Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Bangunan yang ada sekarang di Indonesia lebih banyak

menggunakan beton sebagai struktur utamanya. Beton paling


disukai dan banyak digunakan karena banyak keuntungan yang
di

dapat

dari

struktur

yang

menggunakan

beton.

Beton

merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum


digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain
lain. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Bahanbahan pencampur beton adalah semen portland, pasir, batu
kerikil dan air. Pasir dan kerikil adalah sebagai agregat atau
penyokong. Terkadang digunakan agregat lain seperti batu split
atau abu pembakaran. Beton ini didapatkan dengan cara
mencampur agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau
jenis agregat lain dan air, dengan semen portland atau semen
hidrolik yang lain, kadang-kadang dengan bahan tambahan
(additif)

yang

bersifat

kimiawi

ataupun

fisikal

pada

perbandingan tertentu, sampai menjadi satu kesatuan yang


homogen.
Beton yang telah mengeras bagaikan batu karang dengan
kekuatan tinggi (tekan), karena beton dalam keadaan segar

dapat dibuat dalam bermacam-macam bentuk maka hasilnya


dapat dipakai untuk tujuan arsitektur.
Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan
baja

di

mana

tulangan

yang

merupakan

baja

berfungsi

menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki pada beton. Tulangan


baja juga dapat dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan
pada

kolom

dan

pada

berbagai

kondisi

lain.

(http://nurlailahcuteinfo.blogspot.com)

1.2

Tujuan
Untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang

benar. Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas,


yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan
gaya tekan tertentu.
1.3

Alat dan Bahan


a) Cetakan kubus dengan sisi 15 cm x 15 cm berfungsi sebagai
wadah pembentuk beton.
b) Tongkat pemadat untuk memadatkan campuran beton
c) Timbangan untuk menentukan komposisi campuran.
d) Alat uji tekan beton (UTM) untuk mengukur nilai kuat tekan

beton.
1.4 Komposisi Campuran
Adapun

komposisi

campuran

dibutuhkan :
a)
b)
c)
d)

Air
Semen
Pasir
Kerikil

1.5
2.85
4.05
9

kg
kg
kg
kg

1.5 Prosedur Percobaan

untuk

satu

(1)

sampel

a. Pembuatan dan pemataan benda uji


a) Benda uji dibuat dari beton segar

yang

mewakili

campuran beton.
b) Mengisi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap
lapis dipadatkan dengan 25x tusukan secara merata.
c) Setelah selesai pemadatan, ketuk sisi cetak perlahanlahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Meratakan
permukaan beton.
d) Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam (proses
pengeringan) dan letakkan pada tempat yang bebas
getaran.
e) Setelah 24 jam, buka cetakan dan keluarkan benda uji.
Rendam benda uji dalam bak perendam, agar proses
curing beton berlangsung

baik

sampai waktu yang

dikehendaki.
b. Persiapan pengujian.
a) Mengambil benda uji dari bak permukaan dan lap
permukaannya.
b) Menetukan ukuran benda uji.
c) Benda uji siap untuk diperiksa.
c. Prosedur pengujian tekan beton
a) Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara sintris.
b) Periksa manometer yag digunakan pada skala nol.
c) Bundle distel pada posisi penekan lalu hidupkan
mesinnya.
d) Mengamati

pergerakan

manometer,

mencatat

nilai

maksimum beban yang dapat ditahan oleh benda uji,


diperoleh nilai kuat tekan karakteristik beton tersebut.

e) Menggambar bentuk pecah dan mencatat keadaan benda


uji.

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Beton
Beton
agregat

polos
halus,

didapat
agregat

dengan
kasar,

mencampurkan
air,

dan

semen,

kadang-kadang

campuran lain. Bila baja penguat ditempatkan di dalam suatu


acuan dan campuran beton yang basah dituangkan disekitar
baja , massa akhirnya mengeras menjadii beton bertulang.
Kekuatan beton tergantung dari banyak factor: proporsi dari
campuran dan kondisi temperature dan kelembaban dari
tempat

di

mana

campuran

diletakkan

dan

mengeras.

(pengantar umum bahan-bahan, dan sifat-sifat beton)


4

II.2 Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat
adhesive

dan

kohesiv

yang

memungkinkan

meletaknya

fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat.


Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis
bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton
bertulang adalah bahan yang jadi dan mengeras dengan
adanya air - Yang dinamakan semen hidroliksemen semacam
ini terutama terdiri dari silikat dan lime yang terbuat dari batu
kapur dan tanah liat yang digerinda, dicampur, dibakar di
dalam pembakaran kapur, dan kemudian dihancurkan menjadi
tepung. Semen semacam ini secara kimia dicampur dengan air
untuk membentuk massa yang mengeras, semen hidrolik biasa
yang

dipakai

untuk

beton

bertulang

dinamakan

semen

Portland, karena setelah mengeras mirip dengan batu Portland


yang ditemukan dekat dorset, inggris .
Beton yang dibuat dengan semen Portland umumnya
membutuhkan sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang
cukup agar acuan dapat dibongkar dan agar beban-beban mati
dan kontruksi dapat dipikul. Kekutan rencana dari beton yang
demikian dicapai

di dalam waktu sekitar 28 hari. Semen

Portland biasa ini diidentifikasi oleh ASTM C150 sebagai tipe I.


(pengantar umum bahan-bahan, dan sifat-sifat beton)
5

II.3 Agregat
Karena agregat biasanya menempati sekitar 75 % dari isi
total beton, maka sifat-sifat agregat ini mempunyai pengaruh
yang

besar

terhadap

perilaku

dari

beton

yang

sudah

mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat


beton, akan tetapi juga mempengaruhi ketahanan ( durability,
daya tahan terhadap kemunduran muttu akibat siklus dari
pembekuan- pencairan). Oleh karena agregat adalah lebih
murah dari semen, maka logis untuk menggunakannya dengan
presentase yang setinggi mungkin. Umumnya untuk kekuatan
yang amksimum, ketahanan, dan ekonomi, agregat harus
dipak dan disemen sepadat mungkin. Dengan demikian
agregat biasanya diatur tingkatannya dengan berdasarkan
ukuran dan suatu campuran yang layak telah menyatakan
presentase dari agregat yang halus dan yang kasar.
Agregat halus (pasir) adalah bahan yang lolos dari ayakan
no 4 ( yaitu lebih kecil dari 3/16 inci (5 mm) di dalam
diameter). Agregat kasar (kerikil) adalah semua bahan yang
berukuran lebih besar. Ukuran nominal maksimum dari agregat
kasar yang di izinkan (ACI-3.3.3) ditentukan oleh jarak bersih
antara sisi dari acuan dan antara batangan baja yang
bersebelahan dan tidak boleh melebihi (a) 1/5 dari dimensi
6

yang paling sempit antara sisi dari acuan, juga tidak boleh
melebihi (b) 1/3 tinggi dari slab, atau (c) 3/4 jarak bersih antar
baja tulangan.. informasi tambahan mengenai agregat dan
pemakainnya dapat ditemukan dalam sebuah laporan komite
621 dari ACI [10]. (pengantar umum bahan-bahan, dan sifatsifat beton)

II.4 Campuran
Disamping semen, agregat kasar dan halus, dan air, bahanbahan lain yang dikenal sebgai campuran (admisture) dapat
ditambahkan kepada campuran beton segera sebelum atau
ketika sedang mencampur. Campuran dapat dipakai untuk
merubah sifat dari beton agar dapat berfungsi lebih baik atau
ekonomis beberapa kegunaan yang penting dari campuran
adalah sebagai berikut :
a. Meninggikan daya tahan terhadap kemunduran mutu
akubat siklus dari pembekuan pencairan dan dari
penggunaan

garam

pelumarses

campuran

pemerangkap udara), menurut ASTM C260).


b. Meninggikan kelayanan tanpa menambahkan kadar air,
atau untuk mengurangi kadar air. Dengan kelayanan
yang sama ( bahan yang ditumbuk halus termasuk

Pozzolan, seperti abu lepas, umumnya dipakai untuk


maksud ini, menurut ASTM C618).
c. Untyuk mempercepat perkembangan kekuatan pada
usia

dini

(kalsium

chloride

adalah

campuran

pemercepat yang paling terkenal dan yang paling


banyak dipakai).
d. Memperlambat perkembangan dan dengan demikian
mengurangi evolusi suhu (bahan campuran menurut
ASTM C494).
e. Meninggikan kekuatan (campuran pengurang air dan
pengendali,

ASTM

C494,

chemical

admixturesfor

concrete).
II.5 kekuatan tekan
Kekuatan tekan betonn ditentukan oleh pengaturan dari
perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air, dan
berbagai jenis campuran. Perbandingan dari air dan semen
merupakan factor utama di dalam penentuan kekuatan beton.
Semakin rendah perbandingan air- semen, semakin tinggi
kekuatan tekan . suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk
memberikan aksi kimiawi di dalam pengerasan beton ;
kelebihan

air

meningkatkan

kemampuan

pengerjaan

( mudahnya beton untuk dicorkan) akan tetapi menurunkan


kekuatan. Suatu ukuran dari pengerjaan beton ini diperoleh
dengan percobaan slump. (pengantar umum bahan-bahan, dan
sifat-sifat beton)
8

II.6 Rangkak dan susut


Rangak

(creep)

dan

susut

(shrin

shrinkage)

adalah

deformasi yang tergantung dari waktu, yang dengan retak


menimbulkan
disebabkan

kerusauan

kekurang

yang

terbesar

tepatandan

bagi

kurangnya

perencana

pengetahuan

tentang rangkak dan susut, beton bersifat elastic hanya di


bawqah pembebanan yang sinkat, dan karean pertambahan
devormasi sesuai hanya di bawah pembebanan yang singkat,
dan karena pertambahan devormasi yang sesui dengan waktu,
maka sifat evektif dari beton adalah sama dengan sifat bahan
yang tidak elastic.
Rangkak adalah salah satu sifat dari beton (dan bahan lain)
dengan mana beton mengalami devormasi yang menerus
menurut waktu di bawah beban yang dipikul pada satu satuan
tegangan dalam batas elastic yang diperbolehkan.
Susut didefinisikan secara luas perubahan volume yang
tidak berhubungan dengan pembebanan. Adalah mungkin bagi
beton mengeras secara menerus di dalam air dengan volume
yang bertambah; akan tetapi, yang lebih menjadi masalah ialah
bila volume berkurang. (pengantar umum bahan-bahan, dan
sifat-sifat beton)

II.7 Jenis-jenis beton


Beton merupakan salah satu bahan material yang hampir
selalu digunakan pada bangunan modern dewasa ini. Berkat
ditemukannya beton, struktur bangunan menjadi lebih kokoh,
mudah dirawat, dan berdaya tahan tinggi. Kelebihan lainnya
adalah beton mudah dicetak ke dalam aneka bentuk dan ukuran
yang dikehendaki guna menunjang mencapai desain secara
arsitektural. Adapun jenis-jenis beton :
a. Ferrosemen
Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang
diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan yang
berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan
tarik dan daktilitas pada mortar semen.
b. Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton serat (Fibre Concrete) adalah bahan komposit
yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retakretak sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada
beton biasa.
c. Beton Non Pasir (No-Fines Concrete)
Beton non pasir (No-Fines Concrete) adalah bentuk
sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan
cara

menghilangkan

bagian

10

halus

agregat

pada

pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam


campuran

menghasilkan

suatu

sistem

berupa

keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa


beton, serta berkurangnya berat jenis beton.
d. Beton Siklop
Beton siklop adalah beton normal / beton biasa,
yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar.
Ukuran agregat kasar mencapai 20 cm, namun proporsi
agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20
persen agregat seluruhnya.
e. Beton Hampa
Beton hampa adalah beton yang setelah diaduk dan
dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, air
sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut cara
vakum (vacuum method). Air yang tertinggal hanya air
yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton
yang diperoleh sangat kuat.
f. Beton Mortar
Beton Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir,
bahan perekat, dan air. Mortar dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu : mortar lumpur, mortar kapur, dan
mortar semen.(http://tatang-wibawa.blogspot.com)

11

II.8 Kelas dan Mutu Beton


a. Beton kelas I
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
non

structural

yang

pelaksanaannya

tidak

diperlukan

keahlian khusus. Mutu beton kelas I dinyatakan dengan

B0

.
b. Beton Kelas II
Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan
structural

secara

umum.

Pelaksanaannya

memerlukan

keahlian yang cukup dan harus dilakuakan pengawasan oleh


tenaga

ahli.

Beton

standarnya yaitu

Kelas

B 1, K 125,

II
K 175

dibagi
K 225

dalam

mutu-mutu

c. Beton Kelas III


Beton kelas III ialah beton untuk pekerjaan structural
secara umum dimana dipakai mutu beton dengan kekuatan
tekan

lebih

tinggi

dari

K225.

Dalam

pelaksanaanya

memerlukan keahlian khusus dan laboratorium dengan


peralatan yang lengkap.
II.9 Sifat Pengerjaan Beton
Sifat pengerjaan beton belum didefinisikan secara tepat,
namun

untuk

tujuan-tujuan

praktek

pengertiannya

memudahkan kita untuk mengolah beton sejak masih berada


dalam pengarih sampai selesai dipadatkan.
Tiga karakteristik utama dalam pekerjaan beton:
a. Kekentalannya,

12

b. Kemudahannya mengalir,
c. Kemudahannya dipadatkan.
Kekentalan atau konsistensi beton merupakan suatau
ukuran

untuk

menunjukkan

keadaan

basah

beton

yang

bersangkutan.

II.10 Percobaan Cara Pengukuran Sifat Pengerjaan


Ada tiga cara percobaan pengukuran sifat pengerjaan
beton yang telah digunakan secara luas:
a. Percobaan slump
b. Percobaan penentuan factor pemadatan,
c. Percobaan dengan menggunakan alat pengukur konsistensi.
II.11 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Beton
a. Kekuatan tekan beton.
Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan
maksimum yang dapat dipikul prsatuan luas. Kekuatan tekan
beton yagn dapat dicapai ialah 1000kg/cm2.
b. Kekuatan tarik beton.
Kekuatan tarik beton adalah sangat penting dalan
merencanakan

jalan

raya,

atau

landasan

pesawat.

Komponen-komponen disyaratkan untuk menaan tegangantegangan tarik.


II.12 Persiapan Pengujian
Benda

uji yang ada

diperiksa

dikeluarkan dar bak

perendam dan dibersihkan, lalu tentukan berat ukuran benda


uji tersebut. Khusus benda uji silinder, permukaan dan lapisan

13

bawahnya diberi lapisan dengan mortar belerang denga cara


sebagai berikut:
1. Mortar belerang dilelehkan dalam pot peleleh sampai suhu
130 C.
2. Tuangkan belerang cair ini kedalam cetakan pelapis yang
dilapisi dengan gemuk tipis di dalamnya.
3. Letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
belerang cair menjadi keras.
II.13 Kelebihan Dan Kekurangan Beton
Kelebihan Beton
Kelebihan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah:
a. Harga relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari
bahan lokal.
b. Beton termasuk bahan aus dan tahan terhadap kebakaran,
sehingga biaya perawatan termasuk rendah.
c. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta
mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh
kondisi alam.
d. Ukuran lebih kecil jika dibanding dengan pasangan batu
e. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam
bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.

14

Kekurangan beton
Kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah:
a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak,
oleh karena itu diperlukan baja tulangan untuk menahannya.
b. Beton

segar

mengerut

saat

pengeringan

dan

beton

keras

mengembang jika basah sehingga dilatasi (construction joint) perlu


diadakan pada beton yang berdimensi besar untuk memberi
tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
c. Beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya
retak-retak akibat perubahan suhu.
d. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa garam dapat merusak
beton.
e. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan
menjadi bersifat daktail.

II.14 Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton


Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah :

15

a. Pengaruh cuaca berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh


pergantian panas dan dingin.
b. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah,
dan lain-lain.
c. Daya tahan terhadap aus (abrasi) yang disebabkan ole gesekan orang berjalan
kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain.
Zat-zat yang dapat mengurangi kekuatan tekan beton.
Bahan-bahan yang keberadaannya mungkin memberikan pengaruh yang
merugikan terhadap kekuatan, kemudahan pekerjaan, dan kenampaan jangka
panjang disebut zat pengganggu. Bahan-bahan ini dianggap tidak diperlukan
sebagai bahan tambah karena lemah, lunak, atau sifat fisik dan sifat kimiawi
yang merusak sifat-sifat beton.
Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Zat yang mengganggu proses hidrasi semen
2. Zat yang melapisi agregat sehingga mengganggu terbentuknya lekatan yang
baik antara agregat dan pasta semen.
3. Butiran-butiran yang kurang tahan cuaca, yang bersifat lemah dan
menimbulkan reaksi kimia antara agregat dan pastanya.

16

Zat-zat pengganggu ini dapat berupa kendungan organik,


lempung, atau bahan-bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu
pecahan batu, garam, shale lempung, kayu, arang, pyrites, (tanah
tambang yang mengandung belerang), dan lain-lain.(http://tatangwibawa.blogspot.com/favicon.ico)

Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat tekan beton
dan kadar konsentrasinya dalam campuran seperti yang tercantum dalam tabel
berikut ini.

Tabel 1. Zat-zat yang dapat mengurangi kekutan beton

17

Kandungan unsur kimiawi

Konsentrasi maksimum ppm

Clorida, Cl :

500 ppm

- beton pratekan

1000 ppm

- beton bertulangan

1000 ppm

Sulfat, SO4

600 ppm

Alkali, Na2O + 0,658 K2O)

50000 ppm

Total solids

Kekuatan tekan beton = fci=P/A.k.(kg/cm2)


Di mana :
P = beban maksimum (kg)
A= luas penampang bidang (cm2)
a. Kuat tekan beton rata-rata.
fci
Fm =
..................(kg/cm2)
n
b. Penentuan standar defiasi
(fcifcm)
S=
.(kg/cm2)
( n1)

c. Penentuan kuat tekan karakteristik beton


f i c = fmck . S .....(kg/cm2)

18

Dimana :

fcm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)


fci = kuat tekan masing-masing benda uji

(kg/cm2)
fc
n
S
K

=
=
=
=

kuat tekan karakteristik (kg/cm2)


jumlah benda uji
standar definisi
1,64

II.10 Uji Slump


Tujuan dilakukan pengujian Slump
Tujuan pengujian ini adalah untuk memperoleh angka slump beton. Pengujian
ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran beton. Hasil
pengujian ini digunakan dalam pekerjaan :
1) Perencanaan campuran beton;
2) Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan.
Definisi Slump beton
Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity) / plastisitas dan kohesif dari
beton segar.( http://arsitektura.blogspot.com)
Peralatan
a) Slump cone standar (diamter atas 100 mm, diameter bawah
200 mm, dan tinggi 300 mm)
b) Sekup kecil
c) Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm)
d) Penggaris/mistar/ruler
e) Papan slump (ukuran 500x500 mm)

19

Gambar 1 ( slump test )


Prosedur
1. Bersihkan cone. Basahi permukaannya dengan air, dan
tempatkan di papan slump. Papan slump harus bersih, stabil
(tidak mudah bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring.
2. Ambil sampel beton
3. Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi
sepertiga bagian dari cone dengan sampel. Padatkan
dengan cara rodding, yaitu menusuk-nusuk beton sebanyak
25 kali. Lakukan dari bagian terluar ke bagian tengah.
4. Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding
25 kali, tapi hanya sampai ke bagian atas lapisan pertama.
Bukan ke dasar cone.
5. Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke
bagian atas lapisan kedua.
6. Ratakan bagian atas beton

yang

"meluap"

dengan

menggunakan batang besi. Bersikan papan slump di sekitar


cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan lepaskan pijakan.
7. Angkat pelan-pelan cone tersebut. Jangan sampai sampel
bergerak/bergeser.

20

8. Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan


batang besi di atas cone yang terbalik tersebut.
9. Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.
10. Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil
sampel lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masihgagal juga,
maka beton tersebut boleh ditolak. www.duniatekniksipil.web.id.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil Pengolahan Data

21

Hasil Pengolahan Rata-Rata Benda Uji

III.2 PEMBAHASAN
Pengujian ini dilakukan terhadap beton yang telah dibuat
sebelumnya

oleh

praktikan,

dengan

komposisi

campuran

berdasarkan standar yang telah ditentukan. Cetakan beton sendiri


berbentuk kubus yang di buat manual oleh praktikan dari bahan
kayu dengan ukuran 15 cm x 15 cm. Sehari setelah dicor, beton
direndam selama 7 dan 28 hari. Baru setelah dikeringkan selama
satu hari, beton kemudian dapat dugunakan untuk pengujian tekan.
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh kuat tekan beton
uji sebesar 220 kN pada umur 7 hari dan 350 kN pada umur 28 hari.
Selain itu, di dapat kekuatan tekan beton yang sangant bervariasi
pada masing-masing sampel untuk perlakuan perendaman.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa kesalahan yang terjadi
pada proses pencampuran (mixture) dan hal-hal yang lainnya.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

