DAFTAR ISI
1. Trailing Suction Hopper Dredger
2. Kegunaan Kapal TSHD
3. Siklus Waktu Kerja Keruk
4. Peralatan Utama
a. Peralatan Kapal
Mesin Induk & Bow Thruster
Propeller dan Kemudi
Kompensator
Hopper
Pintu Hopper
b. Peralatan Keruk
Pompa Keruk
Pipa Hisap/Ladder
Draghead
Gantry
c. Automasi
Density
Velocity
Vacuummeter
Pressmeter
Ladder Indicator
Displacement
Loading Graph
d. Positioning
DGPS
Echo Sounder
Bottom Profiling
Radar
5. Jenis Material Yang Dikeruk
6. Sistim Pengisian Hopper
7. Sistim Pembuangan material
a. Bottom Door
b. Agitasi
c. Self Emptying System
d. Rainbowing
8. Perhitungan Produksi
9. Metode Konstruksi
10.
Efisiensi Dredging
itu demi untuk menjaga keamanan kapal, muatan dan keselamatan Jiwa
manusia di laut.
Pengertian Tonase
Kapal ialah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana
pengangkutan di atas air. Besar kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran
memanjang, membujur, melebar, melintang, tegak, dalam dan ukuran isi
maupun berat. Guna dari ukuran ukuran ini untuk mengetahui besar
kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal tersebut dan
besarnya bea yang akan dikeluarkan.
Tonase kotor (gross tonnage GT) adalah perhitungan volume semua ruang
yang terletak dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan
tertutup yang terletak di atas geladak, ditambah dengan isi ruangan
beserta semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak paling atas
(superstructure). Tonase bersih atau lebih dikenal sebagai Net Tonnage
(NT) adalah perhitungan ruang dalam kapal untuk muatan cargo. Tonase
bobot mati (deadweight tonnage disingkat DWT) adalah jumlah
bobot/berat yang dapat ditampung oleh kapal untuk membuat kapal
terbenam sampai batas yang diijinkan dinyatakan dalam metrik ton .
Batas maksimum yang diijinkan ditandai dengan plimsol mark pada
lambung kapal. Tonase bobot mati didefinikan sebagai perjumlahan dari
bobot/berat berikut ini:
muatan barang,
bahan bakar,
air tawar,
air ballast,
barang konsumsi,
penumpang,
awak kapal.
Kapal TSHD dapat dioperasikan disegala medan dan cuaca, karena kapal
ini dilengkapi dengan alat gerak untuk berlayar sendiri.TSHD merupakan
jenis kapal keruk yang cepat pertumbuhan dan perkembangannya, karena
banyak permintaan terhadap kapal ini dan serba guna/multi purpose.
Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh TSHD adalah :
1. Maintenance Dredging
Mengeruk alur pelayaran dan kolam pelabuhan
2. Capital Dredging
Mengeruk untuk pelabuhan baru, trenching, pertambangan
3. Sand Transporting
Transportasi material pasir untuk bahan reklamasi
4. Land Reclamation/Beach Nourishment
Untuk pembangunan di pesisir/pantai seperti perumahan, industri,
Energi dll.
Segmentasi pasar sebagai berikut :
Reklamasi
Perlindungan Pantai (Coastal Protection)
Maintenance Dredging
Kostruksi Pelabuhan
Enviromental dredging
SIKLUS WAKTU KERJA KERUK
Siklus waktu kerja keruk kapal TSHD dibagi atas :
1. Mengeruk
Mengeruk material di area keruk. Pada tahap ini juga ada siklus
kerjnya, yaitu : menurunkan Ladder, berlayar dan mengeruk,
menaikan Ladder. Kecepetan berlayar kapal TSHD saat mengeruk 23knot, tergantug dari jenis material yang dikeruk. Material yang
dihisap akan langsung dimuat ke dalam Hopper, dan akan terjadi
overflow pada hopper untuk mendapatkan kondisi jenuh material di
Hopper. Waktu untuk overflow juga harus diperhatikan, jangan sampai
terjadi konsentrasi material rendah ataupun terlalu jenuh sehingga
banyak material terbuang.
2. Berlayar mengangkut Material
Material yang sudah jenuh di hopper akan dibawa ke lokasi buang.
Lokasi buang telah ditentukan oleh Otoritas pelabuhan
3. Membuang
Sesampainya di lokasi buang material dibuang melalui bottom door
(jika material lumpur) atau discharge pipe untuk Land reclamation.
4. Berlayar ke area keruk
Kapal TSHD berlayar kembali ke area keruk
5. Manuver
Kapal TSHD mempersiapkan posisinya untuk memulai mengeruk.
Pada siklus waktu Nomor 2 s.d 5, merupakan tahapan yang tidak
produkstif sehingga pada tahapan ini harus sesegera mungkin utnuk
menghemat waktu.
PERALATAN UTAMA
1. Peralatan Kapal
a. Mesin Induk & Bow Thruster
Sebagai penggerak utama kapal dengan Twin screw dan dilengkapi
dengan bow thruster, sehingga kapal lebih mudah dalam manuver
pada area yang terbatas.
b. Propeller dan kemudi
Propeller/baling-baling dan kemudi khusus untuk kapal keruk
dengan jumlah daun 4.
c. Swell Compensator
Alat untuk memonitor kondisi drag head, terutama jika mengenai
High Spot dan gelombang. Maka alat ini akan secara otomatis
mengatur ketegangan Sling, sehingga dapat menjaga Sling tidak
putus.
2. Peralatan keruk
a. Pompa Keruk
Besarnya dan kapasitas Pompa keruk disesuaikan dengan
kapasitas Hopper. Kadang kapasitas/kemampuan pompa menjadi
tolok ukur dari kemampuan kapal itu sendiri.
b. Pipa Hisap/Ladder
Ladder atau belalai yang diujungnya terdapat Draghead. Ladder
memiliki pencapaian kedalaman bervariasi, tergantung besarnya
kapal. Saat ini TSHD sudah dapat mengeruk hingga kedalaman
lebih dari 100 meter.
c. Draghead
Alat untuk memotong material, yang beberapa jenis draghead juga
dilengkapi water jet untuk menghancurkan material yang keras.
Draghead juga berbagai jenisnya, tergantung dari material yang
akan dikeruk.
2. California Tipe
Draghead tipe ini dirancang berdasarkan teori erosi, dengan
adanya 2 buah kepala hisap maka memungkinkan untuk
menggali area yang lebih luas sehingga tercipta proses erosi.
Material yang cocok adalah Pasir kasar/Coarse sand dan kerikil
California Type
4. GeoDrag Type
Draghead ini dengan design modular yang dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan material yang akan digali. Bisa untuk
menggali pasir halus yang keras, kerikil dan tanah liat/Clay atau
bisa disetel dengan tugas khusus.
GeoDrag Type
d. Gantry
Gantry untuk tempat bergantungnya Ladder. Ada 3 jenis Gantry
menurut posisinya, yaitu Trunion Gantry pada panggal Ladder,
Intermediate Gantry di tengah dan Draghead Gantry.
3. Automasi
a. Density Meter
Untuk mengukur kandungan material yang dihisap pompa di dalam
pipa tekan sebelum dialirkan ke Hopper. Operator keruk terbantu
dengan alat ini, karena dapat mengetur density (ton/M3) material,
sehingga kekentalannya bisa dimonitor.
b. Velocity Meter
Alat ini menjadi satu dengan density meter, dan memang sangat
berhubungan. Semakin tinggi densitynya maka kecepatan material
di pipa akan semakin berkurang.
c. Vacuum Meter
Alat untuk mengukur kekuatan/daya hisap pompa yang terletak di
Ladder agar dapat memonitor qualitas material yang melewati pipa
hisap.
d. Pressmeter
Alat untuk mengukur kekuatan/daya tekan pompa yang terletak di
pipa setelah pompa.
e. Ladder Indicator
Ladder indicator dengan menggunakan tekanan cairan yang
dipengaruhi oleh tekanan air sesuai kedalaman air. Alat ini terletak
di Trunnion, Imtermediate dan Draghead. Sehingga kondisi
b. Echo Sounder
Alat untuk mengukur kedalaman perairan, posisi Tranducer pada
lunas kapal sehingga perlu koreksi dengan draught kapal.
c. Bottom Profiling
Tidak seluruh kapal memiliki alat ini, alat yang dapat mengetahui
jenis material berdasarkan kerapatan material/density. Sehingga
kapal dapat memonitor material yang dikeruk. Terutama jika
ditemukan material yang keras dan bisa merusak peralatan keruk.
d. Radar
Alat untuk mengetahui posisi kapal TSHD dan posisi kapal lainnya
pada radius tertentu. Selain itu alat ini juga menyajikan jarak dan
arah haluan kapal disekitarnya, sehingga dapat mengantisipasi
kecelakaan di laut.
Type of Soil
Klasifika
si
Clay
State
Type of Dredger
N Value
Soft mud
Soft
Medium
Hard
Harder
Hardest
- 4
4 10
10 20
20 30
30 40
40 50
Sand
Soft
Medium
Hard
Harder
Hardest
- 10
10 20
20 30
30 40
40 50
Clay w/
Gravel
Soft
Hard
Rock
Softer
Soft
Medium
Hard
Hardest
Gravel
Loose
Packed
CSD
TSHD
Grab
Buck
et
Dipp
er
- 30
30
40 50
50 60
PERHITUNGAN PRODUKSI
Volume keruk untuk satu periode kerja :
V = Q x H1 x M1 x H2 x M2
dimana,
V = volume keruk (m3)
Q = kapasitas keruk (m3/jam)
H1 = jam kerja harian
M1 =
koefisien jam kerja (0,7 0,8)
H2 = hari kerja
M2 = koefisien hari kerja (0,5 0,6)
1. Kapal Keruk Hopper
a. Waktu Mengeruk (T1)
Produksi kapaL keruk banyak dipengaruhi oleb
kapasitas pompa dan draghead.
b. Waktu Berlayar (T2)
Waktu berlayar dari dan ke lokasi buang tergantung dari kecepatan dan jarak (mil).
c. Waktu membuang hasil kerukan (T3).
d. Waktu lainnya, seperti manuver (T4).
e. Waktu Overflow (T5)
Waktu mengeruk setelah hopper penuh
{(T1+T5+1)-( x T0 -1)}/(^ x T5)
dimana, To = jumlah siklus waktu (T1 .. T4)
T5 = waktu overflow (menit)
= konstanta material (0,105-0,15)
T1 = waktu mengeruk (menit)
= konstanta (2.718)
T5 lebih besar dari T1 (10%-20%) untuk material endapan dan
pasir dengan kondisi Pompa standar.
f. Produksi
Qp x
H x 60
( 1e x T 5 ) ]
[Q
x
M
x
T
+
p
1
V = T 1 +T 5
M
dimana,V
H
Tt
T5
Qp
M
=
=
=
=
=
=
=
produksj (m3/hari)
jam kerja perhari (jam)
siklus waktu (menit)
waktu overflow (menit)
kapasitas pompa (m3/menit)
konsentrasi rata-rata material (20% - 40%)
konstanta material (0,105-0,15)
Contoh :
Material : Silt
Metode pembuangan : Bottom door dumping
Jarak dari lokasi kerja ke lokasi buang rata-rata : 5 Km
Kapasitas Hopper : 2000 M3
Kapasitas Pompa (2 unit) : 5000 M3/jam
={(24x60)/(75+17)}[(167x0,25x12)+(167x0,15/0,25)x(1- e
)]
Jenis tanah sebagai bahan urugan dan karakteristik tanah pada area yang
akan direklamasi sangat mempengaruhi metode reklamasi. Yang
utamanya harus diperhitungkan adalah karakteristik tanah di area
reklamasi. Terutama jika tanah tersebut sangat lunak, sehingga perlu
penanganan khusus pada saat pekerjaan penimbunan material.
Keseimbangan tanah dasar menjadi pokok perhitungan pada saat
penimbunan/penyebaran material urugan, sehingga tidak terjadi
kerusakan pada tanah dasar yang mengakibatkan tanah dasar/tanah
lunak naik ke atas (mudlift). Jadi, penyebaran material urugan secara
berlapis dan bertahap harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kondisi
pekerjaan selanjutnya, yaitu soil improvement. Penyebaran/pegelaran
material secara merata dengan ketebalan tertentu akan membuat tanah
dasar seimbang. Setelah itu baru lapisan selanjutnya sampai mencapai
design ellevasi selanjutnya.
Penurunan tanah dasar hasil perhitungan Konsultan/Owner dapat
dijadikan acuan, terutama pada saat masa konstruksi dan penurunan
tersebut diperhitungkan dan ditambahkan pada volume pekerjaan. Masa
penurunan/konsolidasi tanah dasar dapat membuat proyek menjadi
efisien, yaitu konsolidasi pada masa konstruksi menjadi lebih kecil dari
perhitungan jika pelaksanaan reklamasi bisa lebih cepat dari rencana.
EFISIENSI DREDGING
Contoh Efisiensi dredging pada pekerjaan Maintenance dan Capital
Dredging adalah dengan menekan waktu pada setiap siklus pekerjaan.
Telah disampaikan di atas bahwa selain siklus waktu mengeruk, siklus
waktu lainnya merupakan waktu yang tidak produktif sehingga pada siklus
ini harus ditekan waktunya. Yang mempengaruhi produksi kapal TSHD
adalah :
Karakteristik Tanah
Mempengaruhi waktu mengeruk, material yang padat dan lengket akan
sulit dikeruk dengan jenis kapal keruk TSHD.
Daya/Power Pompa keruk
Kemampuan menghisap material, dan saat ini pada Draghead biasanya
juga dilengkap dengan water jet uesuai hukum hidrolika, jika semakin
dalam maka headloss-nya akan semakin besar.
Jarak buang
Jarak, mempengaruhi waktu berlayar kapal
Lamanya mengeruk tergantung dari jenis material, kemampuan pompa
dan ketrampilan Operator keruk. Pada catatan Loading Graph dapat
dievaluasi kemampuan seorang Operator Keruk, tentunya pengaruh
lainnya juga perlu diperhatikan seperti area keruk dan cuacara saat
mengeruk.
Hal yang utama adalah waktu setelah terjadinya overflow, karena harus
dicapai waktu yang ekonomis saat mengeruk. Dalam graphik di atas stop
loading dilaksanakan pada saat Graphik menuju rata, yang artinya beban
muatan tidak meningkat secara siginfikan sehingga waktu terbuang
percuma.