Diare
Diare
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK
DIARE
Dewi Zuniawati
(201401085)
Suut Dyah Chasanah
(201401108)
Norikabo Aysah
(201401109)
Ayun Sulufiatul Fadillah
(201401110)
Shelma Oktaviany
(201401111)
Diah Novalia Seputra
(201401113)
Alan Budi S
(201401122)
Romy Happy I
(201401123)
Laporan Pendahuluan
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja).
Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah
buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare
dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi
atas diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa
dehidrasi
Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
Etiologi
Etiologi
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
Gangguan osmotic
Gangguan sekresi
Gangguan motilitas usus
masuknya mikroorganisme
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut:
Kehilangan air (dehidrasi)
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hipoglikemia
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi
Phatway
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dehidrasi
.Dehidrasi ringan
.Dehidrasi sedang
.Dehisrasi berat
Renjatan hipovolemik (syok hipovolemik)
Hipokalemia
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan
1)
2)
3)
Medis
Pemberian cairan
a) Cairan per oral
b) Cairan prenatal
Diatetik
a) Memberikan asi.
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan
Obat-obatan
a) Obat anti sekresi.
b) Obat anti spasmolitik.
c) Obat pengeras tinja.
d) Obat antibiotik.
Asuhan Keperawatan
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada
2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah
golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu
menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi
usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya
.
Anamnesa
Pemeriksaan B1 B6
Keadaan Umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu.
Kesadaran : Compos mentis ( 4 5 6) kesadaran menurun
Vital sign : R: 41x/mnt
N : 120 x/menit
S : 37,5 C
B1 ( Breathing)
. Inspeksi : RR:41 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
. Perkusi : suara sonor
. Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (+/+), wheezing (+/+)
B2 ( Blood)
. Inspeksi : ictus cordis tidak terba N:120x/mnt dan lemah, tekanan darah
menurun pada diare sedang hal imi akibat dsri manifestasi pola pernafasan,
capillary refill time > 2 detik
. Palpasi : nadi teraba
. Perkusi :suara pekak
. Auskultasi : suara S1,S2 tidak teraba
B3 (Brain)
Inspeksi : menurunnya konsentrasi akibat perut yang terasa mulas saat
diare,turgor kulit menurun
Kepala:ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur
1 tahun lebih
Mata : cekung, kering, sangat cekung
B4 (Bladder)
Inspeksi : warna urin kuning
Palpasi : diare kronis urin produksi oliguria sampai anuria (200-400ml/24
jam)
B5 (Bowel)
Auskultasi
: peristaltik meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, distensi adomen.
. Inspeksi : feses berbentuk encer, terdapat darah, lendir lemak serta
berbuih/berbusa
. Palpasi : nyeri perut saat di tekan
. Perkusi : kembung (BAB lebih dari 3 kali sehari)
Feses keras berlendir dan berdarah, warna coklat matang
B6 (Bone)
. Inspeksi : ekstremitas atas dan bawah tidak oedem,
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
. feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
. Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2
meningkat, PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
. Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
Penatalaksanaan
Rehidrasi
. Jenis cairan
Cara rehidradi oral
. Formula lengkap (NaCl,NaHCO3.KCl dan
Glukosa)sperti oralit, pedyalit setiap kali diare
. Formula sederhana (NaCl dan sukrosa)
Cara parenteral
Cairan I : RL dan NS
Cairan II : D5 salin,nabic. KCL
Diagnosa keperawatan
. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Intervensi
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap
diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,5 0 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
Pantau intake dan output
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
Kolaborasi :
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.