Anda di halaman 1dari 24

Drs. I KETUT MASTIKA, M.M.

PAJAK SEBAGAI GEJALA


SOSIAL
Pajak merupakan gejala sosial, karena
pajak hanya akan terdapat dalam suatu
masyarakat, tanpa ada masyarakat maka
tidak mungkin ada suatu pajak.
Masyarakat adalah sekumpulan orangorang yang pada saat tertentu berada pada
suatu tempat tertentu untuk tujuan
bersama.
Masyarakat yang paling kecil adalah
keluarga dan kemudian desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi, dan akhirnya negara.

PAJAK SEBAGAI GEJALA


SOSIAL
Masalah Pajak adalah masalah negara, dan
setiap orang yang hidup dalam suatu negara
akan berurusan dengan pajak, karena setiap
orang merupakan wajib pajak.
Setiap orang adalah anggota masyarakat suatu
negara harus mengerti atau mengetahui segala
permasalahan yang berhubungan dengan pajak.
Untuk mengerti dan memahami peraturan
perundang-undangan pajak, diperlukan
penguasaan mengenai azas-azas dan dasardasar perpajakan.

PAJAK ADALAH MASALAH


NEGARA
Negara merupakan organisasi kekuasaan
tertinggi, maka karena sifatnya itu negara
memiliki hak mutlak untuk menentukan
apa saja terhadap warganya dengan
syarat keadilan dan kewajiban untuk
menyelenggarakan kepentingan umum,
termasuk tindakan dalam pajak.
Dalam ketentuan UUD 1945 ditetapkan
bahwa segala pajak untuk kegunaan kas
negara berdasarkan undang-undang.
Semua pengambilan atau pembebasan
pajak harus dapat dilakukan dalam hal
dan dengan cara yang ditetapkan dalam
undang-undang

DEFINISI PAJAK
N.J. Feldmann. Pajak adalah prestasi yang dipaksakan
oleh dan terhutang kepada penguasa (menurut normanorma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
M.J.H. Smeets. Pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terhutang melalui norma-norma umum, dan yang
dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya
adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Soeparman S.. Pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau
barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.

DEFINISI PAJAK
Rochmat Soemitro. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kotraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
S.I. Djajadiningrat. Pajak sebagai suatu kewajiban
menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada
negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturanperaturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum.

Ciri-Ciri Yang Melekat Pada


Pengertian Pajak
Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat
maupun daerah) berdasarkan atau dengan kekuatan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya,
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan
adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah,
Pajak diperuntukan bagi pengeluaran pembayaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih
terdapat surplus digunakan untuk membiayai
investasi publik, sehingga tujuan yang utama dari
pungutan pajak adalah sebagai sumber keuangan
negara,
Pajak dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian
dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu
pada seseorang.

Beberapa Pengertian

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka pajak dapat dipungut


oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah), dan pemerintah baru
dapat memungut pajak jika sudah ada undang-undangnya.
Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan
dan mendapat jasa balik secara langsung yang dapat ditunjuk.
Paksaan disini bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak
merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.
Misal, retribusi pasar, parkir, uang kuliah, uang ujian dsb.
Sumbangan adalah iuran kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan, yang ditujukan kepada golongan tertentu, yang
dimaksudkan untuk golongan tertentu pula. Paksaan disini sifatnya
yuridis dan ekonomis. Misal, SWP3D (sumbangan/ setoran wajib
pembangunan dan pemeliharaan prasarana daerah) bagi pemilik
kendaraan bermotor.
Bea dan Cukai. Bea adalah pajak pemerintah pusat terhadap barang
yang masuk maupun keluar wilayah pabean. Sedangkan Cukai adalah
dikenakan atas barang-barang tertentu, seperti cukai tembakau, gula,
bensin, minuman keras dsb.

FUNGSI PAJAK
Fungsi Budgetair, yaitu mempunyai fungsi sebagai
sumber keuangan negara. Pemerintah memungut
pajak untuk memperoleh uang guna membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Fungsi Regulerend, yaitu fungsi mengatur, dalam
arti pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijaksanaan negara dalam
lapangan ekonomi dan sosial.
Dengan fungsi mengaturnya pajak digunakan sebagai
suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang letaknya di luar bidang keuangan. Dan fungsi
mengatur itu banyak ditujukan kepada sektor swasta.

AZAS-AZAS PEMUNGUTAN PAJAK


Umum: Tujuan hukum pada umumnya
adalah membuat adanya keadilan.
Sejalan dengan tujuan hukum maka
pajakpun adalah membuat adanya keadilan
dalam soal pungutan pajak.
Azas ini sangat penting baik dalam prinsip
perundang-undangannya maupun dalam
praktek pelaksanaannya.
Jadi pajak adalah mengabdi kepada
keadilan.

