Bab Ii

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


1.
1

Tinjauan Pustaka
Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Pendidikan bisa diperoleh baik secara formal dan nonformal.
Pendidikan formal diperoleh saat kita mengikuti progam-program yang
sudah dirancang secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau
kementerian suatu negara. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang
didapat manusia (peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai
pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang
lain (mengamati dan mengikuti).Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232,
tentang Pengertian Pendidikan, yang berasal dari kata didik, Lalu kata ini
mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.
Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO adalah Dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations,
Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat
pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1)
learning to know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to
live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan
tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Latar belakang pendidikan orang tua baik suami maupun istri


merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keadaan gizi
anak. Dari berbagai penelitian diketahui adanya korelasi positif antara
keadaan gizi anak dengan pendidikan orang tua (Atmarita dan Jalal, 1991).
Penelitian ini mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan
cukup tinggi maka prevalensi gizi kurang umumnya rendah. Sebaliknya bila
tingkat pendidikan orang tua rendah prevalensi gizi kurang umunya tinggi.
Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan
keadaan ekonomi rumah tangga. Pendidikan istri disamping merupakan
modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan
dalam penyuluhan pada makanan rumah tangga maupun pola pengasuhan
anak (Sajogyo, 1995).
Kurangnya pendidikan gizi seringkali merupakan rintangan
terpenting dalam jalur perjalanan pangan. Penting untuk selalu diingat bahwa
jalur perjalanan pangan berhubungan dengan banyak hal. Misalnya cara-cara
bertani yang kurang baik, rencana pembelanjaan keluarga yang kurang
serasi, distribusi makanan diantara anggota keluarga kurang merata,
seimbang dan kebiasaan menyusui serta memberi makanan tambahan pada
bayi yang salah. Dengan demikian banyak segi yang dihadapi dalam bidang
pendidikan perbaikan gizi (Sajogyo, 1995).
2

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). (Notoatmodjo,
2005)
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al Mujadalah : 11)

Surah Al-Alaq ayat 1 5 tentang tulis baca adalah kunci ilmu


1
2
3
4
5

pengetahuan
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia.
Yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo(2007), tingkat pengetahuan secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat yaitu:
1

Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan.

Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.

Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan / atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang


diketahui.
5

Sintesis (Synthesis)
Sintesis

menunjukkan

suatu

kemampuan

seseorang

untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari


komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Menurut Wahit Iqbal Mubarak, dkk (2007), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
1

Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya

pendidikan

yang

kurang

akan

menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai - nilai yang baru


diperkenalkan.
2

Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak


merupakan cara mencari nafkah, bertualang dan banyak tantangan
serta bersosialisasi.
3

Umur
Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun.Perkembangan umur meliputi perkembangan fisik, kognitif,
dan psikososial. Perkembangan kognitif meliputi kemampuan berfikir
abstrak, dan berkembangnya pengunaan alasan yang ilmiah,
ketidakdewasaan berfikir dalam beberapa perilaku dan kebiasaan,
pendidikan difokuskan untuk persiapan ke pendidikan yang lebih
tinggi dan meliputi pencarian identitas termasuk identitas seksual,
hubungan dengan orang tua baik, pergaulan dengan teman sebaya
berdampak positif atau negatif.

Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.

Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang

akan

melakukan.
6

Media Massa

bertambah

pengetahuannya

walaupun

tidak

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa


yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasiinovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
7

Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best
teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi pada masa lalu.

Cara Mendapatkan Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2005), dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperolehkebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
dapat dikelompokkan menjadi dua,yakni:
1

Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan


Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan
sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
1

Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan


tersebuttidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
tidak berhasil, makaakan dicoba kemungkinan yang lain lagi
sampai didapatkan hasil.
2

Cara Kekuasaan atau Otoritas


Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

Berdasarkan Pengalaman Pribadi


Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan
tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, maka
orang lain dapat pula menggunakan cara tersebut.

Melalui Jalan Pikiran


Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh

kebenaran

pengetahuan,

manusia

telah

menggunakan jalan fikiran.


2

Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden.Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap
secara langsung (berhadapan muka) dengan responden atau tidak
berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui telepon).Angket
berupa formulir yang berisi pernyataan dan diajukan secara tertulis pada
sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan. Sedangkan kualitas

pengetahuan pada masing-masing pengetahuan dapat dilakukan dengan


scoring, dimana dikatakan baik jika skor 76%-100%, dikatakan cukup
jika skor 56% - 75%, dikatakan kurang jika skor < 56% (Arikunto,
2006).

Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara pemberian ASI


yang benar akan menunjang untuk keberhasilan menyusui. Suatu penelitian
yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari semua tingkat
ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan
mempunyai sikap positif terhadap usaha memberikan ASI, tetapi dalam
prakteknya tidak selalu sejalan dengan pengetahuan mereka (Almatsier,
2001).
3

ASI Eksklusif
1
Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0
6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli
kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan
ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam
penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007).
Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI
eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula,

jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan
makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan.
Setelah itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai.
sedangkanASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih
(Sripurwanti Hubertin, 2005).
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk
semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan
lebih sehat dan menarik. Perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun
lebih mudah mendapatkan keuntungan (Utami Roesli, 2005).
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 1997). ASI merupakan
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi karena ASI adalah
makanan bayi yang paling sempurna, baik secara kualitas maupun
kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4 6 bulan
(Khairuniyah, 2004).
Menurut (Azrul Anwar, 2004), ASI eksklusif sangat penting
untuk meningkatkan SDM kita dimasa yang akan datang, terutama dari
segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial
kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrisi
yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan
otak bayi agar tmbuh optimal (Utami Roesli, 2004).
Berdasarkan hal tersebut diatas, WHO-UNICEF membuat
deklarasi yang dikenal dengan deklarasi innocent pada tahun1990.
Dimana dalam deklarasi ini bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi
yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal hal berikut.
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu
makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI

eksklusif dan semua bayi diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai
berusia 4-6 bulan. Setelah itu bayi diberi makanan pendamping yang
benar dan tepat sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih. Pemberian makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai
dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan
sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif


Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,
keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim
1

penernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :


Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai
makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan
bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan

ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi


lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih
kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI,
bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning,
pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat
bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan
secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat
kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan
bayiyang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2

Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat
kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha
pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu
lebih cepat langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker
payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu
yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena
ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih
praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan
lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan
bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat
memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu
formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti
keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan,
penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif,
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga
keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu

repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli,


2005 ).
4

Untuk Masyarakat dan Negara


Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih
sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang
sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena
dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya
yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009 ).

Nilai Gizi ASI


ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti
(World Health Organization) WHO, UNICEF, dan (World Health
Assembly) WHA merekomendasikan pemberian ASI saja selama 6 bulan
(Amiruddin, 2007). Departemen kesehatan dunia juga menargetkan
cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa, dan garam-garam organik yang dikelurkan oleh kelenjar
mamari manusia. Sebagai satu-satunya makanan alami yang berasal dari
ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi (Siregar, 2005).
ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada
makanan tambahan sampai dengan bayi berumur 6 bulan. Makanan
tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus buah, air
gula, dan madu. Vitamin maupun obat, dalam bentuk tetes atau sirup
tidak termasuk makanan tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2008).
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi 6 bulan karena
kandungan gizinya yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya
dapat menampung cairan sebanyak 10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI
memiliki kandungan gizi yang sesuai serta volume yang tepat sesuai
dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2012).

ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan


nutrisi yang terdapat pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi.
Seperti halnya gizi pada umumya, ASI mengandung komponen mikro
dan makro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat,
protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
ASI hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi gizi ASI
berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan
volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui
(colostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan).
Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui
juga berbeda. Colostrum yang diproduksi antara hari 1 5 menyusui
kaya akan zat gizi terutama protein.
Kolostrum memiliki susu pertama yang keluar berbentuk cairan
kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum
mengandung protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang
lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan
karena selain tinggi akan immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun
pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk
membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum
dimulai sejak masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran.
Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam
dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2001; Roesli,
2004; Brown, 2005).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi
kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah melahirkan.
Kandungan protein dalam ASI transisi semakin menurun, namun
kandungan lemak, laktosa dan vitamin larut air, semakin meningkat.
Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lama menyusui
dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2001; Roesli,
2004).
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan
waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI
yang keluar pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah
permulaan let-down.Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi

akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih
banyak dari foremilk (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk
setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450 1200 ml
dengan rerata antara 750 850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal
dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah
100 200 ml per hari. ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
4

Jangka Uaktu Pemberian ASI Eksklusif


Pemberian ASI Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin terjadi sampai 6 bulan.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan
makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian
ASI eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan
oleh pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan
(Depkes, 2005).

5
1

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif


Faktor internal
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi
beberapa dimensi seperti biologis, kognitif, dan afektif (William et all,
2012). Ketiga dimensi dalam faktor internal ini berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi biologis yang akan
dibahas mencakup usia dan kondisi kesehatan, kognitif mencakup
pengetahuan, dan afektif yang mencakup persepsi yang berkaitan
1

dengan ASI eksklusif.


