ACARA
SERBUK TEH EFFERVESCENT
Disusun oleh :
Nama
: Pujiati
(141710101048)
(141710101078)
Yuliani
(141710101084)
Kelas/Kelompok
: THP C/4
Tanggal Praktikum
: 03 Mei 2016
Tanggal Pengumpulan
: 10 Mei 2016
Asisten
BAB 1. PENDAHULUAN
mengetahui bagaimana karakteristik fisik dari tablet effervescent dari teh yang
dihasilkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini, yaitu:
1.
2.
3.
saja, serbuk yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan
menggumpal. natrium bikarbonat digunakan sebagai pembentuk reaksi basa dan
bertindak dalam menetralisir asam sitrat dan asam tartrat serta dapat menghasilkan
buih dan membebaskan karbon dioksida serta larut sempurna dalam air (Pulungan,
2004).
2. Sumber Karbonat
Bahan effervescent bahan ini digunakan untuk menimbulkan gas CO2 bila
direaksikan dengan asam. Bentuk karbonat maupun bikarbonat keduanya sangat
diperlukan untuk menimbulkan reaksi karbonasi, seperti natrium bikarbonat,
natrium karbonat, kalium karbonat, kalium bikarbonat, natrium sesquil karbonat
dan natrium glisin karbonat (Ansel, 1989).
Natrium karbonat memiliki efek stabilisasi karena kemampuannya untuk
mengabsorbsi lembab, mencegah reaksi awal juga dapat menurunkan laju reaksi
effervescent.
3. Gula
Sukrosa atau gula pasir dikenal sebagai bubuk sweetener, yaitu bahan
pemanis yang biasanya digunakan dalam jumlah yang banyak. Merupakan
dissacharide yang tersusun atas Dglucopyranosil dan D-fructofuranosil, yang
mudah didapat dan murah harganya. Bersifat mudah larut dalam air (semakin
tinggi suhu, kelarutan semakin besar) dengan sifat sedikit higroskopis (Pulungan
dkk, 2004).
4. Dekstrin
Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi karena Dekstrin adalah turunan
karbohidrat yang biasa digunakan sebagai bahan pengisi (filler) dalam pembuatan
Effervescent. Dekstrin lebih larut dalam air dingin maupun panas (Smith,1991),
selain itu Dekstrin juga berfungsi sebagai bahan pencegah pengendapan pada
produk bubuk kering dan sebagai bahan pendispersi (Pulungan,2004).
5. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi ditambahkan untuk
memperbaiki
daya
kohesi.
Bahan
pengisi
dapat
ditambahkan
dengan
pertimbangan memiliki sifat mudah larut dalam air, ukuran partikel yang mirip
dengan komponen lain dalam tablet, serta bentuk kristal sehingga memiliki sifat
kompresibilitas yang besar. Bahan pengisi harus inert dan stabil (Rohdiana, 2002).
Pada proses pembuatan effervescent diperlukan bahan pengisi yang larut dalam
air seperti sukrosa, laktosa, manitol dan sarbitol.
6. Bahan Pengikat
Bahan pengikat berfungsi mengikat serbuk menjadi granul tablet melalui
gaya adhesi atau menaikkan kekompakan daya kohesi yang telah ada pada bahan
pengisi (Banker dan Anderson, 1994). Penggunaan bahan pengikat yang terlalu
banyak akan menghasilkan masa granul yang keras sehingga tablet yang terjadi
mempunyai waktu hancur yang lama (Parrot, 1971). Bahan pengikat yang sering
digunakan dalam pembuatan tablet effervescentadalah gula, jenis pati, gom arab,
gelatin dan turunan selulosa (Rohdiana, 2002).
7. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin yang dapat ditambahkan secara internal maupun eksternal.
Bahan pelicin internal ditambahkan ke dalam campuran granul dan termasuk ke
dalam formulasi. Bahan pelicin eksternal ditambahkan kea lat selama proses
penabletan. Bahan pelicin yang digunakan adalah polyethylenglycol (PEG) untuk
bahan pelicin internal dan asam lemak untuk bahan pelicin eksternal (Mohrle,
1989).
