarak 400 meter menggunakan antena groundplane 5/8 , dan
kabel transmisi menggunakan kabel merk Belden tipe 50 , dengan ketinggian
antena sekitar 5 Meter dari permukaan tanah.
Sistem pemancar FM dengan osilator PLL ini akan bekerja dengan baik,
bila frekuensi VCO sama dengan frekuensi acuan yang juga masuk ke detektor
fasa. Dengan demikian alat detektor fasa mempunyai dua masukan dengan
frekuensi yang sama. Bila frekuensi masukannya berubah, maka frekuensi VCO
akan melacaknya. Secara otomatis PLL membetulkan frekuensi dan sudut fasa
VCO.
Untuk meningkatkan kinerja sistem pemancar FM, dibutuhkan respon
yang seragam terhadap frekuensi audio, distorsi dengan amplitudo sangat rendah,
dan tingkat noise yang sangat rendah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radio merupakan salah satu media komunikasi yang digunakan
masyarakat untuk mendapatkan atau memberikan informasi-informasi yang
mereka butuhkan. Misalkan untuk keperluan bisnis atau usaha, masyarakat
dapat menggunakan radio sebagai media penyampai untuk mempromosikan
atau memasarkan produk dan usaha mereka kepada konsumen. Hal ini
mendorong munculnya radio-radio swasta, terutama pemancar radio FM.
Persyaratan utama untuk siaran FM ialah fidelity yang sangat baik,
karena bahan utama adalah musik. Modulasi frekuensi dalam beberapa cara
berfungsi untuk memperbaiki fidelity ini. Pertama, karena siaran FM berada
pada jalur VHF dari 87,5 sampai 108 MHz, dapat digunakan jalur dasar
(baseband) yang jauh lebih lebar. Lebar jalur dasar utama yang sekarang
banyak digunakan ialah 50 Hz sampai 15 kHz, dengan deviasi maksimum yang
diizinkan sebesar 75 kHz. Jarak antar saluran adalah 200 kHz dan keluarankeluaran daya yang dipakai dapat mencapai hingga 100 kW. (Roddy, 1993 :
361)
Pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan siaran yang
menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi bila dibandingkan dengan

penggunaan pemancar AM. Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM


memiliki beberapa keunggulan diantaranya :
1. Lebih tahan noise
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi
87.5 MHz 108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas
dari gangguan baik dari atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan.
Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh jika dibandingkan pada
sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga
noise yang diakibatkan oleh penurunan level daya hampir tidak berpengaruh
karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).
2. Bandwidth yang lebar
Lebar (band) siar FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency) dari
spektrum frekuensi dimana tersedia bandwidth yang lebih lebar daripada
band siar AM dengan panjang gelombang medium (MW = Medium Wave).
Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga memungkinkan untuk
memuat dua saluran data atau audio tambahan yang disebut SCA (Subsidiary
Communication Authorization).
3. High Fidelity (Hi-Fi)
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (minimum pada interval 50
Hz sampai 15 KHz), distorsi dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise
yang sangat rendah, diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian
saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan
menyediakan hubungan radio dengan noise rendah.

Setiap penyelenggaraan radio siaran FM wajib memenuhi ketentuan teknis


sebagai berikut :
a.

Rentang pita frekuensi radio yang digunakan adalah 87,5 108 MHz;

b.

Pengkanalan frekuensi radio yang digunakan adalah kelipatan 100 kHz;

c.

Penyimpangan frekuensi (frequency devilation) maksimum adalah + 75


kHz pada 100% modulasi;

d.

Toleransi frekuensi pemancar (transmitter frequency tolerance) sesuai


dengan Appendix Radio Regulation adalah sebesar 2000 Hz;

e.

Level spurious emisi minimum 60 Db dibawah level mean power;

f.

Lebar pita (band width) untuk deviasi maksimum + 75 kHz dan 100%
modulasi maksimum 372 kHz;

g.

Osilator (oscillator) harus mempunyai stabilitas frekuensi tengah (centre


frequency stability) sebesar maksimum (+) 200 Hz dan maksimum (-) 200
Hz dari frekuensi tengah; (KepMenHub No : KM15 tahun 2003).
Banyak sekali pemakaian yang dapat diambil dari karakteristik PLL. PLL

dapat mengunci level sinyal relatif rendah (misalnya sinyal CW), meskipun
terdapat desah acak yang lebih besar dari sinyal yang kita inginkan itu sendiri.
Pulsa-pulsa tersebut sebaiknya dianggap tidak ada. Hal ini membuat PLL
sangat baik sebagai penguat gelombang kontinyu dan tapis desah. ( Horn,1992
: 75)
Tanggapan PLL hanya pada daerah jangkauan atas jalur frekuensi tertentu,
sehingga kita dapat menggunakan komponen ini sebagai penguat lulus-jalur
termodifikasi. Satu dari kebanyakan pemakaian PLL adalah pada demodulasi