Usia
Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur
maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001).
Umur adalah faktor yang menentukan pemberian ASI.
Dari segi produksi ASI, ibu ibu yang berusia 19 23 tahun pada

umumnya dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan


yang berusia lebih tua. Primipara yang berumur lebih dari 35
tahun biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah
ASI yang cukup (Pudjadi, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh (Kusnadi, 2008)
menyatakan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada umur
kurang dari 30 tahun lebih besar dibandingkan umur lebih dari 30
tahun.
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta
cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berusia kurang
dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani
dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam
membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994 ). Sedangkan
ibu yang berumur diatas 30 tahun menurut (Hurlock, 1997)
disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi
dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang
secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan,
persalinan, nifas, dan merawat bayinya. Menurut pendapat
(Hurlock B.E, 2002), bahwa semakin meningkatnya umur dan
tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berfikir dan
bekerja juga akan lebih matang.
2

Kondisi kesehatan
Model kontinum sehat-sakit (Neuman, 1991) dalam
(potter & perry, 2006) mendefinisikan sehat sebagai sebuah
keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai
dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada
dilingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting
dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan dan
penurunan dibanding kondisi sebelumnya. Adaptasi terjadi untuk
mempertahankan kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat (potter & perry, 2006).

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena


berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan
emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang tidak
mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu
menyusui. Hasil penelitian (MacLaen, 1999) yang dibahas dalam
(William, 2012) menunjukan masalah kesehatan dalam
memberikan ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau tidak
memberikan ASI pada bayi berusia 3-4 bulan. Masalah kesehatan
atau penyakit yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian
ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu.
(Olds, dkk, 2001) menyebutkan ibu yang menderita
kanker payudara sebaiknya tidak menyusui bayinya agar ibu
dapat menjalankan pengobatan segera mungkin. Selain itu,
pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang
menderita galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati
tidak dapat merubah galaktosa menjadi laktosa dan akan
berpengaruh pada perkembangan bayi (Adams, dkk, 2008).
Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi pemberian ASI
yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh (Swarts, Kruger, dan
Dolman, tahun 2011) di KwaZulu Natal menunjukan 48.6% ibu
yang terinfeksi HIV memilih susu formula sebagai asupan nutrisi
utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat
menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan
menyusui karena menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat
bertolak belakang dengan rekomendasi dari WHO tentang
penggantian ASI.
WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu
formula, direkomendasikan untuk ibu dengan HIV hanya jika
cocok (acceptable), mudah dikerjakan (feasible), mampu
(affordable), digunakan terus menerus (sustainable), dan aman
(safe).
Tingginya presentasi ibu yang memilih susu formula di
KwaZulu natal menjadi fokus perhatian karena lingkungan yang

tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu formula. Bayi


yang diberikan susu formula memiliki resiko meninggal tiga kali
lebih besar pada umur dua setengah kali lebih besar dari bayi
yang diberikan ASI pada umur dua sampai tiga bulan dan dua
setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur
yang sama.
Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak
mengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI eksklusif.
Salah satu masalah emosi yang paling umum dialami yaitu stress.
(Wagner, 2013) menyatakan stress dapat terjadi pada ibu
menyusui akibat bayi cepat marah dan sering mencari susu ibu.
Beliau juga mengatakan stress memiliki pengaruh terhadap
produksi ASI.
(Siregar, 2005) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam
keadaan tertekan secara emosional, memiliki kemungkinan untuk
mengalami kegagalan dalam menyusui bayinya. Let-down reflex
mudah sekali terganggu saat ibu mengalami goncangan emosi,
tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap Let-down
reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup
mendapat ASI akan menangis dan tangisan tersebut membuat ibu
lebih gelisan dan semakin mengganggu Let-down Refleks.
3

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam
urutan perilaku kognitif. Seseorang dapat mendapatkan
pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat di ingat
kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman
hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam
mempelajari informasi yang penting (DeLaune & Ladner 2003;
Potter dan Perry, 2005).
Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang
terkait pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi perilaku
orang tersebut dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini telah
dibuktikan oleh (Yuliandarin, 2010) dalam penelitiannya yaitu ibu
yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih

besar untuk menyusui secara eksklusif. (Asmijati, 2002) juga


mendapatkan hasil serupa pada penelitiannya. Ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 6,7 kali lebih
besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu yang memiliki
pengetahuan rendah.
4

Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut
(Siregar, 2005), yaitu sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma
ASI kurang ibu merasa ASI yang ia produksi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa payudara sudah
tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal ini
telah dibuktikan dalam penelitian (William Et Al, 2012) yang
menyebutkan ibu yang memiliki bayi berusia tiga sampai enam
bulan berhenti menyusui bayinya karena khawatir dengan
persediaan ASI yang ia miliki.
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini
karena bayi sering menangis saat minta disusui (Siregar, 2005).
Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya usia bayi,
kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga bayi lebih sering
minta disusui, selain itu ASI cepat dicerna sehingga perut bayi
cepat menjadi kosong. Hal tersebut membuat ibu beranggapan
bayi perlu diberi minuman tambahan bahkan dikenalkan dengan
makanan padat (Siregar, 2005; William, dkk, 2012).

Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif dibagi menjadi beberapa dimensi yang menjadi intitusi,
sosial, dan sosial demografi (William et al, 2012). Dimensi institusi
yaitu fasilitas kesehatan sosial yaitu, dukungan orang terdekat dan
promosi susu formula dan sosial demografi seperti pendidikan dan
1

pekerjaan.
Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama
dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik

secara formal maupun informal. Sedangkan ibu- ibu yang


mempunyai tingkat pendidikan tinggi umumnya terbuka
menerima perubahan atau hal hal baru guna pemeliharaan
kesehatnnya (Depkes RI,1996).
(Novita, 2009) dalam penelitiannya menyebutkan semakin
tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang
tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu
yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan diluar
rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu
yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal dirumah
memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal
ini didukung oleh penelitian (Nurjanah, 2008) yang menemukan
proporsi pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah
lebih besar dari ibu yang berpendidikan tinggi.
Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran
kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakantindakan atau praktik untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan
ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses
pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan
berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran.
Memegang kelemahan dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil
lamanya karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran
yang pada umumnya memerlukan waktu yang lama
(Notoatmodjo, 2003)
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan
pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, hal
ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah (Notoatmodjo, 2003).
2

Dukungan orang terdekat

(Olds, London & Ladewig, 2001) menyatakan keputusan


untuk memberikan ASI sering dipengaruhi oleh keluarga seperti
suami dan orang tua, teman dan lingkungan sosial ibu dari pada
pengetahuan ibu. Dukungan mereka telah terbukti berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukan
dalam memutuskan pemberian ASI atau susu formula, 13%
responden dipengaruhi oleh ibunya, saudara perempuannya,
teman dan lingkungan sosial. (Swarts, Kroger & dolman, 2011).
3

Promosi susu formula


Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat
berdirinya usaha pemerahan susu. Susu sapi dimodifikasi dan di
proses menjadi susu formula yang menjadi asupan untuk bayi.
Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan susu
manusia, namun secara kualitas keduanya berbeda. Berdasarkan
perbedaan komposisi tersebut bayi yang mengkonsumsi ASI
dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan bayi yang
mengkonsumsi Susu formula (Coad & Dunstall, 2006).
(Widodo, 2008) dalam tesisnya menyatakan pergeseran
perilaku pemberian ASI ke susu formula terjadi karena susu
formula di anggap lebih bergengsi. Beliau mengemukakan hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh media yang di dominasi oleh
televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing
dalam memberikan nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan
dampak negatif bagi pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai
dengan penelitian (Mardaya, 2003) yang menemukan akses
informasi memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan
pemberian ASI eksklusif.
(Swarts, Kruger, dan Dolman, 2011) mengemukakan
beberapa alasan ibu dalam memilih susu formula. Alasan yang
pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu formula agar dapat
meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat mengurus
bayinya. Alasan ini berpengaruh dengan penyakit yang diderita
ibu, yaitu ibu tidak ingin menularkan penyakit yang diderita

melalui ASI. Alasan terakhir ibu berpendapat ia memilih susu


formula yaitu pemerintah memberikannya secara Cuma-Cuma.
4

Status pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya
(Nursalam, 2001). Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat
mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja
lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang
tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja
diluar rumah (sector formal) memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informasi tentang pemberian ASI eksklusif
(Depkes RI, 1999).
Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan
pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
Apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan seringkali bukan
pilihan akan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya (Novaria, 2000).
Menurut (Utami Roesli, 2005), bekerja bukan alasan
untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama
paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan,
meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang
benar tentang menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan
dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap
memberikan ASI secara eksklusif. Menurut hasil penelitian
(Andryani, 2005) diperoleh bahwa sebanyak 52,5 % ibu yang
bekerja mempunyai pengetahuan menyusui dengan baik dan
47,5% ibu bekerja memiliki pengetahuan kurang baik tentang ASI
eksklusif.

2.

Kerangka Konsep
Variabel Independen

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan


3.

Variabel Dependen

Pemberian ASI Ekslusif

Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antaraTingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan
Pemberian ASI Ekslusif di Desa Balokang Kecamatan Banjar Kota Banjar Tahun
2015
H : Ada hubungan antaraTingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan
Pemberian ASI Ekslusif di Desa Balokang Kecamatan Banjar Kota Banjar Tahun
2015

Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Aminah, Mushaf. 2013. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta : Alfatih


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta :
Rineka Cipta
Atmarita dan Jalal.1991. Status Gizi dan Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta :Sinar
Harapan
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
______________. 2005. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
______________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka
Cipta
______________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Sajogyo.1995. Menuju Gizi Baik dan Merata di Desa dan Kota.Yogyakarta :Gajah
Mada Univeresity Press
Seels, Richey. 2003. UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.unesco.org/new/en/right2education. Diakses 24 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai