Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Asisten :
Henok Christovel Valentino M
MANAJEMEN PLAN
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Sumberdaya pesisir dan lautan merupakan salah satu modal dasar pembangunan Kabupaten
Bantul, disamping sumberdaya alam daratnya. Meskipun demikian, pada umumnya
pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir laut sering memicu munculnya berbagai
persoalan. Persoalan-persoalan tersebut pada dasarnya berkaitan erat dengan penataan ruang
di kawasan pesisir laut, misalnya beberapa kasus seperti penambangan pasir laut, rusaknya
sarana dan prasarana wisata di kawasan pantai akibat terjangan ombak maupun gelombang
besar, pencemaran, ekpoitasi sumberdaya ikan secara berlebihan sampai pada konflik
pemanfaatan ruang. Untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan tersebut, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan potensi pesisir dan laut. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
melatih mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya, melatih mahasiswa untuk membuat
tulisan ilmiah, dan melatih mahasiswa untuk melakukan kegiatan pengelolaan sumberdaya
ikan secara keseluruhan. Praktikum dilaksanakan pada 25 April 2015 di Pantai Kuwaru,
Poncosari, Srandakan, Bantul. Berdasarkan hasil praktikum disimpulkan bahwa salah satu
alternatif yang dapat diterapkan sebagai solusi pengembangan kawasan pantai Kuwaru adalah
melalui sektor pariwisata bahari serta perikanan tangkap. Pengembangan usaha perikanan
tangkap dan pariwisata bahari di Pantai Kuwaru harus dilandaskan pada prinsip kelestarian
sehingga kegiatan usaha yang dilakukan dapat memberikan manfaat ekonomi secara
berkelanjutan.
Kata kunci : Kuwaru, pengelolaan, pengembangan, pesisir, SWOT
PENDAHULUAN
Melihat
keterbatasan
sumberdaya
melirik
dan
memanfaatkan potensi sumberdaya lautan. Sumberdaya pesisir dan lautan merupakan salah
satu modal dasar pembangunan Kabupaten Bantul, disamping sumberdaya alam daratnya.
Meskipun demikian, pada umumnya pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir laut
sering memicu munculnya berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut pada dasarnya
berkaitan erat dengan penataan ruang di kawasan pesisir laut, misalnya beberapa kasus seperti
penambangan pasir laut, rusaknya sarana dan prasarana wisata di kawasan pantai akibat
terjangan ombak maupun gelombang besar, pencemaran, ekpoitasi sumberdaya ikan secara
berlebihan sampai pada konflik pemanfaatan ruang. Untuk meminimalisir permasalahanpermasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan potensi pesisir dan laut.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut harus didasarkan pada semangat pelestarian
lingkungan. Dengan demikian, pemanfaatan sumberdaya pesisir mampu menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran yang berkelanjutan bagi generasi penerus bangsa. Mengetahui
dan menyadari pentingnya upaya pengelolaan wilayah pesisir tersebut, maka dirasa perlu
untuk memahami serta mengkaji lebih dalam mengenai manajemen plan melalui praktikum
Manajemen Sumberdaya Perikanan.
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan,
yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kondisi lingkungan (ekologis) yang unik
(Brown, 1996). Wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia
serta tempat berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan. Hal-hal tersebut
menyebabkan kawasan pesisir di dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang
parah dan kompleks sehingga menjadi rusak. Di Indonesia kerusakan wilayah ini terutama
disebabkan oleh pola pembangunan yang terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi,
tanpa ada perhatian yang memadai terhadap karakteristik, fungsi dan dinamika ekosistem.
Padahal wilayah pesisir dan lautan beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan
yang terkandung di dalamnya diharapkan akan menjadi tumpuan pembangunan nasional. Oleh
karena itu diperlukan perbaikan yang mendasar di dalam perencanaan dan pengelolaan
pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi perlu diganti dengan pembangunan berkelanjutan. Dahuri (1998)
menegaskan bahwa, pendekatan dan praktek pengelolaan pembangunan wilayah pesisir yang
selama ini dilaksanakan secara sektoral dan terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui
pendekatan pengelolaan secara terpadu.
Dalam melakukan suatu upaya pengelolaan salah satu metode yang dapat digunakan
adalah analisis strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT). Menurut Rangkuti
(2006), analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan atau pembangkit strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weknesses) dan ancaman (threats). Marimin
(2004) juga menjelaskan bahwa, analisis SWOT biasanya mempertimbangkan faktor internal
(Internal Factor Evaluation) yaitu kekutan dan kelemahan serta faktor eksternal (External
Factor Evaluation) yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi, sehingga dari analisis tersebut
dapat diambil suatu keputusan strategi pengembangan. Proses pengambilan keputusan
tersebut selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
pengelola.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara
Manajemen Plan ini adalah untuk melatih mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya. Di
samping itu, praktikum ini juga bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk membuat tulisan
ilmiah. Melalui praltikum ini mahasiswa juga dilatih untuk melakukan kegiatan pengelolaan
sumberdaya ikan secara keseluruhan.
