Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OPTIMAL BAHAN BAKU KEMASAN

ANCLESS 240 mL DENGAN PERBANDINGAN LEAST UNIT COST, SILVER MEAL


DAN METODE PERUSAHAAN (Studi Kasus: CV. Jarwo Tirta Murni, Samarinda)
Ayu Vidya Yusfita1, Muriani Emelda Isharyani, S.T. M.T2, Anggriani Profita, S.T. M.T.3
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Jln. Sambaliung No.9
Kampus Gunung Kelua Samarinda75119. Telp: (0541)736934
ayuvidyayusfita@gmail.com.

ABSTRAK
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam pembuatan AMDK (air minum dalam kemasan), pengendalian
persediaan bahan baku kemasan pada CV. Jarwo Tirta Murni merupakan hal yang sangat penting guna
menjaminnya lancarnya proses produksi. Terdapat dua jenis persediaan yang sering terjadi stock out pada
perusahaan ini, yaitu bahan baku kemasan karton dan gelas. Pengolahan data dilakukan dengan
peramalan pemakaian bahan baku selama 24 bulan mendatang dan selanjutnya dilakukan perhitungan
dengan menggunakan Metode Least Unit Cost, Silver Meal dan perusahaan. Berdasarkan hasil
pengolahan data dan analisa diperoleh pada bahan baku kemasan karton terpilih Metode Least Unit Cost
dengan sepuluh kali frekuensi pemesanan dalam 24 periode. Dimana pemesanan pertama sebanyak 1.415
ikat karton, pemesanan kedua sebanyak 1.521 ikat karton, pemesanan ketiga sebanyak 1.573 ikat karton,
pemesanan keempat sebanyak 1.462 ikat karton, pemesanan kelima sebanyak 1.414 ikat karton,
pemesanan keenam 1.105 ikat karton, pemesanan ketujuh sebanyak 1.470 ikat karton, pemesanan
kedelapan sebanyak 1.280 ikat karton, pemesanan kesembilan sebanyak 1.437 ikat karton dan pemesanan
kesepuluh sebanyak 1.716 ikat karton dengan total biaya sebesar Rp 105.152.187,50. Pada bahan baku
kemasan gelas terpilihlah Metode Silver Meal dengan sebelas kali frekuensi pemesanan dalam 24 periode.
Dimana pemesana pertama sebanyak 542 dus gelas, pemesanan kedua sebanyak 320 dus gelas,
pemesanan ketiga sebanyak 613 dus gelas, pemesanan keempat sebanyak 454 dus gelas, pemesanan
kelima sebanyak 342 dus gelas, pemesanan keenam sebanyak 537 dus gelas, pemesanan ketujuh
sebanyak 419 dus gelas, pemesanan kedelapan sebanyak 556 dus gelas, pemesanan kesembilan sebanyak
484 dus gelas, pemesanan kesepuluh sebanyak 542 dus gelas dan pemesanan kesebelas sebanyak 647 dus
gelas dengan total biaya sebesar
Rp 121.895.333,10.
ABSTRACT
As a company engaged in the manufacture of bottled water, inventory control of raw materials packaging
on the CV. Jarwo Tirta Murni is very important in order for the fluently production process. There are
two common types of inventory stock out on the company, which is the raw material of cardboard and
glass packaging. Data processing was done by forecasting the use of raw materials during the next 24
months and then performed calculations using the Least Unit Cost, Silver Meal and companies method.
Based on the results of data processing and analysis was obtained on the cardboard packaging materials
chosen Least Unit Cost method with ten times the frequency of ordering in 24 periods, that the first order
as many as 1.415 fastens of cardboard, a second order as many as 1.521 fastens of cardboard, third order
as many as 1.573 fastens of cardboard, fourth order as many as 1.462 fastens of cardboard, fifth order as
many as 1.414 fastens of cardboard, sixth order as many as 1.105 fastens of cardboard, seventh order as
many as 1.470 fastens of cardboard, eight order as many as 1.280 fastens of cardboard, ninth order as
many as 1.437 fastens of cardboard and the tenth order as many as 1.716 fastens of cardboard,with a
total cost of Rp 105.152.187,50. Glass packaging materials chosen Silver Meal method with eleventh
times the frequency of ordering in 24 periods, that the first order as many as 542 dus of glass, the second
order many as 320 dus of glass, the third order as many as 613 dus of glass, the fourth order as many as
454 dus of glass, the fifth order as many as 342 dus of glass, the sixth order as many as 537 dus of glass,
the seventh order as many as 419 dus of glass and the eighth order as many as 556 dus of glass, the
nineth order as many as 484 dus of glass, the tenth order as many as 542 dus of glass, and the eleventh
order as many as 647 dus of glass with a total cost of Rp 121.895.333,10.
Keywords: Stock Out, Bottled Drinking Water, Cardboard, Glass, Least Unit Cost, Silver Meal

I.