FM. Jika IF (frekuensi antara) dipakai sebagai pusat frekuensi VCO, dan sinyal
FM dipakai sebagai masukan PLL, pengambilan sinyal kesalahan pada
keluaran tapis akan memberikan pada kita program modulasi sinyal.
PLL juga banyak dipakai dalam transmisi data digital. Sinyal-sinyal digital
terdiri dari dua level khusus. Masing-masing levelnya dapat dinyatakan dengan
frekuensi khusus untuk transmisi saluran telepon, atau untuk menyimpan pada
perekam pita suara. Hal ini disebut FSK (frequency shift keying). PLL dapat
dipakai untuk mengubah penyandian FSK. Frekuensi logika VCO dalam PLL.
Frekuensi logika 0 sedikit lebih rendah dari frekuensi nominal VCO.
PLL juga sering dipakai untuk sinkronisasi data. Pada pemakaian
komputer dan aplikasi digital lainnya, dua atau lebih rangkaian harus
mempunyai sinyal clock untuk menggerakkan rangkaian tersebut. Beberapa
alat harus memakai sinyal clock yang sama, atau alat ini akan bekerja, dan data
ditransmisikan kembali selanjutnya diantara keduanya tidak terjadi kesalahan.
Dengan rangkaian sinkronisasi data PLL, tidak diperlukan lagi saluran
transmisi sinyal clock yang berdiri sendiri.
PLL juga banyak dipakai untuk sintesa frekuensi. Pendekatan ini sering
dipakai pada radio CB 40 kanal dan pemancar radio FM.
Pengangkatan judul PEMANCAR FM DENGAN OSILATOR PLL
(PHASE LOCKED LOOP), karena melihat betapa pentingnya sifat dari PLL
ini dimanfaatkan untuk membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan
frekuensi keluaran yang stabil dengan membandingkan beda fasa antara
frekuensi referensi yang sangat stabil dengan keluaran yang di umpanbalikkan.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Frekuensi dari osilator cenderung untuk sedikit berubah dengan
berjalannya waktu; penyimpangan (drift) ini disebabkan karena suhu, usia, dan
unsur-unsur lainnya. (Malvino, 1996 : 239). Suatu pemancar FM harus
mempunyai stabilitas frekuensi tengah sebesar maksimum (+) 200 Hz dan
maksimum (-) 200 Hz dari frekuensi tengah. Maka dari itu osilator PLL
dimanfaatkan untuk membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan
frekuensi keluaran yang stabil dengan membandingkan beda fasa antara
frekuensi referensi yang sangat stabil dengan keluaran yang di umpanbalikkan.

2. Pembatasan Masalah
Mengingat permasalahan yang berhubungan dengan pemancar FM, dalam
pembuatan tugas akhir ini pembatasan masalah mencakup permasalahan
sebagai berikut:
1). Waktu dan biaya yang digunakan untuk pelaksanaan tugas akhir, maka
spesifikasi pemancar yang dibuat sebagai berikut
a). Daya yang dipancarkan antara 0.5 sampai 3 Watt.
b). Frekuensi yang digunakan 93.0 Mhz karena pada frekuensi ini tidak
digunakan oleh salah satu stasiun radio.
2). Keterbatasan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tugas
akhir.

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan pada pembuatan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1). Bagaimana merancang pemancar FM dengan sistem PLL.
2). Bagaimana membuat pemancar FM dengan sistem PLL.
3). Bagaimana menguji pemancar FM dengan sistem PLL.

C. Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang pemancar FM dengan
menggunakan osilator PLL sebagai pengontrol frekuensi sehingga didapatkan
frekuensi yang stabil sesuai dengan standar penyiaran. Untuk dijadikan salah
satu media komunikasi yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan atau
memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan bagi masyarakat pada umumnya. Adapun manfaat yang dapat diambil
diantaranya adalah :
1. Sebagai salah satu media komunikasi yang digunakan masyarakat untuk
mendapatkan atau memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan,
sesuai dengan standar penyiaran.
2. Sebagai pengembangan dan melengkapi peralatan laboratorium Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

E. Sistematika Tugas Akhir


Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, permasalahan,
penegasan istilah, tujuan dan sistematika tugas akhir.

BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini berisi tentang teori-teori dasar mengenai pemancar FM
yang membahas tentang sistem pemancar, modulasi, frekuensi modulasi,
modulator FM dan PLL (Phase Lock Loop).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang metode penyusunan tugas akhir yang
membahas tentang perencanaan dan pembuatan pemancar FM, waktu
dan tempat penelitian, metode pengumpulan data dan pengujian alat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH
Pada bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis cara kerja dan
pembahasan dari alat yang telah dibuat.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang simpulan dan saran dari pembuatan proyek
akhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sistem pemancar FM
Pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan siaran yang
menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi bila dibandingkan dengan
penggunaan pemancar AM. Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM
memiliki beberapa keunggulan diantaranya :
1. Lebih tahan noise
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi
87.5 MHz 108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif
bebas dari gangguan baik dari atmosfir maupun interferensi yang tidak
diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh jika
dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya
lebih panjang. Sehingga noise yang diakibatkan oleh penurunan level daya
hampir tidak berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line Of Sight).
2. Bandwidth yang lebar
Lebar (band) siar FM terletak pada bagian VHF (Very High Frequency)
dari spektrum frekuensi dimana tersedia bandwidth yang lebih lebar
daripada band siar AM dengan panjang gelombang medium (MW =
Medium Wave). Bandwidth yang lebar pada saluran siar FM juga

memungkinkan untuk memuat dua saluran data atau audio tambahan yang
disebut SCA (Subsidiary Communication Authorization).
3. Fidelitas tinggi (Hi-Fi)
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (minimum pada interval 50
Hz sampai 15 KHz), distorsi dengan amplitudo sangat rendah, tingkat noise
yang sangat rendah, diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian
saluran FM memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan
menyediakan hubungan radio dengan noise rendah.

Audio
in

Osilator

Penyangga
(Buffer)

Penguat daya
(Booster)

Exciter

Pemancar

TAPE/ CD
PLAYER

MIXER
MIC
Sumber suara

Gambar 1. Blok diagram pemancar FM secara umum

RF
out

1. Pemancar FM
a). Osilator
Osilator adalah suatu rangkaian yang menghasilkan sinyal keluaran yang
amplitudonya berubah-ubah terhadap waktu. Perbedaan antara penguat dengan
osilator adalah penguat memerlukan sinyal masukan untuk menghasilkan
sinyal keluaran sedangkan osilator tidak ada sinyal masukan, hanya ada sinyal
keluaran saja, yang frekuensi dan amplitudonya dapat dikendalikan. Ada tiga
osilator yaitu osilator RC, osilator LC, dan osilator relaksasi. Osilator RC dan
LC menghasilkan sinyal berbentuk sinusoidal, sedangkan osilator relaksasi
menghasilkan sinyal berbentuk gigi gerjaji, kotak, segitiga, pulsa dan lain-lain.
Osilator dengan frekuensi yang bisa diubah disebut VFO (Variable Frequency
Oscillator). VFO mempunyai kelebihan pada deviasi frekuensinya yang lebar.
Kesetabilan frekuensi dari osilator kristal dapat digabungkan dengan deviasi
frekuensi VFO yang lebar dengan menerapkan osilator terkontrol PLL. Pada
osilator terkontrol PLL, osilator kristal dipakai sebagai penghasil frekuensi
referensi. Dengan demikian akan didapatkan frekuensi referensi yang sangat
stabil.