8. Bahan Tambahan Lain
Tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis dan
pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tapi yang paling penting
untuk diperhatikan adalah bahan tambahan harus mudah larut dalam air agar tidak
meninggalkan residu (Mohrle, 1989). Bahan yang bisa digunakan adalah manitol,
aspartam, sukrosa, dan xylitol.
2.5 Proses Pembuatan
Menurut Ansel (2005), t effervescent dibuat memakai dua metode umum,
yaitu metode granulasi kering atau peleburan dan metode granulasi basah.
a. Metode granulasi kering (peleburan)
200 g
Natrium bikarbonat
477 g
Asam tartrat
252 g
162 g
Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a) serta asam tartrat dan
natrium bikarbonat (b) (Ansel, 1989):
a)
H3C6H507.H2O + 3NaHCO3
Asam Sitrat
Na. Bikarbonat
Air
Karbondioksida
b)
H2C4H4O6 + 2NaHCO3
Asam Tartrat Na. Bikarbonat
Air
Karbondioksida
Penyeduhan 1 : 5
Filtrat 300 ml
Gula 1 : 1
Pencampuran
Pemanasan
Kristalisasi
Pendinginan
Penimbangan
Penghalusan
Asam +
Basa
Pencampuran
Analisis
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Serbuk Teh Effervescent
3.2.2 Fungsi Perlakuan
Pada paktikum pembuatan teh effervescent langkah pertama yang di
lakukan adalah menyiapkan bahan-bahan yang akan di gunakan yaitu teh hitam,
teh oolong dan teh hijau, kemudian masing-masing teh diseduh dengan
menggunakan air dengan perbandingan antara penggunaan teh dan air sebesar 1:5
agar mudah dalam proses penghitungan serta menghasilkan larutan yang masih
memiliki citarasa khas teh, kemudian diambil filtrat sebanyak 300 ml dan di
lakukan pencampuran dengan gula dengan perbandingan sebesar 1:1. Setelah itu,
di lakukan proses pemanasan sampai terjadi proses kristalisasi sehingga terbentuk
butiran-butiran halus hasil rekasi antara gula, air dan suhu. Dilakukan pendinginan
untuk memudahkan dalam pengecilan ukuran dan menghindari terjadinya
kerusakan pada saat proses selanjutnya. Lalu, di lakukan pencampuran dengan
penambahan asam yaitu asam sitrat dan asam tartrat dengan perbandingan 1:1,
1:1.5 dan 1:2. Fungsi dari penambahan asam untuk mengikat oksigen dan
membuat terktur granul tidak mudah hancur. Selain penambahan asam
ditambahkan natrium bikarbonat yang memiliki efek stabilisasi karena
kemampuannya untuk mengabsorbsi lembab, mencegah reaksi awal juga dapat
menurunkan laju reaksi effervescent. Setelah itu, di lakukan analisis berdasarkan
rendemen, warna serbuk, warna kelarutan, kelarutan, pH dan derajat Brix.