LATAR BELAKANG
Persediaan bahan baku yang tidak diperhitungkan dengan cermat tentu akan membawa persoalan didalam
perusahaan tersebut. Apabila persediaan bahan baku terlalu sedikit tentu hal ini akan sangat berpengaruh
pada proses produksi yang akan menimbulkan resiko terhambat bahkan mungkin terhentinya proses
produksi itu sendiri karena persediaan bahan baku yang tidak mencukupi. Apabila persediaan terlalu
banyak maka resiko yang ditimbulkan adalah biaya penyimpanan yang semakin besar yang sebanding
dengan kuantitas bahan baku yang dipesan atau jumlah rata-rata persediaan bahan baku yang semakin
tinggi pada gudang penyimpanan. Sehingga diharapkan dengan adanya pengelolaan persediaan yang
optimal, maka dapat terjaminnya suatu kelancaran proses produksi perusahaan tersebut demi pemenuhan
permintaan konsumen. CV. Jarwo Tirta Murni adalah salah satu perusahaan produksi air minum dalam
kemasan (AMDK) di Samarinda dengan merk produk Ancless. Menurut kondisi di lapangan, terdapat
permasalahan utama mengenai persediaannya. Dimana sering terjadi kehabisan bahan baku kemasan,
entah itu karton, gelas, penutup gelas (lidcup), layer dan sedotan. Sehingga tidak jarang perusahaan harus
menghentikan proses produksi akibat terjadinya stockout pada salah satu persediaan tersebut. Tentu hal
ini memberikan kerugian bagi perusahaan. Kerugian tersebut antara lain terhentinya proses produksi,
distribusi produk jadi ke distributor menjadi terhambat, serta adanya biaya yang tetap harus dikeluarkan
perusahaan walaupun tidak berproduksi seperti gaji karyawan, biaya listrik dan sebagainya. Bahan baku
kemasan yang sering terjadi kehabisan adalah gelas dan karton, maka dalam penelitian ini yang akan
dilakukan perhitungan perencanaan dan pengendalian persediaan dua bahan baku kemasan tersebut demi
kelancaran proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK) pada perusahaan. Sehingga dalam
penelitian ini akan membandingkan antara Metode Least Unit Cost, Silver Meal dan metode perusahaan
demi tercapainya ukuran lot pemesanan yang optimal dengan biaya total persediaan yang rendah.

II. LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Persediaan
Menurut Freddy (2007) persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang
jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap
waktu. Menurut Senator (2006), arti persediaan merupakan suatu sumber daya menganggur (idle
resources) yang keberadaannya menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut
ialah kegiatan produksi seperti yang dijumpai pada sistem manufaktur dan kegitan pemasaran seperti
yang dijumpai pada sistem distribusi. Sedangkan menurut Hendra (2009) persediaan diartikan sebagai
barang yang disimpan untuk digunakan dan dijual pada periode mendatang. Karena eratnya hubungan
antara tingkat persediaan, jadwal produksi, dan permintaan konsumen maka demikian perencanaan
persediaan harus terintegrasi dengan peramalan permintaan, jadwal produksi dan pengendalian produksi
yang baik. Menurut Indiriyo (2007), tujuan pengawasan terhadap persediaan bahan baku ialah berusaha
menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi dapat berjalan dan tidak terjadi
kekurangan (stock out) dan diperoleh biaya persediaan minimal.
2.2 Biaya-biaya Dalam Persediaan
Menurut Freddy (2007), adapun biaya yang terkait seputar persediaan antara lain sebagai berikut:
a. Biaya penyimpanan atau holding cost adalah biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas atau
jumlah persediaan, dan biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain Biaya
fasilitas penyimpanan (termasuk listrik penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya), biaya
modal, biaya keusangan, biaya penghitungan fisik, biaya asuransi persediaan, biaya pengrusakan dan
perampokan, dan biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost), yaitu biaya yang harus
dikeluarkan untuk setiap proses pengadaan barang. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya
pemesanan adalah pemrosesan pesananan, biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, biaya pengeluaran
surat-menyurat, biaya pengepakan biaya penimbangan, pemeriksaan penerimaan, dan biaya
pengiriman ke gudang.
c. Biaya penyiapan (set-up cost), yaitu biaya-biaya yang timbul apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi
diproduksi sendiri oleh pabrik perusahaan. Biaya yang termasuk sebagai biaya penyiapan adalah
biaya mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, dan biaya penjadwalan.

d.

Biaya kekurangan bahan (shortage cost), yaitu biaya yang timbul apabila persediaan tidak
mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya yang termasuk sebagai biaya kekurangan bahan adalah
kehilangan penjualan, biaya pemesanan khusus dan ekspedisi, serta biaya selisih harga.

2.3. Metode Least Unit Cost (LUC)


Menurut Senator (2006), Metode Least Unit Cost (LUC) adalah metode yang menggunakan sifat
konveksitas ongkos satuan per unit (ongkos pesan dan ongkos simpan) terhadap ukuran lot sebagai baris
untuk menetukan ukuran lot pemesanan. Ukuran lot pemesanan optimal terjadi pada ukuran lot
pemesanan dimana ongkos satuan per unitnya terkecil. Ongkos satuan per unit merupakan ongkos total
dibagi dengan ukuran lot. Besarnya ukuran lot tersebut ditentukan dengan cara mencoba menghitung
ongkos satuan per unit mulai dari ukuran lot hanya untuk memenuhi kebutuhan pada periode 1 saja,
kemudian ditambah dengan periode 2. Bandingkan ongkos satuannya, bila sampai dengan periode 2
ongkos satuannya lebih besar dari periode 1 saja,berarti ukuran lot pemesanan pada periode 1 yang
terbaik. Akan tetapi, jika tidak dilanjutkan ke periode ke 3 dan seterusnya sampai pada periode ke-n
dimana ongkos satuannya lebih besar dari periode ke n-1. Dengan demikian ukuran lot pemesanan
ekonomisnya adalah permintaan kumulatif sampai dengan periode ke n-1. Ulangi prosedur tersebut untuk
periode selanjutnya sampai dengan periode N.
2.4. Metode Silver-Meal
Menurut Senator (2006), Silver-Meal mengembangkan metode heuristik yang didasarkan atas atas
formulasi Wilson. Metode ini hanya menghasilkan nilai optimum lokal namun hasilnya dalam beberapa
kasus mendekati Wagner-Within. Kalau pada Least Unit Cost ukuran lot optimal adalah lot yang
memberikan satuan ongkos inventori yang terkecil, sedangkan di Silver-Meal menggunakan satuan
ongkos inventori per periode yang terkecil sebagai ukuran kriteria kinerjanya.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Adapun langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Diagram Alir Kegiatan

IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian adalah data hasil peramalan dan penyesuaian produk
cacat, biaya penyimpanan serta biaya pemesanan. Adapun hasil peramalan pemakaian bahan baku
kemasan beserta dengan penyesuaian produk cacatnya dapat dilihat pada Tabel 1, biaya pemesanan dapat
dilihat Pada Tabel 2 dan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 3sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Peramalan dan Penyesuaian Produk Cacat
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

No
1
2
3
4

Persediaan

Bahan Baku Kemasan


Karton
Gelas
(lembar)
(buah)
12.725
610.012
7.886
377.629
7.677
367.247
7.436
355.326
9.274
442.771
13.704
663.933
8.895
423.886
9.299
442.761
12.621
600.398
11.218
533.195
12.432
590.434
5.574
264.485
16.016
759.481
12.258
580.836
11.703
554.126
10.383
491.329
11.890
562.263
17.499
826.971
11.608
548.170
13.976
659.622
13.126
619.111
15.598
735.303
14.548
685.387
19.758
930.358

Tabel 2 Biaya Pemesanan


Aktivitas
Biaya Pesan/kontainer
Telepon
Rp
20.000,00
Fax
Rp
3.000,00
Pengiriman dari Surabaya
Rp
7.000.000,00
Pengiriman dari pelabuhan
Rp
300.000,00

Tabel 3 Biaya Penyimpanan


Bahan Baku
Biaya Simpan/bulan
Gelas
Rp 5,54
Karton
Rp 113,50

No
1
2

Tabel 4
Perhitungan
Bahan Baku

Karton dengan Metode Least Unit Cost


Periode

DT
(lembar)