b). Penyangga (Buffer)


Pada setiap osilator, frekuensi dan amplitudo osilasi dalam beberapa
tingkat dipengaruhi oleh impedansi beban kemana osilator disalurkan. Dengan
demikian diperlukan suatu tingkat penguat penyangga antara osilator dan
beban. Penyangga berfungsi untuk menstabilkan frekuensi dan amplitudo

osilator akibat pembebanan tingkat selanjutnya. Osilator yang dilengkapi


dengan penyangga biasa disebut exciter.

c). Penguat Daya


Penguat daya adalah suatu penguat yang digunakan untuk menguatkan
daya sinyal besar (large signal). Di dalam penggunaannya, dapat digunakan
transistor daya sebagai komponen utamanya dan pada umumnya transistor
daya tersebut mempunyai disipasi daya lebih dari watt.
Terdapat tiga macam kelas penguatan daya, yaitu:
1. Penguat kelas A
2. Penguat kelas B
3. Penguat kelas C

d). Catu Daya


Secara umum, istilah catu daya berarti suatu sistem penyearah yang
mengubah arus AC menjadi DC. Untuk menjalankan peralatan elektronik,
diperlukan catu daya DC, dan daya ini dapat diperoleh dari beberapa sumber.
Energi yang mudah tersedia adalah arus bolak-balik. Oleh karena itu, arus
bolak-balik ini harus diubah (disearahkan) menjadi arus DC yang selanjutnya
harus diratakan (disaring) menjadi tegangan yang tidak berubah-ubah. Sebuah
blok diagram pencatu daya teregulasi ditunjukkan dalam gambar 2.

Gambar 2. Blok diagram pencatu daya teregulasi


Transformator berfungsi untuk memperkecil tegangan hingga mendekati
besarnya tegangan searah yang diinginkan. Pada bagian kedua dari blok
diagram merupakan dioda penyearah baik penyearah setengah gelombang
maupun penyearah gelombang penuh. Tegangan keluaran tingkat ini sudah
berupa tegangan searah tetapi masih mengandung unsur arus bolak-balik
(ripple). Untuk menghilangkan ripple maka digunakan filter LPF yang hanya
dapat meloloskan arus searah dan membuang arus bolak-balik ke bumi. Untuk
meningkatkan kualitas pencatu daya searah, maka harus digunakan regulator
pada titik keluaran. Kestabilan tegangan diperoleh dengan membandingkan
tegangan keluaran dengan suatu tegangan acuan yang stabil. Setiap ada
perubahan tegangan keluaran, regulator berusaha untuk mengembalikan
harganya ke tegangan semula.

e). Saluran Transmisi


Saluran transmisi adalah bagian yang menghantarkan daya yang dihasilkan
pemancar ke antena. Sebagai bagian yang menghantarkan daya, saluran
transmisi yang ideal tidak akan mengurangi daya yang dihantarkannya dan
juga tidak meradiasikan daya yang menjadi tugas antena. Pada kenyataannya,
saluran transmisi juga mengurangi daya yang disalurkannya. Daya yang

berkurang berubah menjadi panas dan sebagian kecil diradiasikan. Agar


transfer daya terjadi secara maksimal maka saluran transmisi juga harus
mempunyai impedansi karakteristik yang sama dengan sumber dan beban.
Pada sistem pemancar FM umumnya menggunakan saluran koaksial dengan
impedansi karakteristik 50 .

f). Antena
Antena adalah bagian yang sangat penting dari pemancar. Antena
berfungsi sebagai alat yang dapat meradiasikan gelombang radio. Selain itu
juga antena berfungsi mengarahkan arah pancaran sesuai tujuannya (audience).
Beberapa parameter antena adalah:
1. Polarisasi
Polarisasi dibedakan menjadi polarisasi vertikal dan polarisasi horisontal.
Sebagai gambaran yang sederhana sebuah antena dapat dikatakan
mempunyai polarisasi vertikal jika antena tersebut diletakkan pada posisi
vertikal terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal akan menghasilkan
gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga. Begitu sebaliknya dengan
polarisasi horizontal, karena sebagai acuannya adalah dilihat peletakan pada
permukaan bumi.
Untuk dapat menangkap gelombang radio yang mempunyai polarisasi
vertikal, pada penerima radio juga dibutuhkan dengan polarisasi yang sama.

2. Penguatan Antena
Antena adalah komponen pasif. Secara harfiah antena tidak mungkin
menguatkan sinyal yang diberikan padanya. Penguatan pada antena
sebenarnya adalah seberapa banyak antena tersebut meradiasikan gelombang
radio ke arah yang diinginkan.
3. Pengarahan
Antena dibedakan menjadi omnidirectional (segala arah) dan bidirectional
(dua

arah).

Antena

omnidirectional

dapat

dikatakan

meradiasikan

gelombang radio yang sama kuat ke segala arah.


Pada umumnya, untuk antena-antena siaran atau pemancar frekuensi
menengah (MF = Medium Frequency) dan VHF (Very High Frequency)
menggunakan jenis antena tegak (antena vertikal).

B. Modulasi
Modulasi didefinisikan sebagai proses penumpangan atau penyisipan
sinyal frekuensi rendah terhadap sinyal yang berfungsi tinggi sehingga
dihasilkan output dengan parameter baru. Proses ini menyebabkan sifat-sifat
sinyal pembawa berubah-ubah sebanding dengan perubahan sifat sinyal
informasi.
Proses modulasi pada sistem komunikasi ini dilakukan karena :
1. Transmisi langsung sinyal informasi akan mengalami permasalahan
interferensi selama gelombang radio yang ditransmisikan berada pada
frekuensi yang sama atau mendekati.

2. Pada umumnya sinyal informasi akan mempunyai frekuensi yang rendah.


Hal ini tidak memungkinkan terjadinya pengiriman dan penerimaan
gelombang radio berfrekuensi rendah sampai ke tujuan.

C. Frekuensi Modulasi (FM)


Modulasi frekuensi adalah proses menumpangkan informasi pada carrier
dengan cara mengubah-ubah frekuensi dari carrier sesuai dengan sinyal
informasi.
Bentuk gelombang modulasi frekuensi dapat digambarkan sebagai berikut :

Va

(a)

(b)

Vc

Vo

(c)

Gambar 3.
(a) Sinyal informasi pada modulasi frekuensi
(b) Sinyal pembawa tanpa modulasi pada frekuensi
(c) Sinyal pembawa dengan modulasi FM

Pada modulasi frekuensi, amplitudo sinyal pembawa selalu tetap (tidak


berubah-ubah), sedangkan frekuensinya berubah-ubah tergantung pada
amplitudo sinyal modulasi. Perubahan naik turunnya amplitudo pemodulasi
akan berpengaruh pada simpangan frekuensi sinyal pembawa yang disebut
dengan frekuensi deviasi.
Didalam teknik FM terdapat tiga jenis frekuensi yaitu:
1. Frekuensi carrier (pembawa)
Pada FM berkisar dari 87.5 MHz 108 MHz
2. Frekuensi simpangan
Perubahan frekuensi carrier dinamakan frekuensi simpangan yang mewakili
kekuatan amplitudo dari sinyal informasi

3. Frekuensi informasi
Kecepatan perubahan frekuensi simpangan dalam satu detik dinamakan
frekuensi informasi

D. Modulator FM
Modulator merupakan bagian utama dari pemancar FM yaitu suatu alat
yang digunakan untuk melakukan modulasi. Jadi modulator FM dapat
didefinisikan sebagai alat penghasil sinyal FM. Sinyal FM dapat diperoleh dari
suatu rangkaian dengan komponen utama adalah

osilator dan piranti non

linear. Piranti non linear yang sering digunakan antara lain adalah transistor
dan dioda varactor.
Prinsip kerja dari modulator adalah adanya tegangan bias dari sinyal
pemodulasi (informasi) yang akan berpengaruh pada nilai induktansi dari
transistor ataupun nilai kapasitansi dari dioda varactor. Perubahan nilai
induktansi maupun kapasitansi tersebut akan berpengaruh pada reaktansi
osilator sehingga dihasilkan pula perubahan frekuensi ataupun fasa dari
keluaran osilator sesuai dengan sinyal modulasi frekuensi yang dikehendaki.
Ada dua cara untuk menghasilkan sinyal FM yaitu modulasi langsung dan
tidak langsung.

1). Modulasi Langsung


Untuk menghasilkan sinyal FM dengan cara modulasi langsung dapat
diperoleh dari rangkaian modulator pada gambar:

Gambar 4. Modulator FM langsung dengan dioda varactor

2). Modulasi Tidak Langsung


Modulasi Frekuensi tidak langsung diperoleh melalui proses modulasi fasa
dengan sinyal masukan informasi diintegrasikan terlebih dahulu sebelum
masuk ke modulator. Metode yang sering digunakan adalah tipe Amstrong.
Apabila fasa dari keluaran osilator kristal berubah, maka dihasilkan modulasi
fasa (PM). Perubahan fasa dari sinyal secara tidak langsung akan menyebabkan
perubahan frekuensi. Oleh karena itu dapat terjadi modulasi langsung dari
kristal melalui modulasi phasa (PM), yang secara tidak langsung menghasilkan
modulasi frekuensi (FM).
Modulator sederhana tipe Amstrong dapat dilihat pada gambar 6, JFET
pada rangkaian ini mendapat bias tegangan dan menjaga agar tegangan VDS
rendah. Keadaan tersebut akan menghasilkan resistansi dari drain ke source
dapat berubah-ubah terhadap tegangan drain (sinyal pemodulasi). Proses
terjadinya modulasi akan dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 5. Modulator Tak Langsung melalui modulasi Fasa

Mula-mula sinyal audio masuk ke rangkaian pengoperasian frekuensi.


Rangkaian ini terdiri dari rangkaian RC Low pass (integrator) yang membuat
amplitudo audio berkebalikan dengan frekuensinya. Hal ini perlu dilakukan
karena pada modulator fasa (PM), deviasi frekuensi yang dihasilkan tidak
sesuai dengan frekuensi sinyal pemodulasi 1 volt 1 KHz yang menghasilkan
deviasi 100 Hz, maka untuk sinyal pemodulasi 1 volt 2 KHz akan
menghasilkan deviasi 200 Hz sebagai pengganti dari deviasi 100 Hz jika sinyal
pemodulasi tersebut melewati ke rangkaian integrator. Dengan demikian sinyal
FM secara tidak langsung dihasilkan melalui perubahan fasa dari keluaran
osilator kristal. Perubahan fasa tersebut disempurnakan dengan perubahan
sudut fasa dari rangkaian RC (C1 dan resistansi JFET) bersamaan dengan
koreksi frekuensi sinyal pemodulasi.

E. PLL (Phase Locked Loop)


Simpal pengunci fasa [phase-locked loop (PLL)] adalah simpal umpan
balik dengan alat pendeteksi fasa, penapis pelewat rendah, penguat dan osilator
yang dikendalikan tegangan [voltage contrroled oscilator (VCO)]. PLL tidak
mengumpan balikkan tegangan, melainkan mengumpan balikkan frekuensi dan
membandingkannya

dengan

frekuensi-frekuensi

yang

datang.

Dengan

demikian VCO dapat mengunci frekuensi yang datang. (Malvino, 1996 : 313).
Ketiga bagian ini dirangkai membentuk suatu loop tertutup sebagai
berikut:

Frekuensi
acuan

Detektor
fasa

Loop
Filter

Keluaran
yang
terkunci

VCO

Gambar 6. Rangkaian dasar PLL

Sinyal masukan berupa frekuensi acuan menjadi salah satu masukan bagi
alat detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO. Keluaran dari alat
detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO. Keluaran dari alat detektor
fasa, ditapis oleh penapis pelewat rendah (LPF). Dengan demikian frekuensifrekuensi awal, harmonik-harmoniknya, serta frekuensi jumlah disingkirkan.
Hanya frekuensi selisih (tegangan DC) yang keluar dari LPF. Tegangan DC ini
kemudian akan mengendalikan frekuensi VCO.

Sistem ini akan bekerja dengan baik, bila frekuensi VCO sama dengan
frekuensi acuan yang juga masuk ke detektor fasa. Dengan demikian alat
detektor fasa mempunyai dua masukan dengan frekuensi yang sama. Bila
frekuensi masuknya berubah, maka frekuensi VCO akan melacaknya. Secara
otomatis PLL membetulkan frekuensi dan sudut fasa VCO.
Pada pemancar FM ini, aplikasi PLL digunakan untuk mengunci frekuensi
kerja yang diinginkan. Bagian exciter terdiri dari dua bagian yaitu VCO dan
PLL dengan kalkulasi binari dan osilator yang dirangkai secara push-pull,
misalnya pada frekuensi 100 MHz, masing-masing osilator membangkitkan
sinyal RF 50 MHz kemudian dikombinasikan. Konfigurasi ini secara umum
sudah

dibuktikan

memiliki

banyak

kelebihan

dalam

hal

kestabilan

dibandingkan sebuah osilator yang bekerja langsung 100 MHz.


Komponen utamanya Kapasitor dan dioda varactor/varicap yang
dirangkaikan ke masing-masing transistor BF494, tingkat penyangga (buffer)
menggunakan transistor 2SC2053 dan sebagai penguat akhir menggunakan
2SC1970 dengan menggunakan tegangan 13.5 - 15VDC.
Bagian PLL menggunakan sistem perhitungan binari IC MC 145151.
Rumus untuk menentukan switch frekuensi adalah :
dip switch
Konstanta

1
1

2
2

3
4

4
8

5
16

6
32

7
64

8
128

Contoh : frekuensi yang akan dikunci 100 MHz


Maka: 100 x 20 = 2000

9
256

10
512

11
1024

12
2024

Dicari :
1024
512
1536
256
1792
128
1920
64
1984
16
2000

+
+
+
+
+

Maka Dip Switch yang off : 5,7,8,9,10,11


Dip Switch yang on : 1,2,3,4,6,12

Dalam kondisi bebas LED indikasi tidak menyala, ini berarti PLL belum
berada pada posisi mengunci (locked), masih unlocked. Dalam kondisi
mengunci (locked) LED indikasi menyala, ini berarti PLL berada pada posisi
locked.

Gambar 7. Blok diagram IC MC 145151

a). Alat Pendeteksi Fasa


Alat

pendeteksi

fasa

adalah

pencampur

yang

penggunaannya

dioptimasikan pada frekuensi-frekuensi masukan yang sama. Alat ini disebut


alat pendeteksi fasa (atau pembanding fasa) karena jumlah tegangan dc-nya
tergantung pada sudut fasa ( ) diantara sinyal-sinyal masukannya. Apabila
sudut fasanya berubah, maka tegangan dc-nya juga berubah. (Malvino, 1996 :
313).

Gambar 8. Dua gelombang sinus dengan perbedaan fasa

b). Low Pass Filter (LPF)


LPF digunakan untuk melewatkan sinyal yang mempunyai frekuensi
dibawah frekuensi cut off (frekuensi-frekuensi rendah) dan meredam frekuensifrekuensi tinggi, sehingga sinyal dibawah frekuensi cut off

mengalami

penguatan yang lebih rendah. Dalam gambar 9 ditunjukkan bahwa filter LPF
mempunyai ciri suatu band pass frekuensi yang terletak dari nol hingga
frekuensi potong (cut off) fc. Idealnya respon filter di luar titik potong adalah
nol, tetapi dalam prakteknya terdapat suatu daerah peralihan yaitu antara fa dan
fs sebelum mencapai tepi dari bandstop. Bandstop terletak diatas fs dan secara

ideal transmisi melalui filter adalah nol. Dasar rangkaian LPF dan kurva
respons frekuensi dapat ditunjukkan pada gambar 9.
Pada batas tegangan keluaran diturunkan 3db dibawah tegangan batas ini,
tegangan keluaran makin kecil dan menurun tajam. Dengan menurunkan
sebesar 3 db dari tegangan maksimal akan didapat dari LPF. Penurunan 3 db
ini adalah tegangan efektif minimum yang masih dapat digunakan.
A (db)
3 db

Hz
fc

fs

Gambar 9. Respon frekuensi LPF


Loop Filter memiliki dua fungsi pokok, yaitu :
1. Membuang noise dari komponen frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh
detektor fasa.
2. Sebagai penentu kinerja dinamik PLL ini yang meliputi :
a). Capture range dan lock in range, yaitu daerah atau rentangan frekuensi
VCO dimana frekuensi keluaran masih bisa dijaga konstan dan posisi
terkunci (lock) dapat diperoleh. Lock in selalu lebih besar daripada
rentangan frekuensi dimana loop dapat diperoleh PLL dalam rentangan
itu. Dengan kata lain, sebuah PLL cenderung melakukan lock in pada

suatu sinyal datang, bila sinyal datang tersebut berada dalam rentangan
frekuensi capture.
b).