AZAS PAJAK
MENURUT ADAM SMITH

Azas Equality, pembebanan pajak diantara subyek pajak


masing-masing hendaknya dilakukan seimbang dengan
kemampuannya. Seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya. Orang yang berpenghasilan sama harus
dikenakan pajak yang sama.
Azas Certainty, pajak yang harus dibayar seseorang harus
terang dan tidak mengenal kompromi. Harus ada kepastian
dalam pembayaran, dan harus ada kepastian mengenai diri
wajib pajak, jumlah yang harus dibayar, tanggal
pembayaran dan lsb.
Azas Convinience of Payment, pajak dipungut pada saat
yang tepat, saat wajib pajak mempunyai uang.
Azas Economic of Collection, yaitu mempertimbangkan
bahwa biaya pungutan harus relatif kecil dibandingkan
dengan uang pajak yang masuk/diterima. Pajak tidak boleh
menekan diri wajib pajak sehingga hasilnya tidak berarti lagi
bagi si pemilikinya.

Syarat-Syarat
Pembuatan Hukum Pajak

Syarat Yuridis, Bahwa pajak itu harus sejalan dengan tujuan


hukum itu sendiri yaitu keadilan. Jadi hukum pajak harus dapat
memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan
keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun warganya.
Syarat Ekonomis, selain sebagai sumber penerimaan negara,
maka politik pajak harus; 1) jangan menghambat produksi dan
perdagangan; 2) jangan menghalang-halangi rakyat dalam
usahanya menuju kebahagiaan dan tidak merugikan
kepentingan umum.
Syarat Finansial, Untuk mengoptimalkan penerimaan negara
maka biaya pemungutan harus relatif sekecil-sekecilnya. Jadi
pajak harus memperhatikan biaya, baik biaya pemerintah
maupun biaya bagi wajib pajak.
Syarat Sosiologi, Pajak harus dipungut sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Karena pajak dipungut
untuk kepentingan yang sangat erat dengan masyarakat. Jika
ada sumber lain maka pajak dapat dikurangi.

PEMBENARAN PUNGUTAN PAJAK

Keadilan merupakan azas pemungutan pajak menurut falsafah


hukum.
Teori Asuransi, Pajak diibaratkan sebagai premi asuransi yang
harus dibayar setiap orang karena sudah mendapat perlindungan
atas hak-haknya dari pemerintah. Negara telah menyelenggarakan kepentingan rakyat, maka wajarlah rakyat membayar jasa
negara dengan cara membayar pajak.
Teori Kepentingan, Bahwa negara tidak hanya melindungi jiwa dan
harta benda warganya, akan tetapi juga melindungi pekerjaan
yang bermanfaat bagi masyarakatnya, maka wajar biaya-biaya
yang dikeluarkan negara tersebut dibebankan kepada masyarakatnya dalam mbentuk pajak.
Teori Daya/Gaya Pikul, Negara memerlukan pembangunan disegala
sektor, dan untuk kepentingan ini biaya-biaya harus dipikul oleh
segenap orang yang memerlukan perlindungan dari negara. Pajak
harus dibayar sesuai daya pikul seseorang dan untuk mengukur
daya pikul seseorang antara lain:
1, besarnya hasil atau kekayaan, atau
2. pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.

PEMBENARAN PUNGUTAN PAJAK


Teori Kewajiban Pajak Mutlak atau Teori Bhakti,
Pajak muncul justru karena sifat negara ini (faham
organische staatsleer) maka timbulah hak mutlak untuk
memungut pajak. Kepentingan negara berada di atas
kepentingan warganya, dan negara sebagai organisasi
tertinggi dengan syarat keadilan, berkewajiban untuk
menyelenggarakan kepentingan umum, termasuk dalam
lapangan tindakan pajak. Dan, membayar pajak sebagai
bhakti rakyat kepada negara.
Teori Daya Beli, Pajak diibaratkan sebagai pompa yang
menyedot daya beli seseorang atau masyarakat yang
kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat. Jadi
sebenarnya pajak yang berasal dari rakyat kembali
kepada masyarakat melalui saluran lain dan tergantung
kepada kebijakan pemerintah.

Kedudukan Hukum Pajak


Pada Hukum Lainnya
1. HUKUM PERDATA
(Privaat recht)
a) HUKUM TATA NEGARA
(Staat recht)

HUKUM
2. HUKUM PUBLIK
(Publiek recht)

b) HK. ADM. NEGARA


(HTU)
c) HUKUM PIDANA
(Straf recht)

Dilihat dari lingkungannya, hukum pajak merupakan sebagian dari


hukum publik, tegasnya anak bagian dari hukum tata usaha negara/
Hukum administrasi negara.

HUKUM PAJAK BERDIRI SENDIRI

1.
2.
3.

Dengan Pertimbangan:
Tugas hukum pajak bersifat lain dari pada hukum
administrasi pada umumnya,
Hukum pajak dapat secara langsung digunakan
sebagai sarana politik perekonomian,
Hukum pajak memiliki tata tertib dan istilah-istilah
yang khas untuk bidang pekerjaannya,

Bila hukum publik mengatur hubungan antara pemerintah


selaku penguasa dengan rakyatnya, maka
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
selaku pemungut pajak dengan rakyatnya sebagai
wajib pajak.