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Jenis Teh
Rendemen
Teh Hijau
50%
Teh
Oolong
47,2%
Teh Hitam
20,02%
Warna
Serbuk
L1= 52,4
L2= 51,1
L3= 51,4
A1= 07,9
A2= 07,9
A3= 07,8
B1= 29,5
B2= 29,3
B3= 29,7
L1= 52,3
L2= 52,8
L3= 53,3
A1= 09,1
A2= 09,0
A3= 08,9
B1= 28,8
B2= 29,3
B3= 29,1
L1= 45,9
L2= 46,0
L3= 46,3
A1= 12,9
A2= 12,7
A3= 12,7
B1= 30,2
B2= 30,5
B3= 30,4
Warna
Seduhan
Kelarutan
pH
++
72 detik
+++
42 detik
2,8
+++++
51 detik
Brix
Teh Hijau
1 : 1,5
97,73%
Teh Hijau
1:2
98,92%
A2= 06,2
A3= 06,0
B1= 26,9
B2= 26,4
B3= 25,1
L1= 59,8
L2= 59,9
L3= 59,9
A1= 06,1
A2= 06,1
A3= 06,2
B1= 25,7
B2= 25,9
B3= 25,9
L1= 60,2
L2= 59,9
L3= 60,1
A1= 06,1
A2= 06,1
A3= 06,0
B1= 25,9
B2= 25,3
B3= 24,6
++
86 detik
2,2
++++
77 detik
2,3
Kelarutan
pH
Brix
117 detik
2,2
90 detik
2,4
Teh
Oolong
1:2
99,60%
L1= 59,8
L2= 59,6
L3= 59,9
A1= 06,7
A2= 06,9
A3= 06,7
B1= 24,9
B2= 25,1
B3= 25,1
++++
97 detik
2,2
Rendemen
Teh Hijau
50,00%
Teh
Oolong
47,20%
Teh Hitam
20,02%
Warna
Serbuk
L= 51,6
A= 07,9
B= 29,5
L= 52,8
A= 09,0
B= 29,1
L= 46,1
A= 12,8
B= 30,4
Warna
Seduhan
Kelarutan
pH
++
72 detik
+++
42 detik
2,8
+++++
51 detik
Brix
Rendemen
Teh Hijau
1:1
97,80%
Teh Hijau
1 : 1,5
97,73%
Teh Hijau
1:2
98,92%
Teh
Oolong
1:1
Teh
Oolong
1 : 1,5
Teh
Oolong
1:2
Teh
Hitam
1:1
Teh
Hitam
1 : 1,5
Teh
Hitam
1:2
99,40%
98,20%
99,60%
98,17%
98,50%
98,02%
Warna
Serbuk
L= 59,6
A= 06,2
B= 26,1
L= 59,9
A= 06,1
B= 25,8
L= 60,1
A= 06,1
B= 25,3
L= 58,7
A= 06,8
B= 25,2
L= 59,9
A= 06,7
B= 25,0
L= 59,8
A= 06,8
B= 25,0
L= 57,0
A= 08,7
B= 25,8
L= 57,0
A= 08,5
B= 25,3
L= 57,2
A= 08,5
B= 25,5
Warna
Seduhan
Kelarutan
pH
+++
91 detik
2,3
++
86 detik
2,2
++++
77 detik
2,3
++
117 detik
2,2
+++
90 detik
2,4
++++
97 detik
2,2
++
84 detik
2,4
+++++
117 detik
2,2
+++
78 detik
2,2
Brix
4.2 Pembahasan
4.2.1 Rendemen
Rendemen merupakan perbandingan antara berat granul minuman
fungsional yang dihasilkan dengan berat bubuk minuman fungsional teh instan
dan bahan pengikat yang digunakan. Besarnya rendemen yang dihasilkan dalam
proses granulasi sangat ditentukan oleh faktor viskositas emulsi campuran bahan
sebelum mengalami pengeringan (Kania dkk, 2015).
60
50
47.2
50
40
30
20.02
20
10
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
100
99.4
99.5
99
98.92
98.5
98
99.6
98.2
97.897.73
98.5
98.17
98.02
1:01
01:01.5
1:02
97.5
97
96.5
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
perbandingan 1:1.5 sebesar 98.5%. Teh oolong dan teh hitam dilakukan proses
fermentasi, dimana selama proses fermentasi akan menyebabkan beberapa
senyawa pada teh akan teroksidasi sehingga akan mempengaruhi rendemennya.
Menurut Fulder (2004) dalam Sunardi (2007), saat oksidasi enzimatis selama
fermentasi terjadi perubahan senyawa dan beberapa zat berguna akan hilang.
Menurut Liliana (2005) semakin banyak komponen bahan yang hilang selama
proses pengolahan maka rendemen semakin kecil. Sehingga semakin lama
fermentasi maka rendemennya akan semakin kecil, namun pada data yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada sehingga data tersebut mengalami
penyimpangan. Hal ini bisa disebabkan karena proses penimbangan yang tidak
hati-hati atau teliti sehingga data yang diperoleh tidak akurat.
4.2.2 Warna Serbuk
Warna merupakan faktor yang menarik perhatian konsumen dan paling
cepat memberikan kesan disukai atau tidak disukai (Soekarto, 1985). Dalam
menetukan warna suatu produk pangan dilakukan pengujian secara fisik
menggunakan alat ataupun pengujian secara fisik oleh organoleptik manusia
misalnya uji penerimaan atau pembedaan. Pengujian fisik menggunakan alat
Nilai Lightness
50
51.6
52.8
46.1
40
30
20
10
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 4. Hasil Warna Serbuk Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa teh oolong memiliki warna
serbuk dengan tingkat kecerahan yang paling tinggi yaitu sebesar 52.8 sedangkan
tingkat kecerahan serbuk yang paling rendah dimiliki oleh teh hitam sebesar 46.1
serta teh hijau tingkat kecerahan serbuk sebesar 51.6. Hal ini menunjukkan bahwa
teh oolong dan hijau memiliki warna yang tingkat kecerahannya mendekati putih
sedangkan teh hitam tingkat kecerahannya mendekati hitam/gelap. Perbedaan
warna dari masing-masing serbuk dipengaruhi oleh jenis teh yang digunakan serta
proses pemanasan yang terjadi selama pembuatan serbuk teh. Secara fisik warna
teh hitam lebih gelap dibandingkan teh oolong ataupun teh hijau. Rizal dkk (2014)
menyatakan selain itu selama pemanasan, gugus gula pada Kristal putih
mengalami browning dari gula Kristal putih berwarna putih dengan tingkat
kecerahan yang cenderung tinggi akan berubah seiring dengan proses pemanasan
yang akan cenderung berwarna coklat. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh tanin
alami yang larut dalam air dan memberikan warna pada air, warna larutan tanin
bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau coklat, karena setiap
tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya. Terjadi penyimpangan
pada warna teh oolong yang memiliki tingkat kecerahan tinggi dibandingkan
dengan teh hijau. Hal ini dimungkinkan pada saat pemanasan pembuatan serbuk
teh hijau lebih lama dibanding teh oolong sehingga tingkat kecerahannya lebih
rendah. Namun perbedaan antara kedua perlakuan ini tidak terlalu signifikan.
64
Nilai Lightness
62
60
59.9 60.1
59.6
59.9
59.8
58.7
57 57 57.2
58
1:01
01:01.5
56
1:02
54
52
50
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
misalnya uji penerimaan atau pembedaan. Apriyana (2014) menyatakan bahwa uji
penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu
bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Namun pengujian menggunakan
instrument fisik (manusia) memiliki nilai mutu subjektif.
6
5
5
4
3
3
2
2
1
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Gambar 6. Hasil Warna Larutan Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 6 dapat disimpulkan bahwa teh hijau memiliki warna
larutan yang relatif lebih cerah sedangkan teh hitam memiliki warna yang relatif
lebih gelap. Semakin benyak nilai positif (+) menunjukkan larutan semakin gelap.
Perbedaan warna dari masing-masing larutan dipengaruhi oleh jenis teh yang
digunakan serta proses pemanasan yang terjadi selama pembuatan serbuk teh.
Secara fisik warna teh hitam lebih gelap dibandingkan teh oolong ataupun teh
hijau. Rizal dkk (2014) menyatakan selain itu selama pemanasan, gugus gula pada
Kristal putih mengalami browning dari gula Kristal putih berwarna putih dengan
tingkat kecerahan yang cenderung tinggi akan berubah seiring dengan proses
pemanasan yang akan cenderung berwarna coklat. Selain itu, juga dapat
disebabkan oleh tanin alami yang larut dalam air dan memberikan warna pada air,
warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau
coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya.
Pengujian tingkat kecerahan larutan dilakukan secra subjektif sehingga dianggap
kurang valid. Perubahan warna larutan dipengaruhi langsung oleh warna serbuk.
6
5
Nilai Warna Larutan (+)
5
4
4
3
3
2
1:01
01:01.5
1:02
1
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
Nillai Kelarutan
80
70
60
50
40
30
20
10
0
72
51
42
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Nilai Kelarutan
120
100
80
91 86
117
90
77
97
84
78
1:01
60
01:01.5
40
1:02
20
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
sitrat:asam tartar , pada teh jenis oolong formulasi 1:1.5 dan 1:2 memiliki
kelarutan yang hampir sama dan yang paling lama itu adalah pada formulasi 1:1,
sedangkan pada teh jenis teh hitam yang memiliki kelarutan tinggi yaitu pada
formulasi 1:1.5 dan yang paling rendah adalah formulasi 1:2. Semakin rendah atau
semakin pendek waktu yang digunakan untuk melarutkan serbuk effervescent,
maka tingkat kelarutannya akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara
umum disini nilai formulasi asam dan basa tidak berpengaruh secara nyata karena
sesungguhnya sifat dari asam dan basanya itu sama-sama meningkatkan daya
kelarutan yang disebabkan oleh sifatnya yaitu higroskopis, hal ini didukung oleh
pernyataan Martindale (1989) dalam Kusnadhi (2003), natrium bikarbonat, asam
sitrat dan asam tartarat bersifat higroskopis dan memiliki tingkat kelarutan yang
cukup tinggi. Sifatnya yang higroskopis sangat mudah untuk mengikat air di
udara, maka penyimpanan perlu diperhatikan misalnya dengan penyimpanan
vakum atau kedap udara. Selain dipengaruhi oleh sifat-sifat dari bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat effervescent dari teh, kelarutan juga dipengaruhi
oleh ukuran partikel bahan yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Martin (1993), bahwa ukuran dan bentuk juga akan berpengaruh terhadap
kelarutan partikel. Semakin kecil ukuran partikel, maka tingkat kelarutan akan
semakin besar.
4.2.5 pH
Pengujian kadar keasaman merupakan salah satu pengujian yang di gunakan
pada produk pangan maupun produk minuman. Pengujian kadar keasaman ini
berguna untuk menentukan daya simpan produk. Pengujian pH dilakukan
menggunakan pH meter, kertas lakmus atau pH Universal.
Nilai pH
8
7
6
5
4
3
2
1
0
7
5
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Jenis Teh
Nilai pH
6 6 6
1:01
5 5
5 5 5
01:01.5
1:02
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Perlakuan Berdasarkan Konsentrasi Asam
larutan rendah, pada teh oolong dengan perbandingan 1:1.5 sebesar 5 dan pada teh
hijau dengan perbandingan 1:2 mendapatkan nilai pH sebesar 5 yang berarti asam.
Sedangkan pengaruh konsentrasi asam terhadap sifat teh oolong effervescent
perbandingan 1:1, 1:1.5 dan 1:2 menunjukkan nilai pH yang sama yaitu 5 berarti
berarti cukup asam. Dan pengaruh konsentrasi asam terhadap sifat teh hitam
effervescent perbandingan penggunaan sebesar 1:1, 1:1.5 dan 1:2 menunjukkan
nilai pH yang sama yaitu 6 berarti berarti keasaman pada larutan rendah. Pada
umumnya, semakin meningkatnya kandungan asam suatu bahan maka nilai pH
akan semakin turun. Berdasarkan literatur, terbentuknya CO2 pada saat reaksi
efferevscent dalam air yang sebagian akan larut membentuk asam karbonat akan
mengurangi ion H+ dalam larutan sehingga menyebabkan keasaman pada larutan
dan berakibat nilai pH akan rendah (Kusnadhi, 2003). Selain itu, menurut
Kusnadhi (2003) semakin tinggi penambahan asam (asam tartarat: asam sitrat)
dalam effervescent mix maka semakin tinggi pula asam yang terkandung sebagai
total asam titrasi.
4.2.6 Derajat Brix
Menurun Diding Suhandy (2008) derajat brix adalah jumlah zat padat
semua yang larut (dalam gr) setiap 100 gr larutan. Pada praktikum yang sudah
dilakukan yaitu pembuatan teh effervescent ini dilakukan pengukuran nilai derajat
brix dari berbagai jenis teh yang digunakan sebagai teh effervescent, teh yang
digunakan yaitu ada 3 jenis teh yaitu teh oolong, teh hijau dan teh hitam dari
ketiga jenis teh tersebut dilakukan pengukuran derajar brix sehingga didapatkan
hasil yang berbeda-beda dari ketiga jenis teh tersebut.
3.5
2.8
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Gambar 12. Hasil Derajat Brix Jenis Teh Terhadap Sifat Serbuk Effervescent
Berdasarkan gambar 12 diatas dapat diketahui bahwa nilai derajat brix dari
jenis teh oolong nilai derajat brixnya yang paling kecil yaitu 2.8 sedangkan untuk
teh jenih teh hitam dan teh hijau nilai derajat brixnya yaitu 3. Hasil pengukuran
derajat brix tersebut dapat diketahui bahwa nilai derajat brix dari ketiga jenis teh
tersebut yaitu 2.8-3. Perbedaan nilai derajat brix yang didapatkan dari pengkuran
teh tersebut mungkin dikarenakan jenis teh yang digunakan atau mungkin jenis
daun teh yang berbeda dan pengolahannya yang berbeda perlakuan sehingga dapat
mempengaruhi nilai derajat brix yang didapatkan .
2.45
2.4
2.4
2.4
2.35
2.3
2.3
2.3
2.25
1:01
2.2
2.2
2.2
2.2 2.2
2.2
01:01.5
1:02
2.15
2.1
Teh Hijau
Teh Oolong
Teh Hitam
Gambar 13. Hasil Derajat Brix Konsentrasi Asam Terhadap Sifat Serbuk
Effervescent
Berdasarkan gambar 13 dapat diketahui bahwa serbuk teh effervescent
untuk teh hijau dengan penambahan asam sitrat:asam tartat yaitu dengan
perbandingan 1:1 dan 1:2 didapatkan nilai derajat brixnya adalah 2.3 sedangkan
untuk perbandingan 1:1.5 didapatkan nilai derajat brix 2.2. Sedangkan nilai
derajat brix teh oolong dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 didapatkan nilai derajat
brix yang sama yaitu 2.2 sedangkan untuk perbandingan 1:1.5 didapatkan nilai
2.4 dan untuk serbuk effervescan untuk teh hitam untuk perbandingan asam sitrat
dan asam tartat dengan perbandingan 1:1 didapatkan nilai derajat brixnya yaitu
2.4 sedangkan untuk perbandingan 1:1.5 dan 1:2 didapatkan hasil yang sama yaitu
2.2. Dari hasil nilai derajat brix yang sudah dilakukan pengukuran dapat diketahui
bahwa hasilnya tidak jauh berbeda dari jenis teh satu dengan teh yang satunya
meskipun serbuk teh effervescan tersebut sudah ditambah dengan asam sitrat
maupun asam tartat.
Hasil penambahan asam sitrat dan asam tartat pada serbuk teh effervescan
dengan jenis teh yang berbeda-beda bahwa tidak mempengaruhi jumalah padatan
terlarutnya namun yang mempengaruhi jumlah padatan terlarutnya adalah natrium
bikarbonat karena bahan tersebut bisa memperbaiki rasa dari teh menjadi lebih
segar sehingga mempengaruhi jumlah padatan terlarutnya. Hasil tersebut sesuai
dengan literatur yang ada menurut (Murdianto dan Syahrumsyah, 2012)
penambahan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent dapat meningkatkan
kadar total padatan terlarut dan dapat memperbaiki rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke 4. UI Press.
Jakarta
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta. UI
Press. Halaman: 217-218. Aruan, B.S. (2008).
Apriyana, Ika. 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Kepala Ikan Lele (Clarias
sp) dalam Pembuatan Cilok terhadap Kadar Protein dan Sifat
organoleptiknya. Jurnal Public Health Vol 3(2).
Banker, G.S. dan Anderson, N.R.1994. Tablet In the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Ed III, Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi, Jakarta: UI
Press.
Diding Suhandy. 2008. Penentuan Bahan Kering Sawo Secara tidak Merusak
Menggunakan NIR Spectroscopy. Lampung: Fakultas Pertanian Universitas
Lampung
Kania, W., Andriani, M., Siswanti. 2015. Pegaruh Variasi Rasio Bahan Pengikat
Tehadap Karakteristik Fisik dan Kimia Granul Minuman Fungsional Instan
Kecambah Kacang Komak (Lablab purpureus L sweet). Jurnal Teknosains
Pangan Vol 4(3): 16-29.
Kellar, S., Poshini, F., He, L., Penzotti, S., Bedu-Addo, F., and Payne, K.. 2005.
Preformulation Development Studies To Evaluate the Properties of
Epigallocatechin Gallate (EGCG). Cardinal Health Pharmaceutical
Development; NJ08873.
Kusnadhi, dkk. 2003. Mikrobiologi Common TextBook (Edisi Revisi) JICA.
Bandung:FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Liliana, W. 2005. Kajian Proses Pembuatan The Herbal Seledri (Apium
graveolens L.) Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Marti, Alferd. 1993. Farmasi Fisik Jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Mohrle, R.1989. Effervescent Tablets. in Lieberman, H.A, Lachman,L.(eds),
Pharmaceutical Dosage Form Tablet, vol I, 287, 289, 295.
Murdianto, W. & Syahrumsyah, H. 2012. Penaruh Natrium Bikarbonat Terhadap
Kadar Vitamin C Total Padatan Terlarut dan Nilai Sensoris dari Sari Buah
Nanas Berkarbonasi. Jurnal Teknologi Pertanian: 2-5.
Parrot, E.L., 1971. Pharmaceutical Technology : FundamentalPharmaceutic., 3rd
Edition, Minneapolis: Burgess Publishing Company
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pembuatan teh effervescant dari berbagai jenis
teh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Warna larutan dari teh instan yang paling bagus atau yang paling terang yaitu
teh hitam dengan tingkat kecerahan +5
2. Teh instan yang berasal dari teh oolong tingkat kelarutannya yang paling
cepat dibandingkan teh hitam dan teh hijau yaitu dengan tingkat kecepatan 42
detik
3. pH teh hitam yang dihasilkan memiliki tingkat keasaman rendah
dibandingkan hasil pH dari teh oolong dan teh hijau
4. Nilai derajat brix untuk teh hijau dan hitam yaitu sama yang bernialai 3 dan
nilai kisaran derajat brix untuk 3 jenis teh yang digunakan yaitu 2,8-3 yaitu
hampir sama semua
5. Rendemen yang paling banyak dihasilkan yaitu dari teh hijau sebesar
berjumlah 50 %
6. Rendemen teh effervescent yang sudah ditambah asam yang paling tinggi
tedapat pada teh hijau sebesar 98,92%
7. Warna larutan yang paling bagus untuk teh yang sudah ditambah dengan
effervescent mix yaitu pada teh hijau dengan nilai +5
8. Tingkat kelarutan teh effervescent yang paling cepat larut yaitu teh hijau
dengan waktu larut selama 77 detik
9. pH dari teh effervescent yang ditambah asam tartrat dan asam tartat hasilnya
tidak cukup berpengaruh karena kasilnya dari ketiga jenis teh sama yaitu ph 6
asam
10. Hasil dari derajat brix dari teh yang sudah ditambah asam hasilnya tidak
berpengaruh pada nilai akrir derajat brixnya karena hasilnya hampir sama
antara teh tanpa ditambah asam.
5.2 Saran
Praktikum yang akan datang diharapkan semua mahasiswa dapat mengikuti
praktikum denganteliti dan memperhatikan tiap proses tahapan praktikum.
Sehingga setelah praktikum bisa paham apa yang sudah dipraktikumkan.