22

a) Cetakan yang dibuat manual oleh praktikan memiliki ukuran yang tidak
simetris sempurna dan berbeda tiap sampelnya. Hal ini memungkinkan
terjadinya perbedaan kuat tekan sekalipun dengan komposisi dan perlakuan
campuran yang sama.
b) Akibat dari poin a diatas, juga mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap
masing-masing sampel. Antara lain proses pemadatan campuran kedalam
cetakan oeh praktikan yang menyebabkan perbedaan kepadaan campuran
(concrete) pada masing-masing sampel.

Grafik Uji Tekan 7 Hari


8.4
8.2

8.18.16

8
7.8
7.6
7.4

7.92
7.76
7.54

7.5

7.2

7.2

7
6.8
6.6
200

250

300

350

400

450

Pada grafik di atas dijelaskan bahwa uji tekan beton umur 7 hari didapatkan
hasil : berat beton 7,76 kg dan tahan tekan 220 KN. Adapun nilai-nilai pada grafik di
atas berbeda-beda karena disebabkan karena adanya beberapa kesalahan yang terjadi
pada proses pencampuran (mixture) dan hal-hal lainnya.

23

Grafik Uji Tekan 28 Hari


8.2
8

7.9
7.86

7.8

7.84

7.82
7.66

7.6
7.4
7.29

7.2
7
6.8
340

360

380

400

420

440

460

480

500

520

Pada grafik uji tekan 28 hari, di dapatkan hasil yang berbeda dari grafik uji
tekan 7 hari yaitu : berat 7,9 kg dan 350 KN. Ini dikarenakan perubahan volume,
yang mungkin bagi beton mengeras secara terus menerus di dalam air dengan volume
yang bertambah. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin lama beton berada di dalam
air maka kekuatan beton semakin bertambah.

Grafik Uji Tekan 7 hari dan 28 hari


8.4
8.2

8.16
8.1

8
7.8
7.6
7.4

7.9
7.86

7.76

8
7.847.82
7.66

7.54

7.5

7.2

7.92

7.29

7.2

7
6.8
6.6
200

250

300

350

400

450

500

550

Pada grafik uji tekan 7 hari dan 28 hari dapat kita lihat perbedaan yang terjadi
antara kekuatan tekan beton dengan berat antara beton berumur 7 hari dan 28 hari.
Pada umur 28 hari kekuatan beton berada pad titik maksimal sehingga dapat kita
24

simpulkan bahwa semakin tua umur beton maka kekuatan beton akan semakin besar
pula.

BAB IV
PENUTUP

V.I Kesimpulan
Besar hasil uji laboratorium kuat tekan beton yang diperoleh sebesar 220 kN
pada umur 7 hari dan 350 kN pada umur 28 hari.
V.2 Saran
Diharapkan agar Laboratorium Teknik Pantai Program Studi Teknik Kelautan,
dilengkapi peralatan Uji Tekan Beton pada praktek-praktek selanjutnya agar
praktikum dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak mengalami kendala
sesuai waktu yang ditentukan pengujian.

25

lampiran
Gambar Alat dan Bahan

26

Gambar 2 ( sendok semen)

Gambar 3

( cetakan )

Gambar 4 (air )

Gambar 5

(semen)

27

Gambar 6 (agregat halus)

Gambar 7

(agregat kasar)

Gambar 8 ( ketika mencampur campuran beton)

28

Gambar 9 (IND test)

Gambar 10 ( alat

penimbang beton)

Gambar 11 ( saat menimbang berat beton)

DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, istimawan. 1994. Struktur Beton Bertulang, Gramedia
Pustaka utama, Jakarta
http://nurlailahcuteinfo.blogspot.com
http://tatang-wibawa.blogspot.com
http://arsitektura.blogspot.com
www.duniatekniksipil.web.id.

29

Anda mungkin juga menyukai