Respon transiennya,

yaitu

mencegah

overshoot

yang

dapat

mengakibatkan osilasi dan berakibat frekuensi keluaran tidak bisa


terkunci.
Dalam operasi PLL, loop filter sangatlah penting karena sebenarnya lebar
bidang tersebut dipilih sesuai dengan kebutuhan lock in atau rentang hold in
yang diinginkan dan waktu yang diperlukan untuk membentuk lock. Lebar
bidang frekuensi loop harus dijaga agar tetap sempit untuk meminimumkan
filter yang dapat disebabkan oleh noise dari luar atau akibat komponenkomponen interferensi. Akan tetapi lebar bidang loop juga harus memadai agar
dapat melewatkan komponen yang diinginkan, dan membentuk rentangan
capture yang memadai.
Dalam implementasinya, sistem PLL ini masih ditambah lagi dengan
rangkaian pembagi frekuensi pada jalur umpan baliknya, yang berfungsi
menurunkan frekuensi keluaran VCO sehingga pada saat dibandingkan oleh
detektor fasa, frekuensi referensi dan feedbacknya sudah cukup rendah, yaitu
sekitar 20 KHz.
Sinyal keluaran dari VCO masih sangat rendah, oleh karena itu diperkuat
lagi agar sinyal FM yang dihasilkan dapat dipancarkan dalam jarak yang cukup
jauh. Penguat ini harus mampu memberikan penguatan yang cukup tanpa
merusak informasi yang akan dikirim. Jadi harus dipilih jenis penguat yang
optimal untuk sinyal masukan dalam hal ini adalah sinyal FM.

c). VCO (Voltage Control Oscillator)


Pada rangkaian osilator, frekuensi osilasi dapat diubah-ubah atau variasi
dengan penambahan suatu kapasitor, dimana dioda yang dipasang dan
direferensikan sebagai varicap (variabel capacitor) atau varactor yang
mempunyai fungsi sebagai pengubah tegangan. Apabila kapasitor variabel ini
termasuk di dalam rangkaian osilator dan frekuensi osilasi yang bervariasi
mengubah tegangan bias DC yang melewati variabel kapasitor. Oleh karena itu
osilator ini disebut juga osilator yang dikontrol oleh tegangan atau disebut
sebagai VCO (Voltage Control Oscillator).
Dalam penerapannya, hal-hal utama yang digunakan pada PLL adalah
sebagai berikut :
- Spektrum
Dalam beberapa penerapannya keluaran VCO adalah berupa gelombang
sinusoidal, tetapi dalam aplikasi lain keluaran VCO dapat berupa
gelombang persegi panjang.
- Karakteristik Frekuensi Tegangan
Karakteristik frekuensi tegangan harus linier dan toleransi ini tergantung
bentuk penerapan VCO.
- Stabilitas Frekuensi
VCO membutuhkan stabilitas frekuensi tinggi, karena dengan begitu VCO
akan bekerja normal.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pembuatan Benda Kerja


Proses pembuatan benda kerja dari proyek tugas akhir ini meliputi bagianbagian yaitu:

1). Proses Pembuatan Papan Rangkaian Tercetak


Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan papan rangkaian
tercetak (PRT) ini adalah meliputi :
1. Mata bor diameter 0,8 mm; 3,5mm
2. Pengupas kabel
3. Solder
4. Bahan PRT (PCB)
5. Ferrri Choloride (FeCL3)
6. Lemak solder (lotfet)
7. Tiner
8. Mur, baut
9. Timah
10. Cairan afdruk untuk proses sablon.

a). Proses pembuatan jalur


Pada tahap ini pertama-tama merancang ukuran PRT sehingga membentuk
ukuran posisi dan layout yang bagus, baik dan benar. Kemudian memasang
tata letak komponen dan merancang jalur antar komponen sehingga
membentuk jalur yang singkat, rapi dan benar. Setelah semuanya selesai
dilanjutkan dengan memotong PCB sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan. Kemudian memindahkan hasil rancangan alur tadi ke PCB.
Proses pembuatan layout ada yang menggunakan penggambaran manual.
b). Proses pelarutan dan pelapisan
1. Melarutkan PRT yang telah tergambar jalur PRT dengan Ferri Chloride
(FeCl3) untuk menghilangkan lapisan tembaga yang tidak terpakai.
2. Mengangkat PRT dari Ferri Chloride apabila lapisan tembaga yang tidak
terpakai sudah terlarut semua. Kemudian mencuci PRT tersebut dengan
air sampai bersih.
3. Membersihkan sisa lapisan cat sablon pada jalur PRT dengan
menggunakan tinner.
c). Proses pengeboran
Untuk mendapatkan hasil yang baik, pengeboran dilakukan dengan hatihati agar tidak merusak jalur-jalur papan rangkaian tercetak.

2). Pemasangan Komponen


Urutan pemasangan komponen sebagai berikut :
1. Mengecek terhadap hubungan antar jalur-jalurnya untuk menghindari
terjadinya hubung singkat.
2. Mengetes semua komponen satu persatu untuk mendapatkan komponen
yang mempunyai karakteristik sesuai dengan yang diharapkan.
Komponen yang rusak atau tidak sesuai dengan karakteristiknya harus
diganti untuk menghindarkan rangkaian dari kegagalan operasi.
3. Memasang soket-soket rangkaian terintegrasi (IC) dan kabel
penghubung.
4. Memasang komponen-komponen pasif, dimulai dari komponen yang
tahan terhadap panas seperti resistor, kapasitor non polaritas baru
kemudian kapasitor polaritas. Pemasangan komponen ini harus sesuai
dengan posisi dan polaritasnya masing-masing, jadi tidak boleh terbalik.
5. Memasang komponen-komponen aktif mulai dari komponen yang tahan
terhadap panas, misalnya dioda.
6. Memasang komponen-komponen aktif yang kurang tahan panas, seperti
transistor. Pemasangan komponen ini tidak boleh tertukar kaki-kakinya
(basis, emitor, dan kolektornya).
7. Memasang komponen yang memakai soket, misalnya rangkaian
terintegrasi (IC).

8. Melakukan penyolderan dengan solder yang dayanya tidak terlalu besar,


yaitu sekitar 30 Watt. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemanasan
yang berlebihan terutama terhadap komponen aktif.

3). Proses Perakitan


Urutan Proses perakitan sebagai berikut :
1. Merakit bagian dalam kotak (box) yaitu tempat rangkaian tercetak
dengan cara memasang penyangga-penyangga.
2. Memasang soket-soket atau penghubung yang menempel langsung pada
kotak.
3. Menghubungkan papan rangkaian tercetak yang satu dengan yang lain
dengan menggunakan kabel penghubung (jumper).
4. Memeriksa kembali untuk memastikan ada atau tidaknya rangkaian
yang salah sambung antara satu dan lainnya.
5.

Mengunci

bagian-bagian

yang

sudah

diberi

lubang

dengan

menggunakan sekerup sehingga diperoleh penempatan yang permanen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


No

Waktu

Kegiatan

Tempat Penelitian

1.

Juni 2005

Perencanan dan pembuatan PCB

Lab. Teknik Elektro

2.

Juli 2005

Perakitan alat

Lab. Teknik Elektro

Agustus 2005

Pencarian komponen dan

Semarang, Tegal,

perakitan alat

Jakarta

4.

September 2005 Pengujian alat dan pengambilan

Lab. Teknik Elektro

data

C. Pengukuran dan Analisa Data Hasil Pengukuran


Untuk pengukuran atau pengujian dari pemancar FM ini, kita siapkan alatalat yang digunakan untuk pengujian, alat yang digunakan sebagai berikut :
1). Multimeter digital Sanwa DMM tipe CD-720E
2). Pencacah frekuensi (Frecuency counter) Leader tipe LDC-824
3). Catudaya
4). SWR&RF Powermeter Welz tipe SP-15M
5). Kabel penghubung (jumper)
6). Beban antena tiruan (Dummy Load) Diamond tipe DL 30A

Pengukuran alat menggunakan tegangan DC 13.8 Volt, menggunakan


multimeter digital Sanwa DMM tipe CD-720E, untuk mengukur tegangan pada
masing-masing kaki IC.

1). Tegangan pada kaki IC MC 145151


Tegangan
No.

Tegangan

Tegangan

No.

No.

(Volt)

(Volt)

Tegangan
No.

(Volt)

(Volt)

1.

2,38

8.

15

5,95

22.

2.

9.

5,8

16.

0,2mV

23.

3.

10.

17,3mV

17.

5,95

24.

5,95

4.

0,7

11.

0,2mV

18.

5,95

25.

0,2mV

5.

5,9

12.

0,2mV

19.

0,2mV

26.

2,7

6.

5,9

13.

5,95

20.

5,95

27.

3,11

7.

14.

5,95

21.

5,95

28.

5,73

2). Tegangan pada kaki IC SN 74LS163


Tegangan
No.

Tegangan
No

(Volt)

(Volt)

1.

9.

1,8

2.

2.59

10.

3.

11.

2,52

4.

12.

2,45

5.

13.

2,30

6.

14

2,37

7.

15

0,3

8.

16.

3). Tegangan pada kaki IC CA 3140


Tegangan
No.

Tegangan
No.

(Volt)

(Volt)

1.

5,36

5.

2.

0,44

6.

0,58

3.

0,73

7.

4.

8.

1,9

4). Tegangan pada kaki transistor (Volt).


Tr 1

Tr 2,3

Tr 4,5

Tr 6

Tr 7

(BC 548)

(BF 494)

(BF 494)

(2SC2053)

(2SC1970)

Basis

0,5

4,2

1,3

2,3

Kolektor

1,17

8,16

7,8

10,14

13,7

Emitor

4,1

0,9

1,3

Kaki

5). Sampel Posisi saklar DIP


Frekuensi
Posisi saklar DIP
(MHz)
87.5

100101001001

87.6

111001001001

87.7

101001001001

87.8

110001001001

87.9

100001001001

88.0

111110001001

88.1

101110001001

88.2

110110001001

88.3

100110001001

88.4

111010001001

88.5

101010001001

88.6

110010001001

88.7

100010001001

88.8

111100001001

88.9

101100001001

89.0

110100001001

C. Langkah-langkah Pengujian
Langkah-langkah pengujian untuk pemancar FM adalah sebagai berikut :
1. Hubungkan voltmeter pada catu daya dan atur tegangan sesuai dengan
yang dibutuhkan.
2. Hubungkan output catudaya dengan alat menggunakan kabel penghubung.
3. Tentukan posisi saklar DIP pada frekuensi yang ditentukan kemudian atur
VC lock sampai posisi lock (lampu indikasi menyala), sambil mengamati
frecuency counter sampai didapat frekuensi yang tepat.
4. Ukur tegangan pada masing-masing kaki IC dan transistor.
5. Atur VC pada bagian RF power amplifier sampai didapatkan daya yang
ditentukan sambil mengamati RF Powermeter.
Daya yang dihasilkan pesawat pemancar FM sebesar 0.5 Watt, daya pancar
mencapai jarak 400 meter menggunakan antena groundplane 5/8 , dan kabel
transmisi menggunakan kabel merk Belden tipe 50 , dengan ketinggian antena
sekitar 5 Meter dari permukaan tanah.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. Deskripsi Data
IC MC 145151 merupakan IC program dengan 14 masukan paralel jalur
data untuk pencacah N dan tiga input untuk pencacah R. Terdiri atas osilator
referensi, pemilihan referensi pembagi, detektor fasa digital, dan 14 bit
program pembagi oleh pencacah N.
IC SN 74163 merupakan IC sinkronasi pencacah biner 4 bit, yang
disajikan mempunyai semua clock flip-flop yang simultan, sehingga keluaran
berubah bersamaan waktu satu sama lain oleh masukan pencacah dan gerbang
masukan.

IC

CA

3140

merupakan

IC

penguat

operasional

yang

dikombinasikan menggunakan transistor PMOS tegangan tinggi juga


transistor bipolar tegangan tinggi dalam kemasan single monolithic chip.
Transistor BF 494 merupakan transistor NPN frekuensi menengah yang
banyak diaplikasikan pada teknik frekuensi tinggi pada penerima radio dan
televisi, penala FM, pencampur osilator AM dengan noise rendah, dan
penguat frekuensi menengah pada penerima FM/AM.
Transistor 2SC 2053 merupakan transistor NPN silikon yang didesain
untuk penguat RF pada jalur VHF, mempunyai penguatan yang tinggi : Gpe
15.7 dB, pada tegangan 13.5V, Po = 0.15W, f = 175 MHz. transistor ini
banyak diaplikasikan pada penguat driver pada jalur VHF.

Transistor 2SC 1970 merupakan transistor NPN silikon yang didesain


untuk penguat akhir RF pada jalur VHF, mempunyai penguatan yang tinggi :
Gpe

9.2 dB, pada tegangan 13.5V, Po = 1W, f = 175 MHz. transistor ini

banyak diaplikasikan pada penguat akhir dan penguat driver pada jalur VHF
dengan daya sekitar 0.8 sampai 1W.

B. Analisis Cara kerja dan Pembahasan


Exiter terdiri dari dua bagian yaitu VCO dan PLL dengan kalkulasi binari.
Bagian VCO terdiri dua osilator yang dirangkai secara push-pull, misalnya
pada frekuensi 100MHz, masing-masing osilator membangkitkan sinyal RF
50MHz kemudian dikombinasikan. Konfigurasi ini secara umum sudah
dibuktikan memiliki banyak kelebihan dalam hal kestabilan dibandingkan
sebuah osilator yang bekerja langsung 100MHz.
Komponen utamanya kapasitor dan dioda varaktor/varicap

yang

dirangkaikan ke masing-masing transistor BF494, Tingkat buffer digunakan


2SC2053 dan sebagai penguat akhir menggunakan 2SC1970. Dengan
menggunakan tegangan 13.5 - 15 VDC output yang dihasilkan dapat mencapai
1Watt.
Bagian PLL menggunakan sistem perhitungan binari IC MC 145151.
Rumus untuk menentukan switch frekuensi adalah :

dip switch

10

11

12

Konstanta

16

32

64

128

256

512

1024

2024

Contoh : frekuensi yang akan dikunci 100 MHz


Maka: 100 x 20 = 2000
Dicari :
1024
512
1536
256
1792
128
1920
64
1984
16
2000

+
+
+
+
+

Maka Dip Switch yang off : 5,7,8,9,10,11


Dip Switch yang on : 1,2,3,4,6,12

Dalam kondisi bebas LED indikasi tidak menyala, ini berarti PLL belum
berada pada posisi mengunci (locked), masih unlocked. Dalam kondisi
mengunci (locked) LED indikasi menyala, ini berarti PLL berada pada posisi
locked.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan dari suatu pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih
sinyal input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang yang
termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frequency) yang berupa keluaran daya
yang kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan.
Pada kenyataannya, pemancar FM banyak dipakai untuk memenuhi
kebutuhan siaran yang menuntut produksi suara dengan kualitas yang tinggi.
Hal ini disebabkan karena nilai S/N (Signal to Noise Ratio) yang tinggi dapat
diperoleh dengan daya pemancar FM yang relatif rendah, juga faktor kualitas
terhadap gangguan siaran yang lebih baik.
Jika dibandingkan dengan sistem AM, FM mempunyai beberapa
keungulan diantaranya :
1. Lebih tahan noise
2. Mempunyai bandwidth yang lebih lebar
3. Mempunyai fidelitas yang tinggi
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada pada range frekuensi
87.5-108 MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari
gangguan baik dari atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan.

Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh jika dibandingkan pada sistem
modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang.
Secara umum sistem pemancar terdiri dari bagian-bagian :
1. Audio Input
2. Pemancar FM
-

Osilator

Penyangga

Penguat Daya

3. Catu daya
4. Saluran Transmisi
5. Antena
Pada Pemancar FM ini, digunakan PLL sebagai pengontrol frekuensinya
karena PLL ini membentuk suatu sistem yang dapat menghasilkan frekuensi
yang stabil dengan dengan membandingkan beda fasa antara frekuensi
referensi yang sangat stabil dengan frekuensi keluaran yang diumpanbalikkan.
Secara umum PLL terbagi menjadi tiga bagian pokok yaitu detektor fasa,
loop filter dan VCO (Voltage Control Oscilator). Secara singkat prinsip kerja
sistem PLL adalah sinyal masukan berupa frekuensi acuan menjadi salah satu
masukan bagi alat detektor fasa, masukan yang lain berasal dari VCO.
Keluaran dari alat detektor fasa ditapis oleh penapis pelewat rendah (LPF).
Dengan demikian frekuensi-frtekuensi awal, harmonik-harmoniknya, serta
frekuensi jumlah disingkirkan. Hanya frekuensi selisih (tegangan DC) yang

keluar dari LPF. Tegangan DC ini kemudian akan mengendalikan frekuensi


VCO.
Sistem ini akan bekerja dengan baik, bila frekuensi VCO sama dengan
frekuensi acuan yang juga masuk ke detektor fasa. Dengan demikian alat
detektor fasa mempunyai dua masukan dengan frekuensi yang sama. Bila
frekuensi masukannya berubah, maka frekuensi VCO akan melacaknya.
Secara otomatis PLL membetulkan frekuensi dan sudut fasa VCO.

B. Saran
Dalam sistem pemancar FM ini diberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kinerja sistem pemancar FM, dibutuhkan respon
yang seragam terhadap frekuensi audio, distorsi dengan amplitudo sangat
rendah, dan tingkat noise yang sangat rendah.
2. Penggunaan frekuensi untuk keperluan siaran FM, sebaiknya memenuhi
persyaratan standar penyiaran.
3. Saat merakit sistem secara keseluruhan, sebaiknya jangan tergesa-gesa
tetapi dikerjakan tiap bagian supaya kemungkinan kesalahan dapat
dideteksi sejak awal.

DAFTAR PUSTAKA

Horn, Delton T. 1992. Teknik Merancang Rangkaian Dengan IC. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Komputindo, Elex Media. 1995. Data Praktis Elektronika. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo
Malvino, Paul Albert. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Malvino, Paul Albert. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Roody, Dennis dan John Coolen. 1993. Komunikasi Elektronika jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
S. Wasito. 1989. Vademekum Elektronika. Jakarta : Gramedia.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek29.html
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek34.html
http://members.tripod.com/Malzev/comp/mc145151.htm
http://www.geocities.com/inoor_9000
http://www.kkpi.go.id/list_uu/telekomunikasi
http://www.bogor.net/idkf/idkf-1/community-broadcasting/pemancar-fm
http://www.uoguelph.ca/~antoon/gadgets/pll/pll.html

Anda mungkin juga menyukai