Hubungan dengan Hukum Perdata

Hukum Perdata adalah bagian dari keseluruhan hukum yang


mengatur hubungan antara individu-individu.

1.
2.

3.

Letak hubungan dengan Hukum Pajak:


Hk. Pajak banyak menggunakan istilah yang lazim dipakai
dalam hukum perdata dan juga menganut arti seperti
yang berlaku dalam hukum perdata;
Hk. Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya
atas kejadian-kejadian (pemindahan hak waris),
keadaan-keadaan (kekayaan), dan perbuatan-perbuatan
hukum yang bergerak dibidang perdata, seperti:
pendapatan, kekayaan, perjanjian penyerahan,
pemindahan hak karena warisan dan sebagainya;
Hukum perdata merupakan hukum umum (lex generalis)
yang meliputi segala-galanya, sedang hukum pajak
merupakan bagian dari hukum publik, harus juga
mengikuti hukum perdata itu, kecuali hukum publik
menentukan lain (lex specialis), yaitu peraturan yang
istimewa.

Penyimpangan Diantara Keduanya

Kwitansi pembelian menurut hukum perdata menunjukan harga


yang sebenarnya, tetapi dalam hukum pajak untuk penentuan
pajak digunakan dasar penafsiran;
Penentuan domisili, bagi hukujm perdata adalah menurut
kenyataannya, sedeangkan dalam hukum pajak domisili wajib
pajak didasarkan atau dihubungan menurut pengertian keadaan.
Keadaan yang mempengaruhi adalah:
1. Kegiatan yang terbesar dari badan usaha,
2. Kantor pusat dari badan usaha,
3. statutair, atau
4. tempat dimana pajak yang paling cepat dan dapat
dipungut.
Penentuan status atau jumlah keluarga, menurut hukum
perdata ditentukan dengan melihat kenyataan, sedang hukum
pajak status seseorang sebagai wajib pajak keadaan awal tahun
takwim atau masa pajak adalah menentukan.

Hubungan Dengan Hukum Pidana


Hukum pidana tidak saja ada dalam
KUHP, akan tetapi di luar masih
terdapat ketentuan-ketentuan pidana
dalam undang-undang lainnya yang
meliputi bermacam-macam bidang
diantaranya dalam hukum pajak. Jadi
dalam hukum pajak-pun terdapat
sanksi-sanksi pidana (diatur pada
masing-masing UU pajak)

Cara Pemungutan Pajak


Reiile Stelsel, pengenaan pajak didasarkan pada
penghasilan yang sungguh-sungguh diperoleh dalam
setiap tahun pajak. Utang pajak materiil timbulnya
belakangan.
Pictive Stelsel, pengenaan pajak didasarkan
anggapan:
1. penghasilan dalam suatu tahun pajak
dianggap
sama dengan penghasilan
sesungguhnya yang
didapat dalam tahun lampau,
2. pendapatan dianggap 12 kali pendapatan yang
keluar dari sumber pendapatan yang ada pada 1
Januari dari tahun pajak,
Amphibi Stelsel, pengenaan pajak didasarkan atas
penggabungan kedua cara di atas.

TARIF PAJAK
Tujuan dari pembentukan tarif pajak adalah
untuk mencapai keadilan.
Beberapa jenis tarif pajak, yaitu:
1. Tarif Tetap, adalah tarif yang besarnya
merupakan jumlah tetap tidak berubah jika
jumlah yang dijadikan dasar berubah.
2. Tarif Proporsional (Tarif Sepadan), adalah
tarif yang berupa suatu persentase yang
tetap tidak berubah-ubah. Tetapi jika dasar
yang dijadikan dasar berubah, maka jumlah
uang yang dibayar berubah juga.

TARIF PAJAK

Tarif Progresif, adalah tarif yang persentase


pemungutannya makin naik apabila jumlah yang
dijadikan dasar perhitungan menaik. Contoh:

Sampai dengan
- Rp. 10,000.000,-= 15%
>Rp. 10.000.000,- - Rp. 50.000.000,-= 25%
>Rp. 50.000.000,-= 35%
Ini disebut Progresif Berlapis.

s.d.
s.d.
s.d.
s.d.
>

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

10.000.000,20.000.000,30.000.000,40.000.000,50.000.000,-

=
=
=
=
=

15%
20%
25%
30%
40%

Ini disebut Progresif Absolut, setiap tarif akan


diterapkan pada jumlah seluruhnya dari penghasilan.

Tarif Pajak
Tarif Degresif, adalah tarif yang
persentasenya makin menurun
apabila jumlah yang dijadikan dasar
perhitungan naik. Contoh:
Jumlah Kena Pajak Dasar Pajak % Pajak
Rp. 1.000,Rp. 100,10%
Rp. 2.000,Rp. 180,9%
Rp. 3.000,Rp. 225,8,5%
Rp. 4.000,Rp. 320,8%

Anda mungkin juga menyukai