Cakupan Periode

Ukuran Lot
(lembar)

Yang Dipesan (ikat)


(1 ikat = 20 lembar karton)

Biaya Pesan

12.725

12.725

637

Rp 7.323.000,00

Biaya Simp
Rp 0

7.886

1.2

20.611

1.031

Rp 7.323.000,00

Rp 895.061,00

7.677

1.2.3

28.288

1.415

Rp 7.323.000,00

Rp 2.637.740,

7.436

1.2.3.4

35.724

1.787

Rp 15.623.000.00

Rp 5.169.698,

7.436

7.436

372

Rp 7.323.000,00

Rp 0

9.274

4 .5

16.710

836

Rp 7.323.000,00

Rp 1.052.599,

13.704

4.5.6

30.414

1.521

Rp 7.323.000,00

Rp 4.163.407,

8.895

4.5.6.7

39.309

1.966

Rp 15.623.000.00

Rp 7.192.154,

8.895

8.895

445

Rp 7.323.000,00

Rp 0

9.929

7.8

18.824

942

Rp 7.323.000,00

Rp 1.126.941,

12.621

7.8 .9

31.445

1.573

Rp 7.323.000,00

Rp 3.991.908,

10

11.218

7 . 8 . 9 . 10

42.663

2.134

Rp 15.623.000.00

Rp 7.811.637,

10

11.218

10

11.218

561

Rp 7.323.000,00

Rp 0

11

12.432

10 . 11

23.650

1.183

Rp 7.323.000,00

Rp 1.411.032,

12

5.574

10 . 11 . 12

29.224

1.462

Rp 7.323.000,00

Rp 2.676.330,

13

16.016

10 . 11 . 12 . 13

45.240

2.262

Rp 15.623.000.00

Rp 8.129.778,

13

16.016

13

16.016

801

Rp 7.323.000,00

Rp 0

14

12.258

13 . 14

28.274

1.414

Rp 7.323.000,00

Rp 1.391.283,

15

11.703

13 . 14 . 15

39.977

1.999

Rp 15.623.000.00

Rp 4.047.864,

15

11.703

15

11.703

586

Rp 7.323.000,00

Rp 0

16

10.383

15 . 16

22.086

1.105

Rp 7.323.000,00

Rp 1.178.470,

17

11.890

15 . 16 . 17

33.976

1.699

Rp 15.623.000.00

Rp 3.877.500,

17

11.890

17

11.890

595

Rp 7.323.000,00

Rp 0

18

17.499

17 . 18

29.389

1.470

Rp 7.323.000,00

Rp 1.986.136,

Tabel 4

Perhitungan Persediaan Bahan Baku Karton

dengan Metode Least Unit Cost (lanjutan)


Periode

DT

Cakupan Periode

Ukuran Lot

Yang Dipesan (ikat)


(1 ikat = 20 lembar karton)

Biaya Pesan

19

11.608

17 . 18 . 19

40.997

2.050

Rp 15.623.000.00

Rp 4.621.152.

Biaya Simp

19

11.608

19

11.608

581

Rp 7.323.000,00

Rp 0

20

13.976

19 . 20

25.584

1.280

Rp 7.323.000,00

Rp 1.586.276,

21

13.126

19 . 20 . 21

38.710

1.936

Rp 15.623.000.00

Rp 4.565.878,

21

13.126

21

13.126

657

Rp 7.323.000,00

Rp 0

22

15.598

21 . 22

28.724

1.437

Rp 7.323.000,00

Rp 1.770.373,

23

14.548

21 . 22 . 23

43.272

21.634

Rp 15.623.000.00

Rp 5.072.769,

23

14.548

23

14.548

728

Rp 7.323.000,00

Rp 0

24

19.758

23 . 24

34.306

1.716

Rp 15.623.000.00

Rp 2.242.533,

Tabel 5
0
D
OH
PO receipt
PO release

28.288

Kebijakan Inventori Karton dengan Metode Least Unit Cost


1
12.725
15.563
28.288

2
7.886
7.677

3
7.677

4
7.436
22.978
30.414

5
9.274
13.704

30.414

Tabel 5 Kebijakan Inventori Karton dengan Metode Least Unit Cost (lanjutan)