METODOLOGI
Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Manajemen Plan dilakukan pada
hari Sabtu, tangal 25 Mei 2015, pada pukul 08.00 14.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul. Adapun alat dan bahan yang digunakan antara
lain kamera, kuisioner, laptop, software Microsoft Power Point, software Corel Draw serta
alat tulis.
Pada prinsipnya acara praktikum manajemen plan ini dilakukan dengan metode
analisis strength, weakness, opportunity and threat (SWOT). Analisis SWOT dilakukan
berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan acuan dari kuesioner yang telah ditetapkan. Sedangkan, observasi
dilakukan dengan mengamati keadaan sekitar wilayah/kawasan Pantai Kuwaru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pantai Kuwaru merupakan salah satu pantai di Kabupaten Bantul terletak di sebelah
timur Pantai Pandansimo. Secara administratif pantai tersebut termasuk wilayah Dusun
Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pantai ini berjarak sekitar 29 km dari pusat kota Yogyakarta (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata DIY, 2002). Meskipun jarak lokasi pantai ini cukup jauh dari
pusat kota, namun akses untuk menuju pantai ini termasuk mudah dijangkau. Di Pantai
Kuwaru ini selain dapat dinikmati pemandangan pantainya, tersedia pula warung-warung
makanan dengan sajian menu beragam. Satu hal yang membedakan Pantai Kuwaru dengan
pantai lain di Bantul adalah adanya pepohonan cemara udang yang rindang di tepian pantai
yang semakin menambah keindahan pantai ini.
Berdasarkan observasi dan wawancara di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan,
Bantul, diperoleh hasil analisis SWOT sebagai berikut :
Tabel 1. Analisis SWOT Pantai Kuwaru
Kekuatan
1. Akses menuju lokasi mudah
dijangkau
Kelemahan
1. Bantuan pemerintah tidak merata
2. Musim penangkapan tidak
menentu
3. Banyak sampah organik maupun
anorganik berserakan
4. Kurangnya promosi wisata Pantai
Kuwaru
5. Fasilitas kurang memadai
6. Kelompok nelayan pantai Kuwaru
kurang dinamis
Peluang
Ancaman
3. Pencemaran limbah
berbasis ekosistem
akibat pencemaran
5. Kerusakan lingkungan akibat
kegiatan tambak udang
Unsur kekuatan (strengths) yang dimiliki kawasan pesisir Kuwaru tersebut dapat
membantu dalam menganalisis strategi pengelolaan sehingga dapat tercapai keberhasilan.
Adapun kekuatan yang dimiliki kawasan pesisir pantai Kuwaru ini diantaranya adalah
keindahan pemandangan yang disuguhkan ditambah dengan kesejukan pantai yang terasa
dengan adanya pepohonan cemara udang yang rindang. Dalam pengembangan usaha
pariwisata, hal tersebut tentunya dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri. Terlebih lagi,
akses menuju kawasan Pantai Kuwaru saat ini sudah mudah dijangkau meskipun jaraknya
tempuhnya cukup jauh dri pusat kota Yogyakarta. Dimana sudah tersedia akses transportasi
berupa jalan beraspal dan besar yang dapat mendukung usaha pariwisata pantai Kuwaru. Di
sisi lain, di kawasan pesisir pantai Kuwaru ini juga telah berdiri sebuah tempat pelalangan
ikan (TPI). Tentunya dengan adanya TPI tersebut, dapat mendukung kemajuan usaha
penangkapan ikan di pantai Kuwaru. Hal lain yang menjadi kekuatan bagi pengembangan
kawasan pesisir Kuwaru ini yakni apabila ditinjau dari segi sosial, masyarakat sekitar Pantai
Kuwaru juga mendukung pengembangan potensi pesisir Pantai Kuwaru.
Di samping kekuatan tersebut kawasan pesisir Pantai Kuwaru juga memiliki
kelemahan. Kelemahan (weaknesses) merupakan suatu unsur yang dapat menyebabkan
kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan. Adapun
kelemahan kawasan pesisir Pantai Kuwaru meliputi kondisi lingkungan yang masih kurang
terjaga kebersihanya terlihat dengan banyak ditemukannya sampah organik berupa dedaunan
dan ranting-ranting pohon serta sampah anorganik berupa sampah plastik pembungkus
makanan dan lain sebagainya di tepian pantai. Kemudian banyak limbah dari usaha tambak
udang yang dibuang begitu saja, baik ke tepian pantai maupun ke laut lepas tanpa diolah
terlebih dahulu terlebih dahulu. Hal ini membuat di beberapa titik tertentu tercium bau yang
tidak sedap. Bahkan sejumlah warga mengeluhkan terjadinya pencemaran air tanah menjadi
payau akibat adanya usaha tambak udang tersebut, yang menyebabkan lahan pertanian di
sekitar kawasan Kuwaru menjadi tandus dan sulit untuk ditanami. Dari segi sosial, tampak
kurang dinamisnya kelompok nelayan pantai Kuwaru, di mana masih terjadi kesenjangan
yang sangat kentara antara nelayan pemilik dengan ABK. Kurang dinamisnya kelompok
nelayan tersebut juga disebabkan oleh pembagian bantuan pemerintah yang terkesan tidak
merata dan hanya orang-orang tertentu saja yang menerimanya (yang memiliki jabatan tinggi
dalam kepengurusan kelompok). Kelemahan lainnya adalah kurangnya promosi pariwisata
pantai serta kurang memadainya fasilitas umum seperti kamar mandi/toilet, penerangan dan
lain sebagainya.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir terpadu diperlukan beberapa proses
pengelolaan yang sesuai dengan tahapan manajemen yaitu mulai dari perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi, yang mengacu kepada proses perencanaan
pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dan lautan. Berikut disajikan denah pengelolaan
yang disarankan pada gambar 2.
dengan barisan pepohonan cemara yang rindang. Untuk mengatasi adanya pencemaran
limbah-limbah dari industri rumah makan maupun usaha tambak udang, maka dirasa perlu
untuk membuat instalasi pengolahan limbah (IPAL) terpadu yang dikelola secara kolektif
untuk meminimalisir biaya. Limbah-limbah dari berbagai macam usaha dikumpulkan menjadi
satu dan diolah terlebih dahulu hingga memenuhi nilai baku mutu lingkungan, baru kemudian
dibuang ke lingkungan. Dengan demikian kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga.
Agar tata ruang kawasan pantai Kuwaru tampak rapi perlu adanya penataan usaha dan
pemanfaatan sehingga wisatawan yang datang dapat merasakan kesan yang nyaman dan rapi.
Mengatur pengalokasian ruang atau zona wilayah pesisir untuk dapat digunakan dalam
memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir juga perlu dilakukan. Zonasi
wilayah pesisir pada hakekatnya merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang
melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya
dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem
pesisir. Akan tetapi, penetapan batas-batas zonasi memerlukan data tata ruang yang konsisten,
akurat, lengkap dan terkini. Dengan demikian perlu dilakukan pengkajian lebih dalam terkait
zonasi pemanfaatan kawasan pesisir Kuwaru.
Berdasarkan Perda No.4 Tahun 2011, Kabupaten Bantul dapat berkembang dengan
mengoptimalkan Kawasan Pandansimo di Desa Poncosari Kecamatan Srandakan sebagai
pelabuhan perikanan dan pendukung wisata pantai. Sejalan dengan hal tersebut, dapat
diartikan bahwa kawasan pantai Kuwaru yang terletak di Desa Poncosari perlu melakukan
pengoptimalan perikanan tangkap dengan jalan menambah kapasitas alat tangkap dan armada
penangkapan. Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan serta rencana strategis
pembangunan sektor maritim Indonesia, termasuk potensi kelautan dan perikanan. Pengalihan
subsidi BBM akan dioptimalkan untuk membangun sektor maritim, salah satunya dengan
revitalisasi alat tangkap serta kapal nelayan. Dengan alat tangkap yang lebih modern dan
kapal yang lebih besar, diharapkan kesejahteraan nelayan semakin meningkat karena hasil
tangkapan yang bertambah.
Pengeloaan potensi kelautan dan perikanan, diharapkan dapat menjaga lingkungan
dari kerusakan akibat eksploitasi yang tidak bertanggungjawab. Eksploitasi laut harus
didasarkan pada semangat pelestarian lingkungan. Tanpa melalui pendekatan pelestarian,
eksoploitasi laut tidak akan membawa kemakmuran yang berkeberlanjutan bagi generasi
penerus bangsa.
.
KESIMPULAN
Salah satu alternatif yang dapat diterapkan sebagai solusi pengembangan kawasan
pantai Kuwaru adalah melalui sektor pariwisata bahari serta perikanan tangkap.
Pengembangan usaha perikanan tangkap dan pariwisata bahari di Pantai Kuwaru harus
dilandaskan pada prinsip kelestarian sehingga kegiatan usaha yang dilakukan dapat
memberikan manfaat ekonomi secara berkelanjutan.
SARAN
Pembangunan dan pengelolaan kawasan pesisir Pantai Kuwaru Desa Poncosari
Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul perlu dilakukan analisis dan pengkajian lebih dalam
menggunakan data-data yang valid, akurat dan aktual mengenai potensi di wilayah Kuwaru
ini untuk keperluan penentuan strategi kebijakan yang tepat demi terciptanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat pesisir di Pantai Kuwaru.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, B.E. 1996. Integrated Coastal Management : South Asia. University of Newcastle
Upon Tyne. United Kingdom.
Dahuri R. 1998. The Application of Carrying Capacity Concept for Sustainable Coastal
Resources Development in Indonesia. Center for Coastal and Marine Resources
Studies (CCMRS). Jurnal PSPL Indonesia. Bogor Agricultural University (IPB). 1 (1):
56-67.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY. 2002. Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Grasindo.
Jakarta
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.