Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Carissa Paresky Arisagy
12 / 334991 / PN / 12981
Asisten :
Henok Christovel Valentino M
Widodo dan Suadi (2006), nelayan dapat didefinisikan sebagai orang atau komunitas yang
secara keseluruhan atau sebagian hidupnya tergantung dari kegiatan menangkap ikan.
Partosuwiryo (2002) mengelompokkan nelayan menjadi: nelayan penuh untuk orang yang
menggantungkan seluruh hidupnya dari hasil menangkap ikan, nelayan sambilan untuk orang
yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan (lainnya dari buruh,
tukang, atau pertanian), juragan untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk
usaha perikanan (kapal, alat tangkap), dan Anak Buah Kapal (ABK/Pandega) untuk mereka
yang mengalokasikan waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil mengoperasikan alat
tangkap ikan, seperti kapal milik juragan.
Dua pranata strategis yang dianggap penting dalam memahami kehidupan sosial
ekonomi masyarakat nelayan adalah pranata penangkapan dan pemasaran ikan. Kedua pranata
sosial ekonomi tersebut dipandang bersifat eksploitatif sehingga menjadi sumber potensial
timbulnya kemiskinan struktural di kalangan masyarakat nelayan (Masyhuri, 1999). Mobilitas
vertikal nelayan dapat terjadi berkat dukungan para istri mereka yang memiliki kecakapan
berdagang (Kusnadi, 2001).
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui prosof sosial
ekonomi nelayan, khususnya nelayan Pantai Kuwaru, Srandakan, Bantul. Dengan mengetahui
profil sosial ekonomi nelayan tersebut diharapkan dapat ditentukan strategi kebijakan yang
tepat dan sesuai dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat pesisir
METODOLOGI
Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan acara Profil Sosial Ekonomi Nelayan
dilakukan pada hari Sabtu, tangal 25 Mei 2015, pada pukul 08.00 14.00 WIB. Praktikum ini
dilaksanakan di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul. Adapun alat dan bahan yang
digunakan antara lain kamera, kuisioner, laptop, software Microsoft Excel serta alat tulis.
Pada prinsipnya acara praktikum manajemen plan ini dilakukan dengan metode
analisis deskriptif terkait kondisi sosial ekonomi nelayan di pesisir pantai Kuwaru, Poncosari,
Srandakan, Bantul. Analisis dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung
di lapangan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan acuan dari kuesioner yang telah
ditetapkan.
Sedangkan,
observasi
dilakukan
dengan
mengamati
keadaan
sekitar
Pantai Kuwaru merupakan salah satu pantai di Kabupaten Bantul terletak di sebelah
timur Pantai Pandansimo. Secara administratif pantai tersebut termasuk wilayah Dusun
Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pantai ini berjarak sekitar 29 km dari pusat kota Yogyakarta (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata DIY, 2002). Meskipun jarak lokasi pantai ini cukup jauh dari
pusat kota, namun akses untuk menuju pantai ini termasuk mudah dijangkau. Di Pantai
Kuwaru ini selain dapat dinikmati pemandangan pantainya, tersedia pula warung-warung
makanan dengan sajian menu beragam. Satu hal yang membedakan Pantai Kuwaru dengan
pantai lain di Bantul adalah adanya pepohonan cemara udang yang rindang di tepian pantai
yang semakin menambah keindahan pantai ini. Penduduk yang yang bermukim di sekitar
Pantai Kuwaru umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan kehidupan mereka
sepenuhnya sangat tergantung dengan sumber ikan yang terdapat di Pesisir Selatan
Yogyakarta. Masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat lain, seperti masyarakat petani dan
perkotaan. Hal ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki polapola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain. Pola-pola kebudayaan tersebut
merupakan sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan beserta sumberdaya yang
ada di dalamnya. Pola-pola kebudayaan ini lah yang menjadi pembentuk perilaku masyarakat
nelayan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi dan wawancara di Pantai Kuwaru, Poncosari, Srandakan,
Bantul, diperoleh hasil analisis profil nelayan sebagai berikut sebagai berikut :
Pendidikan Nelayan
5
4
responden
3
2
1
0
SD
SMP
SMA
PT
dijumpai nelayan yang menempuh jenjang perguruan tinggi. Mayoritas dari nelayan Kuwaru
tingkat pendidikannya hanya sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), namun tidak sedikit
juga nelayan yang hanya menamatkan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal Ini
menandakan bahwa masih rendahnya tingkat kesadaran nelayan Kuwaru terhadap pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan nelayan Kuwaru tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor mulai dari infrastuktur, sumberdaya manusia dan kepedulian nelayan akan pentingnya
pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan adanya penanganan yang
intensif dan keberlanjutan untuk mengentaskan permasalahan ini. Oleh sebab itu, untuk
menunjang sumberdaya manusia yang berkualitas khususnya dalam kegiatan perikanan
tangkap di daerah Selatan Pulau Jawa ini perlu adanya suatu penyuluhan dan kebijakankebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia khususnya di
kawasan pantai Kuwaru.
Umur Nelayan
5
4
responden
3
2
1
0
0-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
Pengalaman Kerja
10
8
Frekuensi
6
4
2
0
<1
1-2
3-5
>5
10%
BURUH
PNS
10%
80%
petani
petambak
pedagang
tidak ada
nelayan
buruh
10% 10%
20%
20% 10%
20%
10%
merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan desa Kuwaru. Selain mudah di
dapat, alat tangkap tersebut juga tergolong murah dan efisien untuk digunakan. Hasil
tangkapan yang biasanya diperoleh nelayan Kuwaru biasanya beragam dan terdapat berbagai
jenis ikan, diantaranya ikan bawal, tenggiri, layur, jerbung, teri, pari, lele laut dan lain-lain.
Akan tetapi hasil tangkapan utamanya adalah ikan bawal, tenggiri dan layur. Hasil tangkapan
nelayan pantai Kuwaru setiap bulan bervariasi, tergantung musim ikannya. Secara umum hasil
tangkapan yang diperoleh oleh nelayan tersebut biasanya dijual langsung ke tempat
pelelangan ikan (TPI) baik dengan sistem lelang maupun secara langsung. Pembayaran dari
hasil penjualan tersebut diberikan kepada nelayan secara tunai.
Pada umumnya nelayan di desa Kuwaru melaut ketika musim ikan saja sementara
ketika tidak musim mereka beralih profesi menjadi petani maupun petambak. Rata-rata
nelayan Kuwaru melaut dengan 1 hari trip penangkapan. Dengan daerah penangkapan
(fishing ground) antara pantai Kuwaru hingga Parangtritis atau hingga daerah Trisik, Kulon
Progo. Hampir seluruh nelayan Kuwaru mengaku daerah tangkapan mereka semakin jauh
karena ikan yang ditangkap semakin sedikit. Biasanya nelayan Kuwaru pergi melaut ketika
subuh dan kembali ke darat sekitar pukul 11.00 WIB.
Nelayan Kuwaru hanya melaut pada bulan-bulan tertentu saja. Rata-rata nelayan aktif
melaut pada bulan Mei hingga Agustus, dan hanya beberapa nelayan saja yang melaut.
Aktivitas nelayan yang melaut di luar bulan-bulan tersebut pun biasanya berbeda, nelayan
tidak menangkap ikan dengan jaring melainkan dengan pancing. Hal tersebut dikarenakan
jumlah ikan yang sedikit. Kondisi perairan pantai selatan Jawa tersebut dipengaruhi oleh
sistem angin monsoon. Angin monsoon berpengaruh pada suhu dan arus permukaan laut.
Pantai laut selatan Jawa memiliki suhu permukaan sangat bervariasi setiap bulan. Suhu
permukaan laut pada bulan Juni berkisar 27-30 oC. Kondisi ini mengindikasikan awal
terbentuknya daerah upwelling. Upwelling ini disebabkan oleh angin monsoon tenggara dari
Australia. Suhu permukaan laut bulan September berkisar 25-30o C dan menunjukkan
upwelling terluas. Akhir Oktober terjadi transisi angin monsoon yaitu mulai berganti angin
barat. Hal ini menyebabkan upwelling lemah. Upwelling di selatan Jawa karena angin
monsoon ini, terhenti pada bulan November (Susanto et al. 2001).
Di Pantai Kuwaru ini belum ada upaya pengelolaan perikanan tangkap untuk menjaga
kelestarian dan keberlanjutan usaha penangkapan. Akan tetapi, pada dasarnya di desa
Poncosari ini telah berlaku suatu aturan yang didasarkan pada kearifan lokal setempat dimana
pada hari-hari tertentu nelayan dilarang untuk melaut, yakni hari Selasa Kliwon dan Jumat
Kliwon, serta saat ada hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
.
KESIMPULAN
Nelayan yang menjadi responden dalam praktikum ini memilki sebaran pendidikan
yang bermacam-macam dan sebagian besar nelayan memiliki tingkat pendidikan hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Keseluruhan nelayan berada pada usia produktif. Rata-rata
penduduk sekitar pantai Kuwaru berprofesi sebagai nelayan dengan bercocok tanam dan
budidaya udang sebagai profesi sampingannya. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh
nelayan Kuwaru adalah perahu motor tempel dengan alat tangkap pendukung jaring dan
pancing. Hasil tangkapan utamanya berupa ikan layur, ikan bawal, dan ikan tenggiri.
SARAN
Perlu adanya pengawasan kelompok nelayan di pantai Kuwaru, dengan demikian tidak
terjadi ketidakmerataan pembagian bantuan dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY. 2002. Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
Dirjen perikanan. 1998. Pemberdayaan nelayan berpusat pada penguatan modal sosial
(manusia). Departemen Pertanian. Jakarta.
Kusnadi. 2001. Pangamba Kaum Perempuan Fenomenal: Pelopor dan Penggerak
Perekonomian Masyarakat Nelayan. PT Humaniora Utama Press. Bandung.
Masyhuri. 1999. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal dalam Mengatasi Krisis Ekonomi: Telaah
terhadap Sebuah Pendekatan. PEP-LIPI. Jakarta. 15-34.
Partosuwiryo, S. 2002. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Susanto, R. D., A. L. Gordon and Q. Zheng. 2001. Upwelling along the coast of Java and Sumatra and
its relation to ENSO. Geophys. Res. Lett., 28 (8): 1599 1602.
Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Widodo, J. dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.