6
13.704

31.445

7
8.895
22.550
31.445

9.
12

13
16.016
12.258
28.274

D
OH
PO receipt
PO release

14
12.258

15
11.703
10.383
22.086

22.086

16
10.383

17
11.890
17.499
29.389

29.389

18
17.499

19
11.608
13.976
25.584

25.584

20
13.976

2
13
15
28

28.724

Total Inventory Cost = Biaya pesan + biaya simpan


= [ (9 x Rp 7.323.000,00) + Rp 15.623.000,00 ] + [ (7.886 + 9.274 + 9.929 +
12.432 + 12.258 + 10.383 + 17.499 + 13.976 + 15.598 + 19.758 x Rp
113,50) + ( 7.667 + 13.704 + 12.621 + 5.574 x Rp 113,50 x 2)
]
= Rp 105.152.187,50

Tabel 6

Perhitungan Persediaan Bahan Baku Gelas dengan Silver Meal

Periode

DT
(buah)

Cakupan Periode

Ukuran Lot
(buah)

Yang Dipesan (dus)


(1 dus = 2.500 buah gelas)

Biaya Pesan

610.012

610.012

245

Rp 7.323.000,00

Rp 0

377.629

1,2

987.641

396

Rp 7.323.000,00

Rp 2.092.064,66

367.247

1,2,3

1.354.888

542

Rp 7.323.000,00

Rp 6.161.161,42

355.326

1,2,3,4

1.710.214

685

Rp 7.323.000,00

Rp 12.066.679.54

355.326

355.326

143

Rp 7.323.000,00

Rp 0

442.771

4,5

798.097

320

Rp 7.323.000,00

Rp 2.452.951.34

663.993

4,5,6

1462090

585

Rp 7.323.000,00

Rp 9.809.993.78

663.993

663.993

266

Rp 7.323.000,00

Rp 0

423.886

6,7

1.087.879

436

Rp 7.323.000,00

Rp 2.348.328,44

442.761

6,7,8

1.530.640

613

Rp 7.323.000,00

Rp 4.905.791,88

600.398

6,7,8,9

2.131.038

853

Rp 7.323.000,00

Rp 14.884.406,64

600.398

600.398

241

Rp 7.323.000,00

Rp 0

10

533.195

9 , 10

1.133.593

454

Rp 7.323.000,00

Rp 2.953.900,30

11

590.434

9 , 10 , 11

1.724.027

690

Rp 7.323.000,00

Rp 9.495.909,02

11

590.434

11

590.434

237

Rp 7.323.000,00

Rp 0

12

264.485

11 , 12

854.919

342

Rp 7.323.000,00

Rp 1.465.246,90

13

759.481

11 , 12 , 13

1.614.400

646

Rp 7.323.000,00

Rp 9.880.296,38

13

759.481

13

759.481

304

Rp 7.323.000,00

Rp 0

14

580.836

13 , 14

1.340.317

537

Rp 7.323.000,00

Rp 3.217.831,44

15

554.126

13 , 14 , 15

1.894.443

758

Rp 7.323.000,00

Rp 9.357.547,52

15

554.126

15

554.126

222

Rp 7.323.000,00

Rp 0

16

491.329

15 , 16

1.045.455

419

Rp 7.323.000,00

Rp 2.721.962,66

17

562.263

15 , 16 , 17

1.607.718

644

Rp 7.323.000,00

Rp 8.951.836,70

17

562.263

17

562.263

225

Rp 7.323.000,00

Rp 0

Tabel 6

Biaya Simpan

Perhitungan Persediaan Bahan Baku Gelas dengan Silver Meal (lanjutan)

Periode

DT
(buah)

Cakupan Periode

Ukuran Lot
(buah)

Yang Dipesan (dus)


(1 dus = 2.500 buah gelas)

Biaya Pesan

18

826.971

17 , 18

1.389.234

556

Rp 7.323.000,00

Rp 4.581.419,34

19

548.170

17 , 18 , 19

1.937.404

775

Rp 7.323.000,00

Rp 10.655.142,94

19

548.170

19

548.170

220

Rp 7.323.000,00

Rp 0

20

659.622

19 , 20

1.207.792

484

Rp 7.323.000,00

Rp

21

619.111

19 , 20 , 21

1.826.903

731

Rp 7.323.000,00

Rp 10.514.055,76

Biaya Simpan

3.654.305,88

21

619.111

21

619.111

248

Rp 7.323.000,00

Rp 0

22

735.303

21 , 22

1.354.414

542

Rp 7.323.000,00

Rp

23

685.387

21 , 22 , 23

2.039.801

816

Rp 7.323.000,00

Rp 11.667.666,58

23

685.387

23

685.387

275

Rp 7.323.000,00

Rp 0

24

930.358

23 , 24

1.615.745

647

Rp 7.323.000,00

Rp

Tabel 7
0
D
OH
PO receipt
PO release

D
OH
PO receipt
PO release

TIC

13
759.481
845.321

5.154.183,32

Kebijakan Inventori Gelas dengan Metode Silver Meal


1
610.012
744.876
1.354.888

2
377.629
367.247

1.354.888

Tabel 7

4.073.578,62

3
367.247

4
355.326
442.771
798.097

798.097

5
442.771

6
663.993
866.647
1.530.640

7
423.886
442.761

1.530.640

8
442.76

1.133.5

Kebijakan Inventori Gelas dengan Metode Silver Meal (lanjutan)


14
580.836

1.607.718

15
554.126
1.053.592
1.607.718

16
491.329
562.263

17
562.263

2.034.763

18
826.971
1.207.792
2.034.763

19
548.170
659.622

20
659.622

2.039.801

= Biaya pemesanan pertama + + Biaya pemesanan kesebelas


= Rp 4.494.720,47 + Rp 4.887.975,67 + Rp 4.076.263,96 + Rp 5.138.450,15 + Rp 4.394.123,45 + Rp
5.270.415,72 + Rp 5.022.481,33 + Rp 5.952.209,67 +
Rp 5.488.652,94 + Rp
5.698.289,31 + Rp 6.238.591,66
= Rp 121.895.333,10

21
619.1
1.420.
2.039.

V. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari hasil pengolahan data didapatkan hasil untuk pengendalian persediaan bahan baku kemasan karton
yang optimal dengan menggunakan Metode Silver Meal dan untuk pengendalian persediaan bahan baku
kemasan gelas yang optimal dengan menggunakan Metode Least Unit Cost. Adapun analisa dan
pembahasan kedua bahan baku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bahan Baku Kemasan Karton
Untuk bahan baku kemasan karton terpilihlah Metode Least Unit Cost. Dengan Metode Least Unit
Cost didapatkan frekuensi pemesanan bahan baku karton sebanyak sepuluh kali dalam 24 periode.
Dimana pemesanan pertama untuk memenuhi kebutuhan periode 1, 2, 3 dengan ukuran lot
pemesanan sebanyak 1.415 ikat karton. Pemesanan kedua untuk memenuhi kebutuhan periode 4, 5
dan 6 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.521 ikat karton. Pemesanan ketiga untuk memenuhi
kebutuhan periode 7, 8 dan 9 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.573 ikat karton. Pemesanan
keempat untuk memenuhi kebutuhan periode 10, 11 dan 12 dengan ukuran lot pemesanan 1.462 ikat
karton. Pemesanan kelima untuk memenuhi kebutuhan periode 13 dan 14 dengan ukuran lot
pemesanan sebanyak 1.414 ikat karton. Pemesanan keenam untuk memenuhi kebutuhan periode 15
dan 16 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.105 ikat karton. Pemesanan ketujuh untuk
memenuhi kebutuhan periode 17 dan 18 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.470 ikat karton.
Pemesanan kedelapan untuk memenuhi kebutuhan periode 19 dan 20 dengan ukuran lot pemesanan
sebanyak 1.280 ikat karton. Pemesanan kesembilan untuk memenuhi kebutuhan periode 21 dan 22
dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.437 ikat karton. Pemesanan kesepuluh untuk memenuhi
kebutuhan dua periode, yaitu periode 23 dan 24 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 1.716 ikat
karton. Adapun total biaya persediaan adalah sebesar Rp 105.152.187,50.
2. Bahan Baku Kemasan Gelas
Untuk pengendalian persediaan bahan baku kemasan gelas terpilih Metode Silver Meal. Dengan
Metode Silver Meal didapatkan frekuensi pemesanan bahan baku gelas sebanyak sebelas kali dalam
24 periode. Dimana pemesanan pertama untuk memenuhi kebutuhan periode 1, 2 dan 3 dengan
ukuran lot pemesanan sebanyak 542 dus gelas. Pemesanan kedua untuk memenuhi kebutuhan
periode 4 dan 5 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 320 dus gelas. Pemesanan ketiga untuk
memenuhi kebutuhan periode 6, 7 dan 8 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 613 dus gelas.
Pemesanan keempat untuk memenuhi kebutuhan periode 9 dan 10 dengan ukuran lot pemesanan
sebanyak 454 dus gelas. Pemesanan kelima untuk memenuhi kebutuhan periode 11 dan 12 dengan
ukuran lot pemesanan 342 dus gelas. Pemesanan keenam yang ekonomis untuk memenuhi kebutuhan
periode 13 dan 14 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 537 dus gelas. Pemesanan ketujuh untuk
memenuhi kebutuhan periode 15 dan 16 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 419 dus gelas.
Pemesanan kedelapan untuk memenuhi kebutuhan periode 17 dan 18 dengan ukuran lot pemesanan
sebanyak 556 dus gelas. Pemesanan kesembilan untuk memenuhi kebutuhan periode 19 dan 20
dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 484 dus gelas. Pemesanan kesepuluh untuk memenuhi
kebutuhan periode 21 dan 22 dengan ukuran lot pemesanan sebanyak 542 dus gelas dan pemesanan
kesebelas yang untuk memenuhi kebutuhan dua periode, yaitu periode 23 dan 24 dengan ukuran lot
pemesanan sebanyak 647 dus gelas. Adapun total biaya persediaan adalah sebesar
Rp 121.895.333,10.
VI.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan analisa yang telah selesai dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal terkait dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk bahan baku kemasan karton, Metode Least Unit Cost terpilih sebagai metode persediaan
bahan baku kemasan karton yang paling ekonomis karena menghasilkan total biaya keseluruhan yang
paling kecil dengan total biaya persediaan sebesar Rp 105.152.187,50. Sedangkan untuk bahan baku
kemasan gelas, Metode Silver Meal terpilih sebagai metode persediaan bahan baku kemasan gelas
yang paling ekonomis karena menghasilkan total biaya keseluruhan yang paling kecil dengan total
biaya persediaan sebesar Rp 121.895.333,10.

2. a. Pemesanan optimal untuk bahan baku gelas selama 24 periode kedepan dihitung dalam jumlah
satuan dus, dimana satu dus berisi 2.500 buah gelas. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 8
Frekuensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pemesanan Optimal Karton

Cakupan Periode
1 sampai 3
4 sampai 6
7 sampai 9
10 sampai 12
13 sampai 14
15 sampai 16
17 sampai 18
19 sampai 20
21 sampai 22
23 sampai 24

Yang dipesan
1.415 ikat
1.521 ikat
1.573 ikat
1.462ikat
1.414 ikat
1.105 ikat
1.470 ikat
1.280 ikat
1.437 ikat
1.716 ikat

b. Pemesanan optimal untuk bahan baku gelas selama 24 periode kedepan dihitung dalam jumlah
satuan dus, dimana satu dus berisi 2.500 buah gelas. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 9

Frekuensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pemesanan Optimal Gelas

Cakupan Periode
1 sampai 3
4 sampai 5
6 sampai 8
9 sampai 10
11 sampai 12
13 sampai 14
15 sampai 16
17 sampai 18
19 sampai 20
21 sampai 22
23 sampai 24

Yang dipesan
542 dus
320 dus
613 dus
454 dus
342 dus
537 dus
419 dus
556 dus
484 dus
542 dus
647 dus

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Arman Hakim Nasution., 2004, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Guna Widya, Jakarta.
Arman Hakim Nasution., 2006, Manajemen Industri, Guna Widya, Jakarta.
Freddy Rangkuti., 2007, Manajemen Persediaan, Cipta Prakarsa, Jakarta.
Hari Purnomo., 2004, Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hayzer Jay & Render Barry., 2004, Operation Management, Salemba Empat, Jakarta.
Hendra Kusuma., 2009, Manajemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi, ANDI, Yogyakarta.
Indriyo Gitosudarmo., 2007, Manajemen Produksi, BPFE, Yogyakarta.
Lalu Sumayang., 2003, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Salemba Empat, Jakarta
Murfidin Haming & Mahfud Nurmajuddin., 2011, Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa, Bumi Aksara, Jakarta.
10. Pardede M. Pontas., 2003, Manajemen Operasi dan Produksi (Teori, Model dan Kebijakan), ANDI,
Yogyakarta.
11. Senator Nur Bahagia., 2006, Sistem Inventori, ITB, Bandung.
12. Spyros Makridakis., 1994, Metode-metode Peramalan untuk Manajemen, Binarupa Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai